BAB VI PEMBAHASAN. dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan analysis crossectional : yaitu suatu penelitian untuk mengetahui

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR MEMPENGARUHI KEPATUHAN KONSUMSI OBAT ANTIRETROVIRAL

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 )

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rencana dengan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan a. Keterbukaan b. Motivasi/ Dukungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

27 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN PERILAKU KEPATUHAN PENGOBATAN ARV PADA PASIEN HIV AIDS DI PUSKEMAS TIMIKA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Daftar Pertanyaan untuk Responden. Respon Keluarga Terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran umum lokasi penelitian, data univariat serta bivariat.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

I. PENDAHULUAN. Manusia yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN DAN EFEK SAMPING OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ARV PADA ODHA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN TERHADAP SIKAP TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam. penelitian ini dengan judul Hubungan Pelayanan Klinik IMS dengan Upaya

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross. sectional study,yang bertujuan untuk meneliti hubungan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA BAGI KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KLINIK VCT RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. Jumlah penderita HIV/AIDS menurut WHO 2014 di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

PEDOMAN WAWANCARA PERILAKU TRANSGENDER (WARIA) DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

Grafik dibawah ini merupakan data ODHA baru yang masuk perawatan dalam HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika.

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu. 6.1 Gambaran pengetahuan dan karakteristik responden Odha di klinik VCT RSUD Sanjiwani Gianyar. Pada penelitian ini terdapat 68 responden Odha yang sedang menjalani terapi ARV. Proporsi responden yang tidak patuh pada pengobatan ARV dalam penelitian ini sebanyak 27 orang (39,71%), dan yang patuh sebanyak 41 (60,29%). Tingkat pendidikan responden 9 orang (13, 24%) pendidikan rendah, dan 59 orang (86,76%) pendidikan menengah keatas. Proporsi patuh pada responden dengan pendidikan rendah sebesar 88,89%, sedangkan proporsi patuh pada responden dengan pendidikan menengah keatas lebih kecil dari pada pendidikan rendah yaitu sebesar 53,93%. Dalam penelitian ini terdapat 7 variabel independen yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat kepatuhan seperti : pengetahuan tentang HIV/AIDS, pengetahuan tentang ARV, dukungan, persepsi tentang HIV/AIDS, umur, pendidikan, dan jenis kelamin. Setelah dilakukan analisis diperoleh gambaran bahwa dari 7 variabel independen, hanya 2 variabel saja yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pada responden yaitu : variabel pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS dengan (OR=4.422 (95%CI 1.161-25.32) pv=0,020 dan variabel persepsi tentang HIV/AIDS dengan (OR 3.654 (95%CI 1.16-11.48) p=0,005 membuktikan bahwa

tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh kedua variabel ini dan memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan responden. Proporsi tidak patuh dalam penelitian ini (39,71%), lebih kecil dibandingkan dengan penelitian yang sama dilakukan di Kabupaten Mimika Propinsi Papua tahun 2012, yakni yang tidak patuh sebanyak 41 (55,41%) yang patuh terhadap pengobatan sebanyak 33 (44,59%), dari total 74 responden, (Ubra, 2012). Tingkat kepatuhan dalam penelitian ini hanya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : kepatuhan 95% ke atas dan dibawah 95%. Sedangkan di Mimika Papua dibedakan antara kepatuhan 80%, dan < 80 %. Cara pengumpulan data kepatuhan dilakukan dengan wawancara dengan responden dan pendamping minum obat, dan menghitung sisa obat. Sesuai dengan teori yang ada bahwa tingkat kepatuhan kurang dari 95% berdampak pada tidak efektifnya penekanan replikasi virus HIV, yang akhirnya berdampak pada kegagalan efek pengobatan yang diharapkan. Penelitian tentang kepatuhan ODHA juga telah dilakukan di RSU. dr. Pirngadi Medan tahun 2012. Dengan jumlah sampel 59 responden hasil uji statistik univariat diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan baik (52.5%), persepsi baik (76.3%), pelayanan keseha tan baik (71.2%). Selain itu dukungan sosial termasuk dalam kategori sedang (57.6%) dan kepatuhan ODHA tergolong tinggi (57.6%). Hasil bivariat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang ARV terhadap kepatuhan (p=0.648) serta tidak ada hubungan antara persepsi terhadap kepatuhan (p=0.231). Selain itu diketahui juga bahwa ada

hubungan antara dukungan sosial terhadap kepatuhan (p=0.047 ) serta ada hubungan antara pelayanan kesehatan terhadap persepsi ODHA dalam menjalani ARV (p=0.040), sedangkan dalam penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS (16,20%), persepsi baik (61,8%), dan kepatuhan ODHA (60,29%). Sesuai dengan teori L. Green (dalam Notoatmodjo, 2007) yang dijelaskan pada tinjauan pustaka, bahwa kepatuhan merupakan sebuah bentuk perilaku yang dipengaruhi oleh : pengalaman, keyakinan, sosial budaya, pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, dan dalam penelitian ini juga dibuktikan bahwa pengetahuan dan persepsi mempengaruhi kepatuhan Odha munum obat ARV. 6.2 Persepsi responden terhadap HIV/AIDS Dari hasil pengolahan data didapatkan 47 orang (69,12%) responden memiliki persepsi kurang terhadap penyakit HIV/AIDS. Kesimpulan ini berdasarkan hasil pengolahan data dan jawaban dari seluruh responden terhadap 5 pertanyaan yang digunakan untuk mengkaji persepsi responden terhadap penyakit HIV/AIDS. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok dari jawaban responden terhadap pertanyaan soal nomor 1 tentang penggunaan kondom dapat mencegah penularan infeksi HIV, dapat dijawab dengan benar oleh seluruh responden. Namun ketika menjawab pertanyaan nomor 5 tentang anda selalu berupaya agar terhindar dari infeksi HIV?, sebagian besar (85%) responden menjawab tidak. Ketika dikaji lebih jauh tentang penggunaan kondom terhadap masing-masing responden, didapatkan jawaban bahwa obat ARV yang diminum memberikan rasa

aman walaupun mereka tidak menggunakan kondom ketika berhubungan seks. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui cara pencegahan penyakit HIV, tetapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, sebagian besar dari mereka mengabaikan dan tidak melaksanakan apa yang mereka ketahui. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden masih sangat rendah terhadap infeksi HIV/AIDS. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik pada ODHA yang sedang menjalani pengobatan ARV, diperlukan tingkat kepatuhan minum obat minimal 95% dari dosis pengobatan yang telah ditentukan (UNAID, 2004). Cara mengukur kepatuhan dalam penelitian ini adalah dengan melihat keteraturan pengambilan obat oleh masing-masing responden. Namun yang terjadi dalam penelitian ini adalah masih sangat rendahnya tingkat kepatuhan pada 27 (39,71%) responden yang proporsi tingkat kepatuhannya antara 33 % sampai dibawah 95 %. Sesungguhnya sering terjadi keterlambatan pada sebagian pasien ODHA untuk mengambil obat ARV di klinik VCT RSUD Sanjiwani Gianyar. Hal ini sudah sering terjadi dan sudah selalu dilakukan konseling tentang kepatuhan dalam menjalankan program pengobatan agar pasien tidak pernah terlambat untuk mengambil obatnya. Bahkan selalu disarankan agar responden lebih awal untuk mengambil obatnya, sebagai upaya untuk mencegah putus obat pada ODHA. Berbagai kemudahan sudah diberikan kepada pasien untuk menghindari terjadinya putus obat. Termasuk memberikan akses komunikasi lewat telepon dalan hal pengambilan obat, baik dalam jam pelayanan maupun diluar jam pelayanan melalui kontak konselor masing-masing ODHA. Dalam konseling dan wawancara

dengan para ODHA yang sering terlambat mengambil obat, didapatkan penjelasan bahwa mereka sering sibuk sehingga terkadang terlambat mengambil obat, walaupun dia tahu bahwa obatnya sudah habis. Para ODHA tahu mereka harus tepat waktu untuk minum obat. Ketika dilakukan pengkajian, apakah mereka tidak merasa khawatir terhadap kesehatannya kalau terjadi sesuatu akibat kurang disiplin dalam pengobatan? mereka menjawab mudah-mudahan tiang tetap sehat, sementara ini kondisi tiang baik-baik saja. Pemberian obat kepada para ODHA dilakukan setiap bulan dan diberikan untuk kebutuhan pengobatan selama 30 hari. Sebagai seorang konselor wajib mengkaji kepatuhan para ODHA dalam minum obatnya. Hal ini dilakukan pada saat mengambil ARV-nya setiap bulan di klinik VCT. Dalam beberapa kegiatan konseling kepatuhan kepada ODHA yang sedang mengambil obat di klinik VCT RSUD Sanjiwani Gianyar, ditemukan 3 kasus pada ODHA yang tepat waktu mengambil obat ARV di klinik VCT, namun ketika dilakukan pengkajian lebih jauh didapatkan informasi dari ODHA itu sendiri bahwa obatnya sudah habis seminggu yang lalu, dan ODHA yang lainnya mengatakan obatnya masih tersisa kurang lebih sepuluh butir. Hal ini membuktikan bahwa kepatuhan berobat cukup sulit dilaksanakan oleh para ODHA. Kasus lain yang juga cukup sering terjadi pada sebagian besar ODHA adalah masalah tepat waktu dalam minum obat sehari-hari. Mereka lebih sering tidak tepat waktu dalam minum ARV-nya sehari-hari. Sangat sulit bagi konselor untuk mengetahui dengan pasti ketepatan minum ARV pada masing-masing ODHA. Konselor hanya menilai tingkat kepatuhan melalui laporan dari ODHA

sendiri dan laporan dari pendamping atau keluarganya saja. Beberapa hal diatas merupakan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam penelitian ini. Kelemahan penelitian yang lainnya: 1 Konselor atau petugas tidak melakukan pemeriksaan terhadap sisa obat ketika pasien ODHA mengambil obat ARV setiap bulan. Petugas hanya menanyakan secara lisan sisa obat, ketepatan waktu, dan kemungkinan dosis obat yang dilupakan. 2 Konselor atau petugas hanya menerima laporan secara lisan tentang sisa obat dan dosis obat yang lupa diminum oleh ODHA tanpa melihat bukti sisa obat. Pasien ODHA sering tidak membawa sisa obatnya ketika kontrol atau ketika datang untuk mengambil obat selanjutnya.