3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Bab III Bahan dan Metode

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

MATERI DAN METODE. Materi

METODE. Materi. Rancangan

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Materi

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lima pasar tradisonal yang terdapat di Bandar

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE. Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Keadaan Umum Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

Transkripsi:

12 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Mei 2011. Preparasi bahan baku dilakukan di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Departeman Teknologi Hasil Perairan. Uji proksimat dilakukan di Laboratorium Konservasi Satwa Langka dan Harapan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Uji derajat putih dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Departeman Ilmu Teknologi Pangan. Uji atomic absorption spectrophotometry (AAS) dilakukan di Laboratorium Bersama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Uji Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan di Laboratorium Geologi Kuarter, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu cangkang kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis), larutan asam klorida (HCl) 1 N, NaOH 3 N, dan akuades. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat gelas, tanur, toples, termometer, oven, hotplate, kertas saring, kertas ph dan timbangan serta alat analisis proksimat, AAS Shimadzu AA-7000 dan SEM JSM-35C. 3.3 Metode Penelitian Tahapan penelitian meliputi preparasi sampel cangkang kijing, uji proksimat cangkang kijing, serta pembuatan serbuk nano kalsium dengan perlakuan lama ekstraksi terhadap rendemen dan kadar mineral yang meliputi kalsium, fosfor, kalium, natrium, mangan, besi, dan zinc. Tahap selanjutnya yaitu analisis fisik dan mikroskopis serbuk nano kalsium meliputi analisis derajat putih, analisis ukuran partikel, analisis kadar mineral termasuk logam berat Pb. 3.3.1 Preparasi cangkang kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) Preparasi cangkang kijing dilakukan dengan pencucian cangkang. Cangkang kemudian dikeringkan dengan panas matahari. Cangkang yang telah

13 kering selanjutnya dilakukan penghancuran dengan alat hammer mill ukuran 60 mesh sehingga menjadi tepung cangkang. Tepung cangkang selanjutnya diuji proksimat untuk mengetahui komposisi kimianya. Diagram alir pembuatan tepung cangkang dapat dilihat pada Gambar 4. Cangkang kijing Pencucian Pengeringan dengan matahari Penghancuran dengan hammer mill Tepung cangkang Gambar 4 Preparasi cangkang kijing Keterangan: = Input/output, = Proses 3.3.2 Pembuatan serbuk nano kalsium Tepung cangkang selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan pelarut HCl pada suhu 90 0 C dengan perlakuan waktu ekstraksi selama 1; 1,5; dan 2 jam. Hasil ekstraksi selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring sehingga diperoleh cairan/filtrat. Filtrat yang diperoleh dilakukan presipitasi dengan penambahan NaOH 3 N dan dilakukan pengadukan serta didiamkan sampai presipitasi tidak terbentuk lagi. Endapan yang diperoleh kemudian dipisahkan dengan cara dekantasi. Endapan tersebut selanjutnya dilakukan proses netralisasi menggunakan akuades sampai ph 7. Tahap selanjutnya adalah tahap pengeringan endapan dengan oven dan diteruskan dengan pembakaran dalam tanur pada suhu 600 0 C sehingga terbentuk serbuk kalsium. Serbuk tersebut selanjutnya dilakukan analisis fisika dan mikroskopis. Diagram alir pembuatan serbuk nano kalsium dapat dilihat pada Gambar 5.

14 Tepung cangkang Ekstraksi dengan pelarut HCl pada suhu 90 C (perlakuan waktu ekstraksi 1; 1,5; 2 jam) Penyaringan filtrat Presipitasi dengan NaOH 3 N filtrat Endapan kalsium Netralisasi Dekantasi filtrat Endapan kalsium Pengeringan dengan oven Pembakaran di atas hot plate Pengabuan dalam tanur Serbuk nano kalsium Pengujian fisika dan mikroskopis Gambar 5 Diagram alir pembuatan serbuk nano kalsium dari cangkang kijing (modifikasi metode Fernandez et al.1999) Keterangan: = Input/output, = Proses

15 3.3.3 Analisis kimia, fisika dan mikroskopis Cangkang kijing yang telah dihancurkan dengan hammer mill menjadi tepung cangkang dilakukan analisis kimia yaitu analisis proksimat, sedangkan serbuk nano kalsium yang telah dihasilkan dilakukan analisis fisika yaitu analisis mineral menggunakan AAS, perhitungan rendemen, dan uji derajat putih, serta analisis mikroskopis berupa pengukuran partikel dengan menggunakan SEM. 3.3.3.1 Analisis kimia a) kadar air (AOAC 1980) Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator ± 15 menit kemudian ditimbang. Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 o C selama 8 jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin dan ditimbang, selanjutnya sampel kadar air dihitung dengan rumus: Kadar air = Bobot sampel (segar-kering) x 100 % Bobot sampel segar b) kadar abu (AOAC 1980) Sebanyak 1 gram sampel ditempatkan dalam cawan porselen kemudian dibakar sampai tidak berasap, kemudian diabukan dalam tanur pada suhu 600 o C selama 2 jam, selanjutnya ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus: Kadar abu = Bobot Abu x 100 % Bobot sampel c) kadar lemak (AOAC 1980) Sebanyak 2 gram sampel disebar diatas kapas yang beralas kertas saring dan di gulung membentuk thimble, kemudian dimasukkan ke dalam labu soxhlet. Sampel diekstraksi selama 6 jam dengan pelarut lemak berupa heksan sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu 100 o C selama 1 jam. Kadar lemak dihitung dengan rumus: Kadar lemak = Bobot lemak terekstrak x 100 % Bobot sampel

16 d) kadar protein (AOAC 1980) Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml dan ditambahkan selenium 0,25 gram dan 3 ml H 2 SO 4 pekat. Sampel selanjutnya dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam, sampai larutan jernih. Sampel kemudian ditambahkan 50 ml aquades dan 20 ml NaOH 40%, selanjutnya didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H 3 BO 3 2% dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Setelah volume hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan dan destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap blanko. Kadar Nitrogen total dihitung dengan rumus : %N= (S-B)x NHCL x 14 x 100 % w x 1000 Keterangan: S = Volume titran sampel (ml) B = Volume titran blanko (ml) W = Bobot sampel kering (mg) % Kadar Protein: % Nitrogen x faktor konversi Keterangan : Protein mengandung rata-rata 16 % nitrogen. Faktor konversi = 3.3.3.2 Analisis fisika a) Rendemen serbuk nanokalsium Rendemen merupakan persentase dari perbandingan bobot serbuk kalsium yang dihasilkan terhadap bobot cangkang kijing sebelum mengalami perlakuan. Perhitungan persentase rendemen dengan rumus sebagai berikut: Rendemen (%) = x 100 % Keterangan: a = berat tepung akhir b = berat tepung awal

17 b) Analisis kadar mineral (Ca, Mg, Na, K, Fe, Zn, Mn) dan logam berat Pb (Reitz et al. 1987) Analisis kadar mineral dilakukan untuk mengetahui kadar mineral pada serbuk nano kalsium. Pada penelitian ini dilakukan analisis kadar mineral yang meliputi kalsium, magnesium, kalium, mangan, natrium, besi, dan seng. Analisis kadar mineral dan logam berat Pb dilakukan menggunakan metode AAS. Tahap pertama adalah sampel dilakukan proses pengabuan basah. Sebanyak 1 gr sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml/100 ml, selanjutnya ditambahkan 5 ml HNO 3 dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam. Sampel dipanaskan diatas hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam (dalam ruang asam) dan dibiarkan semalam (sampel ditutup). Sampel yang telah dibiarkan semalam, selanjutnya ditambahkan 0.4 ml H 2 SO 4 lalu dipanaskan diatas hot plate sampai larutan berkurang (lebih pekat), biasanya ± 1 jam. Sampel kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO 4 : HNO 3 (2:1). Sampel masih tetap diatas hot plate, karena pemanasan terus dilanjutkan sampai ada perubahan warna dari coklat sampai kuning tua lalu kuning muda. Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit kemudian sampel dipindahkan, dinginkan dan ditambahkan 2 ml aquades dan 0.6 ml HCl. Sampel dipanaskan kembali agar sampel larut (±15 menit) kemudian sampel diencerkan sampai 100 ml. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool, selanjutnya dianalisa dengan AAS. Tahap selanjutnya adalah analisis menggunakan alat AAS. Alat diatur sesuai dengan instruksi dalam petunjuk manual alat tersebut, selanjutnya larutan standar logam dan blanko diukur. Kadar mineral di analisis berdasarkan emisi yang dihasilkan dari pembakarana mineral pada tungku pembakaran dan diukur pada panjang gelombang tertentu. Kadar mineral pada sampel dihitung dengan memasukkan nilai absorban sampel ke dalam persamaan garis standar y = ax ± b, maka akan diperoleh nilai x yang merupakan konsentrasi sampel. Kadar mineral dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

18 c) Analisis fosfor (Taussky dan Shorr 1953) Preparasi larutan dilakukan terlebih dahulu yaitu dengan membuat larutan A dan larutan B. Pada larutan A, sebanyak 10 g ammonium molibdat 10% ditambah dengan 60 ml akuades, selanjutnya ditambahkan 28 ml H 2 SO 4 dan dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml. Tahap selanjutnya adalah membuat larutan B, sebanyak 10 ml larutan A ditambah dengan 60 ml akuades dan 5 g FeSO 4.7H 2 O, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml. Sampel hasil pengabuan basah dimasukkan ke dalam tabung kuvet kemudian ditambah dengan 2 ml larutan B. Intensitas warna diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm. d) Derajat putih serbuk nanokalsium (Faridah et al. 2006) Pengukuran derajat putih serbuk nanokalsium dilakukan dengan menggunakan alat Kett Digital Whiteness-meter model C-100s. Warna hitam menunjukan nilai 0, sedangkan nilai 100 menunjukan derajat putih yang setara dengan pembakaran pita magnesium. Pengukuran derajat putih dilakukan dengan cara meletakkan serbuk dalam wadah tertentu, kemudian hasil pengukuran derajat putih terlihat pada monitor alat tersebut. 3.3.3.2 Analisis mikroskopis a. Analisis partikel size dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) (Toya et al. 1986) Sampel ditaburkan pada specimen holder yang dilapisi double sticky tape, kemudian dibersihkan dengan hand blower untuk menghilangkan debu-debu pengotor. Sampel yang telah menempel pada double sticky tape kemudian dilapisi emas-pladium setebal 400 Ǻ dengan menggunakan mesin ion Sputter JFC-1100. Coating tersebut dimaksudkan agar benda uji yang akan dilakukan pemotretan menjadi penghantar listrik. Sampel yang telah dilapisi emas-pladium selanjutnya dimasukkan ke dalam specimen chamber pada mesin SEM untuk dilakukan pemotretan pada perbesaran 10.000x, dan 20.000x. Sumber elektron dipancarkan menuju sampel untuk memindai permukaan sampel, kemudian emas sebagai konduktor akan memantulkan elektron ke detektor pada mikroskop SEM. Hasil pemindaian akan diteruskan ke detektor

19 menuju monitor. Hasil yang diperoleh berupa gambar tiga dimensi permukaan serbuk nanokalsium. 3.3.4 Rancangan percobaan dan Analisis Data (Steel dan Torrie 1993) Rancangan percobaan yang digunakan untuk menguji pengaruh waktu ekstraksi terhadap rendemen dan kadar mineral serbuk nano kalsium adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor dan 3 taraf (1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam). Data terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan galat menggunakan uji Kolmogrov Simirnov untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak normal, jika signifikansi di atas 0,05 (P-value >0,05) maka data tersebut menunjukkan bahwa data tersebar normal. Data yang terdistribusi normal selanjutnya dilakukan analisis ANOVA (Analysis Of Variant). Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS). Model rancangannya adalah: Y ij = μ + α i + ε ij Keterangan : Y ij = hasil pengamatan rendemen ekstrak waktu (i) pada ulangan ke-j µ = rataan umum α i = pengaruh perbedaan waktu ekstraksi = sisaan akibat perbedaan waktu ekstraksi taraf ke-i pada ulangan ke-j ε ij Hipotesis terhadap data hasil rendemen serbuk nano kalsium pada perlakuan lama ekstraksi adalah sebagai berikut: H 0 H 1 : Waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap nilai rendemen serbuk nano kalsium (αi = 0). : Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap nilai rendemen serbuk nano kalsium (α 0). Hipotesis terhadap data hasil kadar mineral serbuk nano kalsium pada perlakuan lama ekstraksi adalah sebagai berikut: H 0 : Waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap kadar mineral serbuk nano kalsium (αi = 0). H 1 : Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kadar mineral serbuk nano kalsium (α 0). Jika uji ANOVA menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap rendemen serbuk nano kalsium maka dilanjutkan dengan uji Duncan, dengan rumus sebagai berikut:

20 Keterangan : KTS = Kuadrat tengah sisa dbs = Derajat bebas sisa r = Banyaknya ulangan Duncan = tα/2; dbs