BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN PARASETAMOL 1000 MG INTRAVENA PERIOPERATIF TERHADAP PENGGUNAAN FENTANYL PADA PASIEN KRANIOTOMI DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

PENGARUH PEMBERIAN PARASETAMOL 1000 MG INTRAVENA PERIOPERATIF TERHADAP PENGGUNAAN FENTANYL PADA PASIEN KRANIOTOMI DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Sampel yaitu 30 responden yang terdiri dari masing-masing 15 responden yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian nomor 7 (5,7%). Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

[Internet] [cited: 2013 Nov 29]; 5(2): Available from:

anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut :

EFEKTIVITAS PARASETAMOL UNTUK NYERI PASCA OPERASI DINILAI DARI VISUAL ANALOG SCALE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

EFIKASI PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN SUBKUTAN TERHADAP PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN INTRAVENA PASCAOPERASI SEKSIO SESAREA

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

Alfiani Sofia Qudsi 1, Heru Dwi Jatmiko 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB I. PENDAHULUAN. perubahan klinis dan psikologis sehingga meningkatkan morbiditas, mortalitas,

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

EFEKTIVITAS PARASETAMOL UNTUK NYERI PASCA OPERASI DINILAI DARI VISUAL ANALOG SCALE LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN NYERI YANG TERJADI 24 JAM PASCA OPERASI PADA PENDERITA YANG DIBERIKAN ANESTESIA UMUM DAN ANESTESIA SPINAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. PONV juga menjadi faktor yang menghambat pasien untuk dapat segera

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

HUBUNGAN PEMBERIAN LIDOCAIN 1,5mg/kg/jam INTRAVENATERHADAP NYERI PASCA LAPAROTOMI DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri. Nyeri ini

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kecenderungan konsumsi (pola penggunaan) obat, sebagai ukuran untuk

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post

Clinical Science Session Pain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua jenis yaitu nyeri fisiologis dan nyeri patologis, pada nyeri sensor normal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. proses pada perjalanan nyeri yang paling berperan dalam terjadinya nyeri pada pasien ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK RIMPANG JAHE (Zingiberis rhizoma) SEBAGAI ANALGETIK PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS-WEBSTER

PROFIL NYERI DAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PASCA BEDAH PERUT BAWAH DENGAN KETOROLAK 30 mg INTRAVENA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia

EFEKTIVITAS ANALGETIK PREEMTIF TERHADAP KEDALAMAN ANESTESI PADA ODONTEKTOMI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nyeri pascaoperasi dengan nilai VAS 7-8 sehingga manajemen

BAB I PENDAHULUAN. menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al.,

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

The Role of Non Steroid Antiinflamatory Drugs ( NSAID) In Preventive Multimodal Analgesia

BAB I PENDAHULUAN. asli ke perifer dan menjadi kaspul bedah (Rahardjo, 1995). Benigna Prostat

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

PROFIL NYERI DAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH SEKSIO SESAREA DENGAN ANALGETIK PETIDIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

MULTIMODAL ANALGESIA

EFEK KOMBINASI PARASETAMOL DAN KODEIN SEBAGAI ANALGESIA PREEMPTIF PADA PASIEN DENGAN ORIF EKSTREMITAS BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JST Kesehatan Januari 2014, Vol.4 No.1 : ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penatalaksanaan nyeri pasien operasi selalu menjadi tantangan karena

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bagian Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif. Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Paru Goenawan Cisarua Bogor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kraniotomi merupakan tindakan bedah yang paling sering dilakukan pada manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan bedah tersebut bertujuan untuk membuka tengkorak sehingga dapat mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang ada di dalam otak. Penelitian terakhir membuktikan bahwa nyeri merupakan masalah yang biasa timbul setelah tindakan kraniotomi. 2 Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua perubahan, pertama akibat pembedahan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan nosiseptif dan yang kedua setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar operasi, dimana terjadi pelepasan mediator seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansi P, dan histamin oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan inilah yang berperan pada proses transduksi dari nyeri. 3 Menurut Thibault M, et al sekitar 76 % pasien pasca kraniotomi mengalami nyeri moderat hingga berat. Nyeri tersebut paling sering terjadi pada 48 jam pertama setelah tindakan operasi dilakukan. 4 Saat ini nyeri pasca kraniotomi masih 1

2 dianggap sebagai nyeri berat sehingga membutuhkan analgetik kuat. Analgetik yang sering digunakan berasal dari golongan opioid. Fentanyl intravena merupakan salah satu obat yang sangat bermanfaat untuk manajemen nyeri akut pasca operasi dan merupakan obat yang golongan opioid yang banyak digunakan sebagai anti nyeri. Obat tersebut merupakan analgetik narkotik kuat mempunyai onset cepat dan durasi singkat, tidak mengganggu pulih sadar dan tidak menyebabkan pelepasan histamin. Penggunaan opioid kuat tersebut juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya mual, muntah, sedasi, retensi urin, serta depresi napas. 5 Obat seperti parasetamol sangat dibutuhkan untuk mengurangi efek samping dari fentanyl. Parasetamol tergolong sebagai obat analgetik antipiretik dengan efek anti inflamasi minimal dan bekerja dengan melakukan inhibisi sintesis prostaglandin. 6 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elia N, et al di tahun 2005 menunjukan multimodal analgesi dengan parasetamol, obat-obat non steroid anti inflamasi, atau penghambat selektif siklooksigenase-2 pada pasien yang diberi analgesi opioid yaitu morfin memberi lebih banyak keuntungan seperti mengurangi dosis dan dibandingkan dengan pasien yang hanya diberi morfin saja. 7 Hal itu menyebabkan parasetamol digunakan sebagai opioid sparing. Penelitian oleh Maund menunjukkan bahwa parasetamol memiliki efek opioid sparing sehingga mengurangi kebutuhan opioid untuk analgetik pasca operasi.

3 Penggunaan parasetamol intravena sebagai multimodal analgesi dengan fentanyl memberi beberapa keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Chouduri AH, et al membuktikan bahwa efek samping dari fentanyl seperti sedasi, depresi sistem respirasi, retensi urin serta nausea dapat berkurang dengan digunakannya parasetamol sebagai opioid sparing pada operasi laparoskopi kolesistektomi. 8 Penelitian mengenai pengaruh pemberian parasetamol terhadap penggunaan fentanyl pada operasi kraniotomi menarik untuk dilakukan. Perlu diketahui efek parasetamol sebagai analgetik antipiretik dalam operasi tersebut. 1.2 Rumusan masalah Apakah pemberian parasetamol intravena periopratif dapat menurunkan kebutuhan fentanyl pada pasien kraniotomi? 1.3 Tujuan penelitian 1.1.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian parasetamol intravena perioperatif terhadap penggunaan fentanyl pada pasien kraniotomi.

4 1.1.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui pengaruh pemberian parasetamol intravena perioperatif terhadap kebutuhan fentanyl pada pasien kraniotomi. 2. Mengetahui pengaruh pemberian parasetamol intravena perioperatif terhadap skor nyeri Visual Analog Scale pada pasien kraniotomi. 3. Mengetahui pengaruh pemberian parasetamol intravena terhadap kejadian mual muntah pasien pasca kraniotomi. 1.4 Manfaat penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada operasi kraniotomi dengan terapi parasetamol sebagai multimodal analgesi. 2. Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan` untuk penelitian lebih lanjut. 1.5 Orisinalitas Pada penelusuran pustaka belum dijumpai penelitian yang menghubungkan keefektifan parasetamol sebagai multimodal analgesi bersama fentanyl mengurangi nyeri setelah operasi kraniotomi. Beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut:

5 Tabel 1. Daftar penelitian sebelumnya No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil 1. Chouduri AH, Uppal R. 80 pasien menjalani Parasetamol Intravena efektif A Comparison Between laparoskopi sebagai analgesi pre-emptif Intravenous Paracetamol plus kolesistektomi dibagi dan menurunkan kebutuhan Fentanyl and Intravenous Fentanyl secara acak menjadi dua Fentanyl dalam terapi nyeri Alone for Postoperatif Analgesia kelompok, yang diberikan pasca laparoscopic During Laparoscopic placebo intravena atau 1 kolesistektomi. 8 Cholecystectomy. Anesthesia gram intravena Essays and Research. 2011. parasetamol injeksi sebelum induksi. Kedua grup menerima fentanyl dan diclofenac IM sebagai analgetik. Nyeri pasca operasi dinilai dengan VAS kebutuhan fentanyl juga diukur. Variabel : Fentanyl, Parasetamol plus Fentanyl, VAS 2. S Arici, A Gurbet. Preemptif Analgesic Effects of Intravenous Paracetamol in Total Abdominal Hysterectomy. The Journal of The Turkish Society of Algology. 2009. 90 pasien menjalani histerektomi abdomen total. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok, diberikan intravena Parasetamol menurunkan kebutuhan morfin dan lebih efektif untuk analgesia pasca operasi. 9

6 parasetamol setelah induksi, intravena parasetamol sebelum penutupan kulit, dan grup kontrol diberikan salin sebagai plasebo. Semua pasien diberikan morfin sebagai analgesi. Kemudian diukur skor nyeri, hemodinamik, efek samping dan konsumsi morfin. Variabel : Parasetamol, Morfin, VAS 3. Arslan Mustafal, Celep Bahadir. Comparing the Efficacy of Preemptif Intravenous Paracetamol on the Reducing Effect of Opioid Usage in Cholecystectomy. Journal of Research in Medical Sciences.2013. 300 pasien dibagi menjadi 3 kelompok, mendapat preemptif parasetamol intravena sebelum kulit di insisi kemudian diberikan larutan salin diakhir operasi, diberikan salin sebelum insisi dan parasetamol intravena di akhir operasi, diberikan larutan salin sebelum insisi kulit dan di akhir operasi. Diukur kebutuhan analgesi dan VAS. Variabel: Parasetamol. Tramadol, VAS Parasetamol intravena sebagai preemptif intravena sangat efektif dan dapat diandalkan sebagai control nyeri pasca operasi. 10

7 4. Eric V. Postoperative Pain 46 pasien dibagi menjadi Kombinasi parasetamol dan Management After Supratentorial tiga kelompok, diberikan nalbuphine serta parasetamol Craniotomy. Journal of parasetamol, parasetamol dan tramadol memberikan Neurosurgical dan tramadol, dan analgesia pasca operasi yang Anesthesiology.2002. parasetamol dan efektif. 11 nalbuphine. Kemudian diukur VAS dan efek samping variabel : Parasetamol, Tramadol, Nalbuphine, VAS 5. Savvina IA. Preemptif Analgesia with Paracetamol in Pediatric Neurosurgical Patients. Anesteziol Reanimatol.2010. 30 pasien berusia 2 sampai 18 tahun yang telah dioperasi mendapat fentanyl intravena sebagai Pemberian parasetamol efektif sebagai analgesia preemptif pada pasien anak yang menjalani bedah saraf. 12 analgesi. Dilakukan pengukuran respon neuroendokrin untuk menilai efektifitas parasetamol sebagai analgesi preemptif. Variabel: Parasetamol, Skala nyeri Berdasarkan keaslian penelitian tersebut, penelitian ini dikatakan berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional. Variabel bebas pada penelitian ini adalah

8 parasetamol 1000mg intravena perioperatif dan variabel terikat penggunaan fentanyl selama operasi kraniotomi di RSUP dr Kariadi Semarang.