BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN. 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan

dokumen-dokumen yang mirip
ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (Lestari et al., 2013). Buah eksotis ini telah merambah negeri tirai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2016 TENTANG SEGMENTASI PERIZINAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 362, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5636); MEMUTUSKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV PENUTUP. A. Adanya Kebijakan yang Dilaksanakan. a. Isi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Belitung dalam. Mengatasi Pertambangan Illegal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari. Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka telah mampu merebut 87% pangsa pasar

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB)

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat lepas dari

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menetapkan kemudahan bagi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB V PENUTUP. Yogyakarta, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Wilayah Kementerian

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 165 TAHUN 2012

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB I PENDAHULUAN. signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 3.483

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Imbal Dagang adalah kegiatan perdagangan secara timbal balik an

BAB V PENUTUP. pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pembahasan Materi #5

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 50/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Good Agricultural Practices

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

5.2. Implikasi penelitian Implikasi teori Implikasi terapan

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. juga bertujuan menciptakan iklim persaingan yang akan mendorong dunia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI PEMELAJARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. POJK.04/2014

BAB I PENDAHULUAN. serta perubahan politik yang tidak menentu (Eriksson, 2008:6). Hal ini

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya. Kegiatan operasional dalam perusahaan leasing ILUFA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PT Kutilang Paksi Mas (KPM) merupakan perusahaan swasta nasional

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan menjadi tidak efisien. Kondisi itu menjadi penghambat alur rantai nilai di kelembagaan. Tiga poin kendala dalam penelitian yang diklasifikasi adalah perilaku petani yang memiliki komitmen rendah, adanya keterbatasan sumber daya manusia didalam manajemen, dan penerapan biaya pengawasan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penanganan dalam penataan kelembagaan. Penanganan internal dalam bentuk reformulasi struktur lembaga merupakan solusi untuk mengoptimalkan aktivitas asosiasi. Reformulasi membuat aktivitas asosiasi menjadi terarah dalam membentuk kepastian produksi salak pondoh. 5.1.1 Deskripsi Kelembagaan Orientasi pola pikir di manajemen Asosiasi Prima Sembada menunjukkan budidaya dan pemasaran salak pondoh merupakan faktor kunci dalam meningkatkan nilai tambah. Pola pikir tersebut membuat struktur organisasi didalam asosiasi fokus terdiri dari divisi ICS dan divisi pemasaran. Asosiasi sebagai lembaga produksi berfokus untuk menerapkan SOP budidaya yang diatur oleh pemerintah seperti Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Dinas pertanian yang merupakan perwakilan dari pemerintah menjadi fasilitator dengan memberi bantuan kepada asosiasi dalam bentuk barang kebutuhan secara langsung kepada kelompok tani maupun pelatihan budidaya sesuai GAP dan GHP. Hal itu menunjukkan 71

dinas pertanian memiliki peranan sentral dalam mengembangkan salak pondoh didalam internal asosiasi. Peran tersebut membuat dinas pertanian sebagai penasehat atau pelindung didalam struktur organisasi asosiasi. Selain itu, dinas membantu asosiasi dalam pemasaran seperti memberi informasi pameran dan memberi stand untuk produk-produk yang diproduksi oleh asosiasi. Pemerintah memberikan sertifikat IG untuk nama salak pondoh merupakan bentuk tindakan dalam melindungi produk budidaya salak pondoh yang secara geografis berada di Sleman. Adanya sertifikat IG membantu asosiasi dalam mengembangkan merek salak pondoh, terutama di pasar internasional. Dalam kontrak penjualan skala volume yang besar seperti di pasar internasional, asosiasi menjalin kesepakatan dengan beberapa forwarder. Namun deskripsi didalam isi kontrak tidak tercantum skala volume dan penjadwalan yang jelas. Hal itu bisa berpotensi terhadap pelanggaran kontrak karena kontrol lemah dan berimplikasi kepada ketidakpastian produk di pasar. 5.1.2 Faktor Kunci dalam Kelembagaan Produksi Kegiatan operasional Asosiasi Prima Sembada ditemukan perilaku petani yang melanggar SOP. Hal itu terjadi karena ketidaktahuan dari petani terhadap pentingnya mematuhi aturan dan pentingnya bergabung dalam asosiasi. Ketidaktahuan tersebut bisa muncul karena asimetri informasi maupun keterbatasan komunikasi sehingga timbul persepsi yang menganggap kerja berkelompok tidak dapat meningkatkan taraf kehidupan. Perilaku petani salak pondoh tersebut menunjukkan komitmen rendah 72

terhadap asosiasi. Komitmen rendah tersebut rentan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh petani. Pelaksanaan SOP budidaya yang diterapkan oleh asosiasi ternyata terjadi beberapa pelanggaran oleh petani. Pelanggaran tersebut diantaranya adalah tidak mematuhi SOP budidaya tanam salak pondoh seperti tidak menerapkan pencatatan maupun melakukan peremajaan salak pondoh yang tidak terkoordinasi. Kondisi tersebut berakibat pada waktu produksi yang beragam. Selain itu, petani melakukan transaksi penjualan dengan menjual salak pondoh ketempat yang tidak sesuai dengan kontrak. Hal itu dikarenakan oleh keinginan petani untuk mendapatkan uang secara cepat dan tunai dibandingkan menjual ke asosiasi yang memiliki sistem pembayaran diakhir. Dalam pemasaran, ditemukan dominasi individu di asosiasi dalam menjalin kontrak dengan konsumen. Dominasi individu tersebut tidak menguntungkan asosiasi karena hanya menguntungkan sebagian pihak yang berkepentingan. Selain itu, klausul dalam kontrak penjualan yang tidak mencantumkan volume, jadwal pengiriman, dan pembahasan komplain merupakan titik lemah bagi asosiasi dalam bernegosiasi dengan konsumen. Kondisi tersebut membuat asosiasi sulit untuk mengatur kestabilan produksi maupun negosiasi harga. Perilaku petani yang rentan melakukan pelanggaran menunjukkan kesadaran dalam pengelolaan salak pondoh belum optimal. Kesadaran tersebut dikarenakan oleh ilmu pengetahuan yang terbatas dalam berkelompok maupun penerapan teknologi baru. Pengelolaan salak pondoh yang didominasi oleh generasi tua mengalami 73

keterbatasan untuk menyerap ilmu-ilmu manajerial dalam membuat kontrak kerjasama maupun teknologi untuk mengelola produk salak pondoh. Generasi tersebut mampu dalam budidaya namun tidak mampu untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan sebagai penarik motivasi bagi generasi muda. Dibutuhkan penangananan berupa reformulasi internal asosiasi dalam mengoptimalkan kemampuan asosiasi. 5.1.3 Reformulasi Kelembagaan Keseragamaan anggota yang merupakan kelompok salak pondoh mengindikasikan salak pondoh merupakan mata pencaharian utama bagi petani yang bergabung dalam asosiasi. Hal itu dapat menunjukkan adanya kesesuaian sumber daya, contohnya seperti peralatan yang digunakan dalam budidaya namun berbeda kualitas. Adanya kesesuaian sumber daya membuat penanganan internal dalam bentuk reformulasi diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas asosiasi. Pengembangan struktur lembaga dengan membentuk dua tim didalam divisi lama dan dua pembentukan divisi baru. Tim yang dibentuk adalah tim motivasi dan sosialisasi di divisi ICS dan tim media sosial di divisi pemasaran. Tim motivasi dan sosialisasi bertujuan untuk memberikan motivasi maupun sosialisasi terhadap ilmu-ilmu baru dalam budidaya yang ditetapkan oleh asosiasi agar petani menerapkan SOP. Petani yang menerapkan SOP membuat produksi dapat berproduksi sepanjang tahun dengan kualitas dan penjadwalan menjadi terukur. Kondisi tersebut membentuk kestabilan skala produksi yang berpotensi sebagai penarik bagi konsumen. Adanya kepastian pembeli membuat petani termotivasi untuk berproduksi salak pondoh sehingga membangun komitmen 74

dengan asosiasi sebagai wadah pemasaran dan penjualan. Untuk mendorong penjualan, pembentukan tim media sosial dibentuk agar dapat memperkenalkan salak pondoh sebagai produk khas kepada konsumen global. Adanya kesadaran calon konsumen terhadap keberadaan salak pondoh membuat salak pondoh berpeluang untuk laku di pasar global. Selain dua tim yang dibentuk, pemekaran struktur lembaga dengan membentuk dua divisi tambahan diharapkan mampu mengontrol aktivitas asosiasi berjalan sesuai dengan tujuan bersama. Pembentukan dua divisi baru yang mungkin dibentuk asosiasi yaitu divisi pengawasan dan keuangan. Dua divisi tersebut dibutuhkan dalam aktivitas rantai nilai di kelembagaan produksi salak pondoh karena berfungsi sebagai kontrol untuk meminimalisir pelanggaran. Selain itu, juga membantu dalam menyusun perencanaan produksi. Anggota perseorangan maupun kelompok yang tidak menerapkan SOP dapat diberi sanksi secara berurutan yaitu peringatan, denda, maupun produk yang tidak diakui oleh asosiasi. Dengan adanya produk yang tidak diakui, kelompok yang melanggar tidak bisa menggunakan merek salak pondoh maupun menjual dalam volume yang besar. Hal tersebut dapat berakibat pada jatuhnya harga jual karena salak yang dijual tidak memakai merek dan dijual dalam volume kecil. Selain itu, asosiasi juga terlindung dari produk-produk yang tidak sesuai standar. Kelompok yang melanggar bisa masuk kembali kedalam asosiasi jika sudah menerapkan SOP yang diterapkan. Namun dibutuhkan waktu tertentu karena salak membutuhkan proses agar sesuai dengan salak dari asosiasi. Berdasarkan hal tersebut, sanksi diharapkan membuat kelompok tani yang melanggar menjadi jera. 75

Saran berupa keputusan membuat dua divisi baru diharapkan asosiasi menjadi fokus dalam mengoptimalkan aktivitasnya. Produk komoditi buah yang rentan terhadap produk subtitusi membuat kepastian produksi sebagai kunci untuk bersaing di pasar global. Reformulasi internal dapat berimplikasi kepada kepastian skala produksi. Adanya kepastian skala produksi merupakan bentuk penawaran yang baik dalam menjalin kerjasama dengan lembaga pemasaran seperti dinas pariwisata ataupun eksportir. Setelah produksi dan pemasaran sudah tertata, maka pengembangan produk menjadi solusi akhir dalam meningkatkan nilai tambah salak pondoh. Fasilitas infrastruktur seperti cold storage merupakan pendukung utama dalam pengembangan produk. Asosiasi bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah atau swasta untuk mengembangkan fasilitas tersebut. Jalinan kerjasama tersebut bisa berdampak jangka panjang seperti salak pondoh yang secara kontinu di pasaran membentuk kesadaran konsumen berupa produk khas Yogyakarta. 5.2 Implikasi Manajerial Rekomendasi penelitian berupa pemekaran struktur lembaga dapat berimplikasi kepada penertiban petani dalam menerapkan SOP yang telah diatur oleh asosiasi. Petani yang menerapkan SOP membantu asosiasi dalam pemasaran dan penjualan karena kepastian skala produksi yang menjadi terukur. Adanya kepastian produksi menjadi nilai tambah untuk menarik konsumen. Namun, pemekaran lembaga dapat berimplikasi pada penolakan oleh asosiasi. 76

Penolakan oleh asosiasi bisa disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya. Kepengurusan didalam kelompok yang merupakan anggota maupun pengurus asosiasi hanya dipegang oleh rotasi segelintir orang. Pengurus asosiasi yang didominasi oleh generasi tua memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu-ilmu yang menunjang pemekaran lembaga. Pelatihan bisa difokuskan kepada generasi muda pengurus asosiasi. Keterbatasan sumber daya manusia bisa diatasi dengan menyusun struktur matriks. Dengan begitu, satu orang dapat memegang beberapa tugas yang berbeda namun tetap bertanggung jawab kepada pimpinan yang dipegang generasi tua. Berdasarkan hal tersebut, rencana pembentukan divisi pengawasan dan keuangan merupakan kontrol untuk meminimalkan pelanggaran serta mengoptimalkan jalur rantai nilai di kelembagaan produksi salak pondoh. 5.3 Keterbatasan Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian berasal dari Asosiasi Prima Sembada yang merupakan lembaga utama dalam rantai nilai di kelembagaan. Data yang digunakan merupakan data sumber daya bukan keuangan karena peneliti memiliki keterbatasan kompetensi. Diharapkan, penelitian selanjutnya bisa dimulai dari aspek keuangan maupun kedua aspek secara bersamaan. 77