BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini
|
|
- Widya Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi menyebabkan perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan. Perkembangan teknologi utamanya membawa dampak besar pada penyebaran informasi, kemudahan dalam memperoleh informasi membuat individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini trend kecantikan sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat. Banyak individu berlomba-lomba untuk menjadikan diri mereka tampil menarik baik dengan cara menggunakan kosmetik ataupun melakukan perawatan di klinik kecantikan. Trend kecantikan menyebabkan permintaan pasar akan produk kecantikan (kosmetik) dan perawatan kecantikan menjadi meningkat. Para produsen dalam industri kecantikan melihat peluang tersebut dan mengembangkan industri kecantikan di Indonesia. Menariknya, menurut Presiden Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi), Nuning S. Barwa (dalam Wulandari, 2015), pasar kosmetik kini tidak lagi didominasi perempuan karena kaum pria juga banyak yang membeli produk kosmetik dan perawatan kulit. Berdasarkan catatan Euromonitor International (dalam Wulandari, 2015), industri kosmetik Indonesia telah mencapai lebih dari US$ 5 miliar dengan pertumbuhan rata-rata 12%. Indonesia diperkirakan menjadi negara dengan potensi pertumbuhan yang tinggi di industri kecantikan. Dikutip dari sumber yang sama, Monika Ardianti, Bussiness Unit Manager Maybeline Indonesia, pada tahun 2015 sepanjang kuartal
2 I (Januari sampai April), pasar kosmetik bertumbuh sekitar 8% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Akan tetapi, meskipun pasar kosmetik meluas dengan mencakup konsumen pria, dominasi konsumen kosmetik masih dipegang oleh kaum wanita. Hal tersebut dibuktikan dengan pertumbuhan pasar kosmetik di Indonesia terjadi disebabkan tingginya permintaan konsumen terhadap produk kosmetik yang merupakan salah satu kebutuhan utama kaum wanita (Monika dalam Wulandari, 2015). Survai yang dilakukan oleh bagian beauty subscription service Glossybox (dalam McKnight, 2014) terhadap 8000 wanita menyebutkan bahwa, 75% wanita menggunakan make-up setiap hari. Ada beragam hal yang mendorong wanita untuk senantiasa tampil cantik dan menarik secara fisik. Survai oleh Glossybox (dalam McKnight, 2014), menyatakan sebanyak 82% wanita menyatakan bahwa, make-up dapat membuat mereka tampil lebih menarik. Alasan wanita menggunankan make-up antara lain, 18% persen menyatakan untuk mengekspresikan kepribadian mereka, 11% menyatakan untuk menarik pasangan dan 74% dari responden menggunakan make-up karena mereka merasa lebih percaya diri dengan menggunakan make-up. Survai yang dilakukan kepada 1000 wanita oleh Daily Mail Reporter (2014), menyatakan bahwa, 1 dari 10 wanita menggunakan make-up setiap hari untuk menarik lawan jenis. Survai lainnya (The Renfrew Center Foundation, 2012) sebanyak 44% menyatakan bahwa, alasan wanita menggunakan make-up adalah make-up dapat menutupi kekurangan kulit mereka. Responden juga menyebutkan alasan emosional dibalik penggunaan make-up yaitu mereka menyukai penampilan mereka dengan make-up (44%), make-up membuat diri mereka
3 merasa lebih baik (32%) dan make-up merupakan salah satu norma yang terdapat dalam budaya masyarakat (11%). Riset yang dilakukan atas wanita usia 20 sampai 40 tahun (dalam Femina, 2012) menunjukkan bahwa, wanita merasa perlu memanjakan diri dengan ritual perawatan kecantikan dan kesehatan agar senantiasa tampil prima. Para wanita tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk membeli peralatan kosmetik dan melakukan perawatan untuk membuat diri mereka tampil cantik dan menarik. Sekitar 80% dari responden mengikuti trend kecantikan, 62% responden menyatakan bahwa mereka secara rutin sebanyak 2 kali dalam sebulan mengunjungi klinik perawatan kecantikan dengan budget untuk sekali perawatan hingga Rp 2,5 juta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa, wanita cenderung konsumtif dalam bidang kecantikan. Perilaku konsumtif didefinisikan sebagai perilaku membeli yang berlebihan sebagai usaha seseorang untuk memperoleh kesenangan dan kebahagian yang hanya bersifat semu (Fromm, 2008b). Seseorang yang konsumtif membeli barang yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan, secara berlebihan dan tidak wajar untuk menunjukkan status dirinya. Hardipranata (dalam Jessica, 2008) mengamati bahwa wanita mempunyai kecenderungan lebih besar untuk berperilaku konsumtif dibandingkan pria. Hal tersebut disebabkan konsumen wanita cenderung lebih emosional, sedangkan konsumen pria lebih menggunakan logika dalam membelanjakan uang mereka. Keinginan untuk menjadi cantik dan menarik tidak hanya muncul pada wanita dewasa. Survai yang dilakukan oleh Haris Interactive untuk kepentingan
4 The Renfrew Center Foundation (2012) menyebutkan bahwa, hampir sebagian wanita mulai menggunakan make-up pada rentang usia antara 14 dan 16 tahun (51 %), dan sebagian lainnya mulai menggunakan make-up pada rentang usia antara 11 dan 13 tahun (27%). Akan tetapi, wanita baru mulai berani mencoba beragam jenis make-up dan mulai konsumtif terhadap make-up saat menginjak usia 19 tahun (McKnight, 2014). Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah dari umur 11 sampai 24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2003). Fase remaja kemudian dibagi lagi menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12 sampai 15 tahun, masa remaja tengah 15 sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 sampai 21 tahun (Monks, dkk., 2002). Reynold (dalam Hasibuan, 2009) menyatakan bahwa, remaja putri lebih banyak membelanjakan uangnya daripada remaja putra untuk keperluan penampilan, seperti pakaian, kosmetik, aksesoris dan sepatu. Hal tersebut menunjukkan bahwa, perilaku konsumtif terhadap produk kecantikan sudah mulai ditunjukkan sejak wanita menginjak fase perkembangan remaja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu menunjukkan perilaku konsumtif. Faktor-faktor penyebab perilaku konsumtif tersebut, secara garis besar, terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, harga diri, pengamatan proses belajar, persepsi, kepribadian dan konsep diri. Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi atau konformitas (Swatsha & Handoko, 1997). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja adalah faktor budaya. Budaya mempengaruhi kebutuhan (needs) dan cara yang
5 digunakan individu dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Budaya mempengaruhi pengambilan keputusan terkait produk yang dibeli dan dikonsumsi oleh individu dalam perilaku konsumen. Budaya mencakup norma, nilai, simbol, ritual, dan keyakinan yang ada di masyarakat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Karz dan Barley (dalam Schneider, 2005) menyatakan salah satu produk budaya adalah stereotip. Stereotip yang ada dalam budaya mempengaruhi kategorisasi diri dan kategorisasi sosial pada individu (Sarwono, 2003). Kategorisasi terjadi dalam kognisi dan atas dasar kategorisasi kognitif tersebut individu bereaksi atau berperilaku. Robby, Schot dan Visser (1989, dalam Sarwono, 2003) menyatakan individu melakukan kategorisasi untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri (economic self interest). Salah satu dari stereotip yang ada dalam budaya masyarakat adalah stereotip daya tarik fisik (physical attractiveness stereotypes). Stereotip daya tarik fisik mengkategorisasikan individu atau kelompok sebagai kelompok cantik atau jelek. Konsep stereotip daya tarik fisik pertama kali diperkenalkan oleh Dion, Berscheid, dan Walster pada tahun 1972 dan populer dengan istilah what is beautiful is good stereotype. Stereotip daya tarik fisik merupakan keyakinan bahwa seseorang yang menarik akan memiliki trait yang lebih disukai oleh lingkungan sosial dan diprediksi memiliki kehidupan yang lebih sukses daripada mereka yang tidak menarik dalam segi fisik/ penampilan (Dion, dkk., 1972). Rohner dan Rasmussen (2012) menyatakan bahwa, efek dari stereotip daya tarik fisik adalah seseorang yang menarik akan memperoleh perlakuan yang lebih positif daripada seseorang yang kurang menarik. Seseorang yang memiliki daya
6 tarik fisik juga akan lebih disukai dan dicintai daripada mereka yang kurang menarik (Myers, 2010). Keyakinan yang dimiliki remaja terhadap stereotip daya tarik fisik mendorong remaja putri untuk melakukan upaya-upaya untuk membuat dirinya menjadi lebih menarik dan cantik. Menurut teori planned behavior (Ajzen, 1991), kepercayaan yang dimiliki oleh individu terhadap suatu hal akan membentuk sikap individu terhadap hal tersebut dan kemudian mempengaruhi intensi perilaku individu. Berdasarkan teori tersebut, jika seorang wanita percaya pada stereotip daya tarik fisik, wanita tersebut akan membentuk sikap positif terhadap stereotip daya tarik fisik. Hal tersebut kemudian akan membentuk intensi wanita untuk menjadikan diri mereka cantik dan menarik, salah satu caranya adalah dengan membeli dan menggunakan produk kosmetik. Remaja wanita menggunakan produk kosmetik untuk membuat diri mereka menarik. Penampilan yang menarik akan membuat remaja putri memperoleh keuntungan akibat adanya bias stereotip daya tarik fisik sehingga memungkinkan remaja putri untuk memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Selain faktor budaya, faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja adalah keadaan emosional remaja. Keadaan emosional memegang peranan penting dalam perilaku konsumen. Keadaan emosional individu berpengaruh pada pengambilan keputusan, persepsi, pemrosesan informasi, pemilihan produk, dan pengambilan resiko dalam perilaku konsumen (Cryder, dkk., 2008; Brooks & Schweitzer, 2011; Agrawal, dkk., 2012; Duclos, dkk., 2013). Menurut Hall (dalam Santrock, 2012), masa remaja merupakan masa
7 terjadinya kekacauan emosi. Pada masa remaja individu mengalami berbagai macam perubahan emosional yang disebabkan oleh perubahan biologis dan perubahan situasi lingkungan remaja. Salah satu keadaan emosional yang cenderung timbul pada masa remaja adalah perasaan kesepian. Perasaaan kesepian yang dialami remaja merupakan manifestasi dari kegagalan remaja dalam melaksanakan tugas perkembangan yaitu untuk menjalin hubungan yang baru dan matang dengan teman sebaya. Blackwell, Miniard dan Engel (2001) menjelaskan bahwa, keadaan emosional individu dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan evaluasi terkait produk yang akan dibeli dan dikonsumsi oleh individu. Produk yang seringkali digunakan untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada remaja putri adalah produk kosmetik. Menurut Maslow (dalam Solomon, 2007), kesepian merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang timbul akibat kurang terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Produk yang relevan dalam memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yaitu produk fashion dan produk kosmetik (dalam Solomon, 2007). Perasaan kesepian meningkatkan motivasi remaja untuk berbelanja (Davis & Seepersad, 2010). Remaja yang kesepian cenderung menjadikan aktivitas berbelanja sebagai sarana untuk membeli barang-barang yang dapat mengurangi perasaan negatif yang timbul dari kesepian. Fromm (2008a) menyatakan individu yang kesepian mengurangi perasaan cemas dan bosan yang dirasakan dengan melakukan pembelian yang berlebihan dan berulang. Pada situasi pembelian yang memungkinkan adanya evaluasi dari lingkungan, individu yang kesepian akan
8 lebih memilih produk-produk yang banyak dipilih oleh kelompok mayoritas atau sesuai trend (Wang, dkk., 2012). Hal tersebut dilakukan untuk menghindari evaluasi negatif dari lingkungan sosial. Individu yang kesepian membelanjakan uang sebagai upaya untuk bisa sesuai dengan lingkungan atau menjadi bagian dari lingkungan (Mead, dkk., 2010). Duclos, Wan dan Jiang (2013) menyatakan individu yang kesepian lebih berani mengambil resiko dalam membelanjakan uang mereka. Akibat dari hilangnya dukungan sosial, individu yang kesepian, lebih banyak membelanjakan uang untuk mendapatkan hal yang diinginkan di luar dari sistem sosial (Duclos, dkk., 2013). Berdasarkan penjelasan di atas, remaja putri yang kesepian cenderung membeli produk kosmetik yang sedang trend secara berlebihan dan berulang, untuk menghindari evaluasi negatif dari lingkungan dan menjaga eksistensi mereka dalam lingkungan. Konsumsi produk kosmetik merupakan upaya untuk mengurangi emosi negatif yang timbul akibat dari kesepian dan upaya untuk bisa menjadi bagian dalam lingkungan. Mahasiswi merupakan individu yang termasuk dalam kelompok remaja akhir (usia tahun), yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hasil pengumpulan data awal yang dilakukan penulis dengan metode observasi dan wawancara pada mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) menunjukkan bahwa dari sepuluh fakultas, terdapat tiga fakultas yang cenderung lebih banyak mahasiswinya menunjukkan perilaku menggunakan produk kosmetik pada saat di kampus. Bentuk perilaku yang tampak antara lain pemakaian make-up yang cukup kentara pada saat di kampus, perbaikan make-up di sela-sela jeda jam kuliah, dan
9 pemakaian pewarna rambut bagi mahasiswi yang tidak berkerudung. Salah satu dari tiga fakultas tersebut adalah mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Hasil wawancara dengan mahasiswi FISIP UNS yang menggunakan make up untuk mengetahui perilaku konsumtif mahasiswi terhadap produk kosmetik. Hasil wawancara menyatakan bahwa, responden mulai berani mencoba produk make up ketika memasuki smester awal perkuliahan. Responden menyatakan bahwa, saat mereka masuk kuliah, maka mereka dianggap sudah mulai dewasa dan memiliki hak untuk mencoba-coba beragam hal. Responden secara rutin membeli produk make up minimal sebulan sekali dengan budget yang dikeluarkan berkisar antara 100 hingga 200 ribu rupiah sekali pembelian. Pertimbangan harga dan kualitas produk kosmetik mempengaruhi keputusan responden untuk membeli produk kosmetik. Responden lebih memilih untuk membeli produk kosmetik dengan potongan harga yang besar dikarenakan budget yang terbatas dan rata-rata responden belum memiliki penghasilan sendiri. Saat ada produk kosmetik yang diinginkan tetapi memiliki harga diluar kemampuan, responden akan menabung untuk bisa mendapatkannya. Penampilan menarik membuat responden merasa percaya diri dan senang. Bagi responden, memakai make up adalah cara untuk menunjukkan bahwa, mereka bisa merawat diri. Responden memperoleh kepuasan dari menggunakan produk make up. Penampilan yang menarik menurut responden sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Saat berhubungan dengan orang lain, penampilan adalah hal pertama yang dinilai dan mungkin akan mempengaruhi keberhasilan
10 hubungan kedepannya. Responden juga menyatakan bahwa, dalam hubungan romantis dengan lawan jenis, penampilan adalah salah satu hal yang dapat menarik perhatian lawan jenis. Responden percaya bahwa, penampilan yang menarik akan membawa keuntungan bagi diri mereka. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara stereotip daya tarik fisik dan kesepian dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Peneliti menyusun rancangan penelitian kuantitatif dengan metode survai untuk menguji asumsi dalam penelitian ini. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang mendasari perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada remaja, khususnya mahasiswi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara stereotip daya tarik fisik dan kesepian dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret? 2. Apakah terdapat hubungan antara stereotip daya tarik fisik dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret? 3. Apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
11 Politik Universitas Sebelas Maret? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: a. Mengetahui hubungan antara stereotip daya tarik fisik dan kesepian dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. b. Mengetahui hubungan antara stereotip daya tarik fisik dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. c. Mengetahui hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1) Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah psikologi sebagai ilmu perilaku, dalam hal penelitian ilmiah dan memperkaya kajian keilmuan psikologi sosial, psikologi perkembangan dan psikologi industri dan organisasi khususnya dalam bidang perilaku konsumen.
12 2) Memberikan pengetahuan mengenai hubungan antara stereotip daya tarik fisik dan kesepian dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada remaja, khususnya mahasiswi. b. Manfaat praktis 1) Bagi responden Memberikan gambaran mengenai hal-hal yang mendorong perilaku konsumtif produk kosmetik pada mahasiswi, sehingga mahasiswi bisa mempertimbangkan keputusan sebelum membeli produk kosmetik. 2) Bagi produsen industri produk kosmetik Memberikan gambaran mengenai hal-hal yang berpotensi mendorong perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada konsumen, khususnya konsumen mahasiswi/ remaja, yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun strategi pemasaran kedepannya. 3) Bagi peneliti lainnya Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai perilaku konsumtif.
RENGGANIS/ HUBUNGAN ANTARA STEREOTIP DAYA TARIK
Hubungan antara Stereotip Daya Tarik Fisik dan Kesepian dengan Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret The Relationship
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. penggunaan produk hingga perilaku konsumen paska pembelian.
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Solomon (2007) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi mengenai serangkaian proses yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku membeli impulsif atau impulsive buying merupakan sebuah fenomena psikoekonomik yang melanda kehidupan masyarakat pada jaman modern, khususnya masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya berupaya memenuhi kebutuhan dari mulai kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Perkembangan kebutuhan dari setiap individu yang beranekaragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu memimpikan untuk memiliki fisik yang sempurna, baik laki-laki maupun perempuan. Kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi yang terus berkembang memberikan perubahan pada perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, masyarakat seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya semua orang yang hidup di dunia ini memiliki kebutuhan untuk membuatnya bertahan hidup. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah china, India, dan Amerika Serikat. Saat ini Indonesia menempati posisi
Lebih terperinci2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan masyarakat Indonesia dalam era kehidupan yang modern sekarang ini, terutama untuk mengkonsumsi suatu barang nampaknya telah kehilangan hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak terkecuali Indonesia yang merupakan negara berkembang. Perkembangan teknologi yang semakin
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri mahasiswa/i pendatang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penampilan merupakan salah satu penunjang kepercayaan diri seseorang. Penampilan yang menarik tidak hanya dilihat dari pakaian namun juga dari kebersihan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang semakin berkembang disertai dengan kemajuan teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang ditawarkan di pasaran. Produk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif dan Remaja Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif dan Remaja 2.1.1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif Budaya Konsumtif merupakan fenomena yang kerap terjadi. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan lain sebagainya semakin mudah dilakukan pada era globalisasi sekarang ini. Perkembangan teknologi informasi
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religiusitas adalah suatu keadaan yang mendorong diri seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama yang dipeluknya. Religiusitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Aktivitas berbelanja merupakan suatu aktivitas yang awam atau umum dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan bentuk tubuh satu sama lain seringkali membuat beberapa orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan majunya teknologi dan jaman yang semakin modern, permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang menginginkan tempat dimana
Lebih terperinciPERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati
PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI Oleh : Triani Trisnawati 00.40.0309 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 i PERILAKU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat identik dengan wanita. Kecantikan dan keindahan tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecantikan dan keindahan merupakan dambaan setiap wanita dan hal tersebut sangat identik dengan wanita. Kecantikan dan keindahan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan bagi pengusaha untuk tetap berada dalam persaingan industri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang sangat tajam pada saat ini merupakan sebuah tantangan bagi pengusaha untuk tetap berada dalam persaingan industri. Persaingan yang terjadi akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan
Lebih terperinciHubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri
Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 45-50 Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri R. A. Adinah Suryati Ningsih, Yudho Bawono dhobano@yahoo.co.id Program Studi Psikologi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja pada umumnya memang senang mengikuti perkembangan trend agar tidak ketinggalan jaman. Seperti yang dikutip dari sebuah berita alasan remaja menyukai belanja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi
HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI Naskah Publikasi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciPsikologi Kelas E 2014
Perilaku Konsumtif Nama Anggota Kelompok : Antung Yasmita Dini (2014-241) Elsa Tri Mardiyati (2014-267) Hastari Ajeng Mukti Rahayu (2014-278) Rival Maulana (2014-284) Olly Rizqi Hanifah (2014-290) Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki berjuta ragam penduduk yang berasal dari berbagai suku, ras, budaya, agama, dan pekerjaan yang berbeda beda diantara satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang mewarnai abad ke- 21 telah memunculkan suatu gaya hidup baru yang diberi label modern. Globalisasi memungkinkan tumbuhnya gaya hidup global,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah 11 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan usia 11 tahun adalah usia ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan baru sehingga masyarakat Bandung memiliki banyak pilihan tempat untuk membeli barang-barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk homo economicus, tidak akan lepas dari pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi pada tiap individu. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia
Lebih terperinciBAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS
BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS 1.1 Latar Belakang Di era modern sekarang ini, berbelanja barang-barang fashion untuk menunjang penampilan menjadi kebutuhan rutin setiap orang baik pria maupun wanita.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjaga dan meningkatkan loyalitas konsumen merupakan salah satu langkah penting dalam pemasaran. Konsumen yang loyal merupakan sumber kehidupan bagi perusahaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli seseorang termasuk remaja usia sekolah. Setiap hari remaja baik laki-laki maupun perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami peningkatan yang sangat pesat, bahkan menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai ladang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa dimana perkembangan teknologi semakin maju ini, masyarakat aktif dalam mencari informasi mengenai produk yang bermanfaat dan sesuai dengan apa yang dijanjikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang sehat, cantik, dan bersinar, terutama wanita yang ingin terlihat sempurna dimanapun dan kapanpun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : IKA NANDITYASARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.10, tahun 1964, Jakarta dinyatakan sebagai Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan Negara Muslim terbesar didunia, dengan jumlah penduduk Muslim mencapai 88% atau ± 205 juta jiwa (Indonesia halal food expo, 2016). Belakangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotler (2003 (M. FarisNaufal, 2014) Vitality Show diakses pada 14 September 2015). Departemen Riset IFT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Menurut Kotler (2003) dalam jurnal (M. FarisNaufal, 2014)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian Gartner (2009), pasar komputer di seluruh dunia mengalami. produk komputer dewasa ini ialah komputer tablet.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelian merupakan perilaku konsumen yang diaplikasikan dalam berbagai hal, termasuk pada bidang teknologi. Salah satu produk teknologi yang banyak dibeli konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya Pembangunan Nasional Indonesia diiringi dengan tingkat kompleksitas masyarakat yang lebih tinggi. Adanya kemajuan ini secara nyata menyebabkan hasrat konsumtif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks perekonomian baik di bidang usaha maupun didalam konteks rumah tangga. Namun kata tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk produk fashion pada masa sekarang ini memiliki banyak model dan menarik perhatian para pembeli. Mulai dari jenis pakaian, tas, sepatu, alat make up, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia bisnis, terlebih dalam era globalisasi ini, di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat persaingan yang dihadapi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan sesuatu. Namun, kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbelanja untuk membeli suatu barang kebutuhan sehari-hari merupakan hal yang wajar. Untuk menunjang kehidupan atau kegiatan yang dijalani setiap hari, setiap
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG. Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu ada dalam
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu ada dalam setiap manusia. Kebutuhan untuk tampil cantik dan menarik merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa
Lebih terperinciProduksi Iklan Multimedia dan Interaktif
Modul ke: Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Teori Kepribadian Freud Teori Neo Freud Gaya Hidup Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-18 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan fashion saat ini sudah semakin pesat. Banyaknya model - model pakaian yang kian beragam dan juga berbagai merek yang bermunculan menjadi ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia tidak
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak remaja yang mengalami perubahan khususnya dalam segi penampilan dan hal ini mendorong remaja untuk terus memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan mulai menempatkan diri sebagai individu yang layak untuk diperhitungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan antar pasar industri perawatan kecantikan dan kosmetik semakin kompetitif. Peningkatan kebutuhan dan keinginan wanita yang tidak ada puasnya akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat, karena setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat, karena setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen baru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan bisnis, baik di sektor kecil, menengah dan besar. Hal ini tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menimbulkan persaingan pada bisnis global sehingga kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi ini diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalangan mahasiswa merupakan salah satu kelompok sosial dalam masyarakat yang rentan terhadap pengaruh gaya hidup, trend, dan mode yang sedang berlaku. Bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan
Lebih terperinci