BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme adalah suatu pendekatan belajar menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto (2007:62) memberikan definisi NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Anita Lie (2004:59) memberikan definisi NHT atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Senada dengan pendapat Ahmad Zuhdi (2010:64) memberikan definisi NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran NHT memiliki beberapa tujuan pembelajaran yang hendak di capai. Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran NHT menurut pendapat Ibrahim (2000:29) yaitu : 5

6 a. Hasil belajar akademik struktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai latar belakang. c. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Pembelajaran NHT memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Zuhdi (2010:65) kelebihan dan kelemahan NHT yaitu: a. Kelebihan model pembelajaran NHT adalah: 1) Setiap siswa menjadi siap semua. 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan model pembelajaran NHT adalah: 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Dalam pembelajaran NHT terdapat beberapa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran NHT menurut pendapat Trianto (2007:62) yaitu: a. Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. b. Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam kalimat tanya. c. Berfikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

7 Berdasarkan langkah-langkah diatas diketahui bahwa pembelajaran NHT menurut Trianto dapat mendorong siswa untuk saling bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk menguasai materi yang diterima. Siswa saling membantu untuk menguasai materi pembelajaran sehingga semua anggota kelompok dapat menguasai materi yang diberikan oleh guru. Senada dengan langkah-langkah yang dikemukaan oleh Trianto, Anita Lie (2004:60) juga menyebutkan langkah-langkah pembelajaran NHT yaitu: a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. Fokus pada langkah-langkah pembelajaran NHT yang dikemukakan oleh Trianto dan Anita Lie adalah sama, yaitu adanya kerjasama antara anggota kelompok untuk menguasai materi yang diterima sampai semua anggota kelompok menguasai materi tersebut. Kerjasama kelompok dalam menguasai materi dalam pembelajaran NHT juga dikemukakan oleh Ibrahim (2000:29) yaitu: Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Langkah 3. Diskusi Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

8 Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 5. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Langkah 6. Memberi Penghargaan Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim diatas mengarahkan kepada siswa untuk saling membantu dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran dan kerjasama dalam mengerjakan LKS. Namun, langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim menambahkan adanya persiapan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran dan LKS. Pemberian kesimpulan dan adanya penghargaan yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh. Dari beberapa pendapat diatas, dapat dilihat bahwa pembelajaran NHT menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan tahapan- tahapan diatas, peneliti memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan kelompok Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada di dalam kelas, setiap kelompok beranggotakan 3-4 siswa. 2. Penomoran anggota kelompok Siswa diberi nomor 1-4 sesuai dengan jumlah anggota kelompok. 3. Pembagian LKS Siswa menerima LKS. Di dalam LKS tersebut terdapat sejumlah pertanyaan yang diberikan oleh guru.

9 4. Menyimak materi dalam kelompok. Siswa menyimak materi yang diberikan oleh guru. Siswa harus benar-benar menyimak materi agar mereka menguasai dan memahami materi pelajaran. 5. Menjawab pertanyaan dengan berpikir bersama teman dalam kelompok untuk mengerjakan LKS dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya. 6. Menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor oleh guru. 7. Siswa dari kelompok lain yang bernomor sama memberikan tanggapan jawaban. 8. Menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor oleh guru begitu seterusnya sampai jawaban dalam LKS berakhir/selesai. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar siswa dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensinya melalui kegiatan belajar. Memahami pengertian hasil belajar secara garis besar harus bertitik tolak pada pengertian hasil belajar itu sendiri. Oleh karena itu para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda menurut pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda-beda itu dapat ditemukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan hasil belajar Sudjana (2011:22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Senada dengan pendapat Howart Kingsley dalam bukunya menurut Sudjana (2011:22) mengemukakan bahwa pengalaman belajar akan menghasilkan kemampuan yang dibedakan menjadi tiga macam hasil belajar yaitu (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Ketiga hasil belajar (kemampuan) itulah yang harus dimiliki oleh siswa. Hasil belajar ini dapat dilihat dari dua sisi sasaran yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999). Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

10 bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. bahwa: Senada dengan Bloom dalam Agus Suprijono (2010:6-7) mengemukakan Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Untuk mengukur hasil belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. 1. Tes Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugastugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

11 aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Menurut Ebster s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Senada dengan pendapat Ebster s Collegiate, Endang Poerwanti, dkk (2008:1-5) memberikan definisi tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sudjana (2008:35) memberikan definisi tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran, namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk mendapat jawaban dengan tujuan untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang Poerwanti (2008:4-9) yang termasuk dalam teknik tes yaitu: a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. 2. Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (respons) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki ramburambu penyelenggaraan tes yang baku. Oleh karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

12 3. Tes Unjuk Kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1. Tes Esei (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2. Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka. 3. Tes objektif Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). 2. Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008:3-19), yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires). 4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja) Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

13 5. Task Analysis (Analisis Tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6. Checklists dan Rating Scales Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. 8. Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. 9. Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Berdasarkan pada uraian di atas, hasil belajar diukur dengan kemampuan kognitif melalui tes formatif, kemampuan afektif melalui menyimak dan kerja kelompok sedangkan kemampuan psikomotorik melalui presentasi. Pengukuran menggunakan teknik tes dan non tes, sehingga penilaiannya terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, presentasi atau checklist dan rating scales. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau

14 pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Adapun kisi-kisi tersebut didalamnya meliputi: 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2. Indikator. 3. Proses berfikir (C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (evaluasi), C6 (kreasi)). 4. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi). 5. Bentuk instrumen. Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Naniek Sulistya Wardani, dkk (2010: 2.8) mengartikan bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

15 2.1.3 Mata Pelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006): 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3. Sistem Sosial dan Budaya. 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006): 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

16 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD mata pelajaran IPS yang ditujukan untuk siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

17 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Efi Andriyani pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga Semester II Tahun 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT sebesar 79,09 sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan model ceramah sebesar 66,66. Hasil analisis uji-t kelompok eksperimen 79,09 dan kelompok kontrol 66,66. T hitung sebesar 4,317 dan t tabel sebesar 2,021. Signifikansi 0,000 yang artinya 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Maka hipotesis yang berbunyi ada perbedaan pengaruh penggunaan model NHT terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD N Blotongan 02 Salatiga Semester II tahun ajaran 2010/2011 terbukti. Kelebihannya: perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah ditunjukkan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 12,43. Kelemahannya: hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes formatif saja (penilaian hasil) tidak disertai dengan penilaian proses (pada saat proses pembelajaran berlangsung) padahal guru juga harus memperhatikan proses siswa dalam belajar bukan hanya berdasarkan hasilnya saja. Penelitian yang dilakukan oleh Elvera Dwi Wijayanti pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Kelas V SDN Gladagsari Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan teknik Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi pengajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan mean hasil belajar siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) sebesar 82,07 sedangkan nilai rata-rata siswa yang diberi

18 strategi pembelajaran metode konvensional sebesar 70,39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian hipotesis menggunakan uji t diperoleh sig 0,000 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jadi penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode konvensional. Kelebihannya: Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 11,68. Kelemahannya: hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes formatif saja (penilaian hasil) tidak disertai dengan penilaian proses (pada saat proses pembelajaran berlangsung) padahal guru juga harus memperhatikan proses siswa dalam belajar bukan berdasarkan hasilnya saja. Penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra Novitasari pada tahun 2011 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan Lingkungan Kelas IV SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini nampak ada peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 65,6% sebelum siklus, meningkat menjadi 71,8% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2. Terjadi peningkatan rata-rata kelas dari 66,25% sebelum tindakan, meningkat menjadi 70,31 pada siklus 1 dan menjadi 82,18% pada siklus 2. Peningkatan skor minimal dari 40 pada sebelum siklus, menjadi 50 pada siklus 1, dan menjadi 70 pada siklus 2. Peningkatan skor maksimal dari 90 pada sebelum tindakan, tetap pada siklus 2 sebesar 100 dan menjadi 100 pada siklus 2. Kelebihan dari penelitian ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk penelitian tidak begitu lama, hanya dalam 2 siklus indikator pencapaian kompetensi dapat tercapai dibandingkan dengan PTK lainnya dengan ketuntasan 100% sedangkan untuk ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 34,4% dan peningkatan rata-rata kelas sebesar 15,93% dengan skor minimal dari 40 sebelum tindakan menjadi 70 pada siklus 2 dan skor maksimal 90 sebelum tindakan

19 menjadi 100 pada siklus 2. Pembelajaran menarik karena adanya pengaturan tempat duduk berbentuk U atau ankare sehingga memudahkan siswa berkomunikasi pada saat diskusi kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Putri Utami pada tahun 2011 yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas V SD. Program studi S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil perhitungan penelitian ini didapat signifikan 0,006 < 0,05 dan thitung sebesar 2,840 > ttabel 2,000. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika siswa kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) efektif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD. Kelebihannya: Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional ditunjukkan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 10,96. Kelemahannya: hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes formatif saja (penilaian hasil) tidak disertai dengan penilaian proses (pada saat proses pembelajaran berlangsung) padahal guru juga harus memperhatikan proses siswa dalam belajar bukan hanya berdasarkan hasilnya saja. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Nugroho Sandi Ananta pada tahun 2011 yang berjudul Penerapan Model Numbered Heads Together (NHT) Dalam pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pitrosari Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together

20 (NHT) ternyata dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri Pitrosari Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Hal ini ditunjukkan pada kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya diatas KKM terdapat 8 siswa (33%) dan yang belum tuntas atau dibawah KKM terdapat 16 siswa (67%). Siklus 1 menerapkan model NHT terjadi peningkatan signifikan yaitu terdapat 18 siswa yang nilainya diatas KKM (75%) dan 6 siswa (25%) yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 21 siswa (87%) yang nilainya sudah memenuhi KKM dan 3 siswa (13%) yang nilainya belum memenuhi KKM. Kelebihan dari penelitian ini adalah adalah hasil perbaikan pembelajaran dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Terbukti dari siklus 1 terdapat 18 siswa (75%) yang nilainya diatas KKM dan terdapat 6 siswa (25%) nilainya dibawah KKM kemudian siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 21 siswa (87%) yang nilainya sudah memenuhi KKM dan 3 siswa (13%) yang nilainya belum memenuhi KKM. Pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa ditunjukkan dengan meningkatnya keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran. Kelemahan dari penelitian ini adalah perbaikan pembelajaran selesai pada siklus 2 padahal masih ada 3 siswa (13%) yang nilainya belum memenuhi KKM. Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti diatas maka dengan menggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka pembelajaran NHT akan coba dieksperimenkan pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Pikir Dalam pembelajaran konvensional, untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensinya, guru selalu menyampaikan materi dengan ceramah. Pada pembelajaran ini, guru tidak melibatkan siswa sama sekali dalam proses pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan dan menyimak materi melalui ceramah dari guru. Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru hanya berdasarkan dari penjelasan guru sebelumnya. Siswa tidak mempunyai

21 kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat. Hal ini menjadikan kebiasaan siswa untuk diam dan pasif dalam merespon cermah dari guru. Siswa yang belajar dengan menggunakan metode ceramah, tidak mengalami pengalaman belajar sendiri dalam membentuk pengalaman baru dalam mendalami suatu materi pendidikan akibatnya hasil belajar siswa rendah (< KKM 90). Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penggunaan model pembelajaran NHT. Pembelajaran IPS di kelas IV dengan pokok bahasan koperasi dalam perekonomian Indonesia akan coba dieksperimenkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal dengan menggunakan langkah-langkah yaitu: membentuk 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang. Setelah terbentuk kelompok dilakukan penomoran anggota kelompok dari nomor 1-4 sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Langkah selanjutnya yaitu mengajukan pertanyaan dengan membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kemudian siswa menyimak materi pelajaran yang dibagikan oleh guru dalam kelompok. Setelah siswa menyimak materi pelajaran, siswa menjawab pertanyaan dengan berpikir bersama teman dalam kelompok untuk mengerjakan LKS dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya. Siswa menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor kemudian siswa dari kelompok lain yang bernomor sama memberikan tanggapan jawaban selanjutnya siswa mengerjakan tes formatif. Model pembelajaran NHT ini melibatkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui kerjasama dan saling ketergantungan satu sama lain. Pembelajaran NHT menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran dengan memberikan waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu antar anggota dalam satu kelompok sehingga siswa saling mendukung dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan

22 kemampuan bekerjasamanya. Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penilaian hasil melainkan juga menggunakan penilaian proses. Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, untuk mengukur penilaian proses dari menyimak, kerja kelompok, presentasi dan LKS. Penilaian hasil diperoleh dari skor tes formatif yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Dengan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran maka motivasi belajar siswa menjadi meningkat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar di kelas sehingga hasil belajar yang diharapkan adalah optimal ( KKM 90). Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

23 Pembelajaran IPS Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Metode Ceramah Pembelajaran NHT Guru menyampaikan materi dengan ceramah Pembentukan kelompok Penomoran anggota kelompok Siswa pasif hanya mendengarkan ceramah Pembagian LKS Penilaian hasil belajar Tes formatif Menyimak materi dalam kelompok Berpikir bersama teman (kerja kelompok) Hasil belajar rendah (< KKM 90) Presentasi (menyampaikan jawaban LKS setelah ada pemanggilan nomor) Tanggapan dari kelompok lain yang bernomor sama Tes formatif Penilaian proses Penilaian hasil Hasil belajar Hasil belajar ( KKM 90) Gambar 2.1 Hubungan antara metode ceramah dan model pembelajaran NHT

24 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ada efektivitas penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.