SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

21 Universitas Indonesia

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

2015 ANALISIS STRATEGI BIAYA PENGALOKASIAN BELANJA LANGSUNG PADA APBD PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

L A P O R A N K I N E R J A

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

Menjaga Kualitas Belanja Melalui Pengendalian Pelaksanaan Anggaran

5.1 ARAH PENGELOLAAN APBD

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

Independensi Integritas Profesionalisme

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja EKSEKUTIF SUMMARY

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

L A P O R A N K I N E R J A

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat.

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

Forum SKPD. Musrenbang Kelurahan Telah dilaksanakan pada bulan Januari Musrenbang Kecamatan Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

Transkripsi:

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA 1. Arti penting dan peran analisis kebijakan belanja publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam Pasal 3 ayat (1) Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara: Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan Pada pemerintahan Presiden Jokowi- JK, Kebijakan Belanja APBN diarahkan pada peningkatan efisiensi dan penajaman belanja barang untuk meningkatkan ruang fiskal (fiscal space). Hal ini terkait dengan visi, misi, presiden dan upaya pemenuhan janji presiden dalam pemerintahannya. Pemerintah juga telah menentukan program dan kegiatan yang menjadi prioritas untuk dikerjakan. Anggaran yang disusun dialokasikan lebih banyak ke program dan kegiatan yang menjadi prioritas pemerintah. Pada tahun anggaran 2018, pemerintah fokus pada program dan kegiatan infrastruktur yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan infrastuktur yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Kebijakan belanja negara pada dasarnya merupakan formulasi kebijakan untuk merespon perekonomian, menjawab tantangan dan isu strategis serta mendukung sasaran dan target pembangunan yang diwujudkan dalam pengelolaan keuangan negara yang kredible, transparan dan akuntabel (good governance). Dalam prakteknya, pengelolaan APBN mempunyai permasalahan, yaitu : (i) Ruang fiskal (Fiscal space) APBN masih terbatas, terbatasnya kemampuan negara didalam menghasilkan pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, (tidak sebanding dengan belanja pemerintah) (ii) APBN semakin terbebani Mandatory Spending yang semakin membesar, sebagai konsekuensi ketentuan peraturan perundang-undangan, seperti keharusan anggaran belanja pendidikan 20 % dari APBN, UU Kesehatan sebesar 5 % dan baru baru ini Undang Undang Desa yang mewajibkan untuk dana desa 10 % dari transfer ke daerah (iii) Efisiensi dan efektifitas belanja terkait dengan kinerja pemerintahan. Dari berbagai penelitian dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran masih ditemukan belanja negara yang tidak mempunyai dampak peningkatan kesejahteraan maupun peningkatan kualitas layanan publik. Tujuan mendasar dalam analisis kebijakan belanja publik/negara adalah peningkatan kualitas belanja melalui perbaikan kebijakan fiskal pemerintah dan proses penganggaran. Belanja negara harus mencapai hasil yang diinginkan dan mencapai sasaran kebijakan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. 2. Konsep analisis Kebijakan Belanja Publik Menurut Chandler dan Plano, (1988) kebijakan publik adalah pemanfaatan secara strategis terhadap segala sumber daya untuk menyelesaikan masalah dimasyarakat dan atau pemerintah dan dapat diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah. Sedangkan

Carl Frederich (1977) kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang atau kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan publik dapat kita simpulkan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan bernegara yang merupakan kepentingan publik. Oleh karena itu, ruang lingkup kebijakan publik diantaranya adalah bagaimana pemerintah mengelola segala aspek yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya keuangannya dan bagaimana melakukan pengelolaan pemanfaatan melalui kebijakan belanja negara. Kebijakan belanja negara yang merupakan bagian kebijakan publik, secara umum dapat kita klasifikasikan menjadi 3 jenis. Yaitu : (i) Kebijakan Umum Ekstratif, adalah kebijakan penyerapan sumber daya yang ada dimasyarakat. Seperti ; pemungutan pajak dan tarif, iuran dan retribusi dari masyarakat, dan pengolahan sumber alam yang terkadung dalam wilayah negara. (ii) Kebijakan Umum Distributif adalah pelaksanaan kebijakan distribusi dan alokasi berbagai sumber daya kepada masyrakat. Distribusi dalam kebijakan ini berarti membagikan secara relatif merata kepada semua anggota masyarakat, sedangkan alokasi berarti yang mendapat cenderung kelompok atau sektor masyarakat tertentu sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan atau sesuai dengan situasi yang dihadapi pada suatu kurun waktu (iii) Kebijakan Umum Regulatif, merupakan pengaturan perilaku anggota masyarakat. Kebijakan umum yang bersifat regulatif adalah peraturan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat dan para penyelenggara pemerintahan negara. Dalam mendesain kebijakan belanja publik/negara terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan. Pertama, analisis pengeluaran publik yang menuntun pada apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan belanja publik. Kedua, analisis pengelolaan pengeluaran publik, yang menuntun pada bagaimana cara melakukan pengelolaan. Ada dua aspek dalam pendekatan ini. Aspek apa yang menjadi prioritas pengeluaran negara melalui sebuah analisis pengeluaran yang lebih berkualitas untuk mencapai tujuan dan aspek bagaimana mengelola pengeluaran publik agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya. Artinya terdapat dua prinsip dalam implementasi kebijakan belanja negara melalui sistem penganggaran yang efektif. Pertama, apa yang harus dilakukan dalam tujuan pengeluaran belanja negara harus fokus untuk menghasilkan sesuatu. Kedua, bagaimana melakukannya yang berarti kebijakan belanja untuk menghasilkan sesuatu tersebut harus memiliki struktur proses yang konsisten dengan tujuannya. Kebijakan belanja negara terimplementasi dalam suatu sistem penganggaran yang merupakan bagian dari pengelolaaan keuangan negara. Menurut Allen Schick, (dalam Getting Performance Budgeting to Perform, World Bank 2008). Sistem Penganggaran adalah sistem yang menghasilkan informasi dalam kegiatan pengelolaan keuangan negara dimana sistem perencanaaan seharusnya memiliki struktur yang mencerminkan proses pengolahan, penggunaan/pemanfaatan dan menghasilkan informasi yang relevan dengan kebutuhan penglolaan keuangan negara dan bukan sekedar proses dan mekanismenya saja. 3. Proses dan implementasi Analisis Kebijakan Belanja Publik Arah kebijakan fiskal dalam pengelolaan keuangan negara diformulasikan sebagai respon terhadap dinamika perekonomian negara. Arah kebijakan juga

untuk menjawab tantangan dan isu strategis serta mendukung sasaran dan target pembangunan. Oleh karena itu struktur dari belanja negara harus mencerminkan strategi stabilisasi makro dan pertumbuhan ekonomi, penyediaan barang publik, mencegah kegagalan pasar dan antisipasi ketidakpastian serta redistribusi pendapatan dan perlindungan sosial. Upaya yang dilakukan di dalam pengelolaan keuangan negara sebagai implementasi kebijakan bidang fiskal adalah upaya untuk menjaga sustainable budget (keberlanjutan). Artinya penganggaran yang dilakukan dalam belanja negara dijamin kelangsungan pembiayaannya dan diperbaiki strukturnya agar lebih efisien, produktif dan resiko yang dihadapi tetap terkendali serta upaya mendorong kualitas belanja yang dilakukan agar lebih efisien dan efektif dalam pencapaian ouput dan outcome. Oleh karena itu, belanja negara yang berkualitas juga mempunyai prasyarat, yakni : (i) efisiensi alokasi (ii) efisiensi teknis dan (iii) efisiensi ekonomi. Efisiensi alokasi mempunyai arti belanja negara harus sesuai kebutuhan, menjaga ketepatan pada sektor prioritas, dan dilakukan sesuai dengan fungsi pokok (money follow function) serta menekankan akurasi pengalokasian. Efisiensi alokatif merujuk kepada sumberdaya yang ditujukan kepada intervensi yang tepat yang mendorong pencapaian hasil-hasil yang diinginkan. Belanja negara harus dapat memaksimalkan kesejahteraan masyarakat, termasuk dampak bagi masyarakat miskin. Alat analisis dapat berupa anilisis anggaran keseluruhan (alokasi antar sektor) atau didalam suatu sektor (antar bagian dalam satu sektor) atau didalam suatu program/bidang belanja (alokasi lintas kelompok belanja). Efisiensi teknis mempunyai arti belanja negara dilaksanakan dengan mekanisme/bisnis proses yang sederhana melalui birokrasi yang efisien serta penguatan sumber daya manusia dalam percepatan penyerapan, perbaikan pola, kualitas output. Efisiensi teknis merujuk kepada kapasitas untuk menerapkan program-program dan melaksanakannya dengan biaya yang paling hemat. Penghematan biaya/input per unit dari ouput yang dihasilkan. Untuk suatu input tertentu, semakin besar output yang dihasilkan maka efisiensi teknis semakin besar. Ibarat sebuah mesin, belanja negara harus dapat menghasilkan output yang maksimal dari input yang ada. Biaya per unit out dalam belanja negara seringkali diukur berdasarkan beberapa tolok ukur, seperti satuan kegiatan periode yang lalu atau biaya satuan pelaksanaan kegiatan serupa di badan

atau organisasi lain. Satuan anlisisnya umumnya tidak pada tingkat agregat tetapi di dalam suatu program atau bidang terentu. Menghasilkan output yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih baik meskipun pada beberapa program pemerintah tidak selalu demikian. Efisiensi ekonomi menekankan pada apakah pelaksanaan efektifitas kegiatan yang menghasilkan output optimal. Kombinasi yang paling efisien dalam pemanfaatan sumber daya, namun barang dan jasa yang dihasilkan optimal. Terkadang penggunaan sumberdaya yang hemat namun bila kualitas output rendah dan tidak memenuhi kebutuhan pengguna layanan masyarakat maka sumber daya itu umumnya menjadi siasia. Perbandingan antara tujuan dan hasil program-program akan efektif bila mencapai sasaran programnya (dengan asumsi implisit bahwa sasaran program/kebijakan memberi kontribusi positif terhadap kesejahteraan sosial). Secara makro efisiensi ekonomi akan menjaga stabilitas makroekonomi, infrastruktur yang memadai untuk mendukung daya daya saing dan kepastian hukum. Fokus dari prasyarat ini adalah kegiatan mendorong iklim yang kondusif bagi pencapaian target pembangunan dan pencapaian output/outcome yang optimal.

Analisis belanja publik dimulai dengan menganalisa jumlah atau ratio belanja keseluruhan, trend alokasi sektor/fungsi dan ekonomi (nominal, perkapita, % dari PDB atau % total belanja) hal ini untuk memperoleh informasi awal tentang efisiensi alokasi. Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam, analisis dilanjutkan dengan melihat komposisi belanja berdasarkan fungsi/sektor, ekonomi dan sumber pembiayaan. Seperti klasifikasi fungsional: pendidikan, kesehatan dan infrastuktur. Kemudian analisis klasifikasi ekonomi : belanja gaji, pemeliharaan dan belanja modal. Analisis belanja publik juga menggali informasi seberapa besar peran pemerintah terhadap publik yang dapat digali dari sumber pembiayaan belanja pemerintah pusat dan daerah dan proporsi pembiayaan dari swasta, NGO dan negara donor jika menyangkut pinjaman. Sedangkan untuk memperoleh gambaran efektifitas belanja publik, analisis difokuskan pada pemanfaatan sumberdaya untuk menghasikan output (keluaran) dan seberapa besar manfaat yang diperoleh kelompok sasaran kebijakan. Umumnya pengelolaan keuangan publik juga menganalisis anggaran dengan realisasinya untuk melihat efektifitas dan efisien suatu implementasi kebijakan. Proses kebijakan fiskal dan penganggaran mempunyai tujuan peningkatan kualitas belanja publik dengan membantu meningkatkan proses penganggaran dan kebijakan fiskal pemerintah. Tujuan keseluruhanya adalah peningkatan kualitas belanja publik dalam mencapai negara yang berkesejahteraan. Dalam prakteknya alat analisis kebijakan belanja yang sering digunakan adalah : Central Tendency, Basic Benchmarking Analysis, Efisiency Frontier Analysis dan Benefit Incident Analysis, Public Expenditure Tracking Survey (PETS). Umumnya alat analisis tersebut untuk membantu perumusan kebijakan yang ditetapkan agar lebih optimal. Alat alat analisis digunakan. dalam rangka memperoleh informasi dan mengidentifikasi pengalokasian/realisasi anggaran sesuai fungsi dan peningkatan efisiensi alokasi. Beberapa alat analisis tersebut dapat digunakan untuk melihat dampak suatu kebijakan sehingga dengan teknik tertentu dapat disimpulkan efektif atau tidak

4. Kesimpulan Analisis kebijakan Belanja publik adalah alat untuk mengidentifikasi tingkat efisiensi dan efektifitas belanja negara, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dalam pengalokasian sumberdaya lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pembangunan. Analisis kebijakan belanja negara juga membantu untuk mengidentifikasi kendala dan tantangan. Proses analisis kebijakan juga merupakan bagian dari proses monitoring dan evaluasi yang dapat memberikan rekomendasi kebijakan dalam proses perencanaan dan penganggaran sekaligus melihat apakah tujuan sektor publik dalam ekonomi telah tercapai atau belum. Sumber : 1. Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia. Depkeu, DJA 2012. 2. Maulana, Agus. Manajemen Strategik. Penerbit Universitas Terbuka, 2016. 3. Reformasi Sistem Penganggaran (Konsep dan Implementasi 2005-2007), DJA. 4. Sistem Penganggaran (Capaian dan Arah Pengembangan), DJA Direktorat Sistem Penganggaran, 2013. 5. Undang Undang No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.