Rismayanti 1, Sudirman 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

Aristina Halawa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

PENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

Koping individu tidak efektif

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS BARING KECAMATAN SEGERI KABUPATEN PANGKEP

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

HUBUNGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR, KOMUNIKASI DAN TINDAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RSKD PROV. SUL-SEL Rismayanti 1, Sudirman 2 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologikal yang maladaptif. Halusinasi yang banyak dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah gangguan halusinasi pendengaran. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu tindakan keperawatan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain pra-eksperimen dengan one-group pre-test and post-test desaign, dengan cara melakukan kunjungan rumah untuk mendapatkan pengaruh yang bermakna dari pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi di RSKD Prov. Sul-Sel selama 1 bulan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang diambil berdasarkan metode total sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, menggunakan uji Wilcoxon dan data dianalisis dengan menggunakan SPSS 16. Pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi dengar di wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Makassar sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pre test) dan setelah diberikan (post test) mengalami peningkatan. Didapatkan nilai p=0,011 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan halusinasi pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel. Saran dari peneliti diharapkan untuk terus menggalakkan pendidikan kesehatan jiwa pada masyarakat terutama pendidikan kesehatan tentang perawatan halusinasi dengar dan melakukan penelitian berlanjut untuk hasil lebih baik. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan Keluarga, Halusinasi Pendengaran PENDAHULUAN Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. Halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain (Guntur, 2013). Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak efektif tagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangan yang berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungannya (Guntur, 2013). Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan) ( Guntur, 2013). Data yang dikeluarkan oleh Word Health Organization (WHO) pada tahun 2006 437

menyebutkan bahwa diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan hingga berat dilain pihak, klien dengan masalah kejiwaan pada umumnya berada dalam kondisi psikologik yang lemah dan tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya (Ahmad, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa lingkup masalah kesehatan jiwa yang di hadapi individu sangat kompleks sehingga diperlukan penanganan yang bersifat kompleks pula.meskipun perkembangan pengetahuan tentang pengobatan efektif untuk gangguan jiwa sudah cukup pesat, namun permasalahan besar dalam hal pengobatan dan sumber daya yang tersedia masih ada. Sebuah studi yang dilaksanakan oleh WHO pada 2005 menunjukkan bahwa di 14 (empat belas) negara berkembang, terdapat sekitar 76 85 % pasien yang tidak mendapatkan pengobatan apapun pada tahun utama kasus gangguan jiwa parah (Ahmad, 2009). Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Elvira, 2012). Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Yudistira RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu berjumlah 31 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam masalah diagnose keperawatan yang berbeda dari 31 orang pasien terdapat 3 masalah utama pasien dimana 58% pasien menderita gangguan sensori persepsi: Halusinasi, 24% pasien menderita Isolasi social, dan 18% pasien menderita gangguan pola pikir: Waham (Elvira, 2012). Untuk propinsi Sulawesi Selatan sendiri, jumlah pasien gangguan jiwa khususnya yang mengalami gangguan halusinasi selama tiga tahun terakhir adalah 14.229 orang. Terbukti pada tahun 2005 terdapat sekitar 400 orang penderita gangguan jiwa, 2006 naik menjadi 563, dan tahun 2007 bertambah lagi menjadi 592 orang (Agus, 2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari RSKD Provinsi Sulawesi Selatan yaitu pada tahun 2013 terdapat 440 orang pasien jiwa dimana 85 pasien mengalami presepsi halusinasi pendengaran. Dengan adanya masalah-masalah diatas maka penulis berkeinginan mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga merawat pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. (Data skunder RSKD Provinsi Sulawesi Selatan BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah deskritif analitik dengan metode pendekatan Cross sectional. Penelitian ini bertempat di RSUD Provinsi Sulawesi Selatan, jalan Lanto Dg. Paseweng No 34, Kota Makassar, dilaksanakan pada tanggal 12 juli sampai 14 agustus. Populasi penelitian ini adalah 85 pasien halusinasi pendengaran dan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan insidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian 30 responden. Kreteria sampel : 1) Kriteria Inklusi a) Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan halusinasi pendengaran b) Keluarga yang tinggal serumah dan menetap dengan klien c) Keluarga yang dapat membaca dan memahami pertanyaan yang diberikan d) Keluarga yang bersedia di teliti 2) Kriteria Ekslusi a) Keluarga dengan penderita gangguan halusinasi pendengaran yang sementara di rawat di rumah sakit b) Keluarga yang telah mampu merawat pasien halusinasi pendengaran Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Instrumen pengumpulan data dalam hal ini berbentuk kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan literature yang diperoleh dan telah dilakukan uji validitas sebelumnya. Data primer diperoleh berdasarkan hasil jawaban responden atas pertanyaan dan pernyataan yang diberikan. Setelah data dikumpulkan dari responden kemudian data diolah dengan tekhnik elektronik windows SPSS 16.0. Pengolahan data dilakukan dengan tahaptahap sebagai berikut : 1. Selecting Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori. 2. Editing Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi. Editing merupakan kelengkapan 438

pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 3. Koding Koding merupakan tahap selanjutnya dengan memberi kode pada jawaban dari setiap responden. 4. Tabulasi data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokkan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis Data Setelah data terkumpul maka data tersebut di analisis dengan menggunakan jasa computer program SPSS versi 16,0 yang meliputi : 1. Analisis Univariat Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variabel independen. 2. Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel independen secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chis-Squere dengan tingkat kemaknaan (α): 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 11 19 36,7 63,3 Total 30 100.0 Berdasarkan data demografi responden diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (63%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki (36,7%). Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Pasien di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Hubungan dengan n % keluarga Ayah Ibu Saudara Sepupu 8 14 6 2 26,7 46,7 20,0 6,7 Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hubungan antara pasien menunjukkan bahwa sebagian besar responden 46,7% memiliki hubungan dengan pasien sebagai ibu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien halusinasi pendengaran dirawat dirumah oleh ibunya meskipun dari hasil diatas juga ditemukan bahwa anggota keluarga lain selain ibu juga merawat pasien. Tabel 3. Pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan halusinasi pendengaran sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan 2013 Pengetahuan Pre Test Post Test n % n % Tahu 10 33,3 22 73,3 Tidak Tahu 20 66,7 8 26,7 Total 30 100 30 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien halusinasi dengar di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan kurang sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pre test) sebanyak 20 (66,7%) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan (post test) sebanyak 8 (26,7%). Pengetahuan responden yang baik setelah dilakukan pendidikan kesehatan (post tes) sebanyak 22 (73,3%). Tabel 4. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi dengar di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan POST- TEST TAHU PRE-TEST TIDAK TAHU TOTAL n % n % n % TAHU 3 10,0 19 63,3 22 73,3 TIDAK TAHU 6 20,0 2 6,7 8 26,7 TOTAL 9 30,0 21 70,0 30 100 Uji chi square = 0.003 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi dengar wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Makassar sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pre test) dan setelah diberikan (post test) mengalami peningkatan. Dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p=0,003 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap 439

peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi dengar di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan PEMBAHASAN Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus, tipe halusinasi yang sering adalah halusinasi pendengaran. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada yaitu merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara (Stuart, 2007). Keluarga adalah support system terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan klien. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan. Salah satu tugas perawat adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien di rumah. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga (Yosep,I, 2009) Dari hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 3 didapatkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan halusinasi pendengaran terdapat 20 responden memiliki pengetahuan yang kurang dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan terdapat 22 responden memiliki pengetahuan yang baik. Yang berarti ada peningkatan jumlah responden yang memiliki pengetahuan tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan prilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Hasil ini juga didukung oleh penelitian Darmiati 2008 bahwa ada pengaruh bermakna dari pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan. Dari hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 3 didapatkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan halusinasi pendengaran terdapat 20 responden memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil observasi selama penelitian adalah perubahan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain : a) Responden kurang antusias menyimak informasi yang diberikan. b) Responden kurang mengerti bahasa Indonesia. Meskipun terdapat responden yang kurang antusias menyimak informasi,tetapi responden banyak mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena responden sering mendengar /mendapat materi dari petugas kesehatan ketika membawa anaknya kontrol di Rumah Sakit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa subjek belajar yang mempengaruhi proses pendidikan kesehatan adalah kesiapan fisik dan psikologis (motivasi dan minat), latar belakang pendidikan, sosial budaya.(suliha, 2001). Berdasarkan hasil analisis dengan chi square dengan membandingkan hasil pretest dan post test seperti yang terlihat pada tabel 5.3 didapatkan ρ =0,003. Hal ini menunjukkan bahwa ada efek pendidikan kesehatan antara pre test dan post test karena mempunyai tingkat kemaknaan ρ < 0,05. Hasil observasi selama penelitian adalah perubahan ini terjadi disebabkan oleh faktor-faktor antara lain : a) pendidikan kesehatan diberikan secara perorangan. b) Pemberian pendidikan kesehatan menggunakan media leafleat dimana media tersebut memperjelas pesan yang diberikan dan juga dapat membantu mengingat apa yang diajarkan. c) Pada pendidikan kesehatan terdapat hal yang dipersentasikan sama pernyataan yang ada di kuesioner. d) Responden semangat dan antusias menyimak informasi yang disampaikan Hasil observasi selama penelitian diatas di dukung oleh pendapat (Notoatmodjo, 2007) yaitu pendidikan kesehatan sangat berpengaruh terhadap tujuan pengetahuan seseorang karena dimana kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melaksanakan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi dengar sangat penting dalam peningkatan pengetahuan, hal ini dapat berakibat positif dalam memotivasi pasien halusinasi untuk dapat mengontrol halusinasinya sehingga dapat beraktivitas secara optimal. Hal ini sejalan dengan tujuan dilakukan pendidikan kesehatan yakni peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat sebagai sasaran utama pendidikan kesehatan dalam 440

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang optimal sesuai dengan konsep hidup sehat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini peneliti juga memasukkan aspek obat kedalam komponen pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi di rumah. Menurut peneliti pengetahuan tentang obat juga sangat penting dalam proses perawatan dan bermanfaat bagi kesembuhan pasien. Karena ketika di rumah keluargalah yang menggantikan peran perawat dalam merawat pasien. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengetahui tentang manfaat, jenis dan dosis obat yang biasa di berikan. Namun mayoritas keluarga belum mengetahui tentang efek samping obat, kondisi ini dapat disebabkan oleh kurabgnya informasi yang diterima oleh keluarga tentang efek samping obat. Hal ini juga dapat terjadi karena keterbatasan instrument dari peneliti karena hanya mencantumkan sedikit dari sekian banyak efek samping obat yang dapat disarankan oleh pengguna. Obat antipsikotik yang di berikan selain bertujuan mengurangi dan menghilangkan gejala halusinasinya juga tak luput dari efek samping yang terjadi pada pasien.videbeck (2008) dan Hamer (2007) menyebutkan bahwa obat-obatan antipsikotik merupakan terapi utama bagi penderita gangguan jiwa seperti zkisofrenia, tetapi obat tersebut memiliki sejumlah besar efek samping efek samping neurologi seperti gejala eksterapiramidal mencakup distonia akut, akatisia dan parkinsonisme. Selain itu efek samping yang lebih serius meliputi diskenidia tardif (gerakan involunter permanen), sindrom maligna neuroleptik yang dapat berakibat fatal yang dapat mengurangi kualitas hidup pasien. Karena adanya efek samping serius dari obatobatan yang mereka komsumsi, kepatuhan minum obat, dan efek samping obat. Bagi pasien sendiri efek samping obat merupakan salah satu penyebab pasien banyak menghentikan komsumsi obat sehingga berakibat pada kekambuhan penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh Kazadi, Moosa dan Jeenah (2008) tentang faktor yang mempengaruhi kambuhnya pasien skizofrenia salah satunya adalah adanya efek samping obat. Penelitian ini dilakukan pada 217 pasien penderita skizofrenia yang sedikitnya pernah satu kali mengalami kambuh. Penelitin dilakukan hamper selama 10 tahun ini menghasilkan kesimpulan bahwa efek samping obat merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien skizofrenia. Banyak pasien yang menghentikan minum obat karena merasa terganggu oleh efek samping obat sehingga berpengaruh pada tingkat kekambuhan. Oleh karena itu penting sekali pemberian informasi yang jelas bagi pasien mengenai efek samping obat agar pasien tidak menghentikan komsumsi obat dan patuh terhadap program pengobatan. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakpatuhuan minum obat sehingga menyebabkan kekambuhan. Oleh karena itu keluarga harus memberikan informasi tentang tanda-tanda awal kekambuihan sekaligus penekanan bahwa minum obat dalam jangka waktu panjang pada pasien bertujuan sebagai profilaktif atau upayah pencegahan kekambuhan. Apabila keluarga mempunyai pengetahuan yang adekuat maka keluarga akan melakukan upaya yang maksimal untuk mengatasi ketidakpatuhan sedini mungkin (Wardani,2009) Dari berbagai pernyataan diatas maka dapat kita cermati bahwa pengetahuan tentang obat adalah penting, tidak hanya bagi pasien tetapi juga bagi keluarga pasien. Keluargalah yang setiap saat berada disamping pasien, memberikan perawatan pada saat pasien berada di rumah, dan mengawasi pasien minum obat. Keluarga merupakan pemberi perawatan pada pasien halusinasi di rumah. Proses perawatan yang melibatkan pasien dan keluarga akan membantu proses penyembuhan. Oleh karena itu pengetahuan sangat penting diberikan pada keluarga. Pemberian informasi yang tepat pada keluarga akan meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu: 1. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan halusinasi pendengaran di RSKD Provinsi. 2. Tingkat pengetahuan keluarga sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan halusinasi pendengaran sebagian besar responden masih kurang. 3. Tingkat pengetahuan keluarga setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien dengan masalah halusinasi pendengaran mengalami 441

peningkatan dibanding sebelum pendidikan kesehatan. SARAN 1. ada penelitian ini terbukti bahwa pendidikan kesehatan merupakan salah satu tindakan keperawatan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi di rumah sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien, Maka sebaiknya pendidikan kesehatan menjadi tindakan keperawatan untuk setiap keluarga pasien halusinasi terutama pasien yang dirawat di rumah. 2. Bagi petugas kesehatan untuk terus menggalakkan pendidikan kesehatan jiwa pada masyarakat terutama pendidikan kesehatan tentang perawatan halusinasi pendengaran karena merupakan jenis halusinasi yang banyak dialami masyarakat. 3. Bagi keluarga untuk terus memberi dukungan dan perhatian kepada pasien agar pasien lebih optimal. 4. Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan mengunakan metode yang lain dan memiliki sampel yang lebih banyak sehingga validitas dapat dijamin. DAFTAR PUSTAKA Arsip Guntur, 2013, Lp Halusinasi, (Online), (Http://Arsipguntur.Blogspot.Com/2013/03/Lp-Halusinasi.Html Sitasi Tanggal Maret 2013) Aziz, 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Health Books Publishing, Surabaya Ahmad Saleh, 2009, Halusinasi, (Online), (Http://Ahmadsalehyahya.Blogspot.Com/2009/12/Halusinasi.Html) Elvira Petrisia, 2012, Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi, (Online), (Http://Elvirapetrisia.Blogspot.Com/2012/10/Asuhan-Keperawatan-Jiwa-Halusinasi_9.Html) Erlinafsiah, 2010, Modal Perawat Dalam Praktek Keperawatan Jiwa, Trans Info Media, Jakarta Farida Kusumawati, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta Iyus Yosep, 2011, Keperawatan Jiwa, Refika Aditama, Bandung Setiawati, 2008, Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, Trans Info Media, Jakarta Trimeilia, 2011, Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi, Cv Trans Info Media, Jakarta Timur Wawan, 2010, Teori DanPengukuran Pengetahuan Sikap Dan Prilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta Setiadi, 2013, Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta Silva Puspitasari, 2012, Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar Di Ruang W9 Wisma Banowati Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang, (Online), (Http://Www.E-Skripsi.Stikesmuh-Pkj.Ac.Id/E-Skripsi/Index.Php?P=Show_Detail&Id=219). 442