BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya perusahaan perusahaan baru

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi

BAB I PENDAHULUAN. Kecantikan identik dengan penampilan diri dan merupakan aset berharga

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dari China yang masuk ke Indonesia antara lain seperti, industri makanan, industri

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kulit saat ini merupakan isu menarik yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. objek memiliki arti yang personal dan penting, berkaitan dengan diri atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ingin menunjukkan eksistensi dirinya dalam sosialitas. Bagi wanita, kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita memiliki kebutuhan untuk tampil bersih, wangi, dan cantik. Kosmetik berasal

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan ide-ide baru baik dari bidang makanan, pakaian, kosmetik, dan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Zaman terus berkembang, begitu pula dengan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat identik dengan wanita. Kecantikan dan keindahan tersebut dapat

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Panggung. Mahasiswa dapat :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotler (2003 (M. FarisNaufal, 2014) Vitality Show diakses pada 14 September 2015). Departemen Riset IFT

BAB 1 PENDAHULUAN. berdirinya beberapa salon terkemuka di Indonesia. Tak jarang para investor asing

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Make up sehari-hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala kosmetik sudah seperti sahabat setia wanita. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri maupun produksi luar negeri. Membanjirnya produk kosmetika di

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan industri kecantikan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional (Undang Undang RI No. 20, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan simbol dari keindahan. Salah satu upaya wanita untuk menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu alasan industri kosmetik tetap tumbuh. Pemerintah mengklaim

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan disini mengacu pada penampilan secara keadaan fisik

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik merupakan bahan yang digunakan pada tubuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu produk bukan lagi untuk memenuhikebutuhan (need), melainkan karena

BAB I PENDAHULUAN. pesat, hampir bagi para wanita kosmetik merupakan kebutuhan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kosmetik secara industri baru dimulai secara besar-besaran

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias TV/Film. Mahasiswa dapat :

MENGATUR PENGELUARAN UNTUK KECANTIKAN

Under Makeup Moisture Lotion

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SOAL UJIAN PRAKTIK KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

yang ada kearah yang lebih cantik dan sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah pemilihan merek pada suatu produk maka terlebih dahulu adalah niat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semakin pesat. Hal ini membuat setiap individu dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut bahwa manusia adalah makhluk sosial.. Hal ini tentu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat

MATERI TEST PROJECT SELEKSI DAERAH ASEAN SKILL COMPETITION X KEJURUAN BEAUTY THERAPY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya berbagai macam masalah kulit pada wajah, salah satunya

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan bagian bagian wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

Tip's Makeup dg La Tulipe

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia. Globalisasi juga menyatukan unit-unit ekonomi dunia

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TANAMAN HIAS DI PASAR NANGKA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Cantik identik dengan wanita karena semua wanita ingin cantik, Manusia

BAB I PENDAHULUAN. meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus

BAB I PENDAHULUAN. industri kosmetika di Indonesia. Saat ini industri kosmetika mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak adanya pasar bebas ASEAN dan China (AC-FTA) yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu memimpikan untuk memiliki fisik yang sempurna, baik laki-laki maupun perempuan. Kesempurnaan seorang individu akan dengan mudah diterima oleh lingkungan dan kelompoknya, tanpa ada pengecualian dan wajah merupakan fokus dari keseluruhan daya tarik fisik seseorang. Menurut Neill (2005:3) pada kenyataannya, untuk berinteraksi maka individu harus mempunyai keberanian atau percaya diri (self confidence) untuk menjalin interaksi dengan orang lain (Putri & Hadi, 2005). Seseorang akan belajar mengenali dirinya sendiri melalui interaksi dengan orang di sekitarnya. Individu akan memperoleh informasi mengenai dirinya dari interaksi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya tetapi jika tidak ada interaksi dengan lingkungan maka individu tersebut tidak dapat mengenal dirinya lebih dalam. Diri berisi persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari diri subjek atau diri objek dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antara diri subjek atau diri objek dengan orang lain dalam berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada presepsi-presepsi ini. Hal ini menunjukkan bahwa untuk dapat berinteraksi sosial dengan baik diperlukan pemahaman dan kemampuan tentang diri sendiri. Individu yang yakin akan kemampuan dirinya merupakan indikasi dari rasa percaya diri seseorang. Rasa percaya diri (self confidence) bisa dikatakan 1

2 sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri (self confidence) akan mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan dan situasi tertentu, cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah serta kurang memiliki kelebihan pada ketidaktahuan bagaimana cara mengembangkan diri untuk meningkatkan potensi dalam dirinya. Namun sebaliknya individu yang memiliki rasa percaya diri (self confidence) dapat diindikasi memiliki perasaan yang kuat terhadap tindakan yang dilakukan, memiliki ketenangan sikap, dapat berkomunikasi dengan baik, memilki kemampuan untuk bersosialisasi, merasa optimis, dapat mengendalikan perasaannya, percaya akan kompetensi/kemampuan diri dan memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung serta mengharapkan bantuan orang lain). Berdasarkan latar belakang di atas, pada sebagian orang tidak menyadari bahwa rendahnya rasa percaya diri (self confidence) dapat menimbulkan hambatan besar dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sikap seseorang yang menunjukkan dirinya tidak percaya diri antara lain di dalam berbuat sesuatu yang penting dan penuh tantangan selalu dihadapi dengan keragu-raguan, mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghidar, tidak punya inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil depan orang banyak dan gejala kejiwaan lain yang menghambat seseorang untuk melakukan sesuatu. Penilaian baik atau buruk yang diterima dari

3 orang lain turut mempengaruhi rasa percaya diri (self confidence) seseorang, sebaliknya penilaian yang buruk oleh orang lain akan menurunkan rasa percaya diri (self confidence). Rasa percaya diri seseorang sering kali diyakini merupakan dampak dari faktor perasaan individu dalam berpenampilan. Oleh sebab itu tidak bisa dipungkiri bahwa memiliki wajah cantik yang menarik bagi wanita dan tubuh sehat yang terawat merupakan dambaan bagi sebagian besar wanita, hal ini dikarenakan sejak dulu wanita identik atau bahkan disamakan dengan kecantikan, bahkan keduanya diibaratkan seperti dua sisi berbeda dari mata uang yang sama. Hal ini wajar, karena selama ini wanitalah yang paling banyak menggunakan atribut kecantikan, salah satu contoh; sebutan eye shadow, mascara, begitu juga wewangian dan bedak, ternyata sudah sejak beribu tahun lalu digunakan wanita. Begitu pula bagi wanita Indonesia yang terkenal mewarisi berbagai ramuan dan wewangian yang dapat membuat mereka cantik dan awet muda, bahkan dalam cerita wayang Indonesia pun dengan penggambaran kecantikan wanita. Menurut MeBrouwers dalam Kartono (2014:2), seorang wanita dengan wajah yang cantik dan menarik sering dipandang sebagai individu yang lebih pintar, menyenangkan, bersemangat dan sukses. Semakin pesatnya perkembangan zaman dapat mempengaruhi pandangan masyarakat yang melihat kecantikan memiliki banyak pengertian dari berbagai sudut pandang, sehingga kecantikan tidak hanya dapat dinilai dari satu sisi saja namun harus dari berbagai sisi. Pada umumnya perempuan mengartikan kecantikan hanya secara lahiriah saja dan cenderung menilai kualitas perempuan dari segi kemenarikan fisiknya. Untuk memiliki wajah cantik dan tubuh yang terawat bagi banyak perempuan

4 merupakan hal yang penting. Kecantikan secara keseluruhan bagi wanita, sangat mempengaruhi rasa percaya dirinya. bagaimana dia bersikap terhadap lingkungannya ditentukan juga dari bagaimana lingkungan menyikapinya. Penampilan fisik dan kecantikan menjadi hal utama yang mempengaruhi persepsi lingkungan terhadap seorang perempuan. Menurut Melliana (2006:10), memiliki wajah yang cantik dan menarik diasosiasikan dengan keberhasilan dalam cinta dan pekerjaan serta kesempatan kerja yang lebih luas dan salah satu cara untuk tampil cantik dan menarik yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kosmetik. Keinginan untuk cantik telah terancap dengan kuat dalam kepala setiap wanita, sehingga membuat para wanita ingin terlihat cantik terutama di depan laki-laki, maka tidak heran jika kemudian para wanita berlomba-lomba mempercantik dirinya dengan berbagai cara. Mulai dengan cara tradisional seperti minum jamu, hingga cara modern seperti facial, operasi plastik dan menggunakan berbagai produk kosmetik. Berdasarkan pengamatan peneliti selama 6 bulan sebelum penulisan penelitian ini disusun, peneliti menemukan fenomena bahwa sebagian besar mahasiswi datang ke kampus dengan menggunakan kosmetik baik dalam penggunaan kosmetik secara full (meliputi penggunaan parfum dan krim tubuh), light (penggunaan make-up wajah di sebagian saja) dan tanpa ada penggunaan kosmetik sama sekali (make-up less). Kosmetik merupakan pemolesan serta pemberian sentuhan bahan tertentu yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan wajah) sehingga dipercaya dapat menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi seluruh bagian tubuh agar tetap terjaga dalam keadaan baik, sehat dan

5 menarik. Melliana (2006) mengatakan kosmetik pada wajah, kosmetik yang dipergunakan disebut make-up dan apabila diaplikasikan ke tubuh khususnya pada bagian wajah akan menghasilkan suatu warna, contohnya seperti lipstick, mascara, eyeliner, eyeshadow, dan blush on. Scoot (2007) mengatakan, Kosmetik terutama make-up banyak dipilih karena dengan menggunakan makeup dapat memberikan dampak positif terhadap daya tarik fisik perempuan terutama pada wajah. Seseorang yang menggunakan make-up dengan paduan warna tertentu dapat terlihat lebih menarik dan cantik bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya. Hasil observasi terhadap 60 mahasiswi terkait dengan penggunaan kosmetik dan percaya diri adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Hasil Observasi Penggunaan Kosmetik dan Percaya Diri Hasil No Pengamatan Observasi Penggunaan Kosmetik Ya Tidak 1 Menggunakan alas bedak (foundation), perona pipi (blusher), eyebrow pencil, mascara, eye shadow dan eye liner, parfum dan krim tubuh 2 Menggunakan bedak dan lisptik tipis, parfum dan krim tubuh 3 Tanpa ada penggunaan kosmetik sama sekali (makeup less) Percaya Diri 1 Berani menyampaikan ide dan gagasan 2 3 4 Mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan Lebih senang menyendiri Sering tidak berani mengakui kesalahan Sumber : Hasil Observasi 2015 27 33 45% 55% 44 16 73% 27% 13 47 22% 78% 50 10 83% 17% 48 12 80% 20% 13 47 22% 78% 11 49 18% 82%

6 Hasil observasi sebagai pada tabel di atas untuk penggunaan kosmetik adalah menggunakan alas bedak (foundation), perona pipi (blusher), eyebrow pencil, mascara, eye shadow dan eye liner, parfum dan krim tubuh sebanyak 45%, menggunakan bedak dan lisptik tipis, parfum dan krim tubuh sebesar 73% dan tanpa ada penggunaan kosmetik sama sekali (make-up less) 22%. Sedangkan untuk percaya diri, berani menyampaikan ide dan gagasan 83%, mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan sebesar 80%, lebih senang menyendiri 22% dan sering tidak berani mengakui kesalahan sebesar 18%. Berdasarkan data dan hasil penelitian oleh AC Nielsen (2014), satu perusahaan yang bergerak di bidang informasi global serta media dan berfokus pada suatu penelitian dan melakukan suatu riset dalam memberikan suatu informasi tentang pemasaran dan konsumen, menjelaskan bahwa pertumbuhan penggunaan kosmetik di pedesaan Pulau Jawa mengalami peningkatan disajikan pada Tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Pertumbuhan Penggunaan Kosmetik Uraian 2013 2014 % Pertumbuhan Pedesaan 64,000 82,000 27,5% Perkotaan 554,000 606,000 9,4% *Dalam Milyar Sumber: AC Nielson 2014 Dari data pada Tabel di atas ini dapat dilihat bagaimana pertumbuhan penggunaan kosmetik, tercatat mencapai 27,5% dari Rp 64 miliar menjadi Rp 82 miliar pada tahun 2013. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan yang pertumbuhannya sekitar 9,4% menjadi Rp 606 miliar dari Rp 554

7 miliar pada tahun 2014. Pertumbuhan di desa mengalami peningkatan cukup tinggi bahkan lebih tinggi bila dibanding dengan di perkotaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aryani (2006), dengan judul Hubungan Antara Komformitas dan Perilaku Konsumtif pada Remaja di SMA Negeri I Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 diketahui bahwa ada hubungan antara konformitas terhadap perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif ini meliputi pembelian berbagai macam kebutuhan, salah satunya adalah pembelian kosmetik. Merujuk pada data di atas maka peningkatan penggunaan di desa ataupun di kota salah satunya dapat disebabkan oleh adanya konformitas individu terhadap lingkungan sosialnya. Salah satu sumber data International Cosmetic menyebutkan bahwa impor produk kosmetik mencapai Rp. 4 miliar sampai dengan 10 miliar per bulan. Bahkan, pada tahun 2006 impor selama setahun mencapai Rp 1 triliun. Sementara itu untuk pasaran lokal, menurut Persatuan Kosmetik Indonesia (Petosmi) ditulis Darmaji (2008), omzet penjualan kosmetik bisa mencapai Rp 40 miliar untuk satu perusahaan besar dalam satu bulan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa penggunaan kosmetik di Indonesia sangat besar karena salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah karena seiring dengan perkembangan zaman banyak berpendapat bahwa kosmetik seolah telah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian kaum wanita. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat kita ketahui pula bahwa motif penggunaan kosmetik secara eksternal salah satunya adalah konformitas dan berdasarkan fenomena-fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan motif internal dari perilaku individu dalam penggunaan kosmetik yaitu

8 dengan tumbuhnya rasa percaya diri (self confidence). Penampilan fisik seorang individu menjadi hal yang penting bagi sebagian besar orang dalam masyarakat. Bagaimana individu ingin terlihat dari luar berhubungan dengan bagaimana perasaannya terhadap dirinya sendiri, maka dalam hal ini penulis ingin mengetahui keterkaitan hubungan penggunaan kosmetik dengan rasa percaya diri (self confidence) pada wanita, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif kolerasional. Lokasi penelitian, peneliti mengambil lokasi di Universitas Mercu Buana Jakarta dengan sampel mahasiswi Fakultas Psikologi dari program regular 2 sebanyak 100 orang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada hubungan antara penggunaan kosmetik dengan rasa percaya diri pada wanita? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara penggunaan kosmetik dengan rasa percaya diri pada wanita. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi sosial yaitu

9 memberikan informasi mengenai bagaimana hubungan penggunaan kosmetik dengan rasa percaya diri pada wanita. 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah peneliti mendapatkan data penelitian mengenai hubungan pengguna kosmetik dengan rasa percaya diri pada wanita. 1) Bagi wanita pengguna kosmetik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang rasa percaya diri yang mereka tumbuhkan dari kosmetik yang mereka gunakan. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab I ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Pada bab ini berisi pembahasan teoritis tentang hubungan rasa percaya diri (self confidence) pada wanita pengguna kosmetik lengkap (Full Cosmetc) dan kosmetik ringan (Light Cosmetic). Bab III : Metode Penelitian Bab ini terdiri atas Metode Penelitian, Tipe dan Desain Penelitian, Variabel Penelitian, Partisipan Penelitian, Instrumen Penelitian, Validitas dan Reliabilitas alat ukur dan Metode Analisa Data.

10 Bab IV : Analisa Data Bab ini memuat tentang pengoahan data penelitian, gambaran umum subjek, hasil penelitian dan pembahasan mengenai data-data penelitian berdasarkan teori yang relevan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saransaran yang diperlukan, baik untuk penyempurnaan atau peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.