PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PECAHAN TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 32 PADANG Bety Harlinda*, Zulfaneti**, Alfi Yunita** *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat **) Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Student Work Sheet (LKS) which becomes the reference to the fractional material in Junior High School at VII class does not facilitate the students to do an analysis for problem solving. Material and exercises on the Student Work Sheet could not support the students to understand the material based on the daily problems. The purpose of this research is to develop Students' Work Sheet (LKS) based on Problem Based Learning (PBL) in the fractional valid material and practical at SMP 32 Padang. The model used is the development of Instructional Development Institude (IDI). IDI development model consists of define, develop and evaluate. The results of the validation test of Student Work Sheet (LKS) based Problem Based Learning (PBL) by the validator is in very valid criteria. The final value is 90%. In addition, the practicalities of test results by the teachers and students also demonstrated Student Work Sheet (LKS) based Problem Based Learning (PBL) are expressed in very practical category with the final value of 89%. Thus, it can be concluded that the Student Work Sheet (LKS) based Problem Based Learning (PBL) is valid and practical. Key Words: Student Work Sheet (LKS), Problem Based Learning (PBL), Development PENDAHULUAN Peranan bahan ajar diharapkan mampu membangun pengetahuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Pengetahuan yang diperoleh akan mempermudah siswa dalam mengaplikasikan dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pecahan. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 5, 10 dan 11 Februari 2014 di SMPN 32 Padang, sekolah telah menyediakan buku teks dan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan ajar yang akan digunakan guru dan murid pada proses pembelajaran. Penyajian materi pada buku teks yang digunakan sudah sesuai dengan
kurikulum 2013 akan menuntun siswa dalam memperoleh konsep materi pelajaran melalui penyelidikan pemecahan permasalahan sehari-hari. Namun, soal-soal latihan yang terdapat pada buku teks belum bervariasi. Hal ini menyebabkan guru beranggapan bahwa penggunaan Lembar Kerja siswa (LKS) lebih efektif pada proses pembelajaran. Namun, LKS yang digunakan siswa hanya menggunakan soal-soal objektif sebagai bahan latihan. Soalsoal yang diberikan pada LKS kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi pecahan. Hasil wawancara dengan guru mengatakan bahwa LKS yang telah dikembangkan belum memuat pertanyaan yang dapat menuntun pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang terkait materi yang terkait materi pecahan. Materi pecahan adalah materi yang sulit bagi siswa. Hasil wawancara dengan beberapa orang siswa mengatakan bahwa LKS yang digunakan hanya berisi rumus-rumus dan soal-soal. Keadaan yang seperti itu yang menyebabkan siswa harus menunggu penjelasan materi secara keseluruhan dari guru. Berdasarkan kondisi yang telah dijabarkan tersebut, perlu dikembangkannya sebuah LKS yang dapat menuntun siswa melatih pengetahuan siswa pada materi pecahan berdasarkan pemecahan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Problem Based Learning (PBL) pada materi pecahan yang valid dan praktis di SMPN 32 Padang. Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dan tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Menurut Prastowo (2011:208), bahan ajar LKS terdiri dari enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah-langkah kerja dan penilaian.
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai satu konteks bagi siswa untuk belajar cara berfikir kritis dan mempunyai keterampilan pemecahan masalah, serta untuk mendapatkan pengetahuan dan konsep yang relevan dengan materi pelajaran. Menurut rizema (2013:78) mengatakan bahwa, adapun langkahlangkah pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) adalah : 1. Mengorientasikan siswa pada masalah 2. Mengorganisasikan siswa agar belajar 3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja 5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pariska (2012) yang telah mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis masalah pada materi Teorema Phytagoras untuk siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. LKS yang dihasilkan tersebut telah mendapatkan respon baik dari guru dan siswa dengan kriteria valid, praktis dan efektif. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D). Prosedur pengembangan ini menggunakan model pengembangan IDI (Instructional Development Institute) yang dikemukakan oleh Harjanto (2011: 13). Model IDI ini menerapkan pendekatan sistem yang terdiri terdiri dari 3 tahap, yaitu penentuan (define), pengembangan (develop), dan evaluasi (evaluate). Tahap penentuan (define) terdiri dari tahap identifikasi masalah, analisis setting, dan pengelolaan. Pada tahap identifikasi masalah, kegiatan yang dilakukan adalah wawancara dengan guru dan siswa, menganalisis silabus pembelajaran matematika siswa SMP kelas VII, menganalisis LKS dan mereview literatur. Tahap analisis setting dilakukan untuk menganalisis karakteristik gaya belajar siswa, kondisi dan sumber belajar yang digunakan siswa pada proses pembelajaran. Tahap pengelolaan dilakukan untuk menentukan kegiatan
yang dilakukan sesuai waktu yang tersedia pada silabus. Tahap pengembangan (develop) terdiri dari tahap menentukan tujuan, metode dan membuat produk awal. Tahap pengembangan ini dilakukan hingga produk dinyatakan valid oleh dua orang dosen matematika, satu orang guru matematika SMP dan satu orang guru Bahasa Indonesia. Aspek yang diamati Tahap penilaian (evaluate) terdiri dari kegiatan uji coba produk yang telah dikembangkan, analisis hasil dan implementasi. Tahap uji coba produk dilakukan oleh 6 orang siswa yang telah mempelajari materi pecahan. LKS diujicobakan untuk mengetahui praktikalitas LKS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, angket dan pedoman wawancara. Lembar validasi diisi oleh para validator. Angket praktikalitas dan lembar wawancara diberikan kepada Guru Matematika SMPN 32 Padang dan enam orang siswa. Selanjutnya, data yang diperoleh dari berbagai instrumen dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil lembar validasi dan angket praktikalitas terhadap seluruh aspek yang dinilai disajikan masing-masing dalam bentuk tabel. Skala penilaian yang digunakan adalah skala likert. Tabel 1. Pernyataan untuk Lembar Validasi dan Angket Praktikalitas Simbol Keterangan Bobot SS Sangat Setuju 5 S Setuju 4 CS Cukup Setuju 3 TS Tidak Setuju 2 STS Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: dimodifikasi dari belajar mudah penelitian Riduwan (2010: 87) Selanjutnya dicari persentase nilai akhir dengan menggunakan rumus. Riduwan (2010:89) mengatakan untuk mencari nilai akhir digunakan rumus: NA = S SM 100% Keterangan : NA = Nilai Akhir S = Jumlah Semua Skor SM = Skor Maksimum Nilai akhir yang didapatkan diinterpretasikan dengan kriteria yang ditetapkan. Kriteria tingkat kevalidan dan kepraktisan yang dimodifikasi dari Riduwan (2010: 89) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Tingkat Kevalidan dan Kepraktisan Rentangan Nilai Kategori Validasi Praktikalitas 84% NA 100% Sangat Valid Sangat Praktis 84 % NA < 84% Valid Praktis 52 % NA < 68% Cukup Valid Cukup Praktis 36 % NA < 52% Kurang Valid Kurang Praktis 20 % NA < 36% Tidak Valid Tidak Praktis Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS dikatakan valid atau praktis apabila nilai akhirnya mencapai 68 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan LKS berbasis PBL pada materi pecahan telah melalui tiga tahapan yaitu define, develop dan evaluate. Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap penentuan (define). Hasil dari tahap penentuan diperoleh bahwa siswa membutuhkan LKS yang dapat menuntun siswa menemukan konsep materi yang dipelajari dan mengaplikasikannya melalui pemecahan masalah seharihari yang sesuai dengan silabus. Analisis-analisis yang telah dilakukan pada tahap define akan digunakan pada tahap pengembangan (develop). Tahap pengembangan terdiri dari menentukan tujuan, menentukan metode dan mengembangkan produk. Produk yang dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Problem Based Learning (PBL) yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan. LKS yang dikembangkan terdiri dari 3 kegiatan belajar. Setiap kegiatan belajar memuat unsur-unsur Lembar Kerja Siswa (LKS) dan tahap-tahap Problem Based Learning (PBL). Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat menuntun siswa aktif menemukan konsep materi dan mengaplikasikasnya pemecahan masalah sehari-hari. melalui Pada tahap develop, dihasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Problem Based Learning (PBL). LKS yang telah dikembangkan selanjutnya divalidasi oleh validator. Hasil penilaian validator terhadap semua aspek penilaian pada LKS dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Penilaian Validator Terhadap Validasi LKS NO Aspek Nilai Akhir Kesimpulan 1 Kelayakan Isi 92 % Sangat Valid LKS 2 Penyajian LKS 89 % Sangat Valid 3 Bahasa dan Keterbacaan 88 % Sangat Valid Nilai Akhir Keseluruhan 90 % Sangat Valid Hasil validasi LKS keseluruhan adalah 90% dengan kategori sangat valid. Artinya, LKS berbasis PBL telah memenuhi tiga aspek validasi
yakni aspek kelayakan isi, penyajian, bahasa dan keterbacaan. Pada aspek kelayakan isi, LKS telah memuat materi pecahan yang sesuai dengan silabus matematika. Pada aspek penyajian, LKS telah memuat keseluruhan unsur-unsur LKS dan tahapan-tahapan PBL. Sedangkan pada aspek bahasa dan keterbacaan, LKS telah menggunakan bahasa dan keterbacaan yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tahap selanjutnya pada model IDI adalah tahap evaluate. Pada tahap ini, LKS yang telah divalidasi akan diujicobakan guna melihat kepraktisan LKS pada proses pembelajaran. Insrumen yang digunakan adalah angket dan pedoman wawancara. Angket dan pedoman wawancara ini akan diberikan kepada 2 orang guru matematika dan 6 orang siswa SMPN 32 padang yang telah belajar materi pecahan. Tabel 4. Hasil Penilaian Angket Praktikalitas oleh Guru dan Siswa NO Subjek Pengisian Nilai Kesimpulan Angket Akhir 1 Guru 86 % Sangat Valid 2 Siswa 91 % Sangat Valid Nilai akhir Keseluruhan 89 % Sangat Valid Keseluruhan hasil praktikalitas oleh guru dan siswa memiliki nilai akhir 89% dengan kategori sangat praktis. Artinya, LKS telah memenuhi aspek praktikalitas yakni aspek kemudahan, waktu, mudah diinterpretasikan dan memiliki ekivalensi. Setelah menyebarkan angket, peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan guru dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis PBL tergolong praktis dan dapat digunakan dalam pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan LKS berbasis PBL telah valid dan praktis. Artinya, LKS berbasis PBL pada materi pecahan telah layak digunakan. DAFTAR RUJUKAN Harjanto. 2011. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya Prastowo, Andi.2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA PRESS Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta Rizema, Putra. 2012. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta. DIVA Press