BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan menjadi tidak efisien. Kondisi itu menjadi penghambat alur rantai nilai di kelembagaan. Tiga poin kendala dalam penelitian yang diklasifikasi adalah perilaku petani yang memiliki komitmen rendah, adanya keterbatasan sumber daya manusia didalam manajemen, dan penerapan biaya pengawasan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penanganan dalam penataan kelembagaan. Penanganan internal dalam bentuk reformulasi struktur lembaga merupakan solusi untuk mengoptimalkan aktivitas asosiasi. Reformulasi membuat aktivitas asosiasi menjadi terarah dalam membentuk kepastian produksi salak pondoh. 5.1.1 Deskripsi Kelembagaan Orientasi pola pikir di manajemen Asosiasi Prima Sembada menunjukkan budidaya dan pemasaran salak pondoh merupakan faktor kunci dalam meningkatkan nilai tambah. Pola pikir tersebut membuat struktur organisasi didalam asosiasi fokus terdiri dari divisi ICS dan divisi pemasaran. Asosiasi sebagai lembaga produksi berfokus untuk menerapkan SOP budidaya yang diatur oleh pemerintah seperti Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Dinas pertanian yang merupakan perwakilan dari pemerintah menjadi fasilitator dengan memberi bantuan kepada asosiasi dalam bentuk barang kebutuhan secara langsung kepada kelompok tani maupun pelatihan budidaya sesuai GAP dan GHP. Hal itu menunjukkan 71
dinas pertanian memiliki peranan sentral dalam mengembangkan salak pondoh didalam internal asosiasi. Peran tersebut membuat dinas pertanian sebagai penasehat atau pelindung didalam struktur organisasi asosiasi. Selain itu, dinas membantu asosiasi dalam pemasaran seperti memberi informasi pameran dan memberi stand untuk produk-produk yang diproduksi oleh asosiasi. Pemerintah memberikan sertifikat IG untuk nama salak pondoh merupakan bentuk tindakan dalam melindungi produk budidaya salak pondoh yang secara geografis berada di Sleman. Adanya sertifikat IG membantu asosiasi dalam mengembangkan merek salak pondoh, terutama di pasar internasional. Dalam kontrak penjualan skala volume yang besar seperti di pasar internasional, asosiasi menjalin kesepakatan dengan beberapa forwarder. Namun deskripsi didalam isi kontrak tidak tercantum skala volume dan penjadwalan yang jelas. Hal itu bisa berpotensi terhadap pelanggaran kontrak karena kontrol lemah dan berimplikasi kepada ketidakpastian produk di pasar. 5.1.2 Faktor Kunci dalam Kelembagaan Produksi Kegiatan operasional Asosiasi Prima Sembada ditemukan perilaku petani yang melanggar SOP. Hal itu terjadi karena ketidaktahuan dari petani terhadap pentingnya mematuhi aturan dan pentingnya bergabung dalam asosiasi. Ketidaktahuan tersebut bisa muncul karena asimetri informasi maupun keterbatasan komunikasi sehingga timbul persepsi yang menganggap kerja berkelompok tidak dapat meningkatkan taraf kehidupan. Perilaku petani salak pondoh tersebut menunjukkan komitmen rendah 72
terhadap asosiasi. Komitmen rendah tersebut rentan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh petani. Pelaksanaan SOP budidaya yang diterapkan oleh asosiasi ternyata terjadi beberapa pelanggaran oleh petani. Pelanggaran tersebut diantaranya adalah tidak mematuhi SOP budidaya tanam salak pondoh seperti tidak menerapkan pencatatan maupun melakukan peremajaan salak pondoh yang tidak terkoordinasi. Kondisi tersebut berakibat pada waktu produksi yang beragam. Selain itu, petani melakukan transaksi penjualan dengan menjual salak pondoh ketempat yang tidak sesuai dengan kontrak. Hal itu dikarenakan oleh keinginan petani untuk mendapatkan uang secara cepat dan tunai dibandingkan menjual ke asosiasi yang memiliki sistem pembayaran diakhir. Dalam pemasaran, ditemukan dominasi individu di asosiasi dalam menjalin kontrak dengan konsumen. Dominasi individu tersebut tidak menguntungkan asosiasi karena hanya menguntungkan sebagian pihak yang berkepentingan. Selain itu, klausul dalam kontrak penjualan yang tidak mencantumkan volume, jadwal pengiriman, dan pembahasan komplain merupakan titik lemah bagi asosiasi dalam bernegosiasi dengan konsumen. Kondisi tersebut membuat asosiasi sulit untuk mengatur kestabilan produksi maupun negosiasi harga. Perilaku petani yang rentan melakukan pelanggaran menunjukkan kesadaran dalam pengelolaan salak pondoh belum optimal. Kesadaran tersebut dikarenakan oleh ilmu pengetahuan yang terbatas dalam berkelompok maupun penerapan teknologi baru. Pengelolaan salak pondoh yang didominasi oleh generasi tua mengalami 73
keterbatasan untuk menyerap ilmu-ilmu manajerial dalam membuat kontrak kerjasama maupun teknologi untuk mengelola produk salak pondoh. Generasi tersebut mampu dalam budidaya namun tidak mampu untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan sebagai penarik motivasi bagi generasi muda. Dibutuhkan penangananan berupa reformulasi internal asosiasi dalam mengoptimalkan kemampuan asosiasi. 5.1.3 Reformulasi Kelembagaan Keseragamaan anggota yang merupakan kelompok salak pondoh mengindikasikan salak pondoh merupakan mata pencaharian utama bagi petani yang bergabung dalam asosiasi. Hal itu dapat menunjukkan adanya kesesuaian sumber daya, contohnya seperti peralatan yang digunakan dalam budidaya namun berbeda kualitas. Adanya kesesuaian sumber daya membuat penanganan internal dalam bentuk reformulasi diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas asosiasi. Pengembangan struktur lembaga dengan membentuk dua tim didalam divisi lama dan dua pembentukan divisi baru. Tim yang dibentuk adalah tim motivasi dan sosialisasi di divisi ICS dan tim media sosial di divisi pemasaran. Tim motivasi dan sosialisasi bertujuan untuk memberikan motivasi maupun sosialisasi terhadap ilmu-ilmu baru dalam budidaya yang ditetapkan oleh asosiasi agar petani menerapkan SOP. Petani yang menerapkan SOP membuat produksi dapat berproduksi sepanjang tahun dengan kualitas dan penjadwalan menjadi terukur. Kondisi tersebut membentuk kestabilan skala produksi yang berpotensi sebagai penarik bagi konsumen. Adanya kepastian pembeli membuat petani termotivasi untuk berproduksi salak pondoh sehingga membangun komitmen 74
dengan asosiasi sebagai wadah pemasaran dan penjualan. Untuk mendorong penjualan, pembentukan tim media sosial dibentuk agar dapat memperkenalkan salak pondoh sebagai produk khas kepada konsumen global. Adanya kesadaran calon konsumen terhadap keberadaan salak pondoh membuat salak pondoh berpeluang untuk laku di pasar global. Selain dua tim yang dibentuk, pemekaran struktur lembaga dengan membentuk dua divisi tambahan diharapkan mampu mengontrol aktivitas asosiasi berjalan sesuai dengan tujuan bersama. Pembentukan dua divisi baru yang mungkin dibentuk asosiasi yaitu divisi pengawasan dan keuangan. Dua divisi tersebut dibutuhkan dalam aktivitas rantai nilai di kelembagaan produksi salak pondoh karena berfungsi sebagai kontrol untuk meminimalisir pelanggaran. Selain itu, juga membantu dalam menyusun perencanaan produksi. Anggota perseorangan maupun kelompok yang tidak menerapkan SOP dapat diberi sanksi secara berurutan yaitu peringatan, denda, maupun produk yang tidak diakui oleh asosiasi. Dengan adanya produk yang tidak diakui, kelompok yang melanggar tidak bisa menggunakan merek salak pondoh maupun menjual dalam volume yang besar. Hal tersebut dapat berakibat pada jatuhnya harga jual karena salak yang dijual tidak memakai merek dan dijual dalam volume kecil. Selain itu, asosiasi juga terlindung dari produk-produk yang tidak sesuai standar. Kelompok yang melanggar bisa masuk kembali kedalam asosiasi jika sudah menerapkan SOP yang diterapkan. Namun dibutuhkan waktu tertentu karena salak membutuhkan proses agar sesuai dengan salak dari asosiasi. Berdasarkan hal tersebut, sanksi diharapkan membuat kelompok tani yang melanggar menjadi jera. 75
Saran berupa keputusan membuat dua divisi baru diharapkan asosiasi menjadi fokus dalam mengoptimalkan aktivitasnya. Produk komoditi buah yang rentan terhadap produk subtitusi membuat kepastian produksi sebagai kunci untuk bersaing di pasar global. Reformulasi internal dapat berimplikasi kepada kepastian skala produksi. Adanya kepastian skala produksi merupakan bentuk penawaran yang baik dalam menjalin kerjasama dengan lembaga pemasaran seperti dinas pariwisata ataupun eksportir. Setelah produksi dan pemasaran sudah tertata, maka pengembangan produk menjadi solusi akhir dalam meningkatkan nilai tambah salak pondoh. Fasilitas infrastruktur seperti cold storage merupakan pendukung utama dalam pengembangan produk. Asosiasi bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah atau swasta untuk mengembangkan fasilitas tersebut. Jalinan kerjasama tersebut bisa berdampak jangka panjang seperti salak pondoh yang secara kontinu di pasaran membentuk kesadaran konsumen berupa produk khas Yogyakarta. 5.2 Implikasi Manajerial Rekomendasi penelitian berupa pemekaran struktur lembaga dapat berimplikasi kepada penertiban petani dalam menerapkan SOP yang telah diatur oleh asosiasi. Petani yang menerapkan SOP membantu asosiasi dalam pemasaran dan penjualan karena kepastian skala produksi yang menjadi terukur. Adanya kepastian produksi menjadi nilai tambah untuk menarik konsumen. Namun, pemekaran lembaga dapat berimplikasi pada penolakan oleh asosiasi. 76
Penolakan oleh asosiasi bisa disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya. Kepengurusan didalam kelompok yang merupakan anggota maupun pengurus asosiasi hanya dipegang oleh rotasi segelintir orang. Pengurus asosiasi yang didominasi oleh generasi tua memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu-ilmu yang menunjang pemekaran lembaga. Pelatihan bisa difokuskan kepada generasi muda pengurus asosiasi. Keterbatasan sumber daya manusia bisa diatasi dengan menyusun struktur matriks. Dengan begitu, satu orang dapat memegang beberapa tugas yang berbeda namun tetap bertanggung jawab kepada pimpinan yang dipegang generasi tua. Berdasarkan hal tersebut, rencana pembentukan divisi pengawasan dan keuangan merupakan kontrol untuk meminimalkan pelanggaran serta mengoptimalkan jalur rantai nilai di kelembagaan produksi salak pondoh. 5.3 Keterbatasan Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian berasal dari Asosiasi Prima Sembada yang merupakan lembaga utama dalam rantai nilai di kelembagaan. Data yang digunakan merupakan data sumber daya bukan keuangan karena peneliti memiliki keterbatasan kompetensi. Diharapkan, penelitian selanjutnya bisa dimulai dari aspek keuangan maupun kedua aspek secara bersamaan. 77