BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. 1. 1 Latar Belakang Masalah Sektor publik merupakan sebuah organisasi ataupun entitas yang bertugas untuk melayani kebutuhan publik. Dalam memberikan pelayanan, entitas sektor publik dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Namun pada kenyataanya, lembaga sektor publik masih dianggap kurang produktif dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan sebuah langkah perbaikan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. Institusi pemerintahan yang merupakan bagian dari sektor publik tidak terlepas dari permasalahan yang sama. Buruknya kuantitas dan kualitas pelayanan kepada masyarakat telah mengakibatkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dan hak masyarakat. Diperlukan perubahan-perubahan yang signifikan agar kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sebagai entitas sektor publik kembali pulih. Gerakan perubahan perubahan tersebut kemudian dikenal sebagai reformasi sektor publik. Munculnya reformasi sektor publik ini ditandai dengan munculnya 1
konsep New Publik Management (Mahmudi, 2010). Reformasi New Publik Management (NPM) pertama kali muncul di negara-negara Eropa dan Amerika tahun 1980-an. Konsep NPM muncul sebagai akibat tidak memadainya model administrasi publik tradisional. Konsep ini menekankan pada desentralisasi dan modernisasi pelayanan publik. Di Indonesia, reformasi sektor publik sudah dimulai, dirintis dan diterapkan pada era reformasi. Istilah good governance yang merujuk pada usaha untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan yang lebih baik, dan dijadikan sebagai pencapaian sasaran utama pasca era reformasi sampai dengan saat ini. Dalam rangka menciptakan good governance, maka tuntutan transparansi dan akuntabilitas kinerja menjadi hal yang paling diprioritaskan. Masyarakat menginginkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel, baik secara finansial maupun kinerja (Mardiasmo, 2009). Tingginya pemahaman masyarakat terhadap manajemen sektor publik dengan menggunakan alat-alat manajemen dari sektor swasta memunculkan semakin tingginya tingkat akuntabilitas instansi pemerintah (Harun, 2009). Pasca era reformasi sampai dengan saat ini, kepedulian publik terhadap peningkatan kualitas pelayanan instansi pemerintah semakin meningkat. Publik cukup melihat pencapaian target kinerja untuk dapat mengukur peningkatan kualitas pelayanan pada instansi pemerintah. Penilaian peningkatan kualitas pelayanan dengan menggunakan indikator kinerja pada instansi pemerintah dapat terwujud dengan diterapkannya pengelolaan manajemen yang baik. Manajemen berbasis kinerja merupakan pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang 2
berorientasi pada pengukuran hasil (outcome), bukan lagi kepada input dan output. Perubahan ini ditandai dengan munculnya reformasi anggaran, yaitu perubahan dari penggunaan anggaran tradisional (lineitem & incremental budgeting) menjadi anggaran kinerja (performance budgeting). Sesuai dengan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU no 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, ke depan anggaran negara baik pusat maupun daerah menjadi anggaran berbasis kinerja, yaitu anggaran yang dihitung dan disusun berdasarkan kebutuhan untuk menghasilkan output dan outcome yang diharapkan oleh masyarakat. Pada manajemen berbasis kinerja, informasi akuntansi dibutuhkan untuk menetapkan indikator kinerja yang menjadi sarana mengukur kinerja pemerintah dalam tahap pertanggungjawaban (Mardiasmo, 2009). Sesuai dengan Permenpan dan RB No. 9 Tahun 2007, indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat dicapai, relevan, dapat diukur dan sesuai dengan kurun waktu tertentu. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja merupakan kewenangan masing-masing instansi pemerintah. Pemilihan indikator kinerja yang tepat akan menggambarkan secara tepat kinerja utama sebuah instansi pemerintahan. Evaluasi terhadap indikator kinerja pada instansi pemerintahan dilakukan agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan visi, misi, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi atas akuntabilitas kinerja diatur oleh pemerintah, sebagaimana tertuang dalam Permenpan dan RB No. 01 Tahun 2015 tentang pedoman evaluasi kinerja penyelenggara pelayanan publik. Proses evaluasi dilakukan tidak hanya pada hasil (outcome), namun juga pada saat penyusunan 3
indikator kinerja. Hal ini dilakukan agar pemilihan dan penetapan indikator kinerja tidak jauh dari visi, misi, sasaran dan tujuan utama institusi pemerintahan. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Ongoing Performance Management & Measurement (OPM & M) merupakan pendekatan evaluasi dan perencanaan yang komprehensif dengan model logika inovatif dan perluasan yang yang dikenal dengan sebutan performance blueprint (Ohio, 2002). Performance blueprint adalah sebuah cara yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur kinerja sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau pemerintah, dan adanya keterkaitan antara visi dan misi dengan program yang dibuat (Longo, 2004). Kabupaten Bengkalis sebagai salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Riau, yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini dan telah melaksanakan amanat Inpres No 7 Tahun 1999 untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2010-2015. Secara keseluruhan, indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Bengkalis yang disajikan pada LAKIP tahun 2013 telah menunjukkan tingkat pencapaian yang cukup baik. Indikator kinerja pada LAKIP ini didukung oleh indikator kinerja kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di lingkungan pemerintah Kabupaten Bengkalis. Hasil evaluasi atas kinerja pemerintah Kabupaten Bengkalis tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Provinsi bersama dengan Kementrian Pendayagunaan Aparatur 4
Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Bengkalis memperoleh nilai C (45,68), (Humas, Kemenpan dan RB). Secara nasional, kategori predikat nilai baik yaitu Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai CC (50-65) ke atas. Dan terdapat 11 Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai B. Dengan diperolehnya nilai C ini, menandakan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Bengkalis masih belum optimal dan berada dibawah rata-rata nasional. Tabel 1.1 Hasil Evaluasi LAKIP Kabupaten Kota di Indonesia tahun 2013 Kriteria Predikat Jumlah Kab/ Kota Presentasi AA Memuaskan 0 0.00% A Sangat Baik 0 0.00% B Baik 11 2.39% CC Cukup Baik / Memadai 170 36.96% C Agak Kurang 241 52.39% D Kurang 38 8.26% 460 100.00% Sumber : Diolah dari Kemenpan & RB 2014 Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini akan menguji sejauh mana ketepatan proses penyusunan indikator kinerja pada Pemerintah Kabupaten Bengkalis agar dapat menghasilkan kinerja yang optimal dengan menggunakan pendekatan Ongoing Performance Management and Measurement (OPM&M). 1.2 Rumusan Permasalahan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis diindikasikan belum mampu menyusun indikator kinerja berbasis hasil (result-based performance indicator), karena berdasarkan hasil evaluasi LAKIP tahun 2013 yang dilakukan oleh Kemenpan dan RB menunjukkan bahwa LAKIP pemerintah daerah belum dapat 5
menggambarkan pengukuran kinerja mengenai pencapaian visi dan misi organisasi, serta masih adanya indikator kinerja yang tidak selaras antara dokumen perencanaan hingga dokumen pelaporan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan permasalahan, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana indikator kinerja dalam sistem pengukuran kinerja pemerintah Kabupaten Bengkalis dari perencanaan strategis hingga pelaporan kinerja telah menunjukkan kesesuaian informasi. 2. Bagaimana pengukuran kinerja OPM&M dengan model performance blueprint dapat digunakan untuk mengevaluasi indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengevaluasi proses penyusunan indikator kinerja pemerintah Kabupaten Bengkalis dari sistem perencanaan strategis sampai dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 2. Menjelaskan proses penyusunan indikator kinerja yang digunakan pemerintah Kabupaten Bengkalis sebagai ukuran dalam mencapai sasaran kinerja dengan pendekatan OPM &M. 6
1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini termotivasi untuk memperkaya keilmuan dengan memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah mengenai pengukuran kinerja kabupaten Bengkalis dengan pendekatan OPM&M. Dan penulis ingin menerapkan ilmu yang telah didapat selama bangku perkuliahan khususnya bidang sektor publik. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi praktis dan kontribusi teoritis sebagai berikut : 1. Kontribusi praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi pemerintah Kabupaten Bengkalis mengenai pengukuran kinerja berbasis hasil (outcomes) dengan pendekatan OPM&M. Serta sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dan Kemenpan RB dalam merumuskan kebijakan kinerja instansi pemerintah dimasa yang akan datang. 2. Kontribusi teoritis Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain dalam bidang kajian proses pengukuran kinerja sektor publik dengan pendekatan OPM&M. 7
1.7 Proses Penelitian Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistematis, maka disusun tahapan - tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007), ada empat tahapan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Pralapangan Peneliti melakukan survei pendahuluan, yaitu dengan mencari subjek sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan studi lapangan (field study) terhadap latar belakang penelitian, mencari data dan informasi tentang RPJMD, RKPD, Penetapan Kinerja, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Bengkalis, serta referensi pendukung lainnya. Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian yang meliputi metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pralapangan dilakukan peneliti selama Januari Maret 2015. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahapan ini, peneliti mulai melakukan observasi dilapangan dalam rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama Maret April 2015. 3. Tahap Analisis Data Pada tahapan ini, peneliti melaksanakan analisis data. Serangkaian proses analisis data sampai dengan pemaparan temuan investigasi kasus yang telah diperoleh sebelumnya. Tahap analisis data dilakukan selama Mei Juli 2015. 4. Tahap Evaluasi dan Pelaporan Pada tahap ini, peneliti melakukan konsultasi dan pembimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan sejak Februari Juli 2015. 8
Gambar 1.1 Tahapan Proses Studi Penelelitian Sumber : Moloeng (2007) 1.8 Sistematika Penulisan berikut : Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam 7 bab sebagai BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi landasan teoritis sebagai kerangka berpikir untuk melaksanakan investigasi dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan. 9
BAB III : LATAR BELAKANG KONSTEKTUAL OBJEK PENELITIAN Bab ini menjelaskan secara deskriptif mengenai objek penelitian serta aplikasi teori-teori atau konsep pada studi literatur terhadap objek penelitian. BAB IV : RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian berisi rasionalitas objek penelitian, rencana pengambilan data yang meliputi jenis, sumber, dan teknik pengumpulan data dan metode analisis data yang akan dilakukan pada temuan hasil investigasi kasus. BAB V : PEMAPARAN TEMUAN INVESTIGASI KASUS Pemaparan temuan investigas menjelaskan temuan-temuan dalam proses investigasi yang mengambarkan fakta-fakta untuk dapat menjawab tujuan penelitian. BAB VI : ANALISIS DAN DISKUSI HASIL INVESTIGASI KASUS Bab ini berisi analisis dan diskusi temuan atas permasalahan yang ditemukan pada bab sebelumnya mengikuti metode penelitian yang telah dirancang. BAB VII :RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi ringkasan penelitian, simpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi yang merupakan bentuk tindak lanjut dari hasil penelitian. 10