Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan Pulubala memiliki luas Ha, yang berbatasan dengan Sebelah Utara Kabupaten Gorontalo Utara, sebelah Timur Kecamatan Tibawa, sebelah Selatan Kecamatan Bongomeme dan sebelah Barat Kecamatan Boliyohuto dan Mootilango. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di lihat pada peta Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo berikut. Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo 2. Jarak Desa dengan Ibukota Kecamatan Kecamatan Pulubala terdapat 11 desa dengan 44 dusun yang memiliki jarak antara desa dengan Ibukota Kecamatan. Jarak antara desa ke pusat kecamatan yaitu dari desa Mulyonegoro 7.6 Km, Bakti 3.2 Km, Pulubala 0.3, 28

2 Tridarma 2.4 Km, Pongonglaila 2.4, Puncak 16 Km, Molamahu 8.9 Km, Molalahu 8 Km, Toyidito 10 Km, Ayumolingo 9 Km, dan Bukit Aren 6 Km. 3. Penggunaan lahan Pola penggunaan lahan yang di manfaatkan di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo secara diperinci menurut jenisnya, untuk lahan tanah bangunan Ha, tanah kebun Ha, rawa-rawa 2 Ha dan lahan tidur Ha. 4. Keadaan Penduduk Kecamatan Pulubala mempunyai jumlah penduduk orang yang terbagi atas laki-laki dengan jumlah jiwa dan perempuan jiwa. keadaan dan kepadatan penduduk pada masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Keadaan penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Kepadatan Jumlah Total No Nama Desa Total Penduduk L P Km² 1 Mulyonegoro Bakti Pulubala Tridarma Ponggongaila Puncak Molamahu Molalahu Toyidito Ayumolingo Bukit Aren Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo 2012 Bedasarkan data pada Tabel 1 maka dapat lihat jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dari masing-masing desa yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo secara terperinci. Jumlah penduduk yang terendah yaitu desa Ayumolingo dengan jumlah jiwa dengan kepadatan penduduk 74 Km² 29

3 sedangkan untuk jumlah penduduk tertinggi yaitu desa Puncak berjumlah dengan kepadatan penduduk 100 Km². 5. Sarana Perdagangan Sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo adalah pasar tradisional yang difungsikan sebagai tempat perdagangan langsung, untuk aktifitas perdagangan dilakukan di beberapa desa yaitu Mulyonegoro, Pulubala, dan puncak. Namun untuk sentra perdagangan ternak masih tergabung di pasar tradisional yang terletak di desa Puncak yang merupakan perdagangan hewan satu-satunya di Kecamatan Pulubala. Kondisi umum peternakan sapi yang umumnya berada di Kecamatan Pulubala memiliki cukup peternakan dilihat dari jumlah populasi ternak sapi potong sejumlah ekor yang merupakan kawasan peternakan terbanyak kedua dari Kecamatan Bongomeme yang ada di Kabupaten Gorontalo, dengan jumlah sekian meningkatkan para peternak untuk melakukan pemasaran yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang dilakukan di pasar pulubala. B. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian maka hasil penelitian analisis margin pemasaran sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat dilihat sebagai berikut. 1. Karakteristik Responden Pada penelitian ini jumlah responden adalah 22 orang. Responden terdiri dari peternak sapi sebanyak 10 orang, pedagang pengumpul sebanyak 11 orang, dan pedagang besar 1 orang. Petani responden berasal dari beberapa desa di wilayah Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yang informasinya berasal dari pasar Pulubala. Karakteristik responden dalam penelitian terdiri atas peternak dan pedagang sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yang meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak, secara rinci dapat di jelaskan sebagai berikut. 30

4 1.1 Peternak (Produsen) Reponden pertama adalah peternak (produsen) sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yang karakteristiknya dapat di jelaskan sebagai berikut Umur peternak Secara umum umur peternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo berkisar antara umur tahun dan yang tertua diatas 60 tahun. Berdasarkan penelitian dari masing-masing kelompok umur dapat di lihat pada Gambar 3 berikut. Kelompok umur peternak > 60 Gambar 3. Kelompok umur peternak sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat dijelaskan bahwa umur petani dapat di dibagi atas 3 kelompok yaitu; umur belum produktif, produktif dan tidak produktif. Kelompok umur peternak berjumlah 7 orang usia ini tergolong produktif. Kelompok umur diatas 60 tahun berjumlah 3 orang usia ini tergolong tidak produktif dan untuk umur 0-15 tahun belum ada karena belum produktif usia ini dalam umur wajib belajar Pendidikan Tingkat pendidikan responden dapat menunjang dalam peningkatan usaha, sehingga akan berdampak pada kemajuan. Berdasarkan penelitian di lapangan tingkat pendidikan peternak dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. 31

5 Tingkat pendidikan peternak 0 4 SD 6 SMP SMU Gambar 4. Tingkat pendidikan peternak sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Gambar 4 diatas dapat dijelaskan tingkat pendidikan peternak sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo untuk pendidikan SD berjumlah 6 orang, pendidikan SMP berjumlah 4 orang dan SMU tidak ada Pengalaman berternak Pengalaman beternak merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu usaha. Semakin banyak pengalaman maka semakin memiliki kemampuan dalam mengelola usaha ternaknya. Berdasarkan pengalaman ternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat di lihat pada Gambar 5 berikut. Pengalaman usaha peternak Gambar 5. Pengalaman usaha peternak sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo 32

6 Berdasarkan Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa pengalaman kerja oleh peternak sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo pada kisaran 1-10 tahun berjumlah 3 orang, tahun berjumlah 3 orang dan untuk tahun berjumlah 4 orang. Berdasarkan karakteristik responden (peternak) maka aspek umur dominan yang masih produktif (15-60) tahun atau sebesar 70%, tingkat pendidikan dominan sekolah dasar (SD), namun hal ini di lebih di memacu pada pengalaman beternak dominan diatas 11 tahun, sehingga para peternak sudah familiar dalam mengelola usaha tersebut. 1.2 Pedagang pengumpul Untuk responden berikut adalah pedagang sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yang karakteristiknya dapat di jelaskan sebagai berikut Umur pedagang pengumpul Umur merupakan faktor penting dalam peningkatan pendapatan produksi. Umur atau biasa juga di sebut usia terbagi tiga bagian yakni usia belum produktif, usia produktif, dan tidak produktif. Rata-rata umur para pedagang di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat di lihat pada Gambar 6 berikut. Kelompok umur pedagang >61 Gambar 6. Kelompok umur pedagang pengumpul di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah umur pedagang di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo semuanya berumur tahun 33

7 dengan jumlah 11 orang usia ini tergolong produktif, untuk umur diatas 61 tidak ada usia ini tergolong belum produktif dan umur 15 tahun kebawah belum ada karena merupakan usia belum produktif atau masi tergolong usia wajib belajar Pendidikan Pedagang pengumpul Tingkat pendidikan pedagang pengumpul pengumpul di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo lebih dominan pendidikan Sekolah Menengah Pertama hal ini dapat di lihat pada Gambar 7 berikut. Tingkat pendidikan pedagang 2 2 SD SMP SMU 7 Gambar 7. Tingkat pendidikan pedagang pengumpul di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Gambar 7 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo untuk pendidikan, SD berjumlah 2, untuk pendidikan SMP 7 orang, dan untuk SMA berjumlah 2 orang Pengalaman kerja pedagang pengumpul Dari pengalaman kerja merupakan salah satu penunjang untuk suatu keberhasilan dalam berusaha. Pengalaman usaha pedagang sapi Dikecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat di lihat pada Gambar 8 berikut. 34

8 Pengalaman usaha Pedagang Gambar 8. Pengalaman usaha pedagang pengumpul di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Gambar 8 diatas menunjukkan bahwa pengalaman usaha yang di lakukan pedagang di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dari 1-10 tahun berjumlah 3 orang, untuk tahun berjumlah 5 orang, dan tahun berjumlah 3 orang. Berdasarkan karakteristik responden ( pedagang pengumpul), maka aspek umur lebih dominan tahun atau sebesar 100% usia ini tergolong produktif, tingkat pendidikan dominan sekolah menengah pertama (SMP), dengan pengalaman bedagang lebih dominan diatas 11 tahun, sehingga pedagang sapi lebih tahu cara mengupayakan usahanya sendiri. 1.3 Pedagang besar Responden pedagang besar di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo di tunjukkan langsung kepada 1 orang, yang bernama Riton Akuba yang berumur 39 tahun dengan tingkat pendidikan hingga Sekolah menegah pertama (SMP) dan mamiliki pengalaman kerja selama 15 tahun. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden yang dilihat dari kelompok umur, pendidikan dan pengalaman usaha memiliki karakter yang berbeda dilihat dari peternak yang memiliki umur rata-rata lebih tua di bandingkan pedagang pengumpul dan tingkat pendidikan yang minim di bandingkan pedagang pengumpul dan pedagang besar, namun memiliki pengalaman usaha yang lebih lama. Hal inipun yang memberikan perbedaan antara peternak, pedagang pengumpul dan pedagang besar. 35

9 2. Pemasaran Ternak Sapi Pemasaran sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dilakukan peternak dengan baik yaitu dengan memenuhi peraturan yang berlaku seperti pembayaran iuran, surat-surat dalam transportasi dan lain-lain, guna dalam proses pemasaran ternaknya. Proses penentuan harga peternak sendiri sebagian besar di tentukan sesuai dengan kondisi yang ada, seperti dalam memperingati hari-hari besar yang tentunya harga sapi pun melonjak naik, maka hal inilah di manfaatkan para peternak untuk memeperoleh keuntungan yang lebih banyak. Dalam penelitian ini mengidentifikasikan tentang lembaga pemasaran, saluran pemasaran, dan margin pemasaran. 2.1 Lembaga-lembaga pemasaran sapi Dalam usaha untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen dibutuhkan peran dari badan atau individu lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran adalah lembaga perantara yang terlibat dalam proses penyampaian barang atau jasa dari pihak produsen hingga ke tangan konsumen akhir. Lembagalembaga yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak tiga lembaga, yaitu: produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo adalah : a. Produsen (peternak) Produsen adalah peternak yang melakukan usaha ternak sapi yang ada di wilayah Pulubala yang berjumlah sepuluh orang, dimana pihak pertama yang menyalurkan ternak sapi sampai ke konsumen. b. Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli langsung dari peternak sapi merupakan pihak kedua dari yang menyalurkan ternak sapi yang kemudian di jual kembali ke konsumen yang berjumlah sebelas orang. Sistem penyaluran inilah yang dilakukan pedagang sapi yang ada di pasar Pulubala. Harga yang telah ditawarkan oleh peternak maka akan di jual kembali kepada konsumen tentunya dengan harga yang diatas harga pembelian sebelumnya demi mendapatkan suatu keuntungan dalam perdagangan. 36

10 c. Pedagang besar Pedagang besar adalah pedagang yang membeli sapi dari pedagang pengumpul yaitu berjumlah satu orang yang umumnya berada di Gorontalo. Pedagang besar memiliki modal yang cukup besar sehingga mereka dapat menampung sementara ternak sapi dengan jumlah sebelas ekor untuk di jual kembali ke pedagang pemotong yang berada di daerah kalimantan, tentunya hal ini memakan biaya yang cukup besar untuk biaya pemasaran dalam proses penyaluran hingga ke daerah kalimantan. 1.2 Jenis ternak sapi yang dipasarkan Berdasarkan penelitian lembaga-lembaga pemasaran ini menjual beberapa jenis ternak sapi yang di pasarkan di pasar Pulubala yang terletak di desa Puncak Kecamatan Pulubala yaitu; ternak sapi lokal, sapi sumba, sapi peranakan, dan sapi bali. Jenis sapi inilah menunjang mereka untuk mendapatkan suatu keuntungan dari harga pemasaran yang dilakukan. Jenis ternak sapi yang di pasarkan pada saluran satu yang umumnya dilakukan oleh peternak sapi yaitu jenis ternak sapi lokal Gorontalo atau sapi biasa, harga sapi ini umumnya lebih murah di bandingkan jenis sapi lainnya. Hal ini di sebabkan perbedaan postur tubuh, sapi lokal ukurannya lebih kecil dan bertulang sehingga peternak lebih memanfaatkan ternak sapi ini sebagai alat kerja seperti, menggarap sawah, lahan dan sebagai alat pengangkutan. Sedangkan pedagang pengumpul lebih menjual ternak sapi lokal biasa dan ternak sapi bali yang dilakukan pada saluran dua dan untuk saluran ketiga. Pedagang besar mereka lebih menjual ternak sapi bali betina yang harganya lebih tinggi di bandingkan jenis ternak sapi lokal yang lainya, hal ini di picu karena jenis sapi bali lebih besar, berdaging, memiliki kualitas daging rendah lemak, memiliki kesuburan tinggi dan tipe pekerja yang baik. Sedangkan untuk ternak sapi peranakan yang merupakan jenis sapi persilangan antara sapi biasa dan sapi bali ini memiliki postur sedang dan berdaging (Soerapto dan Z Abidin 2006). 1.3 Fungsi pemasaran ternak Sapi Fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu pemasaran. Ada tiga macam bentuk fungsi pemasaran yaitu, fungsi pertukaran, 37

11 fungsi fisik, dan fungsi penyediaaan fasilitas Sudiyono (2004:82). Adapun fungsi pemasaran ternak sapi yang ada di Pasar Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yaitu sebagai berikut. 1. Fungsi pertukaran Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian, bentuk saluran pemasaran dari pemasaran ternak sapi yaitu peternak ke konsumen, peternak ke pedagang pengumpul ataupun peternak, pedagang pengumpul dan ke pedagang besar harus memperhatikan kualitas, bentuk dan waktu dalam memasarkan ternak sapi, hal inilah yang memicu harga ternak sapi bervariasi. Sedangkan untuk fungsi pembelian dilakukan oleh seorang konsumen untuk di komsumsi maupun dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar untuk di jual kembali ke konsumen atau pedagang pemotong. 2. Fungsi fisik Fungsi fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Berdasarkan wawancara bentuk fungsi fisik yang di lakukan oleh lembaga pemasaran yaitu peternak dan pedagang pengumpul biasanya menggunakan truk, sedangkan pedagang besar menggunakan transportasi darat berupa truk dan ternsportasi laut yaitu kapal barang karena pemasaran ternak sapi dilakukan di daerah Kalimantan. Fungsi penyimpanan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran ternak sapi lebih mengacu pada ongkos pemeliharaan karena untuk pakan ternak sendiri masih di beli seperti, ampas tahu dan serbuk jerami. 3. Fungsi penyediaan fasilitas Fungsi penyediaan fasilitas umumnya untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Dari usaha yang dilakukan oleh ketiga lembaga ternak sapi tersebut yang lebih memperhatikan kualitas, ukuran, dan bentuk maka dapat meningkatkan keuntungan lembaga pemasaran karena pada umumnya konsumen akan memilih produk yang baik dan efisien. Seperti yang di jelaskan oleh Feebairm (167) dalam Sudiyono (2004:85) granding (tingkatan) dapat meningkatkan keuntungan produsen maupun lembaga pemasaran lainnya, meningkatkan kepuasaan konsumen, dan meningkatkan efisien pemasaran. 38

12 3. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Saluran pemasaran adalah saluran barang dan jasa dari produsen hingga ke konsumen akhir, dan menyelenggarakannya berupa lembaga atau badan-badan yang bertugas melaksanakan fungsi pemasaran sendiri atau memenuhi keinginan sedangkan pihak konsumen akan memberikan imbalan berupa margin kepada lembaga pemasaran tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa ada dua macam aktivitas pemasaran ternak sapi yang dilakukan di pasar pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yaitu pemasaran langsung dan tidak langsung, kedua saluran yang dijalankan tersebut adalah : 1. Saluran pemasaran Langsung Peternak sapi Konsumen Gambar 9. Bentuk saluran langsung Saluran pemasaran ini merupakan pemasaran langsung dimana peternak langsung berhubungan dengan pasar dan menjual ternaknya kepada konsumen, bentuk saluran ini sangat mudah untuk dilalui dan sebagian kecil dilakukan oleh peternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala. Berdasarkan penelitian terdapat sepuluh peternak sapi melakukan penjualan secara langsung tanpa adanya perantara. Tipe ini terjadi sewaktu-waktu manakala peternak membutuhkan sesuatu untuk kebutuhan hidupnya. Berdasarkan wawancara hal ini dilakukan karena pada umumnya sentra perdagangan sapi berada di pasar tradisional Pulubala yang berdekatan dengan jarak rumah mereka sehingga untuk biaya pemasaran sapi lebih sedikit. Bentuk saluran langsung merupakan bentuk saluran yang paling mudah untuk dilalui, tampa adanya perantara, saluran lansung dapat meningkatkan penerimaan peternak karena dengan biaya pemasaran sedikit dan bentuk saluran pemasaran yang pendek membuat peternak lebih bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Hal ini di buktikan menurut Hanafi dan Saefudin (1986:33) dalam 39

13 Rahim dan Diah bahwa pedagang yang posisi keuangan (modalnya) kuat akan melalakukan fungsi pemasaran lebih banyak dibandingkan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran pemasaran maka penerimaanya akan lebih pula. 2. Saluran pemasaran Tidak Langsung Peternak Sapi Pedagang pengumpul Konsumen Gambar 10. Bentuk saluran tidak langsung I Pada saluran tidak langsung dilakukan responden pedagang sapi yang berjumlah sebelas orang, hal ini karena pedagang langsung mendatangi rumah peternak untuk membeli sapi untuk dijual kembali ke konsumen. Pedagang pengumpul dapat melakukan penawaran yang rendah sesuai dengan kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang di pasar pulubala adalah pedagang sapi saja yang kemudian dijual kembali ke konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil pembelian sebelumnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian maupun peternakan ini beragam sekali tergantung jenis yang di pasarkan. Bentuk saluran tidak langsung satu ini umunya lebih banyak di lakukan pedagang ternak sapi yang ada di pasar pulubala, dari produsen pedagang pengumpul menjualnya langsung ke konsumen, dengan tambahan biaya pemasaran yang dikeluarkan akan mengurangi hasil atau penerimaan yang mereka dapatkan. Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Saefuddin (1986) makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran pemasaran yang akan dilalui. 40

14 Peternak sapi Pedagang pengumpul Pedagang besar Gambar 11. Bentuk saluran tidak langsung II Pada saluran ke tiga ini dari peternak sapi kemudian di jual kepada pedagang pengumpul lalu ke pedagang besar menjualnya kepada pedagang pe motong yang umumny berada di wilayah Kalimantan. Pedagang besar di tunjukkan langsung kepada satu orang yang merupakan pedagang yang menampung ternak sapi untuk di jual kembali ke daerah kalimantan. Sesuai dengan wawancara, maka untuk proses penjualan selanjutnya di pasarkan kepada pedagang pemotong yang berada di daerah kalimantan. Rata- rata untuk pengangkutan sapi hingga ke wilayah kalimantan bisa mencapai 11 ekor dengan melalui transportasi darat dan transportasi laut. Seperti yang di kemukakan Kotler (2002) dalam Nugraha (2006) proses penyaluran produk dari pihak produsen hingga mencapai konsumen akhir, sering ditemui adanya lembaga-lembaga perantara, mulai dari produsen sendiri, lembaga-lembaga perantara, hingga konsumen akhir. Semakin jauh jarak antara produsen dengan konsumen, maka saluran pemasaran yang terbentuk pun akan semakin panjang. Berdasarkan wawancara hasil analisis saluran diperoleh pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung terdapat dua saluran yaitu, peternak pedagang pengumpul konsumen dan peternak pedagang pengumpul pedagang besar. Sedangkan saluran langsung yaitu peternak konsumen. Dalam hal ini hipotesis saluran pemasaran ternak sapi terbukti. 4. Margin Pemasaran, Distribusi Margin Pemasaran, Share Ternak Sapi Margin pemasaran merupakan selisih antara harga jual di tingkat produsen dan harga beli di tingkat pengecer. Untuk menganalisis pemasaran ternak sapi di Pasar Pulubala para lembaga pemasaran melakukan bentuk pemasaran yang berbeda-beda sehingga harga yang di terima dari konsumenpun berbeda. 41

15 1. Saluran langsung Saluran pemasaran I terdiri dari: produsen - konsumen. Saluran pemasaran yang pertama ini merupakan saluran pemasaran dengan pengiriman yang paling kecil dari produsen. Saluran pemasaran ini tidak menggunakan lembaga pemasaran manapun, dan oleh karena itu merupakan saluran yang memiliki rantai pemasaran paling pendek. Berdasarkan wawancara di pasar Pulubala, peternak sapi yang umumnya berada di Kecamatan pulubala lebih menjual jenis ternak sapi lokal biasa sehingga lebih murah dibandingkan jenis ternak sapi lainnya. Saluran pemasaran yang dilakukan peternak adalah jenis saluran pemasaran langsung yaitu dari peternak langsung menjual ke konsumen, sehingga untuk biaya pemasarannya lebih sedikit. Biaya pemasaran yang berlangsung yang dilakukan peternak yaitu rata-rata dari transportasi Rp , komisi Rp , iuran pasar Rp dan pakan ternak Rp sehingga saluran pemasaran langsung lebih menguntungkan bagi peternak dibandingkan jenis saluran tidak langsung. Saluran pemasaran langsung lebih mudah dilalui karena tampa adanya perantara sehingga tidak memiliki margin pemasaran, maka peternak mendapatkan penerimaan lebih lebih banyak, pemasaran ini semakin kecil saluran pemasaran maka semakin besar penerimaanya hal ini dibuktikan pada saluran langsung harga bersih yang diterima oleh petani lebih besar adalah Rp secara rinci maka dapat dilihat Analisis margin pemasaran, distribusi margin, share ternak sapi di kecamatan pulubala Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. 42

16 Tabel 2. Data margin, distribusi margin, dan share ternak sapi Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo No Uraian Harga (Rp / Ekor) Distribusi margin (%) Share(%) I Pemasaran Langsung 1 Peternak a. Harga jual b. Biaya pemasaran - Transportasi Komisi Iuran pasar Pakan ternak b. Total biaya Harga bersih Margin pemasaran 0 Sumber:Data primer setelah di olah,2013 Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa pada saluran pemasaran I tidak memiliki margin, distribusi margin, dan share hal ini terjadi karena bentuk saluran langsung dimana peternak (produsen) sendiri langsung memasarkan ternaknya kepada konsumen, untuk biaya pemasaran rata-rata peternak mengeluarkan biaya pemasaran yaitu transportasi Rp , komisi Rp iuran pasar Rp , pakan ternak Rp dengan total biaya Rp , dengan harga bersih yang diterima peternak sejumlah Rp / ekor. 43

17 2. Saluran pemasaran tidak langsung I Jenis saluran pemasaran tidak langsung I merupakan saluran tidak langsung yang terdiri dari lembaga pemasaran : produsen, pedagang, konsumen dengan bentuk saluran pemasaran peternak pedagang pengumpul konsumen. Umumnya, seorang pengumpul akan menjual ternak sapi dipasar bersama-sama dengan komoditas-komoditas ternak lain yang dibawanya. Berdasarkan wawancara yang berada dilokasi penelitian di pasar Pulubala yaitu pedagang pengumpul akan mendatangi produsen yang memiliki ternak sapi dimana pedagang pengumpul langsung membeli ternak sapi di rumah produsen (peternak), kemudian dijual kembali di pasar pulubala. Jenis sapi yang di perdagangkan yaitu jenis sapi lokal biasa dan jenis sapi bali. Sehingga untuk harganya berbeda. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul rata-rata untuk biaya transportasi Rp , komisi Rp , iuran pasara Rp , dan pakan ternak Rp saluran pemasaran langsung ini merupakan jenis pemasaran yang mudah dibandingkan dengan jenis saluran tiga, karena pemasarannya masih berlangsung di wilayah Gorontalo. Rata- rata keuntungan yang didapatkan oleh lembaga pemasaran berbeda-beda karena jenis ternak sapi yang diperjual belikan berbeda. Proses penyaluran produk sampai ke konsumen akhir dilalui oleh panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui semakin tinggi margin pemasaran maka semakin kecil bagian yang ditrima oleh peternak. Hasil penelitian saluran pemasaran tidak langsung satu, dimana dari peternak pedagang pengumpul kemudian menjual kembali kepada konsumen dengan margin Rp dan keuntungan Rp secara rinci maka dapat dilihat analisis margin, distribusi margin, dan share pada saluran tidak langsung satu pada Tabel 2 berikut. 44

18 Tabel 3. Margin pemasaran, distribusi margin pemasaran, dan share sapi pada saluran pemasaran tidak langsung I di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo No Jenis Kegiatan Harga (Rp/ekor) Distribusi Margin Pemasaran (%) Share (%) II pemasaran tidak langsung 1 Peternak a. Harga jual ,52 2 pedagang pengumpul harga beli ,52 a. Biaya pemasaran - Transportasi ,75 0,31 - Komisi ,42 0,48 - Iuran pasar ,40 0,09 - Pakan ternak ,93 0,09 b. Total biaya ,92 c. Keuntungan ,08 5,52 Harga jual ke konsumen Margin pemasaran Sumber : Data primer setelah di olah,2013 Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pemasaran pada saluran II merupakan saluran pemasaran tidak langsung karena pedagang pengumpul langsung membeli ternak sapi kepada peternak (produsen) dan akan di jual kembali ke konsumen. Pedagang pengumpul memperoleh margin pemasaran sebesar Rp , distribusi margin pemasaran dengan biaya pemasaran masing-masing transportasi 4,75%, komisi 7,42%, iuran pasar 1,40%, pakan ternak 1,93% sehingga total biaya 14,92% dan keuntungan 85,08%. bagian yang diterima peternak (producer s share) 93,52%, dan bagian yang diterima pedagang pengumpul (share) pada keuntungan sebesar 5,52%. 45

19 Dilihat tabel diatas margin pemasaran pedagang pengumpul sebesar Rp lebih banyak diperoleh pada keuntungan yang diterima yaitu Rp atau 85,08% karena total biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih sedikit yaitu Rp atau 14,92%. Maka dapat dijelaskan bahwa untuk saluran pemasaran tidak langsung satu lebih baik untuk dilalui karena tingkat perentase pada keuntungan lebih tinggi dibandingkan pada biaya pemasaran sehingga hasil yang terima pedagang pengumpul lebih besar. 3. Saluran pemasaran tidak langsung II Jenis saluran pemasaran ini merupakan saluran terpanjang yang ada di Kecamatan Pulubala, dari hasil wawancara maka dijelaskan bahwa pedagang pengumpul membeli ternak sapi langsung kepada produsen atau peternak sendiri, kemudian dijual langsung kepada pedagang besar. Biaya pemasaran yang dilalui oleh pedagang pengumpul sampai ke pedagang besar yaitu rata-rata untuk transportasi Rp , komisi yang didapatkan oleh makelar ternak sapi Rp , dan iuran pasar Rp , pemasaran ini berlangsung di pasar Pulubala yang umumnya dilakukan oleh warga Pulubala sendiri, untuk pemasaran selanjutnya dilakukan oleh pedagang besar dimana untuk biaya pemasarannya lebih banyak di bandingkan pada saluran satu dan dua. Pemasaran ternak sapi yang dilakukan oleh pedagang besar dilakukan hingga ke daerah Kalimantan sehingga untuk biaya peasarannya lebih banyak. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang besar mulai dari transportasi, dilalui dua tahap yaitu transportasi darat dan transportasi laut. Hal ini berlangsung karena awalnya pedagang besar membawanya ke Sulawesi tengah melalui mobil angkutan, kemudian dikirim kembali ke daerah kalimantan melalui kapal barang. Secara rinci biaya pemasaran dapat dijelaskan yaitu untuk biaya transportasi darat Rp / ekor, transportasi laut Rp / ekor, komisi yang di berikan kepada makelar ternak sapi Rp , biaya kandang atau karantina yang dilakukan di daerah palu Rp. 5000/ekor, dan untuk surat pemotongan Rp / ekor. Dari hasil penjelasan di atas maka dapat dijelaskan bahwa pemasaran tidak langsung dua ini merupakan pemasaran yang tidak mudah untuk dilalui karena lebih memakan waktu yang lebih banyak. Secara rinci analisis margin, distribusi 46

20 margin, serta share pada saluran tidak langsung dua secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Analisis margin pemasaran, distribusi margin pemasaran, share ternak sapi pada saluran pemasaran tidak langsung di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo No III Uraian Pemasaran tidak langsung Harga (Rp/ekor) Distribusi Margin Pemasaran (%) Share (%) 1 Peternak ,64 2 Pedagang pengumpul Harga beli ,64 a. Biaya pemasaran - Transportasi ,43 1,06 - Komisi ,71 0,53 - Iuran pasar ,71 0,16 b. Total biaya ,86 c. Keuntungan ,14 1,62 d. Harga jual pedagang besar Margin pemasaran Pedagang besar Harga beli ,50 a. Biaya pemasaran - Transportasi darat ,74 3,29 - Transportasi laut ,09 2,90 - Komisi ,58 0,22 - Kandang ,57 0,05 - Surat pemotongan ,98 0,34 b. Total biaya ,96 c. Keuntungan ,04 1,70 Harga jual pedagang potong Margin pemasaran Total margin Sumber : Data primer setelah di olah,

21 Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa saluran III adalah bentuk saluran tidak langsung karena dilihat dari jalur pemasaran pedagang besar membeli sapi dari pedagang pengumpul sedangkan pedagang pengumpul membeli kepada peternak sapi. Margin pemasaran yang didapat dari saluran pemasaran III yaitu dari pedagang pengumpul memiliki margin Rp , distribusi margin pada biaya pemasaran 51,86% dan keuntungan 48,14%, bagian yang diterima peternak 96,64%, dan (share) bagian yang diterima pada keuntungan pedagang pengumpul 1,62%, sedangkan untuk pedagang besar memiliki margin pemasaran Rp , distribusi margin pada biaya pemasaran 79,96%, keuntungan 20,04%, share atau bagian yang diterima pedagang besar 1,70%. Pada tabel saluran pemasaran tidak langsung dua margin pemasaran yang diperoleh pedagang besar lebih dikeluarkan pada biaya pemasaran yaitu Rp atau 79,96%, dibandingan keuntungan yang diperoleh Rp atau 20,04% sehingga penerimaan pedagang besar sangat kecil. Berdasarkan uraian maka dijelaskan bahwa pedagang besar mendapatkan margin yang sangat tinggi sehingga penerimaannya sedikit. Hal ini dibuktikan berdasarkan teoritis pada Hanafie (2010:210) semakin tinggi margin pemasaran maka semakin sedikit bagian yang diterima. Berlangsungnya penjualan ternak sapi secara tidak langsung dua ini di lakukan oleh beberapa pihak lembaga pemasaran dari produsen, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Pedagang pengumpul sendiri dapat dikatakan pedagang menengah karena dia telah melakukan kerja sama secara langsung denga pihak ketiga atau pedagang besar untuk menyalurkan ternak sapi langsung dari peternak langsung dijual kepedagang besar, berdasarkan wawancara hal ini dilakukan karena dengan biaya pemasaran yang lebih sedikit maka keuntungan yang di dapatkan akan lebih banyak, dibandingkan dengan penyaluran yang di lakukan oleh pedagang besar lebih memakan biaya besar dan waktu yang cukup lama sehingga keuntungan yang diterimanya akan lebih sedikit. Secara rinci untuk melihat margin, distribusi margin pemasaran, dan share yang diterima setiap masing-masing saluran pemasaran maka dapat disajikan pada Tabel 5 berikut. 48

22 Tabel 5. Jumlah pemasaran sapi pada saluran pemasaran langsung dan jumlah margin, distribusi margin, dan share pada saluran pemasaran tidak langsung di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. No I II III Uraian Harga/ekor Saluran Langsung Distribusi Mp (%) Share (%) Peternak Harga Jual Biaya Pemasaran Keuntungan Harga/ekor Saluran tidak langsung II Distribusi Share Harga Mp (%) (%) /ekor Pedagang pengumpul harga beli ,52 Harga jual Biaya Pemasaran ,92 Keuntungan ,08 5,52 Margin Pemasaran III Distribusi Mp (%) Pedagang Besar harga beli ,50 Harga Jual Biaya Pemasaran ,96 Keuntungan Margin Pemasaran Sumber : data primer setelah di olah ,04 Share (%) 1,70 49

23 Berdasarkan Tabel 5 maka di jelaskan bahwa untuk saluran pemasaran langsung dengan harga bersih yang diterima peternak sapi sejumlah Rp , dalam hal ini peternak tidak memiliki margin karena untuk pemasarannya langsung di pasarkan sendiri. Sedangkan untuk pemasaran tidak langsung pedagang pengumpul mendapatkan margin pemasaran yaitu, Rp dengan distribusi biaya pemasaran 14,92%, keuntungan 85,08% (share) bagian keuntungan yang diterima pedagang pengumpul 5,52%. Pedagang besar memiliki margin pemasaran yaitu Rp distribusi margin biaya pemasaran 79,96%, keuntungan 20,04%, (share) bagian keuntungan yang diterima pedagang besar 1,70%. Berdasarkan penelitian margin diperoleh margin pemasaran ternak sapi di pasar Pulubala Kecamatan Pulubala pada saluran dua yaitu Rp , distribusi margin untuk biaya pemasaran 14,92%, keuntungan 85,08% dan bagian yang diterima peternak (producer s share) 93,52% dan share yang diterima pada keuntungan pedagang pengumpul 5,52% sedangkan saluran tiga untuk pedagang pengumpul memiliki margin Rp , distribusi margin oleh biaya pemasaran pedagang pengumpul pada biaya pemasaran 51,86%, keuntungan 48,14% dan bagian yang diterima peternak (producer s share) 96,64% dan share yang diterima pada keuntungan 1,62%, kemudian pedagang besar memiliki margin Rp , distribusi margin pada biaya pemasaran 79,96%, keuntungan 20,04% dan share yang diterima pada keuntungan sebesar 1,70%. Saluran satu tidak memiliki margin karena merupakan saluran langsung. Dengan demikian hipotesis dalam pemasaran ternak sapi yang berlangsung di pasar pulubala Desa Puncak Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo terterbukti. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM. LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM. 621409041 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI Pembimbing I Pembimbing II Sri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan ternak yang sudah biasa diternakkan oleh masyarakat. Masyarakat umumnya beternak kambing sebagai usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa LAPORAN AKHIR TA. 2013 KAJIAN EFISIENSI MODA TRANSPORTASI TERNAK DAN DAGING SAPI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno Bambang Winarso Amar K. Zakaria Tjetjep Nurasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak.

I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak, meningkatkan produksi dan mutu hasil ternak agar dapat memenuhi permintaan pasar dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Usaha peternakan sapi bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Agar sesuatu usaha memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan, perencanaan harus dibuat dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak

I. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini peternakan sapi potong masih dalam bentuk skala rumah tangga dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak dibudidayakan di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Barat pada khususnya adalah untuk meningkatkan produksi ternak. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal 28 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal pedaging. Peternak merupakan pihak yang melakukan kegiatan pemeliharaan itik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK Muhammad Fauzan Erzal *, Taslim** dan Adjat Sudradjat Masdar**

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ikan Laut BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ikan air laut dan ikan air tawar. Ikan laut adalah ikan yang habitatnya hidup dilaut dan diperoleh tanpa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG I Ketut Mahaputra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Ternak sapi Bali merupakan program prioritas yang dikembangkan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Provinsi Gorontalo, melalui undang-undang Nomor 38 Tahun 2000 merupakan Provinsi ke 32 setelah memarkan diri dari provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam memasarkan suatu produk diperlukan peran lembaga pemasaran yang akan membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran

Lebih terperinci

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta Tri Achmadi, Silvia Dewi

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

Magrobis Journal 24 DAMPAK PASAR MALAM TERHADAP TATANIAGA HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN TENGGARONG ABSTRACK

Magrobis Journal 24 DAMPAK PASAR MALAM TERHADAP TATANIAGA HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN TENGGARONG ABSTRACK Magrobis Journal 24 DAMPAK PASAR MALAM TERHADAP TATANIAGA HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN TENGGARONG Oleh : Astik Drianti 1) dan Oviegeria S. Sinaga 2) ABSTRACK The objective of the research was to find out

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis. 16 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah saluran pemasaran Ayam Sentul di Kelompok Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis. Adapun pelaku saluran pemasaran Ayam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul terdiri dari 5 desa meliputi Desa Bantul, Desa Palbapang, Desa Trirenggo, Desa Sabdodadi, dan Desa

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN TATA-NIAGA KOMODITAS STRATEGIS: DAGING SAPI. 20 Februari 2013 Direktorat Penelitian dan Pengembangan

KAJIAN KEBIJAKAN TATA-NIAGA KOMODITAS STRATEGIS: DAGING SAPI. 20 Februari 2013 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KAJIAN KEBIJAKAN TATA-NIAGA KOMODITAS STRATEGIS: DAGING SAPI 20 Februari 2013 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Preview Kajian - 1 1. Durasi : 2011 Pra-Riset Sektor Ketahanan Pangan, Februari September

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK (Annona muricata) (Suatu Kasus pada Pengusaha Pengolahan Dodol Sirsak di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Angga Lenggana 1, Soetoro 2, Tito

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan transportasi ini memungkinkan mobilitas barang, jasa, maupun manusia menjadi lebih mudah dan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

JURNAL ANALISIS SALURAN PEMASARAN TERNAK DOMBA DI DESA SELOREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK

JURNAL ANALISIS SALURAN PEMASARAN TERNAK DOMBA DI DESA SELOREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK JURNAL ANALISIS SALURAN PEMASARAN TERNAK DOMBA DI DESA SELOREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK ANALYSIS OF MARKETING CHANNELS SELOREJO SHEEP IN THE VILLAGE, DISTRICT BAGOR, DISTRICT NGANJUK Oleh:

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci