BEBERAPA SENYAWA FLAVON TERPRENILASI DARI ARTOCARPUS FRETESSI HASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Beberapa Senyawa Fenol dari Tumbuhan Morus macroura Miq.

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

ARTONIN M, TURUNAN FLAVON TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut

SENYAWA GOLONGAN 2-ARYLBENZOFURAN DAN STILBEN DARI EKSTRAK METILEN KLORIDA (CH 2 CL 2 ) DAUN Artocarpus fretessi HASSK

4 Pembahasan Artokarpin (35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius #

A PRENYLATED FLAVONE FROM THE HEARTWOOD OF Artocarpus scortechinii King (Moraceae)

Tujuan penelitian ini adalah melakukan isolasi senyawa ekstrak aseton kulit

Oleh : IQBAL MUSTHAPA

Jurnal Kimia Indonesia

Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab III Metodologi Penelitian

AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Pemisahan dan Elusidasi Struktur Dimer Stilbenoid dari Kayu Batang Vatica umbonata Burck (Dipterocarpaceae)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG

KARAKTERISASI SENYAWA DARI FRAKSI AKTIF ANTIBAKTERI DAUN Garcinia celebica linn (Kandis) *

Stenofilol B dan Hopeafenol, Dua Oligomer Stilbenoid dari Kayu Batang Vatica umbonata Burck (Dipterocarpaceae)

SENYAWA 4-HIDROKSI SINAMAMIDA DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn)

3 Percobaan dan Hasil

HUBUNGAN SENYAWA FLAVONOID DARI KULIT BATANG Erythrina Fusca L. DENGAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI SUNSCREEN

3 Metodologi Penelitian

SKOPOLETIN SENYAWA FENILPROPANOID DARI KULIT UMBI UBI JALAR (IPOMOEA BATATAS L.) VARIETAS IR-MELATI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

SENYAWA GERANIL-1, 3 -DIOKSO-PARA-KRESOL DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.)

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

PERAN TEKNOLOGI ISOLASI UNTUK MEMPEROLEH SENYAWA AKTIF DARI TUMBUHAN SUKUN (ARTOCARPUS ARTILIS)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Karakterisasi Senyawa Fenol dari Kayu Batang (Ferlinahayati, dkk.) KARAKTERISASI SENYAWA FENOL DARI KAYU BATANG MORUS NIGRA

TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora Linn.) SEBAGAI SKRINING AWAL ANTIKANKER SKRIPSI

PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA COUMARINOLIGNAN PADA FRAKSI DIKLOROMETANA KULIT BATANG DURIAN KLAWING (Durio graveolens Becc.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2

PROFIL KIMIA TUMBUHAN PERSEA AMERICANA MILL. INDONESIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

SENYAWA TURUNAN STEROL ANTIJAMUR DARI KAYU AKAR MELOCHIA UMBELLATA (HOUTT) STAPF VARITAS DEGRABRATA K.

berdasarkan cpdna tersebut spesies Artocarpus dibedakan berdasarkan tingkat filogenetiknya. Tiga spesies penting di Indonesia (berdasarkan kelangkaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

Deskripsi EKSTRAK BAHAN AKTIF DARI TUMBUHAN MELINJO (GNETUM GNEMON), PROSES PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ANTIKANKER KULIT

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2. ISOLASI SENYAWA ALKALOID DARI DAUN BULIAN (Eusideroxylon zwagery T. et B)

SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG Garcinia cf. cymosa DAN UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN. Jurusan kimia, Fakultas MIPA, Universitas Andalas, Padang 2

Bab II Tinjauan Pustaka

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SANTONTERPRENILASI GARCINIA CYLINDROCAPA (KOGBIRAT), ENDEMIK KEP. MALUKU

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

ISOLASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN Nerium oleander

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

Santon Dari Kulit Batang Tumbuhan Asam Kandis (Garcinia cowa)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA KUMARIN TER-O-GERANILASI DARI AKAR Limonia acidissima L.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58)

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN AKTIVITAS SITOTOKSIK ALKALOID DARI Cryptocarya archboldiana Allen

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Transformasi Gugus Fungsi Senyawa Baekeol Sebagai Model Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

LIMA SENYAWA CALKON DARI KULIT BATANG CRYPTOKARYA PHOEBEOPSIS (LAURACEAE) DAN SIFAT SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL P 388, SEL HCT 166 DAN SEL A549

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ASILFLOROGLUSINOL TERPRENILASI DARI KULIT BATANG SLATRI (Calophyllum soulattri. Burm F.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

Transkripsi:

Marina Chimica Acta, April 2004, hal. 23-28 Vol. 5 No.1 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas asanuddin ISSN 1411-2132 BEBERAPA SENYAWA FLAVN TERPRENILASI DARI ARTCARPUS FRETESSI ASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN Nunuk. Soekamto 1), Sjamsul A. Achmad 2), Emilio L. Ghisalberti 3), Euis. akim 2), dan Yana M. Syah 2). 1) Jurusan Kimia, Fak. MIPA, Universitas asanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan10, Makassar 90245, Indonesia 2) Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10, Bandung 40132, Indonesia 3) Department of Chemistry, University of Western Australia, Nedlands, Western Australia 6907 ABSTRACT Three prenylated flavone derivatives, namely mulberrin (1), mulberrochromen ( 2) and artonin A ( 3), had been isolated from Artocarpus fretessi (Moraceae), endemic to South Sulawesi, and locally known as maumbi. The structure of these compounds were elucidated based on physical and spectroscopic data UV, IR, 1 and 13 C NMR. Compounds (1) dan (2) showed stronged toxicity against Artemia salina, LC 50 100,6 g/ml, 77,5 g/ml, and 67,7 g/ml Keywords : Artocarpus fretessi, maumbi, Moraceae, artonin A, mulberrin, mulberrochrromen, Artemia salina PENDAULUAN Artocarpus merupakan salah satu genus utama yang termasuk dalam famili Moraceae, yang terdiri dari kurang lebih 60 spesies dan merupakan genus yang menghasilkan beraneka ragam senyawa fenol. Banyak di antara senyawa tersebut mempunyai bioaktivitas yang menarik seperti efek hipotensif dan antitumor. 1,2 Artocarpus banyak ditemukan di Indonesia dan digunakan antara lain sebagai bahan pangan, bahan bangunan, dan bahan ramuan obat tradisional, antara lain sebagai obat malaria, disentri, dan penyakit kulit. 3 Dalam rangka memberdayakan keanekaragaman hayati melalui penyelidikan ilmu kimia tumbuhan famili Moraceae, maka telah dilakukan penelitian ilmu kimia terhadap tumbuhan A. fretessi assk yang dikenal dengan nama daerah maumbi, yang merupakan tumbuhan endemik Indonesia dan belum pernah diteliti sebelumnya. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa dari spesies ini telah ditemukan senyawa mulberin (2) dan mulberokromen (3). Pada kesempatan ini akan dilaporkan pula penemuan selanjutnya artonin A (1), sebagai tambahan senyawa (2) dan (3). Penemuan ketiga senyawa (Gambar 1) tersebut khususnya senyawa (3) akan dilaporkan dalam makalah ini. PERCBAAN Umum. Penentuan titik leleh senyawa senyawa hasil penelitian ini dilakukan menggunakan alat penetapan titik leleh mikro. Spektrum UV dan IR diukur masingmasing dengan spektrofotometer Varian Cary 100 conc dan NE Perkin Elmer. Spektrum 1 and 13 C NMR diukur menggunakan Bruker AM 500, yang bekerja pada 500 Mz ( 1 NMR) dan 125 Mz ( 13 C NMR) menggunakan puncak pelarut terdeuterasi sebagai standar. Kromatografi cair vakum (KCV) dilakukan dengan menggunakan Si gel Merck 60 GF 254, kromatografi radial dengan menggunakan Si gel Merck 60 GF 254 dan analisis kromatografi lapis tipis (KLT) pada pelat berlapis Si gel Merck Kieselgel 60 F 254. Pengumpulan Bahan Tumbuhan. Kulit akar dan kulit batang Artocarpus fretessi dikumpulkan pada bulan Desember 1998 dari Desa Kalaena Kiri, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Tumbuhan ini diidentifikasi oleh erbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor, dan spesimennya disimpan di erbarium tersebut. Ekstraksi dan Isolasi. Serbuk kulit batang A. fretessi (4,5 kg) dimaserasi dengan metanol 3 x 24 jam masing-masing 7,5 liter. Setelah pelarut diuapkan pada tekanan rendah, diperoleh ekstrak metanol (675,0 g) berupa residu berwarna coklat. Ekstrak metanol ini dipartisi berturut-turut menggunakan pelarut n- heksana, C 2 Cl 2, dan EtAc sehingga diperoleh masing-masing fraksi berturut-turut sebanyak 47,0 g, 23

Nunuk. Soekamto, Sjamsul A. Achmad dkk Mar. Chim Acta. 19,0 g, dan 85,0 g. Fraksi C 2 Cl 2 (19,0 g) difraksinasi lebih lanjut menggunakan KCV dengan eluen etil asetat - n-heksana ( 25-40 %). Penggabungan fraksifraksi yang diperoleh yang dimonitor dengan KLT menghasilkan empat fraksi utama (A-D). Fraksi utama ketiga (C) (867 mg) difraksinasi lebih lanjut menggunakan kromatografi radial dengan campuran EtAc - n-heksana (15-30 %), menghasilkan empat fraksi gabungan (C 1 -C 4 ). Fraksi gabungan kedua (C 2 ) (296 mg), difraksinasi kembali menggunakan kromatografi radial dengan eluen Me-C 2 Cl 2 4 %, menghasilkan empat fraksi (C 21 -C 24 ). Selanjutnya fraksi ketiga (C 23 ) (100 mg), difraksinasi menggunakan kromatografi radial dengan eluen 2 % Me/C 2 Cl 2, menghasilkan tiga fraksi akhir gabungan (C 231 -C 233 ). Dari fraksi akhir gabungan kedua (C 232 ), diperoleh artonin A ( 1) (3 mg), yang berupa serbuk berwarna kuning dengan titik leleh 249-250 o C. Dari fraksi utama keempat (C 24 ), diperoleh mulberokromen ( 3) (102 mg) yang berupa serbuk berwarna jingga dengan titik leleh 109-110 o C. Dengan cara yang sama dari kulit akar A. fretessi telah diperoleh mulberin ( 2) (11 mg) yang berupa serbuk berwarna jingga dengan titik leleh 114-115 o C. Artonin A (1), diperoleh sebagai serbuk berwarna kuning, t.l. 249-250 o C; UV (Me) max (log ): 387 (4,19), 296 (4,34), 209 (4,34) nm, (Me + Na): 431 (4,47), 294 (4,37), 205 (4,95) nm, (Me + AlCl 3 ): 398 (4,13), 326 (4,22), 303 (4,29), 205 (4,44) nm, (Me + AlCl 3 + Cl): 410 (4,06), 326 (4,34), 309 (4,26), 203 (4,45) nm, (Me + NaAc): 397 (4,09), 293 (3,89) nm, (Me + NaAc + 3 B 3 ): tidak ada pergeseran; IR (KBr) max : 3694, 3544, (), 3119 (C=C ikatan rangk ap), 2929 (C- alifatik), 1648 (C=), 1602, 1549, 1475, 1425 (C=C aromatik) cm -1 ; 1 NMR (aseton -d 6, 500,0 Mz) : 6,67 (1, d, J = 10,0 z, -16), 6,40 (1, s, -3 ), 5,71 (1, d, J = 10,0 z, -17), 5,30 (1, m, -22), 3,61 dan 3,42 (2, dd, J = 14,3 dan 7,3 z, -21), 3,44 (1, d, J = 15,2 z, -12), 3,21 [(1, dd, J = 15,2 dan 7,3 z) dan 2,35 (1, t, J = 15,2 z, - 11], 1,79 (1, brs, -25), 1,65 (1, s, -14), 1,62 (1, brs, -24), 1,46 (2, s, -19, 20); 13 C NMR (aseton-d 6, 125 Mz) : 181,6 (C -4), 161,4 (C -2), 156,9 (C -7), 155,2 (C -5), 154,4 (C -10), 151,4 (C -2 ), 146,9 (C-4 ), 137,9 (C-5 ), 133,6 (C-6 ), 131,6 (C-23), 123,6 (C-22), 128,8 (C-17), 116,4 (C-16), 112,5 (C-3), 108,2 (C-8), 105,8 (C-6), 105,2 (C-9,3 ), 105,0 (C-1 ), 93,7 (C -13), 78,3 (C -18), 47,5 (C -12), 28,3 (C - 14,19,20), 25,9 (C-24), 22,9 (C-15), 22,0 (C-21), 20,4 (C-11), 18,2 (C-25). Evaluasi Biologi. Pada pengujian toksisitas menggunakan udang Artemia salina Leach, sesuai dengan cara yang diuraikan oleh Meyer 4, kedua senyawa (2) dan (3) memperlihatkan toksisitas yang cukup tinggi, masing-masing dengan LC 50 77,5 g/ml and 67,7 g/ml dibandingkan senyawa (1) LC 50 100,6 g/ml. PEMBAASAN Pada ekstraksi kulit batang dihasilkan artonin A ( 1) dan mulberokromen (3), sedangkan pada kulit akar A. fretessi dihasilkan senyawa mulberin (2). Ketiga senyawa ini diperoleh melalui beberapa tahap fraksinasi, diikuti dengan pemilihan fraksi utama berdasarkan analisis kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi partisi. Artonin A (1). Senyawa 1 diperoleh sebagai serbuk berwarna kuning dengan t.l. 249-250 o C dan rumus molekul C 30 30 7. Spektrum IR senyawa 1 menunjukkan adanya serapan untuk gugus hidroksil (3694, 3544 cm -1 ) dan karbonil berkonjugasi (1648 cm -1 ), sedangkan spektrum UV menunjukkan serapan maksimum pada max (log ) 387 (4,19), 296 (4,34), 209 (4,34) nm, yang karakteristik untuk senyawa turunan dihidrobenzosanton, dimana intensitas serapan yang tinggi pada daerah panjang gelombang yang paling besar (pita I, 387 nm) menunjukkan adanya konjugasi maksimum dari cincin B dengan cincin kromen 5. Spektrum 13 C NMR, memperlihatkan tiga puluh sinyal untuk tiga puluh atom karbon. Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disarankan bahwa senyawa 1 adalah suatu flavon jenis dihidrobenzosanton yang mengandung dua substituen prenil. Informasi lebih lanjut mengenai struktur senyawa tersebut, diperoleh dari analisis spektrum 1 dan 13 C NMR. 18 16 7 21 A 5 9 10 23 C (1) 4 2 1' 11 3' B 13 5' 24

Vol 5 No. 1 Beberapa Senyawa Flavon Terprenilasi... Spektrum 1 NMR senyawa 1 memperlihatkan adanya dua singlet metil pada 1,65 dan 1,32 ppm dan sinyal-sinyal proton alifatik untuk sistem ABX pada 3,44 (1, d, J = 15,2 z, -12), 3,21 (1, dd, J = 15,2 dan 7,3 z, -11 ) dan 2,35 ppm (1, t, J = 15,2 z, -11 ), yang mendukung adanya kerangka dihidrobenzosanton. Spektrum 1 NMR senyawa 1 juga menunjukkan adanya sinyal olefinik pada 6,67 (d, J = 10,0) dan 5,71 ppm ( d, J = 10,0), dan sinyal singlet untuk dua gugus metil pada 1,46 ppm yang karakteristik untuk cincin 2,2-dimetilkromen (C -19 dan C-20 C 3 ) (Shieh, 1992). Selanjutnya, spektrum 1 NMR senyawa 1 juga memperlihatkan sederet sinyal pada 1,62 (s) dan 1,79 ppm (brs) untuk dua gugus metil, masing-masing 1 pada 3,61 (dd, J = 14,3 & 7,3 z), 3,42 (dd, J = 14,3 & 7,3 z), dan 1 pada 5,30 ppm (m) yang merupakan ciri khas untuk gugus, -dimetilalil C 3 ) 2 C=C-C 2 -. Selain itu spektrum 1 NMR senyawa 1 juga memperlihatkan adanya sinyal singlet untuk proton aromatik pada 6,40 ppm. Berdasarkan data di atas, maka dapat disarankan bahwa senyawa 1 adalah suatu flavon turunan dihidrobenzosanton yang mengandung cincin 2,2-dimetilkromen dan satu gugus prenil mirip seperti artonin A. Saran tersebut didukung pula oleh data 13 C NMR, dimana terdapat tiga puluh sinyal atom karbon, satu diantaranya adalah untuk karbon karbonil pada 181,6 ppm, enam sinyal karbon oksiaril pada 161,4, 155,2, 156,9, 154,4, 151,4, dan 146,9 ppm, tiga karbon metin vinil pada 116,4, 128,8, dan 123,6 ppm, satu karbon metin alifatik pada 47,5 ppm, dua karbon metilen pada 20,4 dan 22,0 ppm. Selanjutnya pola substitusi pada struktur 1 ditetapkan berdasarkan percobaan MBC. (1) (2) (3) Gambar 1 Artonin A (1), Mulberin (2), dan Mulberokromen (3) Spektrum MBC memperlihatkan korelasi jarak jauh antara sinyal proton pada 3,21 ppm ( -11a) dengan karbon pada 161,4 (C -2), 112,5 (C -3), 181,6 (C -4), 47,5 (C -12), 133,6 ppm (C -6 ) sedangkan sinyal proton pada 2,35 ppm ( -11b) berkorelasi jarak jauh dengan karbon pada 161,4 (C-2), 112,5 (C -3), 47,5 (C -12), 93,7 (C -13), 133,6 ppm (C -6 ), yang menunjukkan adanya substituen prenil pada C-3 yang membentuk cincin dihidrobenzosanton. Begitu pula sinyal proton vinil pada 6,67 ppm (-16) berkorelasi jarak jauh dengan karbon pada 155,2 (C-5), 105,8 (C-6), 156,9 (C- 7), 78,3 ppm (C -18), yang mengindikasikan bahwa substituen prenil yang membentuk cincin 2,2- dimetilkromen terlebur pada C 6 -C 7 dari cincin A, Selanjutnya, substituen prenil yang lain tersubstitusi pada C-8, diperlihatkan oleh adanya korelasi jarak jauh antara sinyal proton pada 3,61 ppm ( -21a) dan karbon pada 156,9 ppm (C -7) dan sinyal proton pada 3,42 ppm ( -21b) yang berkorelasi jarak jauh dengan atom karbon pada 108,2 ppm (C- 8). Tambahan lagi, sinyal proton aromatik singlet pada 6,40 ppm memperlihatkan korelasi jarak jauh dengan sinyal karbon pada 105,0 (C -1 ), 151,4 (C-2 ), 146,9 (C-4 ), dan 137,9 (C -5 ) yang membuktikan bahwa proton tersebut terikat pada C- 3 cincin B. Data MBC ini mengukuhkan bahwa senyawa 1 adalah artonin A. Korelasi MBC yang utama artonin A (1) tercantum pada Gambar 2. Bukti lebih lanjut diperoleh dari pembandingan spektrum 13 C NMR senyawa 1 dengan data dari artonin A yang dilaporkan sebelumnya 6 seperti terlihat pada Tabel 1. 25

Nunuk. Soekamto, Sjamsul A. Achmad dkk Mar. Chim Acta. No. C (1) dlm ppm (multiplisitas, J dlm z) * Tabel 1 Data 13 C NMR artonin A (1) c (1)* (1)** NESY 2-161,4 161,3 - - MBC C 3-112,5 112,6 - - 4-181,6 181,7 - - 5-155,2 154,3 - - 6-105,8 105,9 - - 7-156,9 157,0 - - 8-108,2 108,3 - - 9-105,2 105,0 - - 10-154,4 155,3 - - 1-105,0 105,3 - - 2-151,4 151,5 - - 3 6,40 (s) 105,2 105,4 - C-1, C-5, C-4, C-2 4-146,9 147,0 - - 5-137,9 138,0 - - 6-133,6 133,7 - - 11 3,21 (dd; 15,2 & 7,3) 2,35 (t, 15,2) 20,4 20,5 12 3,44 (d; 15,2) 47,5 47,6-11 -11, -12-15, -11 C-12, C-6, C-3, C-2, C-4 C-12, C-6, C-13, C-3, C-2 C-11, C-14,C-6,C- 13,C-15 13-93,7 93,7 - - 14 1,65 (s) 28,3 28,4-12 C-12, C-13 15 1,32 (s) 22,9 22,9-11 C-12, C-13 16 6,67 (d; 10,0) 116,4 116,4-17 C-18, C-6, C-5, C-7 17 5,71 (d; 10,0) 128,8 128,9-19, 20, -16 C-18, C-6 18-78,3 77,4 - - 19 1,46 (s) 28,3 28,4-17 C-17 20 1,46 (s) 28,3 28,4-17 C-17 21 3,61 (dd; 14,3 & 7,3) -21 22,0 22,0 3,42 (dd; 14,3 & 7,3) -24, -21 22 5,30 (m) 123,6 123,7-24, -21 C-25, C-21 23-131,6 131,7 - - 24 1,62 (brs) 25,9 25,9-21, -22 C-25, C-23, C-22 25 1,79 (brs) 18,2 18,2 - C-22, C-23, C-24 * hasil isolasi diukur dalam aseton-d 6 ** literatur diukur dalam DMS, ano, 1993 C-22, C-23, C-8, C-10, C-7 18 7 16 21 5 23 9 2 10 4 3' 1' 11 5' 13 Dengan cara yang sama, dari data yang ada, disimpulkan bahwa senyawa (2) dan (3), masingmasing adalah norartokarpetin dan mulberokromen seperti tercantum pada Gambar 1. Memperhatikan struktur senyawa-senyawa yang telah ditemukan pada A. fretessi, dapat disarankan biogenesis senyawasenyawa tersebut (Gambar 3). Gambar 2 Korelasi MBC artonin A (1) 26

Vol 5 No. 1 Beberapa Senyawa Flavon Terprenilasi... Siklisasi prenil (C-6) 1. Siklisasi prenil (C-3) 2. Prenilasi (C-8) Gambar 3 Saran biogenesis artonin A (1), mulberin (2) dan mulberokromen (3) pada A. Fretessi Mulberin (2) dan mulberokromen (3) memperlihatkan toksisitas yang cukup tinggi terhadap udang Artemia salina, masing - masing dengan LC 50 77,5 g/ml dan 67,7 g/ml dibandingkan senyawa (1), LC 50 100,6 g/ml. Data ini menunjukkan bahwa adanya substituen isoprenil bebas pada C-3 meningkatkan bioaktivitas. KESIMPULAN Pada penelitian terhadap tumbuhan A. fretessi ini, telah ditemukan 3 senyawa turunan flavon, yaitu artonin A (1), mulberin (2), dan mulberokromen (3). Telah dilaporkan bahwa senyawa (1) ditemukan sebelumnya pada A. heterophyllus 7, sedangkan senyawa (2) dan (3) telah ditemukan sebelumnya pada Morus alba. 8 asil uji bioassay yang dilakukan terhadap udang Artemia salina, memperlihatkan bahwa senyawa (2) dan (3) cukup toksik dengan LC 50 77,5 g/ml and 67,7 g/ml, dibandingkan senyawa (1), LC 50 100,6 g/ml. UCAPAN TERIMA KASI Terima kasih disampaikan kepada Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, UNESC yang memberikan dana untuk penelitian di University of Western Australia dan kepada erbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor yang telah membantu mengidentifikasi spesimen tumbuhan. DAFTAR PUSTAKA Nomura, T. (1988). Phenolic Compounds of the Mulberry Tree and Related Plants, dalam Progress in the Chemistry of rganic Natural Products, erz, W., Grisebach,., Kirby, C.W. dan Tamin, Ch. (Ed), Springer-Verlag, Vienna, 53, 87 Nomura, T. dan ano, Y. (1994). Isoprenoid substituted Phenolic compounds of Moraceous Plants, Nat. Prod. Rep, 11, 205. eyne, K. (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, Departemen Kehutanan, Jakarta Indonesia. 27

Nunuk. Soekamto, Sjamsul A. Achmad dkk Mar. Chim Acta. Meyer, N., Ferrigini, N.R.,Putnam, J.E., Jacobsen, D.E., Nichols, D.E. dan McLaughlin, J.L. (1982), Brine Shrimp: A convinient General Bioassay for Active Plant Constituens, Planta Med. 45, 31 Venkataraman, K. (1975), in The flavonoids (arborne, JB., T.J. Mabry and. Mabry, eds), Chapman and all, London, 267. ano, Y., R. Inami, T. Nomura (1993), Components of the bark of Artocarpus rigida Bl. 2. Structures of four new isoprenylated flavone derivatives, artonins M, N,, and P, eterocycles, 35, 1341-50. Mabry, T.J.; Markham, K.R. dan Thomas, M.B. (1970). The Systematic Identification of Flavonoids, Springer- Verlag, New York. Venkataraman, K. (1976), Recent Dev. Chem. Nat. Carbon Comp., 7 (39), 41-61 28