BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain survey. Survey adalah penelitian yang hasil pengukuran sampelnya akan mengeneralisasikan populasi dari obyek yang diteliti ( Wahyuni, 2003 ). Desain penelitian meliputi beberapa poin yang terdiri atas: tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan studi, unit analisis, horison waktu, dan pengukuran konstruk. 1.1.1 Tujuan Studi Penelitian ini bertujuan hypotesis testing ( pengujian hipotesis ). Penelitian ini menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel ( Indriantoro dan Supomo, 2000). Dari penjelasan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta. 3.1.2 Tipe Hubungan Variabel Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan sebab akibat ( kausal ), yaitu penelitian yang ingin menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas ( independent ) dengan variabel terikat ( dependent ). 3.1.3 Unit Analisis Penelitian ini menggunakan unit analisis tingkat organisasi perusahaan percetakan. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik perusahaan percetakan atau manajer operasional dalam perusahaan atas nama perusahaan 0 38
percetakan yang ditunjuk. Pemilihan responden yang diwakilkan kepada pemilik atau manajer operasi dalam perusahaan percetakan dilakukan karena kelompok jabatan tersebut memiliki pemahaman dan bertanggung jawab terhadap keputusan dalam memahami orientasi manajemen kualitas dan komitmen pemeliharaan pemeliharaan. Keputusan tersebut merupakan variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 3.1.4 Horizon waktu Penelitian ini merupakan penelitian satu waktu ( one shoot study ), yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus. Data yang diperoleh berupa data dari subyek penelitian dalam satu periode waktu. Adapun periode waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah selama 7 bulan yang dimulai pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Mei 2016. 3.2 Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah industri percetakan yang terdapat di Kota Surakarta. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010, jumlah industri percetakan di Kota Surakarta berjumlah 53 unit usaha. Kemudian dilakukan penelusuran yang diperoleh dari mitra kerja percetakan yang ada di Kota Surakarta. Dari penelusuran diperoleh responden sejumlah 70 perusahaan percetakan. Jumlah tersebut tersebar di 5 kecamatan yang ada di Kota Surakarta 1
yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Laweyan Tabel III.2.1 Data Produk Industri di Kota Surakarta No Nama Produk / Industri Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja 1 Batik dan Produk Batik 40 Unit 240 2 Logam / Besi 4 Unit 44 3 Makanan 64 Unit 233 4 Meubel 20 Unit 147 5 Percetakan 53 Unit 315 6 Plastik 7 Unit 1088 7 Tekstil 23 Unit 2523 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2010 3.2.2 Sampel Penelitian ini mengambil responden seluruh populasi unit usaha percetakan yang ada di Kota Surakarta yang berjumlah 70 unit usaha sebagai responden. Jumlah tersebut didapat dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah tahun 2010. Selain itu dilakukan penelusuran melalui informasi yang diperolah dari beberapa pemilik percetakan mengenai mitra kerja dan hubungan antar pemilik percetakan yang berjumlah 17. Sehingga didapat 70 responden dalam penelitian ini. 3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel 2
Penelitian ini menggunakan metode sensus. Metode senus menggunakan seluruh populasi industri percetakan di Kota Surakarta sebagai responden dalam penelitian ini. Sensus dilakukan karena jumlah unit usaha industri percetakan di Kota Surakarta hanya berjumlah 70 unit usaha. Untuk memudahkan dalam analisis data, maka seluruh unit usaha industri percetakan Di Kota Surakarta dijadikan responden dalam penelitian ini. 3.3 Devinisi Operasional Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Independent Variabel Independent dalam penelitian ini adalah orientasi manajemen kualitas. Orientasi manajemen kualitas dapat diartikan sebagai norma dan nilai dari sebuah kualitas. ( Meletic dan Gomiscek, 2013 ). Kemudian menurut ( Wu dan Zhang, 2011 ) menyebutkan dimensi dari orientasi manajemen kualitas terdiri dari: 1. Pemahaman terhadap konsumen, adalah upaya perusahaan untuk melakukan proses produksi dengan mempertimbangkan pemahaman dan mengikuti keinginan konsumen. Dengan melakukan pemahaman terhadap konsumen maka produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat diterima oleh konsumen. Selain itu juga produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen 2. Tanggung jawab kualitas, tanggung jawab kualitas adalah kemampuan perusahaan untuk menjadikan budaya kerja yang berorientasi pada kualitas. Penerapan tanggung jawab kualitas dilakukan dengan cara mengedukasi seluruh sumber daya yang 3
dimiliki perusahaan. Tujuannya untuk dapat memahami cara meningkatkan kualitas produk dan proses produksi. 3. Upaya Pencegahan Kerusakan ( prevention ), adalah sikap atau budaya yang dimiliki oleh perusahaan untuk meminimalisir kerusakan produk atau produk cacat selama proses produksi. Pencegahan dapat meningkatkan kualitas produk. Upaya pencegahan dilakukan dengan memahami prinsip pencegahan produk cacat dan juga pencegahan kesalahan pada proses produksi. Pencegahan ini dilakukan sebelum dan selama proses produksi berlangsung. 4. Pengendalian pada proses, merupakan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan kontrol selama proses produksi. Tujuannya supaya proses berjalan sesuai dengan rencana. Tujuan lain dari penerapan pengendalian pada proses adalah menemukan metode yang lebih baik dalam menciptakan proses produksi yang lebih baik. Selain itu juga menciptakan efisiensi pada proses untuk mencapai perbaikan berkelanjutan. 3.3.2 Variabel Dependen Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah komitmen pemeliharaan mesin. Pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik ( Haizer dan Rander, 2001 ). Selanjutnya Maletic dan Gomiscek ( 2013 ) menyebutkan indikator performa perbaikan terdiri dari: 4
1. Availibility ( ketersediaan ), ketersediaan adalah kesiapan seluruh alat atau sumber daya yang digunakan dalam proses produksi ( Torell dan Averal, 2010 ). Kesiapan yang dimaksud adalah dapat digunakan dan dapat menjalankan fungsinya selama proses produksi berlangsung tanpa ada gangguan maupun kerusakan. 2. MTTR ( Mean Time To Repair ) adalah rata rata waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki alat, mesin, maupun sumber daya lainnya yang mengalami kerusakan atau kegagalan dalam proses produksi ( Torell dan Averal, 2010 ). Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam perbaikan ini maka menunjukkan performa MTTR yang semakin baik, sebaliknya semakin lama proses perbaikan dilakukan menunjukkan MTTR berjalan kurang baik dan kurang efektif. 3. MTBF ( Mean Time Between Failure ) adalah rata rata setiap kegagalan peralatan yang terjadi. MTBF menjelaskan perbandingan antara jumlah keseluruhan waktu yang telah dijalankan sebuah mesin, alat, maupun sumber daya lainnya dalam melakukan proses produksi dengan jumlah kegagalan mesin ( down time ). Semakin cepat jarak antara waktu yang dilakukan alat, mesin dan sumber daya untuk produksi dengan kegagalan mesin berarti performa MTBF menunjukkan performa yang kurang baik ( Torell dan Averal, 2010 ). Sebaliknya Semakin lama jarak antara waktu yang dilakukan alat, mesin dan sumber 5
daya untuk produksi dengan kegagalan mesin berarti performa MTBF semakin baik. 4. OEE adalah indikator produktivitas peralatan ( mesin ) yang terdiri atas ketersediaan peralatan, tingkat performa peralatan dalam menghasilkan produk, dan tingkat kualitas produk yang dihasilkan ( Maletic dan Gomiscek, 2014 ). Dengan kata lain alat, mesin, dan juga sumber daya yang dimiliki perusahaan mampu memproduksi sesuai dengan rencana baik dalam perencanaan waktu, jumlah produk, dan kualitas produk dengan sebaik mungkin. 3.4 Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Ciriciri penerapan skala ordinal adalah seperangkat obyek atau sekelompok orang diurutkan dari yang paling atas ke yang paling bawah dalam atribut tertentu (Suryabrata, 2008). Skala ordinal adalah skala yang sudah memiliki tingkatan namun jarak antar tingkatan belum pasti (Suliyanto, 2006). Dalam penelitian ini setiap item pernyataan dinilai dengan menggunakan score atau penilaian dengan 10 alternatif pilihan, yaitu sangat - sangat Tidak Setuju (1) sampai dengan Sangat - sangat Setuju (10) a. Variabel Independent Orientasi Manajemen Kulitas Tabel III.4.1 Pengukuran Variabel Dimensi Orientasi Manajemen Kualitas 6
Variabel Definisi Indikator Pemahaman terhadap Konsumen ( Feng, et al, 2011 ) Tanggung Jawab Kualitas ( Wu, et al, 2013 ) Upaya perusahaan untuk mempertimbangkan selera dan keinginan konsumen dalam melakukan proses produksi kesadaran perusahaan untuk membangun budaya kerja yang berorientasi pada kualitas. Memahami keinginan konsumen Memahami prioritas kebutuhan konsumen Merespon keinginan konsumen Sikap pegawai terhadap kualitas produk Penerapan visi kualitas dalam organisasi Upaya Pencegahan Kerusakan ( Hackman dan Wageeman, 1995 ) Pengendalian pada Proses ( Nair, 2006 ) sikap yang dimiliki oleh perusahaan untuk meminimalisir kerusakan produk atau produk cacat selama proses produksi. Pemahaman perusahaan untuk melakukan kontrol selama proses produksi. Edukasi kualitas ke pegawai Pengendalian selama proses produksi Pemahaman pentingnya pencegahan kerusakan Memahami alternatif tindakan untuk mencegah kerusakan Memahami masalah yang muncul dalam proses produksi Mengutamakan perbaikan proses Memahami pentingnya kualitas proses produksi b. Variabel Dependent Komitmen Pemeliharaan Mesin Tabel III.4.2 Pengukuran Variabel Komitmen Pemeliharaan Mesin Variabel Definisi Indikator 7
Komitmen pemeliharaan Mesin ( Maletic dan Gomiscek, 2014 ) Kemampuan perusahaan dalam menerapkan perawatan dan perbaikan pada sumber daya produksi yang dimiliki serta melaksanakan fungsinya dalam proses produksi Kesiapan berproduksi ( Availibility ) Waktu perbaikan ( MTTR ) produksi sesuai rencana ( kualitas ) - ( OEE ) Produksi sesuai rencana ( Kuantitas ) OEE Ketangguhan mesin produksi - ( MTBF ) 1.5. Jenis Data 3.4.1 Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya dengan tujuan yang spesifik ( Sekaran, 2006 ). Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kuesioner yang dilakukan oleh peneliti. Kuesioner didistribusikan kepada industri percetakan di Kota Surakarta sebagai responden. Data yang diperoleh dari kuesioner adalah data gambaran kondisi orientasi manajemen kualitas dan juga data gambaran kondisi komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta. Adapun data yang diperoleh berupa jawaban atas pertanyaan yang disampaikan melalui kuesioner yang berbentuk jawaban persepsi dari responden berkaitan dengan orientasi manajemen kualitas serta performa pemeliharaan. 3.5 Metode pengumpulan data 3.5.1 Metode kuesioner 8
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode kuesioner. Kuesioner didistribusikan kepada responden untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan juga apa yang dinyatakan oleh responden adalah benar dan dapat dipercaya, dan juga interpretasi responden tentang pertanyaan pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan apa yang dimaksudkan pada penelitian ini. Selain itu kuesioner akan membantu responden dengan kesibukannya untuk memudahkan dalam memberikan informasi. Prosedur pelaksanaan dari pengumpulan data melalui kuesioner ini adalah peneliti melakukan survey langsung ke industri percetakan yang berada di Kota Surakarta dengan memperhatikan data jumlah responden yang harus dipenuhi. Survey dilakukan dengan mendatangi satu per satu industri percetakan yang ada di Kota Surakarta. Kuesioner penelitian disampaikan kepada responden yaitu pemilik atau manajer operasional perusahaan yang bertindak mewakili perusahaan percetakan yang mereka pimpin. Responden mengisi jawaban sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan. Jawaban yang didapat akan menjadi data untuk diolah dan dianalisa. 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah cara untuk membuat deskripsi, gambaran, atau penjabaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan data sampel. Sehingga akan diperoleh gambaran tipe responden mengenai perilaku responden dalam proses pengambilan keputusan manajerial pada industri percetakan di Kota Surakarta. 9
Metode analisis deskriptif juga digunakan untuk memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena pada industri percetakan yang ada di Kota Surakarta. Adapun fakta yang akan dianalisa dalam penelitian ini adalah kondisi variabel orientasi manajemen kualitas pada industri percetakan di Kota Surakarta, kondisi variabel komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta. Penelitian ini juga ingin mengetahui kondisi hubungan variabel diatas dengan jumlah mesin dan peralatan, umur perusahaan, dan jumlah pegawai pada industri percetakan di Kota Surakarta. Peneliti menggolongkan responden berdasarkan variabel pemahaman terhadap pelanggan, tanggung jawab kualitas, pengendalian pada proses, upaya pencegahan kerusakan dan komitmen pemeliharaan mesin masing-masing ke dalam tiga kelompok (rendah-sedang-tinggi). Selanjutnya dilakukan pengolahan atas jawaban yang diberikan responden melalui kuesioner yang diberikan peneliti dengan mengelompokkan jawaban responden ke dalam 3 kelompok tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Djarwanto, 1998): Range dihitung dengan rumus: Range = Xn-Xi Keteragan: Xn: Nilai pengamatan tertinggi (jumlah item pertanyaan dikalikan skala tertinggi setiap item pertanyaan) 10
Xi: Nilai pengamatan tertendah (jumlah item pertanyaan dikalikan skala terendah setiap item pertanyaan) 3.6.2 Uji Validitas Uji validitas bertujuan mengetahui seberapa tepat suatu tes melakukan fungsinya. Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi juga pengukuran mendekati sasarannya ( Sekaran, 2003 ). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan software SmartPLS. Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan analisa Convergent Validity dan Discriminant Validity ( outer model PLS ) Nilai convergen validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai factor loading yang diharapkan adalah >0.7 ( Ghozali, 2008 ). Discriminant Validity merupakan nilai cross loading faktor yang berguna untuk mengetahui apakah sebuah konstruk memiliki diskriminan yang memadai. Untuk mengetahuinya dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang lain. 3.6.3 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik ( Arikunto, 1996 ). Reliabilitas juga digunakan sebagai ukuran suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang lebih dari dua kali atau lebih. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini Menggunakan Cronbach s Alpha dengan bantuan program software SmartPLS. Pengukuran 11
pada penelitian ini hanya sekali dan hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban. Dalam pengkukuran yang dilakukan Triton ( 2005 ) mengklasifikasikan nilai cronbach alpha sebagai berikut: - Nilai 0,00 0,20 dikategorikan kurang reliabel - Nilai 0,21 0,40 dikategorikan agak reliabel - Nilai 0,41 0,60 dikategorikan cukup reliabel - Nilai 0,61 0,80 dikategorikan reliabel - Nilai 0,81 1,00 dikategorikan sangat reliabel Untuk semakin meyakinkan reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan melihat nilai Composite Reliability. Adapun nilai Composite Reliability yang diharapkan adalah > 0,60 3.6.4 Uji Hipotesis Teknik analisis data PLS dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian di mana dalam variabel terdiri dari multidimensi ( Ghozali, 2008 ). Adapun tahapan analisis dengan menggunakan metode ini adalah: 1) Analisis path diagram untuk menginterpretasikan output software smartpls, 2) Analisis model pengukuran (outer model atau disebut juga measurement model) untuk mengevaluasi hubungan antara variabel dengan indikatornya, 3) Analisis struktural (inner model) untuk mengevaluasi hasil estimasi parameter path coefficiency dan tingkat signifikansinya. 12
Analisis data dilakukan dengan metode Partial Least Square (PLS). PLS adalah salah satu metode penyelesaian Struktural Equation Modeling (SEM). SEM memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi pada penelitian yang menghubungkan antara teori dan data, serta mampu melakukan analisis jalur (path) antar variabel sehingga sering digunakan oleh peneliti yang berfokus pada ilmu sosial. Dikemukakan oleh Wold (1985) dalam Ghazali (2008) PLS merupakan metode analisis powerfull, karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Data juga tidak harus berdistribusi normal multivariate ( indikator dengan skala kategori ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar. PLS selain dapat mengkonfirmasi teori, namun juga untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel. Selain itu PLS juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori, sehingga dalam penelitian yang berbasis prediksi PLS lebih tepat untuk menganalisis data. Pengujian hipotesis menggunakan analisis full model structural Equation Modeling (SEM) dengan smartpls versi 3. Dalam Full Model Structural Equation Modeling selain mengkonfirmasi teori, juga menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten, Wold (1895) dalam Ghozali (2008). Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk. Pengujian Inner model juga merupakan pengujian dari hubungan antar variabel laten. Karena prosedur PLS tidak memiliki nilai standar deviasi atau standar error dalam perhitungannya, maka pengujian ada tidaknya hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan metode bootstrap. 13
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah >1,96, untuk p < 0,05 dimana apabila nilai-nilai t hitung < t tabel (1,96) maka hipotesis alternatif (Ha) akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (H0). Pengujian lain yang dilakukan adalah dengan menggunakan Path Coefficient, pengujian ini dilakukan untuk melihat sifat korelasi antar konstruk. Hasil dari pengujian Path Coefficient adalah sifat korelasi positif atau negatif. Analisis PLS (Partial Least Square) yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SmartPLS versi 3. 14