KADAR KARBOHIDRAT DAN KUALITAS TEPUNG BIJI GAYAM PADA LAMA PERENDAMAN DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LAMA PERENDAMAN BIJI NANGKA DALAM NATRIUM METABISULFIT DAN CARA PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS TEPUNG BIJI NANGKA

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PEMBUATAN PATI DARI BIJI DURIAN MELALUI PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT DAN LAMA PERENDAMAN

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Bakteri memerlukan Aw relatif tinggi untuk pertumbuhan > 0,90

BAB II LANDASAN TEORI

PAPER BIOKIMIA PANGAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Indonesia belum dianggap sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Total Bakteri Probiotik

Pisang merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, umumnya. tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Di antara buah-buah tropika yang

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

YUWIDA KUSUMAWATI A

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BABI PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE TEPUNG LABU KUNING DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH SEBAGAI PEWARNA ALAMI

OPTIMASI WAKTU PERENDAMAN DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT PADA PROSES PRODUKSI TEPUNG SUKUN

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

KAJIAN SIFAT KIMIA DAN RENDEMEN DARI TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) DENGAN PENGERINGAN YANG BERBEDA

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

PEMANFAATAN BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM DENGANN PEWARNA ALAMI KUNYIT (Curcuma domestica)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

PENGARUH WAKTU BLANCHING DAN KONSENTRASI LARUTAN METABISULFIT TERHADAP KARAKTER FISIK DAN KIMIA STIK UWI PUTIH (DIOSCOREA ALATA) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

CITARASA KERIPIK PISANG PADA BEBERAPA PERLAKUAN ANTIOKSIDAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

KAJIAN PERAN BAHAN PEMUTIH NATRIUM PIROPOSPHATE (Na 2 H 2 P 2 O 7 ) TERHADAP PROSES PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR. Tjatoer Welasih 1) dan Nur Hapsari1 )

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

TINJAUAN PUSTAKA. keucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, tetapi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

UJI ORGANOLEPTIK KUE STIK DARI KOMBINASI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG GAYAM DENGAN PERBANDINGAN BERBEDA

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI

KUALITAS DAN KADAR PROTEIN NATA BIJI KLUWIH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK MARKISA DAN SUMBER NUTRISI YANG BERBEDA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP KADAR GIZI DAN MUTU ORGANOLEPTIK SALE PISANG (Musa paradisiaca L.) Fery Indradewi A

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

UJI KADAR PROTEIN, PATI DAN ANTOSIANIN TEPUNG UBI JALAR UNGU YANG DIMODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH NANAS DAN LAMA FERMENTASI

BAB III METODE PENELITIAN

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

PENGARUH CARA PENGOLAHAN MANISAN NANAS TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

Transkripsi:

KADAR KARBOHIDRAT DAN KUALITAS TEPUNG BIJI GAYAM PADA LAMA PERENDAMAN DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan oleh: KHOLISHOTUZ ZAHIROH A420120045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN KADAR KARBOHIDRAT DAN KUALITAS TEPUNG BIJI GAYAM PADA LAMA PERENDAMAN DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA PUBLIKASI ILMIAH Oleh: KHOLISHOTUZ ZAHIROH A420120045 Telah disetujui dan diperiksa untuk diuji oleh: 5 April 2016 Dra. Suparti M.Si, NIP/NIK 0611987032001/131683035 i

HALAMAN PENGESAHAN KADAR KARBOHIDRAT DAN KUALITAS TEPUNG BIJI GAYAM PADA LAMA PERENDAMAN DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA oleh : KHOLISHOTUZ ZAHIROH A420120045 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari rabu 1 Juni 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Dewan penguji 1. Dra. Suparti, M.Si (.) 2. Dra. Aminah Asngad, M.Si (.) 3. Dra. Titik Suryani, M.Sc (.) Dekan, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno NIP. 196504281993031001 ii

PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dal;am skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secata tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan pertanggungjawabkan sepenuhnya Surakarta, 5 April 2016 Penulis, KHOLISHOTUZ ZAHIROH A420120045 iii

KADAR KARBOHIDRAT DAN KUALITAS TEPUNG BIJI GAYAM PADA LAMA PERENDAMAN DAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA Kholishotuz Zahiroh 1), Suparti 2), Mahasiswa 1), Staf Pengajar 2) Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, April 2016 Email : cholishoh@gmail.com Abstrak Gayam (Inocarpus fagifer) mempunyai kandungan karbohidrat dan pati yang tinggi.untuk mendapatkan kualitas tepung tepung biji gayam perlu dilakukan pengolahan yang baik. Tujuan penelitian adalah mengetahui uji kualitas (warna, aroma, tekstur) tepung dari biji gayam dengan lama perendaman dan cara pengeringan yang berbeda dan mengetahui kadar karbohidrat tepung biji gayam dengan lama perendaman dan metode pengeringan yang berbeda. Metode yang penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial. Faktor pertama lama perendaman selama 20, 40 dan 60 menit dengan penambahan natrium metabisulfit (Na2S2O5) 0,1%. Faktor kedua metode pengeringan sinar matahari 3 hari dan oven suhu 70 C 2,5 jam. Hasil penelitian ini adalah kadar karbohidrat tepung biji gayam tertinggi pada perlakuan N1P2, (perendaman 20 menit dan pengeringan oven), yaitu 0,505 g/l (50,5%). Kadar karbohidrat terendah pada perlakuan N3P1 ( perendaman 60 menit dan pengeringan sinar matahari), yaitu 0,195 g/l (19,5%). Kualitas tepung biji gayam terbaik pada perlakuan N1P1 (perendaman 20 menit dan pengeringan sinar matahari), yaitu warna putih kekuningan, tekstur sedikit kasar, aroma sedikit berbau menyengat. Kata kunci: Tepung Biji Gayam, Karbohidrat, Perendaman, Pengeringan, Natrium Metabisulfit Abstrack Gayam (Inocarpus fagifer) has a carbohydrate and starch high. To get qualified flour the processing must be do well. The purpose of this research is to know the quality of gayam seed flour (color, aroma, texture) based on different of time soaking and drying method. And also carbohydrate level based on different of time soaking and drying methode. The method used in this study is an experimental method by using a completely randomized design (CRD) two factorial. The first factor is soaking time for 20, 40 and 60 minutes with the addition of sodium metabisulphite (Na2S2O5) 0.1%. The second factor is the drying method of drying sun for 3 days and oven for 2.5 hours at 70 C. The results of this study are the highest carbohydrate level on treatment N1P2 (20 minutes soaking and drying oven), which is 0,505 g / L (50.5%). Lowest carbohydrate level on N3P1 (soaking for 60 minutes and drying sunlight), which is 0,195 g / L (19.5%). The best quality gayam seed flour on N1P1 (20 minutes soaking and drying sunlight), which is a yellowish white color, slightly rough texture, little bit stingging smell Keyword: gayam seed flour, carbohydrates, soaking, drying, sodium metabisulphite 1

1. PENDAHULUAN Gayam (Inocarpus fagifer) adalah tanaman famili Fabaceae yang dimanfaatkan bijinya untuk dikonsumsi dengan cara direbus dan dijadikan keripik. Biji gayam memiliki tekstur yang keras sehingga diperlukan waktu pengolahan yang lama karena biji gayam tidak segera masak. Gayam akan menghasilan keripik gayam yang keras. Biji gayam mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, yaitu antara76-74 % dan kandungan gayam yang lain seperti albumin 10%, protein 10,54-11,64%, kadar air 4,09-6,53%, lemak 2,26-2,50%, abu 2,95-4,04% dan serat kasar 0,83-1,13% (Wawo, 2011). Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang lebih tahan disimpan, mudah dicampur, diolah dan dibentuk menjadi berbagai macam olahan makanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Widodowati, 2003). Menurut Suprapti (2002), tahap pembuatan tepung meliputi sortasi/pemilihan, pengupasan, pengirisan, perendaman dalam zat pemutih, pengeringan dan penggilingan. Proses pengupasan akan lebih baik jika dilakukan dengan cepat sehingga dapat mengurangi reaksi browning. Zat pemutih perlu ditambahkan untuk mencegah reaksi browning yang dimulai ketika proses pengupasan dan pengirisan. Daging bekas irisan yang mula-mula berwarna kekuningan akan berubah menjadi coklat kehitaman. Bahan kimia yang digunakan dalam hal ini adalah natrium metabisulfit. Reaksi browning atau pencokelatan disebabkan oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi pencokelatan akibat pengaruh enzim yang terdapat dalam bahan tersebut atau antara oksigen dengan suatu senyawa fenol yang dikatalisis Polyphenol oksidase. Untuk mengatasi hal itu maka perlu diadakan perendaman dalam natrium metabisulfit sebelum proses pengeringan dilakukan (Widodowati, 2005). Perendaman pada proses pembuatan tepung biji durian seperti penelitian yang dilakukan Suarti (2013), yaitu dengan perendaman Na2s2SO5 0,1 %. Menurut Chichester (1975), natrium metabisulfit pada konsentrasi 200 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir disamping itu menurur Syarief (1988), selain pengawet sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sulfur dioksida juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Batas penggunaan maksimum SO2 yang diizinkan pemerintah adalah 0,1-0,6% g/l. Proses pengeringan dalam pembuatan tepung bertujuan mengurangi kadar air dalam gayam dan menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga akan mempengaruhi lama keawetan dan kualitas tepung. Ada beberapa cara pengeringan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dan dengan alat pengering seperti oven. Menurut Kurniawati (1998), pengeringan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari gayam dilakukan selama 3-4 hari dengan ketebalan irisan 3 mm. Pengeringan dengan oven dianggap lebih menguntungkan karena akan terjadi pengurangan kadar air dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat (Muller, 2006). Hasil penelitian Kusumawati (2012), suhu paling baik dalam pembuatan tepung biji nangka adalah 75 C selama 2,5 jam. Berdasarkan uraian latar belakang diatas kami mencoba melakukan penelitian mengenai pemanfaatan biji gayam menjadi tepung dengan lama perendaman menggunakan zat pemutih yaitu natrium metabisulfit yang berbeda serta dengan menggunakan cara pengeringan berbeda, yaitu penjemuran di bawah sinar matahari dan cara pengovenan untuk mengetahui bagaimana menghasilkan tepung biji gayam yang baik. Penelitian ini berjudul Kadar Karbohidrat dan Kualitas Tepung Biji Gayam Pada Lama Perendaman dan Metode Pengeringan yang Berbeda 2. METODE PENELITIAN Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial. Faktor 1: Lama perendaman pada natrium metabisulfit (N) N1 : 20 menit N2 : 40 menit N3 : 60 menit Faktor 2 : Metode pengeringan (P) P1 : Sinar matahari selama 4 hari P2 : Oven suhu 70 C selama 2,5 jam, 2

Tabel 1. Rancangan Percobaan Cara Pengeringan Perlakuan P 1 (Sinar Matahari) P 2 (Oven) Lama Perendaman N 1 N 2 N 3 N 1P 1 N 2P 1 N 3P 1 N 1P 2 N 2P 2 N 3P 2 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 2. Kadar kandungan karbohidrat tepung biji gayam Perlakuan Hasil Rata- SD Keterangan Rata (g/l) N 1P 1 0,280 0,04243 Perendaman 20 menit, pengeringan sinar matahari 3 hari N 2P 1 0,245 0,02121 Perendaman 40 menit, pengeringan sinar matahari 3 hari N 3P 1 0,195* 0,02121 Perendaman 60 menit, pengeringan sinar matahari 3 hari N 1P 2 0,505** 0,03536 Perendaman 20 menit, pengeringan oven 70 o C selama 2,5 jam N 2P 2 0,470 0,00000 Perendaman 40 menit, pengeringan oven 70 o C selama 2,5 jam N 3P 2 0,405 0,04950 Perendaman 60 menit, pengeringan oven 70 o C selama 2,5 jam * = kadar karbohidrat terendah ** = kadar karbohidrat tertinggi Berdasarkan data tabel 3 menunjukkan kadar karbohidrat tepung gayam paling rendah pada perendaman 60 menit, pengeringan dengan sinar matahari dengan rata-rata 0,195 gr/l (19,5%). Kadar karbohidrat tepung biji gayam tertinggi pada perendamaman 20 menit dan pengeringan dengan oven yaitu 0,505 g/l (50,5%). Tabel 3. Hasil uji organoleptik pada tepung biji gayam Perlakuan Organoleptik Warna Tektur Aroma Daya terima N 1P 1 Putih kekuningan Sedikit kasar Sedikit berbau Suka menyengat N 2P 1 Kuning kecoklatan Sedikit kasar Berbau menyengat Suka N 3P 1 Kuning kecoklatan Sedikit kasar Berbau menyengat Suka N 1P 2 Kuning kecoklatan Sedikit kasar Sedikit berbau Cukup suka menyengat N 2P 2 Kuning kecoklatan Sedikit kasar Sedikit berbau Cukup suka menyengat N 3P 2 Kuning kecoklatan Sedikit kasar Sedikit berbau menyengat Cukup suka Berdasarkan data tabel 8 hasil uji organoleptik yang terbaik adalah pada perlakuan N 1P 1, yaitu perendamaman selama 20 menit dengan pengeringan dengan sinar matahari, hasil tepung biji gayam menunjukkan warna putih kekuningan dengan tektur sedikit kasar, aroma yang sedikit berbau menyengat dan daya terima dari 20 panelis menyatakan suka pada pada pengujian ini. 3

B. Pembahasan Kadar Karbohidrat Berdasarkan hasil penelitian kualitas tepung biji gayam yang dilakukan dengan cara perendaman serta penambahan natrium metabisulfit (Na 2SO 2O 5) menunjukkan perendaman selama 20 menit dan dikeringkan dengan cara oven selama 2,5 jam pada suhu 70 o C mempunyai kualitas kadar karbohidrat tertinggi sebesar 0,505 g/l (50,5%). Perendaman biji gayam selama 60 menit, dan pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan kadar karbohidrat yang paling rendah sebesar 0,195 g/l (19,5%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan penambahan waktu perendaman 20 menjadi 40 dan 60 menit mengakibatkan kadar karbohidrat menjadi menurun, yaitu pada pada perlakuan N 1P 1 rata-rata kadar karbohidrat biji gayam sebesar 0,280 g/l (28%), perlakuan N 2P 1 menurun menjadi 0,245 g/l (24,5%), dan pada perlakuan N 3P 1 menjadi 0,195 g/l (19,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 Gambar 1. Hasil rata-rata kadar karbohidrat tepung biji gayam dengan perendaman dan pengeringan yang berbeda Berdasarkan hasil analisis statistic diperoleh nilai p=0,019 sehingga diketahui adanya pengaruh lama perendaman terhadap kualitas tepung biji gayam, semakin lama waktu perendaman semakin menurun kadar karbohidrat tepung biji gayam. Penurunan kadar karbohidrat tepung biji gayam disebabkan karena molekul-molekul air yang terdapat pada jaringan, membran ataupun kapiler pada biji gayam mudah keluar karena dinding jaringan akan mengalami perenggangan atau pengembangan sehingga kekuatan kandungan karbohidrat menjadi berkurang(winarno, 2006). Hasil penelitian Suarti (2013), dalam pembuatan tepung dari biji durian mengalami penurunan karbohidrat disebabkan bahan-bahan yang direndam biasanya akan mengembang dan bersifat semi permiabel, sehingga molekul molekul senyawa organik seperti gula dan asam amino dengan bebas dapat menembus dinding sel masuk kedalam air. Selama perendaman berlangsung terjadi pelarutan zat zat yang dapat larut seperti karbohidrat, vitamin dan tercuci dalam perendaman. Penjemuran biji gayam dilakukan selama 3-4 hari, namun pada penelitian kali ini penjemuran tidak dilakukan secara kontinyu karena cuaca yang tidak mendukung sehingga sehari dijemur sehari tidak jadi total waktunya adalah 5 hari, sedangkan pengeringan tepung biji gayam dengan oven selama 2,5 jam dengan suhu 70 o C dapat menjadikan kadar air mengalami penurunan. Hasil analisis statistik pada pengeringan biji gayam antara metode pengeringan sinar matahari dengan oven diperoleh nilai signifikansi p =0,000, sehingga disimpulkan ada perbedaan metode pengeringan terhadap kualitas tepung biji gayam. Nilai rata-rata kandungan karbohidrat tepung biji gayam dengan pengeringan oven sebesar 0,505 g/l (50,5%) sementara pada pengeringan sinar matahari sebesar 0,280 g/l (28%), hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukukan Kusumawati (2013), komponen karbohidrat dapat terjadi perubahan yang disebabkan adanya hidrolisa pati dari kegiatan enzim amilase, sedangkan menurut Fardiaz (1992), karbohidrat dalam bahan pangan umumnya menunjukkan beberapa perubahan selama proses blanching. Penentuan besarnya kadar karbohidrat tepung biji nangka menggunakan metode by difference. Semakin tinggi kadar komponen gizi gizi lain, maka kadar karbohidrat akan semakin rendah. Uji Organoleptik Uji organoleptik terhadap sampel yang dibuat dengan melibatkan 20 panelis agak terlatih dari mahasiswa UMS. Uji organoletik tepung biji gayam meliputi: warna, tekstur, rasa, aroma dan daya terima. 4

Warna Pengaruh lama perendaman natrium metabisulfit pada warna tepung biji gayam yang terbaik pada perendaman N1P1 berwarna putih kekuningan sedangkan lainnya berwarna kuning kecoklatan sehingga dapat dikatakan tidak ada pengaruh lama perendaman dengan warna selain itu jarak waktu perlakuan hanya 20 menit.. pada proses perendaman menggunakan pengawet natrium metabisulfit, yaitu salah satu bahan kimia yang diizinkan pemerintah berguna memutihkan sekaligus mengawetkan. Saat perendaman natrium metabisulfit bereaksi dengan air membentuk sulfit yang dapat memecah ikatan disulfida pada biji gayam sehingga tidak dapat digunakan oleh enzim untuk membentuk warna kecoklatan enzimatis. Sulfit mempunyai kemampuan untuk mencegah pencoklatan enzimatis yang disebabkan oleh kemampuan sulfit dalam mendenaturasi sistem protein pada enzim fenolase. Selain itu sulfit mampu mereduksi ikatan disulfida (S-S) pada protein enzim ini, sehingga dengan terjadinya reduksi pada ikatan disulfida ini, maka enzim tidak akan aktif lagi digunakan sisamping itu kerja enzim yang terhambat membuat mikroorganisme tidak dapat berkembang pula (Sudarmadji,1997). Metode pengeringan dengan sinar matahari memberikan warna tepung biji gayam lebih baik dibanding oven Pengeringan dengan sinar matahari akan menghasilkan warna yang masih cenderung asli dari bahan dasar sebagai akibat suhu yang tidak terlalu panas jika dibandingkan dengan suhu dari oven yang lebih panas dan konstan (Ketaren, 2005. Pengeringan oven dilakukan pada suhu 70 0 C selama 2,5 jam seperti pada penelitian Kusumawati (2012) yang menunjukkan pada pengeringan oven mengakibatkan warna lebih gelap atau warna menjadi kuning kecoklatan dibandingkan dengan pengeringan sinar matahari,oleh karena itu semakin lama pengeringan dengan suhu yang tinggi mengakibatkan penurunan kadar air, meningkatkan kadar abu dan berubahnya warna lebih gelap pada bahan uji. Tekstur Semua perlakuan memiliki tekstur yang sedikit kasar (N 1P 1,N 2P 1, N 3P 1,N 1P 2, N 2P 2, N 3P 2) sehingga dapat dikatakan pengaruh lama perendaman dan cara pengeringan tidak berpengaruh terhadap tekstur tepung. Pengaruh natrium metabisulfit dan suhu pemasakan yang cukup tinggi dapat mengakibatkan semakin besar air yang teruapkan sehingga kadar air semakin rendah.kadar air yang rendah menghasilkan tekstur yang lebih keras dan kasar (Sudarmadji, 1989). Aroma Tepung biji gayam berbau menyengat pada perlakuan N 2P 1, N 2P 1, N 1P 2 dan N 2P 2 sedangkan pada pada perlakuan N1P1 dan N3P2 mempunyai bau menyengat sehingga dapat dikatakan lama perendaman dan cara pengeringan tidak berpengaruh terhadap aroma tepung biji gayam, hal ini dikarenakan adanya senyawa folatil yang terkandung dalam biji gayam Daya Terima Panelis lebih memilih tepung biji gayam dari perlakuan penjemuran sinar matahari, yaitu N 1P 1, N 2P 1 dan N 3P 1 dengan daya terima suka dibandingkan pengeringan oven, yaitu N 1P 2, N 2P 2 dan N 3P 1 dengan daya terima cukup suka, karena penjemuran sinar matahari cenderung memberikan warna lebih terang / kuning keputihan dibanding pengeringan oven. 4. PENUTUP 1. Kadar karbohidrat tepung biji gayam tertinggi pada perlakuan N 1P 2, (perendaman 20 menit dan pengeringan oven), yaitu 0,505 g/l (50,5%). Kadar karbohidrat terendah pada perlakuan N 3P 1 ( perendaman 60 menit dan pengeringan sinar matahari), yaitu 0,195 g/l (19,5%). 2. Kualitas tepung biji gayam terbaik pada perlakuan N 1P 1 (perendaman 20 menit dan pengeringan sinar matahari), yaitu warna putih kekuningan, tekstur sedikit kasar, aroma sedikit berbau menyengat. DAFTAR PUSTAKA Chichester, C.E & F.W Tanner. 1975. Antimicrobial Food Addictives Chemical. Amsterdam : Rubber Co Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Ketaren, S 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta. Kusumawati, Desti. D, et al. 2014. Pengaruh Pendahuluan Dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Sensori Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus). Jurnal Tekno sains Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Uniuversitas Sebelas Maret. Vol 1 (1): 41-48. 5

Muchtad T.R. (2003) Petunjuk Laboratorium Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rachmawan, O. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas pertanian. Buletin Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Suarti, Budi, et al. 2013. Pembuatan Pati dari Biji Durian melalui Penambahan Natrium Metabisulfit dan Lama Perendaman. Jurnal Agrium. Vol 18(1) : 69-78. Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Wawo, AH, et al. 2011. Studi Persebaran dan Pemanfaatan Gayam [Inocarpus fagifer (Parkinson ex Zollinger)] pada Beberapa Lokasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal Biosfera. Vol 23(3) : 140-151. Winarno, 2006 Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 6