I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di Indonesia saat ini masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda akan berakhir. Akan tetapi berbagai upaya perbaikan telah dilakukan oleh para pelaku ekonomi, mulai dari pemerintah, Bank Indonesia, pengusaha (swasta dan BUMN) maupun pelaku bisnis pada sektor-sektor infornial. Perdagangan bebas Asia Tenggara atau dikenal dengan AFTA (Asean Free Trade Area) telah dimulai, yang akan menjadi tantangan besar bagi para pelaku ekonomi, terutama industriawan termasuk dalam bidang agribisnis dan agroindustri. Tantangan lainnya adalah yang bersumber dari dalam negeri, antara lain diterapkannya pola Otonomi Daerah yang dapat menjadi peluang, sekaligus ancaman bagi sektor-sektor industri. Menjadi peluang, jika ha1 dl atas dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk berkembang, tetapi menjadi ancaman jika melalui otonomi daerah bahkan akan semakin mempersempit pasar dan mempertinggi biaya produksi, yang antara lain disebabkan oleh semakin banyaknya peraturan-peraturan yang mengikat, yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat. Prospek agribisnis dan agrolndustri pada saat ini cukup baik, karena merupakan salah satu bidang usaha yang cukup kuat untuk bertahan pada saat krisis multidimensi. Hal in1 mengingat tingkat pertumbuhan ekspornya masih mengalami peningkatan sebesar 24,37 persen pada tahun 2000

2 dibandingkan tahun 1999, atau memiliki kontribusi sebesar 72,61 persen dari total ekspor nonmigas. Dilain pihak total ekspor nonmigas sendiri mengalami peningkatan sebesar 23,39 persen atau memiliki kontribusi sebesar 55,36 persen dari total ekspor lndonesia pada tahun yang sama (Badan Pusat Statistik, 2002). PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) adalah salah satu perusahaan negara (BUMN) yang bergerak di bidang agribisnis dan agroindustri, disamping PTPN lainnya. Saat ini perusahaan BUMN Perkebunan yang berada di seluruh lndonesia berjumlah lima belas, mulai dari PTPN I di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hingga PTPN XIV di Propinsi Sulawesi Tenggara, serta PT Rajawali Nusantara Indonesia. Selain itu terdapat perkebunan swasta sebanyak lebih kurang 20 perusahaan. PT Perkebunan Nusantara I sld XIV tersebut, sejak pengambilalihan dari pemerintah Belanda telah beberapa kali dilakukan reorganisasi, hingga yang terakhir dilakukan berdasarkan PP No. 11 tanggal 14 Pebruari 1996, yang disahkan oleh notaris Harun Kamil, SH berdasarkan akta No.39 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Menteri Kehakiman RI, No.C HT tahun 1996 maka seluruh perusahaan perkebunan negara dikonsolidasi menjadi hanya 14 perusahaan saja. Pada awal pembentukannya, PTP Nusantara VI (Persero) merupakan salah satu PTPN yang terkecil jika dibandingkan dengan PTPN lain di seluruh Indonesia, yaitu dengan jumlah aset hanya sekitar Rp.280,085 milyar dan omzet penjualan sekitar Rp.398,455 milyar, sedangkan komposisi usahanya terdiri dari 70 persen Kebun Plasma dan 30 persen Kebun Inti.

3 Selama kurun waktu lima tahun sejak 1996, asetnya telah berkembang menjadi Rp.486,605 milyar dengan omzet penjualan mencapai Rp.411,544 milyar dan komposisi usaha menjadi 67 persen Kebun Plasma dan 32 persen Kebun Inti. Komposisi tersebut diharapkan akan berkembang terus hingga mencapai angka yang seimbang. Pengelolaan usaha dengan komposisi yang ada saat ini menyebabkan perlunya kerja keras, berhubung bidang usaha Plasma lebih memiliki tantangan, karena banyaknya faktor keterbatasan yatig dimiliki para petani. Demikian pula dengan kondisi perusahaan yang merupakan hasil merger dari beberapa PTP, menyebabkan banyaknya kendala yang bersumber dari perbedaan budaya kerja, visi, misi serta sistem pengelolaan sumber daya yang berbeda pula. Disamping itu, timbul pula persaingan antar PTPN, bahkan antar perusahaan perkebunan BUMD serta perusahaan perkebunan swasta lainnya. I.2 lnventarisasi Masalah Berdasarkan berbagai fakta di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi oleh PTP Nusantara VI (Persero), sebagai berikut. a) Meningkatnya intensitas persaingan pada bidang agribisnis dan agroindustri, baik dalam negeri maupun masuknya modal asing sejalan dengan kebijakan pasar bebas (AFTA, GATT, WTO dan lain-lain) yang dianut Indonesia.

4 b) Tuntutan pihak-pihak perdagangan dan konsumen yang semakin tinggi, terutama dalam kualitas serta tampilan produk agribisnis dan agroindustri. c) Produk agribisnis memiliki berbagai kelemahan dalam sifat, antara lain mudah rusak, produknya tidak spesifik serta memiliki volume yang besar. d) Sistem pemasaran yang ada belum cukup mendukung, berhubung masih dikoordinasi oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB). e) Terdapat beberapa kelemahan pada komoditas-komoditas yang dihasilkan, diantaranva sebagai berikut. - Kelapa sawit, volume produksi dari tanaman sendiri (Kebun Inti) masih berada dibawah kapasitas pabrik - Teh, sifat pasarnya masih dikuasai oleh pembeli (pasar monopsoni) - Karet, tingkat harga pasarnya senantiasa bertluktuasi. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan inventarisasi permasalahan diatas, terutama yang mempengaruhi industri bidang agribisnis, maka dirumuskan berbagai masalah yang spesifik yang dialami PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) pada saat ini, sebagai berikut. - Belum adanya kesiapan perusahaan dalam menyongsong kebijakan pasar bebas, dimana produk yang dihasilkan selama ini belum cukup mampu bersaing dengan produk sejenis, baik ditinjau dari segi biaya produksi, harga jual maupun kualitas dan tampilan produk.

5 - Produk yang dihasilkan baru dapat memenuhi standar umum, belum menyesuaikan pada keinginan pasar yang dituju. - Belum adanya upaya perusahaan untuk mendapatkan solusi dalam mengurangi berbagai kelemahan yang dimiliki produk agribisnis - Upaya-upaya perusahaan dalam melakukan penjualan dan mendapatkan pasar sendiri belum optimal. - Produktivitas berbagai produk yang dihasilkan masih relatif rendah. 1.4 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. a) Menganalisa faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kondisi perusahaan b) Menganalisa faktor-faktor internal yang dimiliki perusahaan pada saat ini c) Menganalisa kondisi industri sejenis, serta merumuskan kondisi industri PTP Nusantara VI (Persero) pada masa yang akan datang d) Merumuskan dan merekomendasikan bentuk arsitektur strategi untuk mewujudkan industri masa depan PTP Nusantara VI (Persero). 1.5 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, sebagai berikut. a) Dapat digunakan sebagai sarana bagi perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengkaji masalah yang dihadapi perusahaan serta mengantisipasi faktor-faktor eksternal perusahaan.

6 b) Dapat mernberikan garnbaran pada karyawan tentang arah dan tujuan perusahaan serta meluaskan wawasan tentang peluang-peluang yang akan terjadi pada rnasa yang akan datang. 1.6 Ruang Lingkop Penelitian yang dilakukan dibatasi dan difokuskan pada arsitektur strategik PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) selarna lima tahun ke depan ( ) dalam menghadapi persaingan dan perubahan industri global.