BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGENTASAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII MELALUI KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIORAL TEKNIK LATIHAN ASERTIF DI SMP NEGERI 9 SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah dan menguji penyelesaian masalah secara sistematis. mampu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bolos dilakukan karena kejenuhan dalam mengikuti mata pelajaran atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena membolos di kalangan pelajar bukanlah baru di sekolah. Hal

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

DAFTAR PUSTAKA. ( Diunduh tanggal 30 April 2011

STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS V MIN KALIWUNGU KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BIMBINGAN DAN KONSELING

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjaga dari perilaku yang menyimpang dan hal-hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, tetapi ada tiga bidang. yang harus diperhatikan, diantaranya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

STUDI KASUS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR RENDAH DENGAN PENDEKATAN KONSELING BEHAVIOR PADA SISWA KELAS X1 IPA 3 SMA I MEJOBO KUDUS TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

BAB I PENDAHULUAN. tercapaikah tujuan pembelajaran matematika. Hasil belajar diperoleh dari

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. diakses secara lebih mudah, cepat, dan murah. Sayangnya, internet juga membawa dampak-dampak yang negatif

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana.

JURNAL. Oleh: EFI IDA RIANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Atrup, M.Pd.,MM. 2. Risaniatin Ningsih, S.Pd.M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara

UPAYA MENINGKATAN PROAKTIVITAS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS XI IPA 1 SMA 1 MEJOBO KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

: NUR LAILI ROHMATIN NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH :

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis, terlebih dalam hal cita-cita

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang baik misalnya menjadi pemabuk, pencuri, penipu atau juga penjudi. Hal ini dapat terjadi karena remaja yang membolos dari sekolah mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mendapat pengaruh buruk dari lingkungannya dibanding siswa yang tekun belajar di sekolah. Setiap orang tua ingin agar anaknya berhasil baik dalam belajar di sekolah. Hasil yang baik tidak hanya dilihat dari nilai rapor atau nilai ujian akhir akan tetapi juga dilihat dari perilaku tidak membolos baik terhadap guru, teman sebaya maupun terhadap kegiatan sekolah secara keseluruhan. Itu berarti pula bahwa siswa yang bersangkutan harus setia mengikuti pelajaran setiap hari di sekolah mulai dari jam pelajaran pertama sampai jam pelajaran terakhir. Dengan adanya perilaku tidak membolos, maka dengan sendirinya akan terlahir sikap disiplin dalam menerapkan berbagai hal termasuk kedisiplinan belajar di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Gunarsa dan Gunarsa (1987) menyatakan bahwa disiplin diri pada anak sudah mulai terbentuk, apabila anak sudah dapat bertingkah laku sesuai 1

dengan pola tingkah laku yang baik. Adanya disiplin diri terutama dalam belajar, akan memudahkan kelancaran belajar karena dengan adanya disiplin maka rasa segan, rasa malas, rasa menentang dapat mudah diatasi, seolaholah tidak ada rintangan maupun hambatan yang menghalangi kelancaran bertindak. Membolos, sebagai salah satu jenis kenakalan, yaitu adanya ketidakmampuan seseorang atau individu untuk menghadapi realita atau kenyataan di sekolah, kemudian siswa lari dari situasi. Siswa yang membolos dari sekolah biasanya mempunyai tujuan tertentu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang ada di sekolah yaitu menghindari tugas-tugas yang diberikan guru yang dirasa tidak menyenangkan; daripada mendapat hukuman lebih baik menghindar dengan cara membolos. Selain itu ada juga yang membolos karena terpengaruh dari teman yang memang senang membolos. Siswa membolos dengan memberikan alasan-alasan yang tidak dapat diterima oleh guru atau staf Bimbingan dan Konseling (BK). Apapun alasannya, sebetulnya membolos akan merugikan diri siswa yang bersangkutan terutama dalam kaitannya dengan belajar dan prestasi belajar siswa dan hal ini juga merupakan pelanggaran tata tertib. Menurut Priyatno dan Erman Amti (1999) jika siswa tidak masuk sekolah dalam 1 (satu) hari saja sudah mempunyai banyak kerugian yang dialami diantaranya 1) tidak mendengarkan penjelasan guru selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM), 2) tidak dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) oleh guru, 3) jika ada test atau ulangan harian siswa 2

tersebut tidak dapat mengikuti test sehingga tidak memperoleh nilai, 4) jika sedang diadakan pelayanan remidial siswa tersebut tidak dapat mengikuti remidi. Menurut Priyatno dan Erman Amti (1999) dampak psikologis yang lain diantaranya adalah 1) jika siswa masuk pada hari berikutnya siswa akan merasa malu dengan teman-temannya, 2) siswa akan diejek oleh temantemannya, 3) jika masuk hari berikutnya siswa akan takut jika ditegur oleh guru mata pelajaran atau wali kelas atau guru Bimbingan dan Konseling (BK). Penulis meneliti di SMP Negeri 9 Salatiga karena siswa berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Siswa mendapat uang saku hanya untuk biaya transportasi. Tetapi siswa tetap mempunyai semangat untuk berangkat sekolah agar mencapai prestasi yang baik untuk bekal masa depannya. Selain siswa dari golongan ekonomi menengah ke bawah, siswanya berasal dari wilayah Kabupaten Semarang. SMP Negeri 9 Salatiga memiliki kebijakan bahwa jika ada siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan atau sakit (tetapi belum tentu sakit) walaupun tidak masuk baru 1 (satu) kali, maka harus segera dilakukan tindakan. Tindakan tersebut dapat berupa menelepon orang tuanya, panggilan orang tua secara tertulis atau dilakukan home visit. Jika siswa yang izinnya sakit, tetapi guru kelas, wali kelas atau guru Bimbingan dan Konseling (BK) curiga bahwa anak tersebut tidak sakit, juga segera dilakukan tindakan. Karena pernah terjadi anak yang tidak masuk sekolah baik tanpa alasan 3

maupun alasan sakit, disebabkan karena siswa takut masuk sekolah karena belum mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau tugas yang lain. Subjek yang diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) orang siswa. Semua siswa berasal dari kelas VIII F. Pada tahun ajaran 2011/2012 MD membolos sebanyak 11 kali, BS membolos sebanyak 11 kali, sedangkan FL sebanyak 12 kali. Saat konseling kelompok diketahui bahwa ketiga siswa tersebut sering membolos karena adanya pengaruh lingkungan yang kurang baik yaitu siswa diajak untuk membolos dan siswa tidak mampu menolaknya Penulis menggunakan layanan konseling kelompok berupa latihan asertif di dalam proses layanan konseling kelompok. Menurut Latipun (2001) adanya kedekatan emosional dengan konseli, demikian juga konseli merasa ada keakraban dengan penulis atau konselor, sehingga konseli lebih bebas dan terbuka dalam mengutarakan alasan-alasan dan keputusan-keputusannya. Teknik latihan asertif, digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna diantaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif. Dengan memperhatikan penyebab perilaku membolos, maka teknik latihan asertif cocok untuk menyelesaikan masalah siswa-siswa yang membolos. 4

Penelitian yang dilakukan oleh Dino Rozano Suriwo (2009) menunjukkan bahwa konseling kelompok dapat dikatakan efektif terhadap pengentasan pelanggaran perilaku membolos siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangkah, Kabupaten Tegal. Dalam hasil penelitian Happy Lailatul Fajri (2011) tentang Efektivitas Teknik Latihan Asertif untuk Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Kelas X Di SMA Negeri 5 Malang menunjukkan bahwa 1) frekuensi membolos subjek penelitian sebelum diadakan treatment tergolong cukup tinggi, 2) frekuensi membolos subjek penelitian tergolong rendah setelah pemberian treatment, 3) teknik latihan asertif dalam mengurangi perilaku membolos siswa. Berdasarkan uraian di atas penulis akan melaksanakan PTBK dengan judul Pengentasan Perilaku Membolos Pada Siswa Kelas VIII Melalui Konseling Kelompok Pendekatan Behavioral Teknik Latihan Asertif Di SMP Negeri 9 Salatiga B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik latihan asertif dapat mengentaskan perilaku membolos pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Salatiga? 5

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatasi perilaku membolos pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Salatiga melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik latihan asertif. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat diharapkan dapat mendukung penelitian dari Dino Rozano Suriwo (2009) menunjukkan bahwa konseling kelompok dapat dikatakan efektif terhadap pengentasan pelanggaran perilaku membolos siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pangkah, Kabupaten Tegal. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dalam hal mengentaskan perilaku membolos. b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan siswa untuk berperilaku disiplin, khususnya dalam belajar di sekolah dan memberikan masukkan pada siswa untuk dapat mengatasi perilaku membolos yang timbul dari diri siswa. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah 6

supaya dapat menimbulkan kesadaran bagi semua pihak akan pentingnya sikap disiplin. d. Bagi Orang tua Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukkan dan pengetahuan bagi para pendidik dan orang tua sehingga para pendidik dan orang tua dapat melakukan tindakan lebih lanjut yang sesuai untuk mencegah perilaku membolos. E. Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab sebagai berikut : Bab I, Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab II, Kajian Teori, berisi pengertian membolos, pengertian konseling, pendekatan behavioralistik, asertif, temuan relevan dan hipotesis. Bab III, Metode Penelitian, berisi jenis penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan daya dan teknik analisa. Bab IV, Analisis dan pembahasan, berisi karakteristik subjek penelitian, pelaksanaan penelitian analisis dan pembahasan. Bab V, Kesimpulan dan saran, berisi kesimpulan dan saran 7