TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

dokumen-dokumen yang mirip
Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA Itik Itik merupakan ternak yang termasuk ke dalam komoditas unggas dan sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

MARJIN TATANIAGA AYAM BROILER DARI HULU KE HILIR DI PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH JURNAL. Oleh : SAPTA BAYU PUTRA NPM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN JUMLAH PEMBELIAN AYAM PEDAGING DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

BAB III MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

ANALISIS KEUNTUNGAN LEMBAGA PEMASARAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU KE MAKASSAR SKRIPSI OLEH SUPRIADI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. harus bertumpu pada bidang pertanian, salah satunya hortikultura.

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seekor atau sekelompok ternak sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan tulang (Sudarmono, 2008). Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, dinegara kita sebagian besar ternak sapi potong dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan lahan yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998). Permintaan daging sapi dipasar domestik cukup tinggi dan selalu meningkat dari tahun ketahun, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan income dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Konsumsi daging perkapita tahun 2007 meningkat 4,8% dibanding tahun sebelumnya. Konsumsi daging tahun 2006 sebesar 6,3 kg per kapita dana pada tahun 2007 meningkat menjadi 6,6 kg per kapita (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Tabel 1. Konsumsi perkapita beberapa jenis daging di Indonesia dari tahun 2008 2012 Bahan makanan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Beras (kg) 93,440 91,320 90,155 89,477 87,235 Daging sapi (kg) 0,365 0,313 0,365 0,417 0,365 Daging ayam ras (kg) 5,788 5,840 6,726 6,622 6,518 Daging ayam buras (kg) 0,574 0,521 0,626 0,521 0,521 Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional (2013).

Sedangkan data untuk konsumsi dan produksi daging sapi diindonesia dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Produksi dan konsumsi daging sapi diindonesia tahun 2006 2010 Tahun Produksi Daging (ton) Konsumsi(ton) 2005 271.840 378.930 2006 288.430 399.660 2007 314.300 421.520 2008 328.610 444.580 2009 423.730 468.900 2010 483.640 499.550 Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) Jumlah populasi sapi merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah penawaran daging sapi domestik. Populasi sapi di indonesia tahun 2005 mencapai 10,6 juta ekor. Sebagian besar usaha ternak di indonesia masih di lakukan oleh peternakan rakyat dan dilakukan sebagai usaha sampingan. Pemotongan sapi merupakan hal yang mempengaruhi populasi. Geografi Kabupaten Karo a. Geografi Secara geografi letak Karo berada diantara 97⁰55-98⁰38 Bujur Timur dan 2⁰50-3⁰19 Lintang Utara dengan luas 2.127,25 Km 2 atau sekitar 2,97% dari luas Provinsi Sumtera Utara. Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280-1.420 m di atas permukaan laut dan terletak pada jajaran bukit barian sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif juga terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2013). Kabupaten Karo berbatasan langsung dengan lima kabupaten dan satu Provinsi. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten

Deli Serdang, sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2013). b. Iklim Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau atau musim hujan. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2013). Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2010 tertinggi pada bulan November sebesar 268 mm dan terendah pada bulan Januari sebesar 64 mm, sedangkan jumlah hati hujan tertinggi pada bulan November sebanyak 21 hari dan terendah pada bulan Februari sebanyak 7 hari. Suhu udara rata-rata berkisar 18,8⁰C sampai dengan 19,8⁰C dengan kelembapan udara rata-rata setinggi 84,66% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2013). Tataniaga Arti Tataniaga Tataniaga adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang di bayar kepada penjual pertama (Hp) dan harga yang di bayarkan oleh pembeli terakhir (He). Margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran.

Makin panjang tataniaga (semakin panjang lembaga yang terlibat) maka makin besar pula margin tataniaganya (Daniel, 2002). Untuk menyatakan perbedaan harga yang di bayar kepada penjual pertama (Hp) dan harga yang di bayarkan kepada pembeli terakhir (He) ditulis dalam rumus : Margin tiap lembaga pemasaran M = He Hp Dimana : M Hp He = Margin Pemasaran (tataniaga) = Harga yang dijual kepada penjual pertama (Rp/ekor) = Harga yang di bayar kepada pembelian terakhir (Rp/ekor) Margin tiap saluran pemasaran (Swastha, 1991) Dimana : Mt = M1 + M2 +... + Mn Mt = Margin saluran pemasaran M1 = Margin pemasaran lembaga pemasaran ke-1 M2 = Margin pemasaran lembaga pemasaran ke-2 Mn = Margin pemasaran lembaga pemasaran ke-n Pasar Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli serta di tandai dengan transaksi penjual dan pembeli dan juga transaksi antara penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri atas kios-kios atau gerai, los, dan dasaran yang terbuka yang dibuka oleh penjual atau pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, sayuran, buah,

telur, daging, pakaian, dan lain-lain. Pasar tradisional seluruh indonesia mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern (Anonim, 2009). Pasar dibagi dalam kelompok-kelompok responsip terhadap hal yang berbeda seperti harga, kualitas barang, pengiklanan pengecer, dan sebagainya. Bila penjual mengetahui sekelompok pembeli lebih responsip terhadap perubahan dalam pengeluaran untuk pengiklanan dari pada perubahan faktor-faktor pasar (Angipora, 2002). Defenisi pasar sebagai produsen adalah sebagai tempat untuk menjual barang dan jasa sehingga konsumen tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, sedangkan bagi lembaga pemasaran pasar merupakan tempat untuk melakukan aktivitas usaha dengan melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran tertentu sehingga lembaga pemasaran dapat keuntungan (Sudiyono, 2002). Pemasaran a. Arti Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individual maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai (Rangkuti, 2004). Pemasaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan usaha produksi, karena pemasaran adalah ujung tombak untuk menilai berhasil atau tidaknya usaha yang dijalankan. Tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah menghasilkan produk atau jasa (atau kombinasi keduanya) untuk dipasarkan atau dijual dengan harapan mendapatkan imbalan berupa pendapatan dan keuntungan.

Rangsangan (stimulasi) yang dapat mendorong produsen untuk berproduksi adalah harga yang memadai dan tersedianya pasar (Nugraha, 2006). Pemasaran terdiri dari kegiatan menyalurkan produk dari produsen kepada konsumen. Output dari pemasaran adalah kepuasan konsumen atas barang dan jasa tersebut. Input dari pemasaran adalah tenaga kerja, modal, dan manajemen. Efisiensi pemasaran juga dapat berarti maksimisasi penggunaan rasio input - output, yaitu mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen dengan output barang dan jasa. Biaya pemasaran baik besar maupun kecil adalah indikasi bahwa pemasaran telah dilakukan (Nugraha, 2006). Para pemasar harus memahami tehnik-tehnik dasar untuk potensi pasar dan prakiraan permintaan dimasa yang akan datang. Setiap tehnik memiliki kelebihan dan keterbatasan tersendiri yang harus benar-benar dipahami agar terhindar dari kekeliruan dalam penggunaannya (Kotler, 1992). Pemasaran dapat didefinisikan sebagai kegiatan bisnis yang mengatur arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang dikehendaki pada harga yang di bayar konsumen (Cahyono, 1994). b. Saluran dan Lembaga Pemasaran Kotler (2002) memberikan definisi saluran pemasaran sebagai rangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk barang atau jasa siap untuk dikonsumsi. Dalam proses penyaluran produk dari pihak produsen hingga mencapai konsumen akhir, sering ditemui adanya lembaga - lembaga perantara, mulai dari produsen sendiri, lembaga - lembaga perantara, hingga konsumen akhir. Karena adanya perbedaan jarak dari lokasi produsen ke lokasi konsumen, maka fungsi lembaga perantara sering

diharapkan kehadirannya untuk membantu penyaluran barang dari produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dengan konsumen, maka saluran pemsaran yang terbentuk pun akan semakin panjang. Limbong dan Panggabean, (1985) menyatakan bahwa keputusan saluran pemasaran merupakan salah satu keputusan paling rumit dan menantang yang dihadapi produsen.. Artinya, saluran pemasaran yang dipilih akan sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lainnya. Penyaluran barang-barang dari pihak konsumen terlibat satu sampai beberapa golongan pedagang perantara. Pedagang perantara ini dikenal sebagai saluran tataniaga (Marketing Chanel). Tegasnya saluran tataniaga terdiri dari pedagang perantara yang memiliki barang dagangan atau hanya bertindak sebagai agen dari pemilik barang (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Menurut Rahadi dan Hartono (2003), bahwa pola pemasaran berlangsung secara alami. Biasanya pola ini banyak dilakukan oleh peternak yang ingin berusaha sendiri memasarkan produknya. Peternak dapat menjual langsung ke konsumen, pedagang besar atau pasar-pasar yang telah ada. Salah satu pola tersebut yaitu : Pola 1. Peternak/produsen konsumen Pola 2. Peternak/produsen pedagang pengumpul konsumen Pola 3. Peternak/produsen pedagang pengumpul rumah potong hewan eksportir/konsumen Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui tergantung dari beberapa sektor, antara lain :

1. Jarak antara produsen ke konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk. 2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan demikian mengkehendaki saluran yang pendek dan cepat. 3. Skala produksi. Bila produksi langsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil. Seluruh lembaga-lembaga pemasaran dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran. Arus pemasaran (Saluran Pemasaran) yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya : Produsen berhubungan langsung dengan konsumen (produsen-konsumen) Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan yang paling sederhana adalah saluran distribusi dari produsen ke konsumen tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung. Produsen pengecer konsumen akhir Seperti halnya dengan jenis saluran produsen konsumen, saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Disini pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen. Adapula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. Produsen pedagang besar pengecer konsumen akhir

Saluran distribusi semacam ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran distribusi tradisional. Disini produsen banyak melayani pedagang besar, kepada pedagang besar saja tidak di jual kepada pedagang pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja. Produsen agen pengecer konsumen akhir Disini produsen memilih agen sebagai penyaluran dalam menjalankan kegiatan perdagangan besar, dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada pengecer besar. Produsen agen pedagang besar pengecer konsumen Dalam saluran distribusi, sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya ke pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan. Hubungan antar lembaga tersebut akan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani ke konsumen akhir disebut pemasaran (Kamaludin, 2008). Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung mulai dari peternak sampai konsumen akhir. Pedagang perantara mengeluarkan biaya dalam rangka penyelenggaraan pemasaran ternak sapi hingga konsumen. Besarnya biaya yang dikeluarkan bagi tiap saluran pemasaran selalu berbeda-beda. Dengan demikian semakin panjang jalur pemasaran maka jumlah biaya yang dikeluarkan akan semakin bertambah (Yusuf dan Nulik, 2008).

Biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam jumlah kesatuan barang yang diproduksi atau dijual. Biaya tidak tetap adalah biaya langsung yang dapat berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam jumlah kesatuan barang yang diproduksi atau dijual (Winardi, 1993). c. Margin Pemasaran Margin pemasaran dapat di definisikan sebagai perbedaan antara harga yang di bayarkan konsumen dengan harga yang diterima peternak. Margin pemasaran juga dapat didefinisikan merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari Jasa-jasa penawaran. Margin pemasaran dikenal berbagai komponen yang terdiri dari : 1. Biaya-biaya yang diperlukan oleh lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional 2. Keuntungan lembaga pemasaran. Pada umumnya produk yang berbeda mempunyai jasa pemasaran yang berbeda (Abubakar, 2002). Sudiyono (2002) memberikan pengertian margin tataniaga sebagai perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh petani produsen. Sementara Limbong dan Panggabean (1985) memberikan pengertian margin tataniaga sebagai nilai dari jasa- jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkatan produsen hingga tingkat konsumen akhir. Margin tataniaga pada umumnya dianalisa pada komoditi yang sama, pada jumlah yang sama, dan pada struktur pasar bersaing sempurna.

Sudiyono (2002) menyatakan bahwa margin pemasaran memiliki komponen yang terdiri dari: (a) biaya - biaya yang diperlukan lembaga - lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi - fungsi pemasaran. Biaya - biaya ini disebut biaya pemasaran; (b) keuntungan ( profit ) lembaga pemasaran. Sementara itu Limbong dan Panggabean (1985) menyatakan bahwa biaya tataniaga adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga - lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga suatu komoditi dalam proses penyampaian komoditi tersebut mulai dari produsen sampai kepada konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya margin pemasaran yaitu : 1. Perubahan margin pemasaran, keuntungan dari pedagang perantara, harga yang dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima produsen. 2. Sifat barang yang di perdagangkan 3. Tingkat pengolahan barang Biaya Transportasi (Pengangkutan) Tranportasi merupakan tulang punggung ekonomi yang digunakan untuk mendistribusikan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain, frekuensi pendistribusian tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat jumlah penduduk serta tingkat kebutuhan terhadap barang. Frekuensi pendistribusian barang dan orang merupakan volume dan berdampak terhadap biaya bahan bakar minyak dan biaya transportasi lainnya (Stephen, 2001).

Permintaan Konsumen Pada dasarnya, permintaan menujukkan hubungan antara harga dan jumlah harga yang diminta. Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga suatu barang tinggi maka jumlah barang yang diminta rendah (sedikit) dan sebaliknya apabila harga suatu barang rendah maka jumlah barang yang diminta tinggi atau banyak (Wijaya, 1991). Sampai juli 2013, stok daging (sapi dan kerbau) di sumut mencapai 5.997 ton atau setara 62.472 ekor. Stok ini melebihi kebutuhan warga yang mencapai 4.800 ton atau 50.000 ekor. Angka konsumsi daging ini diperoleh berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional, yakni 0,36 kg per kapita. Dengan jumlah penduduk sumut yang mencapai 13.215.401 jiwa, maka diperoleh kebutuhan daging yakni perkalian 0,36 kg perkapita x 13.215.401 jiwa menghasilkan 4.800 ton atau setara 50.000 ekor sapi (asumsi berat sapi per ekor antara 100 150 kg dengan berat daging tanpa tulang mencapai 90 96 kg) (Dinas peternakan provinsi sumatera utara, 2013). Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran adalah perbandingan antara kegunaan pemasaran dengan biaya pemasaran. Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi pemasaran yaitu : 1. Keuntungan pemasaran, 2. Harga yang diterima oleh konsumen, 3. Kompetensi dasar (Daniel, 2002). Suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu : 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil produsen sampai ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya. 2. Mampu mengadakan pembagian dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut

serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Downey dan Erikson, 1992). Dalam mengukur suatu efisiensi usaha perlu di ukur juga tingkat efisiensi pemasaran hasil baik dilakukan oleh petani atau oleh pihak lain hal ini penting untuk menunjukkan bahwa dalam memproduksi komoditas pertanian faktor pemasaran merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan. Jika selisih harga petani (farm gate price) dengan konsumen dibawah 30% termasuk pemasaran yang efisien (Gray et al, 1996). Menurut Sudiyono (2002), bahwa strategi yang dapat dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran untuk meningkatkan efisiensi pemasaran adalah dengan memperluas pasar dan memperkecil margin pemasaran. Strategi memperluas pasar dapat ditempuh dengan memperbesar permintaan konsumen dan pelaksanaan pemasaran tertata.