I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pasar dari sellers market menjadi buyers market sehingga konsumen menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dapat mencapai kesuksesan apabila semua komponennya berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dan industri saat ini semakin ketat dan penuh

I. PENDAHULUAN. manusia akan suatu produk menjadi semakin beragam. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimilikinya, Keinginan manusia terkait dengan pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pasar global. Agar perusahaan dapat bertahan dan memenangkan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. memahami perilaku kualitas. Pemasaran adalah proses sosial dimana. bentuk oleh kultur serta kepribadian individu.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. toiletries adalah industri yang memproduksi produk produk konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

I.PENDAHULUAN. dengan membentuk identitas produk yang kuat melalui persaingan merek,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada selama ini, yang semua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi dan perkembangan jaman, teknologi dan perubahan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin hebat sekarang ini, membuat persaingan bisnis di tiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan mereknya menjadi merek yang selalu dipilih konsumen. Merek

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya produk yang ditawarkan sebuah perusahaan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia usaha semakin hari semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku keputusan pembelian dan loyalitas merek sudah lama menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar merek produk kategori Consumer goods semakin meningkat. Kebutuhan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu proses yang tidak bisa diabaikan oleh perusahaan. agar dapat tetap bertahan hidup, ap

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

I. PENDAHULUAN. Citra merek (Brand Image) mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi demikian kompleks dan kompetitif. Perkembangan yang serta merta

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I LATAR BELAKANG. dilakukan oleh Rio, Vazquez, dan Iglesias (2001) yang berfokus pada sepatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian brand saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuannya dalam menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Sehingga tidak

I. PENDAHULUAN. saat ini tidak hanya membutuhkan produk yang sekedar untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas persaingan yang semakin ketat dalam bisnis fashion dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dari bahan tambahan. Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. waktu tahun 2010 sampai 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015), disertai

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan dan lahirnya perusahaan-perusahaan, baik itu bergelut dalam

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bervariasi dan semakin selektif. Melihat hal ini perusahaan pun berlomba

BAB I PENDAHULUAN. untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market share).

BAB I PENDAHULUAN. industri. Satu hal yang sangat berarti dalam meningkatkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan yang dihadapi perusahaan-perusahaan baik

ANALISIS PENGARUH SELEBRITI ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK PADA IKLAN PRODUK SABUN MANDI NUVO DI SURABAYA SKRIPSI

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena persaingan semakin ketat dan kosumen semakin disajikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Pemasaran dewasa ini bukanlah sekedar persaingan produk, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu jembatan penghubung antara perusahaan dan customer-nya. Merek

BAB I PENDAHULUAN. Di Era globalisasi saat ini, kondisi pemasaran produk yang dinamis, membuat para

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memaksa perusahaanuntuk mencapai keunggulan kompetitif agar mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai

LIKA WIDAYANTI B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi positif bagi eksistensi bisnis di masa yang akan datang. Loyalitas

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi pada berbagai hal antara lain merek, harga, dan juga pelayanan dari suatu produk. Agar dapat memenangkan kompetisi tersebut perusahaan berupaya membangun merek yang kuat agar merek dari produk yang dihasilkannya dapat selalu melekat di pikiran konsumen. Merek merupakan komponen dari kebijakan produk dan dapat menjadi atribut kompetitif yang cukup tangguh apabila dikelola secara tepat dan sungguhsungguh. Merek mengandung nilai-nilai yang bersifat intangible, emosional, keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan, sehingga sulit untuk ditiru oleh pesaing (Rangkuti, 2002). Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek juga dapat memberikan tambahan manfaat yang bersifat emosional serta berhubungan dengan psikologis konsumen, seperti prestige, keyakinan, harapan, kebanggaan. Merek-merek tangguh dan mempunyai brand value tinggi umumnya dapat menjadi atribut kompetitif karena merek-merek tersebut mampu

2 mengkomunikasikan bahwa produk tersebut memiliki distictive customer satisfaction, yaitu kepuasan pelanggan yang hanya diberikan oleh produk tersebut. Merek juga mampu memberikan pedoman, jaminan, kekuatan, keyakinan, dan harapan kepada pelanggan bahwa mereka akan terpuaskan. Hal ini menyebabkan konsumen menjadikan merek sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memilih produk. Konsumen bahkan tidak segan membayar mahal untuk membeli sebuah merek karena konsumen mempersepsikan bahwa merek merupakan cerminan kualitas yang bermutu tinggi serta dapat meningkatkan prestige. Menurut Kotler (2000:198) persepsi adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan masukanmasukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi konsumen terhadap merek berbeda-beda, yang antara lain disebabkan oleh pengalaman menggunakan produk dengan merek tersebut. Pengalaman menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap produk akan membentuk persepsi konsumen. Persepsi konsumen ini relafif konsisten dalam jangka yang cukup lama. Fournier (1998) menyebutkan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu merek merupakan salah satu kunci dalam membangun hubungan jangka panjang. Lebih lanjut, Morris (1996) mengungkapkan bahwa membangun persepsi yang kuat terhadap merek merupakan prioritas utama pada beberapa perusahaan saat ini. Persepsi konsumen yang konsisten terhadap suatu merek akan membuat ingatan

3 yang kuat terhadap suatu merek ketika konsumen membutuhkan suatu produk. Konsumen lebih memilih menggunakan produk yang diingat oleh konsumen memiliki kesan yang baik daripada produk yang tidak dikenal. Durianto dan Sitinjak (2001:67), menyatakan bahwa asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Sedangkan Aaker (1996:160) menyatakan bahwa asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut dengan citra merek (brand image). Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan semakin kuat citra merek yang dimiliki oleh merek tersebut. Citra merek adalah sekumpulan asosiasi yang terbentuk di benak konsumen (Rangkuti 2002:43). Asosiasi tersebut dapat muncul dalam bentuk citra atau pemikiran tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek. Rangkaian berbagai asosiasi merek yang diingat konsumen akan membentuk citra merek dan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan pembelian dan loyalitas terhadap merek. Asosiasi merek dapat membantu proses mengingat kembali informasi yang berkaitan dengan produk, khususnya selama proses pembuatan keputusan pembelian. Salah satu produk yang memerlukan merek yang kuat adalah sabun mandi. Persaingan yang semakin ketat dalam industri ini membuat perusahaan harus

2 membangun merek yang kuat serta diingat oleh konsumen. Berbagai merek sabun mandi dipasaran antara lain LUX, Biore, Dove, Citra, Imperial Leather, Shinzu I, PalmOlive, dan lain-lain. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1 dibawah ini perolehan data Top Brand Indeks (TBI) tahun 2010, merek Lifebuoy terlihat mendominasi indeks yang kemudian diikuti dengan merek Lux, namun karena Lux dikategorikan sabun untuk kecantikan kulit maka pesaingnya adalah Biore bukan Lifebuoy, sebab Lifebuoy merupakan sabun mandi untuk kesehatan kulit dan fokusnya untuk sabun mandi keluarga. Tabel 1. Top Brand Sabun Mandi Tahun 2010 No. Merek TBI 1. Lifebuoy 45.9 % 2. Lux 20.5 % 3. Biore 9.5 % 4. GIV 5.7 % 5. Nuvo 4.7 % 6. Dettol 3.3 % 7. Shinzu i 2.8 % 8. Citra 2.6 % 9. Harmony 2.2 % 10. Dove 2.1 % 11. Cussons 1.2 % Sumber: : Majalah Marketing http://www.marketing.co.id/ Saat ini terdapat dua jenis sabun mandi yang beredar di pasaran, yaitu sabun mandi yang berbentuk batangan padat (bar soap) dan dalam bentuk cair (liquid soap). Sabun batangan telah berkembang lebih dulu di masyarakat dan digunakan oleh sebagian besar masyarakat. Dalam perkembangannya, sabun mandi memiliki

5 jenis baru yaitu sabun mandi dalam bentuk cair meskipun harganya lebih mahal. Kecenderungan pelanggan lebih memilih sabun mandi cair karena jenis sabun mandi cair lebih praktis dengan kemasan botol, sehingga mudah dibawa, lebih harum serta tersedia kemasan isi ulang. Berdasarkan wawancara awal yang peneliti lakukan, diketahui bahwa masyarakat menyukai sabun mandi cair karena sabun mandi cair tidak hanya berfungsi untuk membersihkan saja, tetapi menampilkan beberapa nilai manfaat dan kegunaan, seperti melembutkan kulit, juga lebih higienis jika ingin dipakai lebih dari satu orang. Pada penelitian ini akan meneliti lebih lanjut tentang sabun cair merek LUX. Hal ini dikarenakan sabun mandi cair LUX merupakan sabun pertama yang dipasarkan secara massal, selain itu LUX juga merupakan salah satu produk Unilever yang sukses saat mulai dipasarkan secara global. Saat ini, Lux mencapai penjualan global tahunan sebanyak lebih dari 1 miliar Euro. (sumber: Anna Sofyani, 2010) Sabun kecantikan merek Lux merupakan salah satu merek sabun mandi perawatan tubuh dan kecantikan terkemuka di dunia. Desain dan kemasan produk sabun mandi cair merek Lux senantiasa dibuat lebih menarik dan inovatif supaya dapat menarik para pelanggan baru serta tetap mempertahankan para pelanggan lama. PT Unilever mengklaim bahwa Lux dipersembahkan bagi feminimitas, mulai dari tampilan kemasan hingga sensasi yang ditawarkan dari produk tersebut. Selama

2 ini sabun mandi cair merek Lux dibenak para pelanggan diasosiasikan sebagai sabun kecantikan yang dipakai oleh para bintang, memiliki busa yang banyak serta keharumannya yang tahan lama. Pada tahun 2009 PT Unilever Tbk menghadirkan sebuah kegiatan yang diharapkan dapat menginspirasi dan mengubah paradigma kaum perempuan Indonesia mengenai kebiasaan mandi mewah melalui Lux Beauty Lounge yang berpusat di di daerah Jakarta selatan. Serangkaian kegiatan mandi mewah tersebut dilakukan untuk menarik semakin banyak konsumen, baik konsumen yang sudah lama memakai sabun cair Lux ataupun konsumen baru untuk tertarik menggunakan sabun mandi cair Lux. Kebiasaan mandi mewah seperti para bintang ini dapat memberi pengalaman baru yang begitu berkesan bagi kaum perempuan melalui konsep yang belum pernah dilakukan sebelumnya (Erni, 2010:56). Berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh PT Unilever bertujuan untuk membentuk asosiasi merek cair LUX. Kegiatan ini diharapkan dapat membentuk asosiasi yang kuat pada sabun mandi cair LUX untuk menciptakan persepsi yang positif di benak konsumen dan akhirnya mempengaruhi konsumen untuk membeli sabun mandi cair LUX. Saat ini Lux cair hadir dengan kemasan hemat dan harga terjangkau. Sabun mandi cair merek Lux memiliki tujuh varian produk yaitu body wash white glamour, body wash wake me up, body wash velvet touch, body wash soft kiss, body wash silk caress, body wash power me up, dan body wash magical spell sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

7 Tabel 2. Jenis Produk Sabun Mandi LUX Cair No Jenis Sabun mandi cair 1. White Glamour 2. Wake Me Up 3. Soft Kiss 4. Silk Caress 5. Magical Spell 6. Power Me Up 7. Velvet Touch Sumber: www.unilever.co.za/brands/personalcarebrands/ lux.aspx Berdasarkan riset pra survei mengenai tanggapan konsumen atas persepsi asosiasi merek sabun mandi cair Lux yang dilakukan terhadap lima belas responden diketahui bahwa konsumen mengasosiasikan sabun cair Lux memiliki reputasi yang sangat terpercaya dan juga kuat dipasaran untuk jenis sabun kecantikan, desain kemasaan yang selalu inovatif membuat sabun cair ini tampak menarik. Tanggapan lain responden memakai sabun cair Lux karena dipengaruhi oleh bintang iklan produk tersebut sehingga terdapat persepsi jika memakai sabun cair ini maka konsumen akan tampak cantik seperti bintang tersebut. Mengingat semakin banyaknya sabun cair untuk kecantikan dipasaran membuat PT Unilever yang memproduksi sabun cair kecantikan yang salah satunya yaitu Lux harus semakin memperkuat posisinya sebagai Top of Mind dalam benak konsumen, meskipun produk-produk sejenis baru muncul konsumen tetap mengingat Lux sebagai sabun kecantikan.

2 Berdasarkan uraian di atas, judul penelitian ini: Analisis Persepsi Asosiasi Merek Sabun Mandi Cair Lux (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung). 1.2 Rumusan Masalah Masalah pada penelitian ini yaitu banyaknya produk-produk serupa dipasaran, sehingga PT Unilever harus dapat menjaga eksistensi mereknya agar selalu diingat oleh konsumen ketika mereka membutuhkan produk berupa sabun mandi cair. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah persepsi asosiasi merek sabun mandi cair Lux dibenak konsumen sudah baik ataukah masih kurang baik?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi asosiasi merek sabun mandi cair Lux dibenak konsumen sudah baik atau masih kurang baik. 1.4 Manfaat Penelitian

9 Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi PT Unilever Tbk terutama sebagai bahan pertimbangan dalam untuk memperkuat mereknya agar selalu diingat oleh konsumen. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian, juga untuk menerapkan teori-teori yang telah di dapat selama kuliah, serta dapat sebagai nilai tambah bagi mereka yang membacanya sehingga menambah wawasan di bidang manajemen pemasaran pada umumnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Era globalisasi serta kemudahan memperoleh informasi membuat masyarakat semakin kritis dan memiliki lebih banyak alternatif pilihan produk untuk dikonsumsi. Merek menjadi salah satu bahan pertimbangan konsumen dalam memilih produk. Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Selain itu, jika kualitas dapat memberikan manfaat fungsional kepada konsumen, maka merek dapat memberikan tambahan manfaat lagi yang sifatnya emosional dan berhubungan dengan psikologis konsumen, seperti prestige, keyakinan, harapan, kebanggan, dan lain-lain. Menurut Kotler (2000:198) definisi dari persepsi adalah

2 proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterprstasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Demikian juga persepsi konsumen terhadap merek. Fournier (1998) menyebutkan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu merek merupakan salah satu kunci dalam membangun hubungan jangka panjang. Lebih lanjut, Morris (1996) mengungkapkan bahwa membangun persepsi yang kuat terhadap merek merupakan prioritas utama pada beberapa perusahaan saat ini. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi, dan loyalitas pelanggan adalah kunci sukses. Terlebih pada kondisi sekarang, pemasaran merupakan pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, karakteristik tambahan (features), serta kualitas yang relatif sama dapat memiliki kinerja yang berbeda di pasar karena perbedaan persepsi dalam benak konsumen. Pembentukan persepsi dapat dilakukan melalui merek. Suatu produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat akan mampu mengembangkan keberadaan merek dalam persaingan apa pun dalam waktu yang lama. Persepsi pelanggan terhadap sebuah merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak konsumen yang dikaitkan dengan nama merek tertentu dalam memorinya.

11 Asosiasi Merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek, Freddy Rangkuti (2004:43). Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi dengan banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkonsumsikannya. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut citra merek. Semakin banyak asosiasi saling berhubungan semakin kuat citra merek yang dimiliki oleh merek tersebut. Paul Temporal (2001:51-52) menyatakan bahwa asosiasi merek sebenarnya merupakan reaksi atau tanggapan yang diberikan oleh konsumen terhadap janjijanji yang terkandung dalam brand identity (identitas merek) suatu produk. Brand identity sendiri diartikan sebagai nilai-nilai kepribadian yang ditanamkan oleh perusahaan terhadap produknya, sehingga produk tersebut mempunyai identitas yang unik. Karena itu perusahaan yang ingin sukses dalam membangun mereknya harus senantiasa menjaga keselarasan antara brand identity dan brand image yang dimiliki oleh produknya. Del Rio, Vazquez, dan Iglesias (2001) dalam Tjiptono, dkk (2004:239-242) menganalisis asosiasi merek berdasarkan fungsi dan manfaat yang diasosiasikan konsumen dengan merek tertentu. Mereka mengukur fungsi dan manfaat asosiasi merek (brand association) melalui enam dimensi utama, yaitu: 1. Jaminan Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberikan ganti rugi bila ternyata produk tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

2 a.2 Identifikasi Pribadi Merupakan semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaat dari produk tersebut. 3. Identifikasi Sosial Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi karena faktor-faktor seperti keluarga, kelompok kecil, serta peran dan status sosial konsumen. 4. Status Setiap produk yang membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat, maka sering kali konsumen memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat. 5. Kesediaan Menerima Perluasan Merek Masyarakat menerima produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induknya. 6. Kesediaan untuk Merekomendasikan Merek Masyarakat bersedia menunjukkan merek produk, yang dikonsumsinya ke orang lain. Asosiasi merek yang kuat dan positif dapat menimbulkan citra merek yang baik. Hal ini akan berimbas terhadap keputusan pembelian konsumen serta kesetiaan konsumen terhadap merek tersebut.

13 Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Skema Kerangka Pemikiran Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambar 1. Kerangka Pemikiran