I. Pendahuluan. Menghadapi AFTA tahun 2003 dunia agribisnis Indonesia, menurut ramalan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian terpenting dari agroindustri di Indonesia. Peranan industri pangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Gejolak moneter yang terjadi pada November 1997 dan mencapai Mminasi

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai posisi dan peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

Transkripsi:

I. Pendahuluan A. Latar Belakang Menghadapi AFTA tahun 2003 dunia agribisnis Indonesia, menurut ramalan, akan mengalami kemajuan yang sangat berarti. Salah satu sektor andalan agribisnis Indonesia adalah perkebunan. Perkebunan telah membuktikan diri dapat menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional dengan segala potensi dan keunggulan yang dimilikinya, terbukti ketika krisis melanda Indonesia dengan hebat pada tahun 1998, sub-sektor perkebunan menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,55% (Komoditas, 2000). Jadi jelas sub-sektor perkebunan dapat berperan besar dalam perdagangan dunia untuk menghadapi pasar bebas, apalagi selama ini sebagian besar komoditi perkebunan hampir tidak ditunjang dengan subsidi maupun proteksi (Komoditas, 2001). Komoditi unggulan perkebunan Indonesia salah satunya adalah kelapa sawit. Indonesia, untuk komoditi kelapa sawit, kini menguasai pangsa pasar minyak sawit mentah (crued palm oil/cpo) sebesar 30,79% atau produsen CPO terbesar kedua setelah Malaysia dengan pangsa pasar sebesar 50,64%. Menurut perkiraan Bank Dunia, dengan pertumbuhan produksi rata-rata 10.6% per tahun, maka produksi CPO Indonesia pada tahun 2005 akan menyamai Malaysia, bahkan pada tahun 2010 pangsa produksi CPO Indonesia akan mencapai 43,03% sedangkan Malaysia di posisi kedua dengan pangsa 38,68% (Komoditas, 2001). Optimisme yang terbangun dari perkiraan diatas nampaknya hams disimpan terlebih dahulu, mengingat berbagai perkembangan yang terjadi saat ini Perkembangan yang terjadi pada iklim investasi di sektor agribisnis, terutama investasi dari luar negeri

secara besar-besaran dapat menjadi ancaman serius bagi dunia perkelapasawitan kita, selain itu akibat-akibat yang ditimbulkan dari gejolak politik yang melanda Indonesia, berlakunya otonomi daerah serta akibat dari warisan kebijakan pemerintah yang salah dari pemerintahan sebelumnya juga hams mendapat perhatian yang serius. Bulan Nopember, 2000 lalu, Kelompok Guthrie Berhard (KGB), salah satu perusahaan sawit terbesar Malaysia yang sahamnya antara lain dimiliki penerintah Malaysia, melakukan mega-transaksi dengan mengambil alih kepemilikan dari Salim Palm Plantation yang terdiri dari 24 kebun sawit eks-grup Salim yang sekarang berada di bawah pengelolaan PT.Holdiko Perkasa senilai $350 juta afau setara dengan Rp.3,3 trilyun. Salim Palm Plantation merupakan kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan luas areal sekitar 270.000 Ha (10% dari luas total perkebunan kelapa sawit Indonesia) yang tersebar di Sumatera, Kaiimantan, dan Sulawesi (BPPN, 1999). Selain Kelompok Guthrie Berhard ada sebelas perusahaan Malaysia lain yang melakukan investasi di perkebunan kelapa sawit dan produksi CPO di Indonesia. Implikasi logis dari ekspansi investasi Malaysia dalam komoditi kelapa sawit, secara jangka panjang, akan membuat peta pasokan CPO dunia sekitar 85% akan berada dalam satu kebijakan monopoli Malaysia dan akan membuat dunia perkelapasawitan Indonesia semakin ketinggalan. Reformasi yang tengah bergulir di Indonesia secara tidak langsung juga mempengaruhi perkembangan sawit Indonesia. Salah satunya dampak negatif dari demam reformasi dan demokratisasi adalah gugatan masyarakat sekitar perkebunan sawit yang sebelumnya tidak bersuara sama sekali untuk menuntut

bagian yang lebih besar dari pemsahaan yang beroperasi disitu, gugatan-gugatan yang muncul antara lain mengenai jumlah ganti mgi yang diberikan perusahaan terhadap tanah penduduk yang dijadikan perkebunan atau pabrik dan banyaknya tenaga kerja lokal yang diserap perusahaan. Reformasi yang melahirkan Otonomi Daerah juga menambah beban bagi perkelapasawitan Indonesia, karena dengan otonomi daerah Pemda setempat akan dapat dengan leluasa menarik retribusi sawit yang berarti meningkatkan biaya. Dunia sawit Indonesia juga masih hams menghadapi berbagai masalah sebagai akibat dari kebijakan pemerintahan terdahulu, seperti berkurangnya pangsa pasar sawit Indonesia sebagai akibat dari penerapan pajak ekspor yang sangat besar pada tahun 1999. Masalah lain yang dihadapi adaliih harga CPO di pasar dunia yang cenderung menurun serta nilai tukar rupiah atas dolar AS yang tidak menentu juga sangat mempengaruhi kineqa sawit Indonesia walaupun dilain pihak menimbulkan harga yang kompetitif bagi produk. PT.Daria Dharma Pratama sebagai salah satu Perkebunan Kelapa Sawit Swasta Nasional jelas menghadapi berbagai masalah diatas. Masalah-masalah diatas menimbulkan suatu kondisi ketidakpastian dimasa mendatang dan dapat mempengaruhi rencana-rencana dan strategi-strategi yang dicanangkan sebelumnya oleh pihak manajemen perusahaan, bahkan masalah-masalah tersebut dapat membuat konsentrasi manajemen terhadap rencana-rencana dan strategistrategi sebelumnya akan berkurang bahkan hilang sama sekali dan hanya memperhatikan masalah-masalah tadi. Berarti kemungkinan besar rencana dan strategi perusahaan tidak akan tercapai atau terlaksana, sehingga diperlukan suatu perencanaan strategik dari sasaran dan strategi perusahaan yang lebih sesuai

dengan keadaan sekarang dan diharapkan dapat mengantisipasi perubahan- perubahan yang terjadi di masa mendatang. B. Rumusan Masalah Membuat suatu rancangan strategi adalah suatu proses dimana didalamnya terdapat banyak sekali variabel-variabel yang hams diperhatikan. Strategi dapat dibuat bila perumusan dari permasalahan yang dihadapi perusahaan terumuskan dengan baik. Proses pembuatan strategi itu sendiri juga terdiri dari permasalahanpermasalahan yang saling terkait. Permasalahan biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Perencanaan strategik dalam penelitian ini dapat dimudahkan dengan merumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Apakah visi dari PT. Daria Dharma Pratama? 2. Apa saja rumusan sasaran, strategi dan PT. Daria Dharma Pratama saat ini? 3. Faktor-faktor ekstemal apakah yang mempengarrlhi PT. Daria Dharma Pratama? 4. Faktor-faktor internal apakah yang merupakan kekuatan dan kelemahan PT. Daria Dharma Pratama? 5. Bagaimana perhatian perusahaan pada stakeholdersnya yang tercermin dalam kineja perusahaan? 6. Bagaimana bentuk industri masa depan kelapa sawit Indonesia dan dunia? 7. Bagaimana dan apa saja rumusan sasaran PT. Daria Dharma Pratama? 8. Apa saja alternatif strategi perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan?

C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perhatian dari PT. Daria Dharma Pratama kepada stakeholdresnya melalui kinejanya saat ini 2. Mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor strategis baik eksternal maupun internal PT. Daria Dharma Pratama 3. Mengidentifikasi industri masa depan PT. Daria Dharma Pratama 4. Merumuskan sasaran perusahaan 5. Merancang strategi yang tepat untuk mencapai sasaran-sasaran PT. Daria Dharma Pratama D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan utama bagi perusahaan untuk memahami lingkungannya dan membuat sasaran, strategi dan programprogram yang lebih akurat. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai sarana bagi peneliti untuk memahami kerangka teoritis serta penerapan dalam suatu penelitian nyata. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi stakeholders perusahaan sebagai bahan u~tuk mengawasi sepak tejang perusahaan, juga dapat menjadi acuan bagi perusahaan lainnya dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi di lingkungannya masing-masing. Terakhir penelitian ini dapat pula bermanfaaat bagi peneliti-peneliti lainnya sebagai bahan pustaka dalam mendukung penelitian masing-masing.

E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membuat perencanaan strategik untuk kurun waktu 5 tahun, yaitu sampai dengan tahun 2005. Jangka waktu 5 tahun ini dipilih karena tidaklah terialu singkat tetapi juga tidak terlampau lama. Penelitian ini juga melakukan kajian terhadap kinerja perusahaan baik dalam kegiatan ekonomi dan kineja terhadap stakeholdersnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran yang lebih lengkap tentang kineja perusahaan selama ini, sehingga perencanaan strategik yang dibuat nantinya juga akan lebih lengkap dan mengena pada sasaran.