BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) Artonin E (36) diperoleh berupa padatan yang berwarna kuning dengan titik leleh o C. Artonin E (36) merupakan komponen utama senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam kulit akar Artocarpus scortechinii. Artonin E (36) selain di kulit, juga pernah diisolasi dari kulit batang A. scortechinii. Struktur artonin E ditentukan dari data spektroskopi UV, IR, 1 H dan 13 C NMR. Penentuan struktur juga dibantu dengan membandingkan data senyawa hasil isolasi dengan data literatur. Spektrum ultra violet (UV) dalam metanol senyawa 36 memberikan serapan maksimum pada λ maks 203, 268, dan 348 nm. Spektrum ini menunjukkan ciri khas suatu senyawa flavon dengan adanya dua puncak serapan utama. Serapan pada 268 nm (pita II) menunjukkan serapan sistem benzoil. Serapan pada 348 nm (pita I) menunjukkan karakteristik dari konjugasi sistem sinamoil yaitu adanya karbonil yang berkonjugasi dengan cincin aromatik. Intensitas pita I yang jauh lebih rendah dibanding pita II menunjukkan adanya substituen prenil pada C3. Dengan penambahan pereaksi geser NaH menunjukkan serapan pada λ maks 205 dan 265 nm yang menunjukkan terjadinya pergeseran batokromik dari pita I, hal ini memperlihatkan adanya gugus hidroksi fenolik bebas pada cincin aromatiknya. Penambahan pereaksi geser AlCl 3 menunjukkan serapan pada λ max 203, 277, 476 dan 427 nm (pergeseran batokromik). Pergeseran batokromik setelah penambahan AlCl 3 menunjukkan adanya gugus hidroksi pada C5 yang membentuk kelat dengan gugus karbonil pada C4 atau adanya sistem orto dihidroksi pada cincin aromatik. Penambahan pereaksi geser HCl memperlihatkan serapan pada λ max 203, dan 427 nm yang memperlihatkan serapan kembali ke semula sebelum penambahan AlCl 3, hal ini menunjukkan adanya gugus orto dihidroksi. Spektrum UV menunjukkan bahwa senyawa ini adalah suatu flavon terprenilasi pada C3 yang memiliki orto dihidroksi.

2 Spektrum IR dari senyawa artonin E (36) memperlihatkan adanya gugus fungsi utama dari senyawa flavon, yaitu sinyal serapan pada bilangan gelombang 3427 cm -1 merupakan serapan khas dari gugus hidroksi, serapan tajam pada bilangan gelombang 1652 cm -1 menunjukkan serapan khas karbonil terkonjugasi, sementara serapan pada bilangan gelombang 2981 dan 2913 cm -1 merupakan serapan dari vibrasi ulur C-H alifatis yang menunjukkan ciri adanya gugus isoprenil, sedangkan serapan pada bilangan gelombang 1604 dan 1461 cm -1 menunjukkan adanya gugus aromatik. Spektrum 1 H NMR memperlihatkan adanya ciri khas senyawa flavon yaitu sinyal untuk proton hidroksi pada C5 yang membentuk kelat dengan gugus karbonil pada C4 yaitu sinyal singlet pada 13,24 ppm. Tiga sinyal singlet pada 1,42 ppm (6H); 1,45 ppm (3H) dan 1,56 ppm (3H) menunjukkan adanya empat gugus metil yang berasal dari dua gugus isoprenil yang terikat pada flavon. Satu sinyal yang mewakili dua metil yang identik menunjukkan bahwa salah satu gugus isoprenil telah termodifikasi membentuk cincin kromen. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua sinyal doblet yang saling berkopling yaitu pada 6,59 ppm (1H, J=10,0 Hz) dan 5,64 ppm (1H, J=10,0 Hz). Harga kopling konstan dua sinyal ini merupakan ciri khas adanya dua proton visinal vinilik yang berada pada posisi cis. Sinyal proton aromatik ditunjukkan dengan adanya tiga sinyal singlet pada 6,87; 6,58 dan 6,14 ppm. Satu sinyal merupakan proton pada cincin A, sedangkan dua sinyal lain adalah proton pada cincin B yang terletak pada posisi para, yang menunjukkan bahwa pada cincin B senyawa ini memiliki tiga hidroksi pada posisi 2, 4 dan 5. Dua sinyal yang lain adalah satu sinyal multiplet pada 5,12 ppm (1H) dari proton vinilik dan satu sinyal doblet pada 3,14 ppm (2H, J=6,8 Hz) dari gugus metilen. Kedua proton tersebut saling berkopling yang menunjukkan ciri khas dari gugus isoprenil yang bebas. Dari data di atas dan data pembanding maka disarankan bahwa senyawa flavon ini terisoprenilasi pada C3 dan C8, dimana isoprenil pada C8 mengalami siklisasi membentuk cincin kromen. 38

3 Tabel IV.1 Perbandingan data 1 H dan 13 C NMR artonin E (36) hasil isolasi dengan standar. δ H artonin E (36) ppm (multiplisitas, J Hz) δ C Artonin E (36) (ppm) No C Standar (metanol-d4, 300 MHz)* Hasil isolasi (aseton-d6, 500 MHz) Standar (metanol-d4, 75 MHz)* Hasil isolasi (aseton-d6, 125 MHz) ,7 162, , ,9 183,2 4a ,9 105, ,3 162,1 6 6,2 (1H, s) 6,14 (1H, s) 100,1 99, ,0 159, ,2 101,6 8a ,8 153, ,8 111, ,1 149,7 3 6,40 (1H, s) 6,58 (1H, s) 104,7 104, ,0 149, ,5 138,9 6 6,68 (1H, s) 6,87 (1H, s,) 117,2 116,9 9 3,11 (2H, d, J= 7) 3,14 (2H, d, J= 6,8) 24,9 24,6 10 5,06 (1H, m) 5,12 (1H, m) 122,6 122, ,0 132,3 12 1,42 (3H, s) 1,45 (3H, s) 25,9 25,8 13 1,6 (3H, s) 1,56 (3H, s) 17,6 17,6 14 6,62 (1H, d, J= 10) 6,59 (1H, d, J= 10,0) 115,8 115,4 15 5,58 (1H, d, J= 10) 5,64 (1H, d, J= 10,0) 128,2 127, ,1 78,7 17/18 1,41 (6H, s) 1,42 (6H, s) 28,4 28,2 5-H - 13,24 (1H, s,) *(Suhartati, 2001) Data spektrum 13 C NMR memperlihatkan adanya 24 sinyal dengan satu sinyal mewakili dua karbon. Spektrum 13 C NMR APT memperlihatkan dengan jelas jenis-jenis karbon yang terdapat pada senyawa ini. Sinyal berlawanan arah dengan pelarut merupakan sinyal untuk karbon yang mengikat proton berjumlah ganjil (CH atau CH 3 ), sedangkan karbon kuarterner dan karbon yang mengikat proton berjumlah genap sinyalnya searah pelarut. Sinyal pada 183,2 ppm menunjukkan adanya gugus karbonil yang terkonjugasi. Tiga sinyal pada 25,8; 17,6 dan 28,2 ppm menunjukkan adanya empat gugus metil. Sinyal pada 24,6 ppm merupakan sinyal dari gugus CH 2, sedangkan sinyal pada 78,7 menunjukkan gugus karbon oksialifatik. Tujuh sinyal pada 162,6 ; 162,1; 159,9; 153,2 ; 149,7; 149,4 dan 39

4 138,9 ppm menunjukkan ciri khas karbon oksiaril, sedangkan lima sinyal pada 132,3; 121,6; 111,3; 105,5 dan 101,6 ppm menunjukan karbon alkena kuarterner. Sinyal pada 99,6; 122,4; 115,4; 127,9; 104,6 dan 116,9 ppm menunjukkan adanya enam karbon metin yang sesuai dengan spektrum 1 H NMR. Hasil spektrum di atas setelah dibandingkan dengan data dari standar (Suhartati, 2001) didapatkan senyawa dengan struktur yang telah dikenal sebagai artonin E (36) H H ' 4' 5' H H 13 IV.2 Artonin V (38) Senyawa artonin V (38) diperoleh sebagai padatan berwarna kuning dengan titik leleh o C. Penemuan senyawa artonin V dalam spesies A. scortechinii merupakan penemuan penting mengingat senyawa ini merupakan salah satu prekursor untuk biosintesis senyawa-senyawa prenil flavon dengan tiga oksigenasi pada cincin B. Senyawa ini pertama kali ditemukan dalam spesies A. altilis dan belum pernah ditemukan dalam spesies lain sebelumnya. Struktur artonin V ditentukan dari data spektroskopi UV dan 1 H NMR. Spektrum ultra violet (UV) senyawa ini dalam metanol memberikan serapan maksimum pada λ maks 203, 268 dan 347 nm. Spektrum UV dalam metanol senyawa artonin V (38) jika dibandingkan dengan spektrum UV artonin E (36) memiliki ciri yang mirip yaitu mengalami pergeseran pergeseran batokromik setelah penambahan pereaksi geser NaH atau AlCl 3. Penambahan pereaksi geser HCl juga menunjukkan pola spektrum yang sama yaitu kembali ke keadaan semula sebelum penambahan pereaksi geser AlCl 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai kerangka yang mirip dengan artonin E (36). Ciri-ciri kerangka yang mirip tersebut antara lain sama-sama flavon terprenilasi bebas pada C3 dengan orto dihidroksi pada cincin B. 40

5 Spekrum 1 H NMR senyawa artonin V (38) menunjukkan dengan jelas suatu flavon dengan adanya sinyal singlet pada 13,08 ppm. Perbandingan spektrum 1 H NMR senyawa artonin V (38) dengan artonin E (36) menunjukkan perbedaan pada geseran kimia daerah aromatik atau alkana. Spektrum artonin V (38) tidak menunjukkan adanya dua sinyal doblet dari dua proton vinilik yang saling berkopling. Hal ini menunjukkan tidak adanya cincin kromen pada senyawa ini. Sinyal multiplet justru ada dua yang muncul pada 5,19 ppm (1H) dan 5,12 ppm (1H), berbeda dengan artonin E yang hanya satu sinyal. Kedua sinyal multiplet ini saling berkopling dengan dua sinyal doblet pada geseran kimia 3,35 ppm (2H, J=7,3 Hz) dan 3,13 ppm (2H, J=6,75 Hz). Kedua sinyal yang saling berkopling tersebut menunjukkan adanya dua gugus isoprenil bebas yang juga ditunjukkan empat sinyal metil pada geseran kimia 1,59 ppm (3H, s); 1,57 ppm (3H, s); 1,56 ppm (3H, s) dan 1,44 ppm (3H, s). Struktur senyawa artonin V (38) setelah dibandingkan dengan data kerangka senyawa yang mirip disarankan adalah suatu flavon terisoprenilasi bebas pada C3 dan C8. Tabel IV.2 Perbandingan data 1 H artonin V (38) hasil isolasi dengan artonin E (36) dan artelastisinol (40) No H Artonin E (36) hasil isolasi (aseton-d6, 500 MHz) δ H ppm (multiplisitas, J Hz) 3 6,58 (1H, s) 6,58 (1H, s) 6 6,87 (1H, s,) 6,83 (1H, s) 9 3,14 (2H, d, J= 6,8) 3,13 (2H, d, J=6,8) 10 5,12 (1H, m) 5,12 (1H, m, H-10) 12 1,45 (3H, s) 1,44 (3H, s, H-12) 13 1,56 (3H, s) 1,57 (3H, s, H-13) Artonin V (38) hasil isolasi (aseton-d6, 500 MHz) Artelastisinol (40) standar (CDCl 3, 400 MHz)* 5-H brs 13,08 (1H, s) (1H, s, 6,30 (1H, s, H-6) (2H, d, J=6,4) 3,35 (2H, d, J=7,3) (1H, t, J= 6,4) 5,19 (1H, m ) (3H, s) 1,56 (3H, s) (3H, s) 1,59 (3H, s) *(Ko, 2005) Artonin V (38) hasil isolasi (aseton-d6, 500 MHz) 41

6 H H H H H 38 IV.3 Sikloartobiloksanton (72) Sikloartobiloksanton (72) diperoleh sebagai padatan berwarna kuning dengan titik leleh o C. Senyawa ini sebelumnya juga pernah diisolasi dari kulit batang A. scortechinii. Senyawa ini pertama kali diisolasi dari A. nobilis yang merupakan satu-satunya spesies Artocarpus yang endemik dari Srilanka (Sultanbawa, 1989). Penemuan ini menunjukkan bahwa tingkat kekerabatan kedua spesies cukup dekat. Struktur siklortobiloksanton (72) ditentukan dengan data-data spektrum UV, IR dan 1 H NMR, juga dibandingkan dengan data senyawa dalam literatur. Spektrum ultra violet (UV) siklortobiloksanton (72) dalam metanol memberikan pola serapan yang mirip dengan spektrum UV artonin E (36), penambahan pereaksi geser NaH atau AlCl 3 juga menunjukkan pergeseran batokromik. Perbedaan yang penting adalah pada spektrum UV setelah penambahan pereaksi geser HCl. Spektrum UV siklortobiloksanton (72) setelah penambahan pereaksi geser AlCl 3 dan HCl menunjukkan spektrum tidak kembali ke sebelum penambahan AlCl 3. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklortobiloksanton (72) tidak ada sistem orto dihidroksi pada cincin B. Spektrum infra merah senyawa siklortobiloksanton (72) juga menunjukkan cir senyawa flavon. Serapan gugus hidroksi ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang cm -1. Serapan gugus karbonil terkonjugasi muncul pada bilangan gelombang 1653 cm -1 dan ikatan rangkap aromatik muncul pada bilangan gelombang cm -1. Gugus prenil yang terikat pada senyawa flavon ini ditunjukkan oleh serapan pada bilangan gelombang 2974 dan 2929 cm -1, sinyal ini merupakan serapan dari vibrasi ulur ikatan C-H alifatik. 42

7 Spekrum 1 H NMR senyawa sikloartobiloksanton (72) jika dibandingkan dengan spektrum 1 H NMR artonin E (36) menunjukkan beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan sinyal adalah pada jumlah metil yaitu empat menunjukkan adanya dua gugus isoprenil pada C3 dan C8. Gugus isoprenil pada C8 seperti pada artonin E (36) juga menunjukkan telah membentuk cincin kromen. Perbedaan spektrum 1 H NMR antara lain pada jumlah proton aromatik. Sinyal proton aromatik pada sikloartobiloksanton hanya berjumlah dua yaitu pada geseran kimia 6,38 ppm (1H, s) dan 6,10 ppm (1H, s) berbeda dengan sinyal proton aromatik pada artonin E yang berjumlah tiga. Hal ini menunjukkan salah satu karbon aromatik pada cincin B telah mengikat gugus lain. Perbedaan yang lain adalah dua sinyal pada geseran kimia 3,39 ppm (1H, dd, J=15,3 dan 7,4 Hz) dan 3,17 ppm (1H, dd, J=15,3 dan 7,4 Hz) berkopling dengan satu proton pada geseran kimia 2,33 ppm (1H, t, J=15,3 Hz), menunjukkan adanya dua proton geminal. Hal ini menunjukkan bahwa gugus isoprenil telah mengalami siklisasi membentuk ikatan karbon-karbon antara C10 dengan C6. Karbon pada C11 juga telah mengikat salah satu gugus hidroksi pada C5 membentuk cincin furan karena tidak ditemukan lagi sinyal proton pada C11 pada spektrum 1 H NMR. Perbandingan data spektrum senyawa hasil isolasi dengan sikloartobiloksanton (72) standar (Sultanbawa 1989) menunjukkan bahwa struktur senyawa hasil isolasi disarankan adalah sikloartobiloksanton (72). Tabel IV.3 Perbandingan data 1 H NMR sikloartobiloksanton (72) standar dengan hasil isolasi. H No δ H ppm (multiplisitas, J dalam Hz) sikloartobiloksanton (72) Standar (aseton-d 6, 200 MHz)* Hasil isolasi (aseton-d 6, 500 MHz) 5-H 13,33 (s) 13,36 (s) 14 6,92 (d, J=10,0) 6,89 (d, J=10,0) 3 6,43 (s) 6,38 (s) 6 6,14 (s) 6,1 (s) 15 5,64 (d, J=10,0) 5,64 (d, J=10,0) 9 3,43 (dd, J=7,0 dan 14,0) 3,4 (dd, J=7,4 dan 15,3) 9 3,21 (dd, J=7,0 dan 14,5) 3,17 (dd, J=7,4 dan 15,3) 10 2,36 (t, 14,5) 2,33 (t, 15,3) 13 1,67 (s) 1,64 (s) 18 1,47 (s) 1,44 (s) 17 1,47 (s) 1,43 (s) 12 1,34 (s) 1,30 (s) *(Sultanbawa, 1989) 43

8 H H H 72 IV.4 Artoindonesianin Z-5 (100) Artoindonesianin Z-5 (100) diperoleh sebagai padatan kuning dengan titik leleh o C dan [α] D = -18,0 (c 0,1; DMS). Senyawa ini merupakan senyawa kedua dengan kerangka piranodihidrobenzosanton setelah artoindonesianin Z-2 (76). Artoindonesianin Z-5 (100) sebelumnya diisolasi dari kulit batang A. lanceifolius (Mustapha, 2007 submitted). Struktur senyawa artoindonesianin Z-5 (100) ditentukan berdasarkan data-data spektroskopi UV, IR dan 1 H NMR disertai data pembanding dari literatur. Spektrum ultra violet (UV) senyawa artoindonesianin Z-5 (100) dalam metanol mirip denga spektrum UV sikloartobiloksanton (72), yaitu sama-sama mengalami pergeseran batokromik setelah penambahan pereaksi geser NaH atau AlCl 3. Spektrum UV senyawa artoindonesianin Z-5 (100) setelah penambahan pereaksi geser HCl juga menunjukkan spektrum kembali ke semula sebelum penambahan pereaksi geser AlCl 3. Dari spektrum UV menunjukkan senyawa artoindonesianin Z-5 (100) memiliki kerangka yang mirip dengan sikloartobiloksanton (72) yaitu suatu flavon terisoprenilasi pada C3 yang telah mengalami modifikasi pada cincin B dimana senyawa ini tidak memiliki sistem orto dihidroksi. Spektrum infra merah senyawa artoindonesianin Z-5 (100) memperlihatkan gugus-gugus utama suatu senyawa flavon terprenilasi. Serapan gugus hidroksi ditunjukkan oleh sinyal melebar pada bilangan gelombang 3346 cm -1. Serapan gugus karbonil terkonjugasi muncul pada bilangan gelombang 1653 cm -1 dan ikatan rangkap C=C aromatik muncul pada bilangan gelombang cm -1. Gugus prenil yang terikat pada senyawa flavon ini ditunjukkan oleh sinyal serapan pada bilangan gelombang 2974 cm -1, sinyal ini merupakan serapan dari vibrasi ulur dari ikatan C-H alifatik. 44

9 Spektrum 1 H NMR artoindonesianin Z-5 (100) jika dibandingkan dengan spektrum 1 H NMR sikloartobiloksanton (72) menunjukkan kemiripan pada sinyal daerah aromatik yaitu dua sinyal singlet dan dua sinyal doblet yang saling berkopling. Hal ini menunjukkan adanya cincin kromen dari gugus isoprenil pada C8 dengan hidroksi pada C7 dan ciri kerangka dihidrobenzosanton dimana satu karbon aromatik pada cincin B membentuk ikatan dengan salah satu karbon dari gugus isoprenil pada C3. Perbedaan spektrum 1 H NMR kedua senyawa terlihat pada jumlah metil, sikloartobiloksanton (72) memiliki empat sinyal metil singlet sedangkan artoindonesianin Z-5 (100) hanya memiliki tiga gugus metil yang ditunjukkan oleh dua sinyal singlet pada geseran kimia 1,4 ppm (3H) dan 1,38 ppm (3H) dan satu sinyal doblet pada geseran kimia 1,07 ppm (3H, J=6,7 Hz). Sinyal proton metil ini berkopling dengan sinyal proton pada C11 pada geseran kimia 1,6 ppm (m). Hal ini menunjukkan bahwa pada C11 terikat satu proton yang juga menunjukkan bahwa pembentukan siklik tambahan pada struktur artoindonesianin Z-5 (100) tidak menggunakan karbon pada C11 tetapi menggunakan atom karbon pada C12 dari isoprenil dengan gugus hidroksi pada C5 pada cincin B membentuk cincin piran. Sinyal dari satu proton pada geseran kimia 4,83 ppm (1H, m) ditinjau dari nilai geseran kimianya menunjukkan bahwa C12 juga mengikat satu gugus hidroksi. Gugus hidroksi ini ditunjukkan oleh sinyal doblet pada 7,07 ppm (1H, J=7,9 Hz). Perbandingan data spektrum 1 H NMR senyawa artoindonesianin Z-5 (100) hasil isolasi dengan standar menunjukkan kesesuaian struktur senyawa yang disarankan sebagai artoindonesianin Z-5 (100). H H H H H

10 Tabel IV.4 Perbandingan data 1 H NMR senyawa artoindonesianin Z-5 hasil isolasi dengan standar No H δ H ppm (multiplisitas, J dalam Hz) artoindonesianin Z-5 (100) Standar (DMS-d6, 400 MHz)* 5-H 13,34 (s) 13,29 (s) 4 -H 10,00 (s) 9,95 (s) 2 -H 9,84 (s) 9,79 (s) 12-H 7,11 (d, J= 7,6) 7,07 (d, J=7,9) 14 6,84 (d, J= 10,0) 6,81 (d, J=9,8) 3 6,43 (s) 6,40 (s) 6 6,17 (s) 6,12 (s) 15 5,72 (d, J=10,0) 5,68 (d, J=9,8) 12 4,87 (dd, J=8,0 dan 7,6) 4,83 (m) 9 3,17 (dd, J=15,2 dan 5,2) 1,88 (t, J= 15,2) 10 2,58 (ddd, J=15,2; 10,2 dan 5,2) 2,54 (m) 11 1,65 (ddq, J=10,2; 8,0 dan 6,4) 1,6 (m) 17 1,44 (s) 1,40 (s) 18 1,42 (s) 1,38 (s) 13 1,10 (d, J=6,4) 1,07 (d, J=6,7) * ( Mustapha, 2007 submitted) Hasil isolasi (DMS-d6, 500 MHz) 3,13 (dd, J=15,3 dan 4,8 ) 1,84 (t, J=15,3) IV.5 12-Hidroksiartonin E (37) Senyawa 12-hidroksiartonin E (37) diperoleh sebagai padatan berwarna kuning dengan titik leleh o C. Senyawa ini pertama kali diisolasi dari bagian ranting A. lanceifolius (Cao, 2003). Penentuan struktur 12-hidroksiartonin E (37) menggunakan data spektrum UV, IR dan 1 H NMR juga dengan perbandingan data senyawa ini dari literatur. Spektrum UV dalam metanol senyawa 12- hidroksiartonin E (37) menunjukkan persamaan pola dengan spektrum UV artonin E. Ciri khas senyawa flavon terprenilasi pada C3 dengan adanya sistem orto dihidroksi ditunjukkan oleh puncak pada pita I yang lebih rendah dari pita II. Pergeseran batokromik setelah penambahan pereaksi geser NaH atau AlCl 3 menunjukkan suatu senyawa flavon. Adanya sistem orto dihidroksi ditunjukkan oleh spktrum UV setelah penambahan pereaksi geser HCl dimana spektrum tidak kembali ke semula. Spektrum infra merah senyawa 12-hidroksiartonin E (37) menunjukkan adanya serapan gugus hidroksi yang ditunjukkan oleh serapan pada bilangan gelombang 3331 cm -1. Adanya gugus prenil pada senyawa ini ditunjukkan adanya serapan ikatan C-H alkana pada bilangan gelombang 2974 cm -1. Gugus karbonil terkonjugasi ditunjukkan oleh serapan pada bilangan 46

11 gelombang 1654 cm -1. Sementara serapan ikatan karbon-karbon aromatik ditunjukkan oleh serapan pada bilangan gelombang 1550 dan 1598 cm -1. Spektrum 1 H NMR senyawa 12-hidroksiartonin E (37) memiliki pola yang mirip dengan spektrum 1 H NMR senyawa artonin E (36). Satu sinyal singlet pada geseran kimia 13,09 ppm merupakan ciri senyawa flavon yaitu adanya gugus hidroksi pada C5 yang membentuk kelat dengan gugus karbonil pada C4. Pola spektrum yang mirip dengan spektrum senyawa artonin E (36) adalah adanya tiga sinyal singlet pada geseran kimia daerah aromatik (6,94; 6,59 dan 6,15 ppm) yang menunjukkan ciri khas senyawa flavon yang teroksigenasi 2, 4 dan 5 pada cincin B. Ciri khas yang lain adalah dua sinyal doblet yang saling berkopling pada geseran kimia 6,62 ppm (1H, J= 10,0 Hz,) dan 5,66 ppm (1H, J= 10,0 Hz) menunjukkan adanya gugus prenil pada C8 yang telah mengalami siklisasi membentuk cincin kromen. Sinyal berikutnya yang mirip adalah sinyal triplet pada geseran kimia 5,29 ppm (1H, J= 7,3 Hz) yang berkopling dengan sinyal doblet pada 3,22 ppm (2H, J= 7,3 Hz) yang menunjukkan adanya gugus prenil yang terikat pada C3 dimana gugus prenil ini dipastikan belum mengalami siklisasi dengan hidroksi atau karbon pada cincin B. Satu-satunya perbedaan dengan spektrum 1 H NMR artonin E (36) adalah sinyal yang menunjukkan gugus metil. Spektrum senyawa ini memliki satu sinyal singlet pada geseran kimia 1,71 ppm (3H) yang menunjukkan satu gugus metil dan satu sinyal singlet lagi pada geseran kimia 1,44 ppm (6H) yang menunjukkan dua gugus metil. Gugus metil yang sama berasal dari gugus isoprenil pada C8 yang mengalami siklisasi membentuk cincin kromen. Sedangakan satu metil lagi berasal dari gugus isoprenil yang terikat pada C3. Satu sinyal yang membedakan dengan spektrum 1 H NMR adalah pada geseran kimia 4,04 ppm (2H, br s) yang dipastikan berasal dari gugus metil yang telah mengalami oksidasi membentuk gugus alkohol. Hal ini karena multiplisitas sinyal ini yang singlet tapi melebar dan nilai geseran kimianya yang sebesar 4,04 memperlihatkan ciri gugus metilen yang mengikat hidroksi. Data spektrum senyawa 12-hidroksiartonin E (37) hasil isolasi dibandingkan dengan data senyawa yang telah dikenal sebelumnya menunjukkan persamaan yang jelas dari struktur yang disarankan. 47

12 H H H H 37 H Tabel IV.5 Perbandingan data 1 H NMR 12-hidroksiartonin E (37) hasil isolasi dengan standar. δ H ppm 12-hidroksiartonin E (37) (multiplisitas, J dalam Hz) No H Standar (CDCl 3, 500 Mhz)* Hasil isolasi (aseton-d 6, 500 MHz) 5-H - 13,09 (1H, s,) 6 7,04 (1H, s) 6,94 (1H, s,) 14 6,62 (1H, d, J= 10,0) 6,62 (1H, d, J= 10,0) 3 6,62 (1H, s) 6,59 (1H, s) 6 6,28 (1H, s) 6,15 (1H, s) 15 5,56 (1H, d, J= 10,0) 5,66 (1H, d, J= 10,0) 10 5,06 (1H, t, J=7,7) 5,29 (1H, t, J=7,3) 12 4,30 (2H, br s) 4,04 (2H, br s) 9 3,27 (2H, d, J= 7,7) 3,22 (2H, d, J= 7,3) 13 1,89 (3H, s) 1,71 (3H, s) 17/18 1,47 (6H, s) 1,44 (6H, s) * (Cao, 2003) IV.6 Hubungan Biogenesis Senyawa Hasil Isolasi Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi lima senyawa flavon terprenilasi dari kulit akat A. scortechinii, yaitu artonin E (36), artonin V (38), sikloartobiloksanton (72), artoindonesianin Z-5 (100) dan 12-hidroksiartonin E (37). Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga senyawa tambahan yang sebelumnya belum pernah diisolasi dari spesies A. scortechinii, yaitu artonin V (38), artoindonesianin Z-5 (100) dan 12-hidroksiartonin E (37). Artonin V (38) sebelumnya baru sekali dilaporkan diisolasi dari kulit akar A. altilis. Artoindonesianin Z-5 juga baru sekali dilaporkan diisolasi dari kulit batang A. lanceifolius (Mustapha, 2007 submitted), sedangkan 12-hidroksiartonin E (37) 48

13 juga baru sekali dilapokan diisolasi dari ranting A. lanceifolius (Cao, 2003). Senyawa artonin V (38) cukup menarik dari sisi biogenesis karena merupakan prekursor senyawa-senyawa turunan flavon terprenilasi, terutama senyawa flavon yang terprenilasi pada C3 dan C8 dengan pola oksigenasi C2, C4 dan C5 pada cincin B. Sementara senyawa turunan yang lazim yaitu artonin E ditemukan pada banyak spesies Artocarpus terutama dari subgenus Artocarpus. Artoindonesiain Z-5 (100) dan 12-hidroksiartonin E (37) yang diisolasi dari A. scortechinii merupakan penemuan kedua senyawa ini yang sebelumya juga diisolasi dari kulit batang dan ranting A. lanceifolius. Hal ini sangat menarik karena dari penelitian sebelumnya beberapa senyawa flavon yang telah diisolasi juga terdapat dalam kedua spesies. Artoindonesianin Z-5 (100) merupakan senyawa dengan tingkat oksidasi tertinggi. Senyawa ini termasuk piranodihidrobenzosanton kedua setelah artoindonesianin Z-2 (76). Senyawa 12- hidroksiartonin E (37) yang ditemukan dari A. scortechinii dan A. lanceifolius menambah daftar senyawa yang sama-sama diisolasi dari kedua spesies. Adanya senyawa turunan isoprenil flavon dan piranodihidrobenzosanton yang sama-sama ditemukan dalam kedua spesies menunjukkan bahwa spesies A. scortechinii memiliki tingkat kekerabatan yang dekat dengan A. lanceifolius. Jalur biogenesis senyawa flavon dengan kerangka dihidrobenzosanton seperti artobiloksanton (65) dan sikloartobiloksanton (72) pernah diusulkan (Sultanbawa, 1989). Dari literatur ini diusulkan adanya dua senyawa antara yaitu flavon dengan trihidroksi pada cincin B yang belum terprenilasi dan senyawa yang sekarang dikenal sebagai artonin V (38). Beberapa jalur biogenesis telah pula diusulkan untuk senyawa sikloartobiloksanton (72) dan artobiloksanton (65) dari artonin E (36), dan senyawa artonol A (81) dan B (80) dari artobiloksanton (65) (Nomura, 1998). Jalur biogenesis senyawa-senyawa yang terdapat dalam A. scortechinii seperti artoindonesianin C (79), artonol A (81), artonol B (80) dan senyawa kelompok piranodihidrobenzosanton telah pula diusulkan (Hakim, 2006). Senyawa piranodihidrobenzosanton yang sebelumnya hanya dilaporkan terdapat dalam A. lanceifolius dalam penelitian ini juga ditemukan dalam A. scortechinii. 49

14 Beberapa usulan biogenesis di atas jika digabungkan dengan senyawa-senyawa yang diperoleh dalam penelitian ini menghasilkan seperti skema usulan biogenesis dibawah: H H H H H H H 81 H H 72 H H H H H CMe H H H H H H H H 79 H 65 H H H H H H H H H 36 H 37 H Gambar IV.1 Skema usulan biogenesis senyawa dari A. scortechinii yang berasal dari artonin E (36) (Sultanbawa, 1989; Nomura, 1998; Hakim, 2006) 50

15 H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H 38 H H H H H H H H H 27 Gambar IV.2 Skema usulan biogenesis senyawa dari A. scortechinii yang berasal dari noratokarpetin (27) (Nomura, 1989; Hakim, 2006) IV.6 Hubungan Struktur dan Aktivitas Senyawa Hasil Isolasi Kelima senyawa yang diisolasi telah diukur bioaktivitasnya terhadap sel murine leukemia P-388. Keaktivan senyawa berdasarkan standar nilai IC 50 dalam μg/ml dimana nilai kurang dari dua bersifat sangat aktif, dua sampai empat bersifat aktif dan lebih dari empat tidak aktif (Alley, 1988). Empat senyawa yaitu artonin E (36) artonin V (38), 12-hidroksiartonin E (37) dan artoindonesianin Z-5 (100) menunjukkan aktivitas sitotoksik sangat aktif. Sikloartobilosanton (72) bersifat tidak aktif. Tiga senyawa yang sangat aktif yaitu artonin E (36) artonin V (38) dan 12-hidroksiartonin E (37) memiliki struktur yang mirip yaitu gugus isoprenil bebas pada C3. Perbedaan antara senyawa 36, 37 dan 38 yaitu pada jumlah gugus 51

16 hidroksi, artonin E (36) memiliki empat gugus hidroksi sedangkan artonin V (38) dan 12-hidroksiartonin E (37) memiliki lima gugus hidroksi. Artoindonesianin Z- 5 (100) juga memiliki empat gugus hidroksi namun gugus isoprenil pada C3 telah mengalami modifikasi membentuk kerangka piranodihidrobenzosanton. Perbandingan data aktivitas sitotoksik terhadap senyawa dengan kerangka yang serupa dengan artonin E (36) menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas yang tinggi dalam menghambat pertumbuhan sel murine leukemia P-388. Sikloartobiloksanton (72) memiliki tiga gugus hidroksi sedangkan gugus isoprenilnya membentuk kerangka furanodihidrobenzosanton. H H H H H H H H H H H H 36 IC 50 = 0,6 μg/ml 38 IC 50 = 1,1 μg/ml 72 IC 50 = 4,6 μg/ml H H H H H H H H H H 100 IC 50 = 1,8 μg/ml 37 IC 50 = 1,7 μg/ml Senyawa artoindonesianin Z-5 bersifat sangat aktif dengan nilai IC 50 =1,8 μg/ml. Senyawa dengan kerangka piranodihidrobenzosanton yang lain yaitu artoindonesianin Z-2 (73) memiliki nilai IC 50 =1,6 μg/ml menunjukkan nilai aktivitas kedua senyawa yang tidak begitu jauh berbeda. Jadi adanya gugus prenil pada C8 pada senyawa artoindonesianin Z-5 (100) tidak terlalu berpengaruh pada bioaktivitasnya. Sikloartobiloksanton (72) yang tidak aktif berbeda dengan artoindonesianin Z-5 (100) yang sangat aktif. Struktur kedua senyawa ini hanya berbeda pada cincin furan sikloartobiloksanton (72) dengan cincin piran pada artoindonesianin Z-5 (100) yang mengikat satu gugus hidroksi. Senyawa-senyawa 52

17 dengan kerangka yang mirip dengan artonin E (36) tetapi tidak memiliki gugus prenil pada C8 menunjukkan perbedaan bioaktivitas yang besar. Artoindonesianin Q (41) dan R (42) memiliki nilai sitotoksiksitas IC 50 =18,7 dan 15,9 μg/ml. Dua gugus hidroksi pada artoindonesianin Q (41) telah menjadi metoksi, sedangkan pada artoindonesianin R (42) memiliki tiga metoksi. 53

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar dari Artocarpus elasticus telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavon terprenilasi yaitu artokarpin (8) dan sikloartokarpin (13). Penentuan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Artokarpin (35)

4 Pembahasan Artokarpin (35) 4 Pembahasan Pada penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar tumbuhan Kelewih (A. communis) telah berhasil diisolasi dua senyawa turunan flavonoid, yaitu artokarpin (35), dan kudraflavon C (77). Kedua

Lebih terperinci

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut 4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58)

4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58) 4 Pembahasan Pada penelitian ini tiga senyawa metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari dan Desmodium triquetrum Linn. Senyawa tersebut antara lain asam p-hidroksi benzoat (58) dan kaempferol (33),

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi

Lebih terperinci

berdasarkan cpdna tersebut spesies Artocarpus dibedakan berdasarkan tingkat filogenetiknya. Tiga spesies penting di Indonesia (berdasarkan kelangkaan

berdasarkan cpdna tersebut spesies Artocarpus dibedakan berdasarkan tingkat filogenetiknya. Tiga spesies penting di Indonesia (berdasarkan kelangkaan Bab I Pendahuluan Artocarpus merupakan salah satu genus utama dalam famili Moraceae selain Morus dan Ficus. Genus ini tumbuh di wilayah Indonesia, Asia Selatan, Papua Nugini, dan Pasifik Selatan (Lemmens,

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2

Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2. Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Senyawa 1 C7H8O2 Spektrum IR senyawa C7H8O2 Spektrum 1 H NMR senyawa C7H8O2 Spektrum 13 C NMR senyawa C7H8O2 Jawaban : Harga DBE = ½ (2C + 2 - H - X + N) = ½ (2.7 + 2-8 - 0 + 0) = ½ (16-8) = 4 Data spektrum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

A PRENYLATED FLAVONE FROM THE HEARTWOOD OF Artocarpus scortechinii King (Moraceae)

A PRENYLATED FLAVONE FROM THE HEARTWOOD OF Artocarpus scortechinii King (Moraceae) 46 Indo. J. Chem., 2009, 9 (), 46-50 A PRENYLATED FLAVNE FRM THE HEARTWD F Artocarpus scortechinii King (Moraceae) Flavon Terprenilasi dari Kayu Batang Artocarpus scortechinii King (Moraceae) Study Program

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 4 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Tinjauan Umum Famili Moraceae Moraceae adalah famili tumbuhan yang terdiri dari sekitar 60 genus, dan hampir 1400 spesies, termasuk tiga genus penting yaitu Morus, Ficus,

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon

HASIL. Tabel 1 Rendemen sintesis resasetofenon metode Cooper et al. (1955) Sintesis 1,3-Diketon 3 Sintesis 1,3-Diketon Kira-kira 1 mmol dibenzoil resasetofenon dilarutkan dengan 4 ml piridina lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Sementara itu, sekitar 3 mmol KOH 85% digerus dalam mortar yang

Lebih terperinci

Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus

Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-75 Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus Amalia Zafitri dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan N-METIL LAUROTETANIN DAN BOLDIN, DUA SENYAWA TURUNAN ALKALOID APORFIN DARI Cryptocarya tawaensis Merr (Lauraceae) Fera Kurniadewi a, Yana M. Syah b, Lia D. Juliawaty b dan Euis H. Hakim b a Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil

Lebih terperinci

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,

Lebih terperinci

Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus

Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-61 Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus Lita Amalia dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 ASIL DA PEMBAASA ilai e-docking dan Log P Senyawa Analog UK-3A E-docking program ArgusLab 4,0 digunakan untuk melihat kesesuaian antara senyawa aktif (ligan) dengan reseptor (protein/ligan) secara in

Lebih terperinci

BEBERAPA SENYAWA FLAVON TERPRENILASI DARI ARTOCARPUS FRETESSI HASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN

BEBERAPA SENYAWA FLAVON TERPRENILASI DARI ARTOCARPUS FRETESSI HASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN Marina Chimica Acta, April 2004, hal. 23-28 Vol. 5 No.1 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas asanuddin ISSN 1411-2132 BEBERAPA SENYAWA FLAVN TERPRENILASI DARI ARTCARPUS FRETESSI ASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

SIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG

SIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2, Hal.: 82-86 ISSN 1978-1873 SIKLARTBILSANTN DARI KULIT BATANG DAN FLAVNID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster (Moraceae) dikenal sebagai tumbuhan nangka-nangkaan dengan ciri-ciri berupa pohon tinggi dan bergetah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA

AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA Iqbal Musthapa, Euis H.Hakim, Lia D. Juliawaty, Yana M. Syah, Sjamsul A. Achmad. Latar

Lebih terperinci

ABSTRAK I. PENDAHULUAN

ABSTRAK I. PENDAHULUAN Kecenderungan Pola Prenilasi Flavonoid pada Kulit Batang dan Kayu Batang Artocarpus scortechinii King. (Moraceae) Aliefman Hakim Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

Transformasi Gugus Fungsi Senyawa Baekeol Sebagai Model Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

Transformasi Gugus Fungsi Senyawa Baekeol Sebagai Model Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Transformasi Gugus Fungsi Senyawa Baekeol Sebagai Model Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas Tati Rosmiati 1,a), Lia Dewi Juliawaty 2,b) dan Anita Alni 3,c) 1 SMA Negeri 3 Cimahi, Jl. Pasantren

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SANTONTERPRENILASI GARCINIA CYLINDROCAPA (KOGBIRAT), ENDEMIK KEP. MALUKU

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SANTONTERPRENILASI GARCINIA CYLINDROCAPA (KOGBIRAT), ENDEMIK KEP. MALUKU kayu batang. Pada tahun 2009 telah dilakukan isolasi ISLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SANTNTERPRENILASI GARCINIA CYLINDRCAPA (KGBIRAT), ENDEMIK KEP. MALUKU 1 Rosalina, R. dan Ersam, T. Jurusan Kimia, FMIPA,

Lebih terperinci

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas 28/03/2013 Harrizul Rivai 1 Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif 28/03/2013

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Famili Moraceae. 2.2 Tinjauan Genus Artocarpus

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Famili Moraceae. 2.2 Tinjauan Genus Artocarpus 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Famili Moraceae Famili Moraceae termasuk famili tumbuhan yang tersebar di daerah hutan tropis sampai subtropis, yaitu di Asia, Amerika, Afrika, dan Australia. Famili ini

Lebih terperinci

LIMA SENYAWA CALKON DARI KULIT BATANG CRYPTOKARYA PHOEBEOPSIS (LAURACEAE) DAN SIFAT SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL P 388, SEL HCT 166 DAN SEL A549

LIMA SENYAWA CALKON DARI KULIT BATANG CRYPTOKARYA PHOEBEOPSIS (LAURACEAE) DAN SIFAT SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL P 388, SEL HCT 166 DAN SEL A549 F. Kurniadewi. et. al. JRSKT Vol. 3 No. 1 Juli 2013 LIMA SENYAWA CALKN DARI KULIT BATANG CRYPTKARYA PHEBEPSIS (LAURACEAE) DAN SIFAT SITTKSIKNYA TERHADAP SEL P 388, SEL HCT 166 DAN SEL A549 Fera Kurniadewi

Lebih terperinci

Oleh : IQBAL MUSTHAPA

Oleh : IQBAL MUSTHAPA leh : IQBAL MUSTAPA Kelompok Penelitian Kimia rganik Bahan Alam Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia Pendahuluan Shorea stenoptera Burck

Lebih terperinci

Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius #

Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius # PROCEEDINGS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius # Didin Mujahidin,* Sjamsul Arifin Achmad,* ƒ Yana Maolana

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 17-21 Isolasi Senyawa Antrakuinon dari Cassia multijuga (Leguminosae) Alfinda Novi Kristanti, Nanik Siti Aminah, Mulyadi Tanjung, Yusamsutin, Azizah, dan Dahlia

Lebih terperinci

Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus

Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus C-80 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus Ika Febriana Syafitri dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Santon Dari Kulit Batang Tumbuhan Asam Kandis (Garcinia cowa)

Santon Dari Kulit Batang Tumbuhan Asam Kandis (Garcinia cowa) ISSN: Santon Dari Kulit Batang Tumbuhan Asam Kandis (Garcinia cowa) Darwati 1, Anni Anggraeni 1, dan Sri Adisumiwi 2 1Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia 2Fakultas

Lebih terperinci

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik 08.30 Posted by ferry Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Tinjauan Umum Tumbuhan Artocarpus Artocarpus atau oleh masyarakat di Indonesia dikenal sebagai tumbuhan nangkanangkaan, yang merupakan salah satu genus utama dalam famili

Lebih terperinci

HASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon

HASIL. Sintesis 1,3-Diketon. Sintesis Fenil Asetat. Sintesis o-benzoiloksiasetofenon NaH 5% terhadap fase MTC. Garam o-hap akan terbawa ke fase air dan diasamkan dengan HCl 5% (ph diperiksa dengan indikator universal) lalu diekstraksi dengan MTC sampai seluruh o-hap terambil (dipantau

Lebih terperinci

Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis) Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis) Yana Maolana Syah 1), Sjamsul Arifin Achmad 1), Eri Bakhtiar 1), Euis Holisotan Hakim 1), Lia Dewi Juliawaty 1), Jalifah Latip 2) 1) Kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENYAWA FLAVONOID DARI KULIT BATANG Erythrina Fusca L. DENGAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI SUNSCREEN

HUBUNGAN SENYAWA FLAVONOID DARI KULIT BATANG Erythrina Fusca L. DENGAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI SUNSCREEN UBUNGAN SENYAWA FLAVNID DARI KULIT BATANG Erythrina Fusca L. DENGAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI SUNSCREEN Fatmawati, N., Anggreini, N., Firmansyah, M., Y., Erdityo, C., W., Yunilawati E., Departemen Kimia

Lebih terperinci

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A. SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik

Lebih terperinci

ARTONIN M, TURUNAN FLAVON TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda

ARTONIN M, TURUNAN FLAVON TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda ARTNIN M, TURUNAN FLAVN TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda Tati Suhartati a#, Sjamsul Arifin Achmad b, Norio Aimi c, dan Euis olisotan akim b a Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brojonegoro

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq. P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-217 205 E-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index 10 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA

Lebih terperinci

Isolasi Senyawa α-amirin Dari Tumbuhan Beilschmiedia Roxburghiana (Medang) Dan Uji Bioaktivitasnya

Isolasi Senyawa α-amirin Dari Tumbuhan Beilschmiedia Roxburghiana (Medang) Dan Uji Bioaktivitasnya Akta Kimindo Vol. 3 No. Oktober 07: 27-32 Akta Kimindo Vol. 3 No. Oktober 07 : 27-32 AKTA KIMIA INDONESIA Isolasi Senyawa α-amirin Dari Tumbuhan Beilschmiedia Roxburghiana (Medang) Dan Uji Bioaktivitasnya

Lebih terperinci

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m) NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE = RESONANSI MAGNET INTI PENEMU: PURCELL, DKK (1945-1950), Harvard Univ. BLOCH, DKK, STANFORD. UNIV. Guna: - Gambaran perbedaan sifat magnet berbagai inti. - Dugaan letak

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA KUMARIN TER-O-GERANILASI DARI AKAR Limonia acidissima L.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA KUMARIN TER-O-GERANILASI DARI AKAR Limonia acidissima L. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA KUMARIN TER-O-GERANILASI DARI AKAR Limonia acidissima L. Tjitjik Srie Tjahjandarie 1*, Ratih Dewi Saputri 1, Mulyadi Tanjung 1 1 Natural Products Chemistry Research Group,

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus Moraceae adalah salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang relatif besar, terdiri dari 60 genus dan kurang lebih 1600 spesies (eyne, 1987). Moraceae

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida Berna Elya Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424,

Lebih terperinci

SKOPOLETIN SENYAWA FENILPROPANOID DARI KULIT UMBI UBI JALAR (IPOMOEA BATATAS L.) VARIETAS IR-MELATI

SKOPOLETIN SENYAWA FENILPROPANOID DARI KULIT UMBI UBI JALAR (IPOMOEA BATATAS L.) VARIETAS IR-MELATI SKPLETIN SENYAWA FENILPRPANID DARI KULIT UMBI UBI JALAR (IPMEA BATATAS L.) VARIETAS IR-MELATI Citra Putri Pramitha 1, Alfinda Novi Kristanti, dan Nanik Siti Aminah * 1 Mahasiswa Prodi S-1 Kimia, Departemen

Lebih terperinci

SENYAWA 4-HIDROKSI SINAMAMIDA DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn)

SENYAWA 4-HIDROKSI SINAMAMIDA DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn) SENYAWA 4-HIDROKSI SINAMAMIDA DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn) Asriani Ilyas* *) Dosen Pada Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Senyawa 1-hidroksi-6,7- dimetoksi-(3,3 :2,3)-dimetilpiranosanton dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Garcinia cylindrocarpa

Isolasi dan Identifikasi Senyawa 1-hidroksi-6,7- dimetoksi-(3,3 :2,3)-dimetilpiranosanton dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Garcinia cylindrocarpa JURNAL SAINS DAN SENI PMITS Vol. 1, No.1, (2014) 1-6 Isolasi dan Identifikasi Senyawa 1-hidroksi-6,7- dimetoksi-(3,3 :2,3)-dimetilpiranosanton dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Garcinia cylindrocarpa 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun Nypa fruticans Pada uji fitokimia terhadap daun Nypa fruticans memberikan hasil yang positif terhadap fenolik, fitosterol, dan flavonoid.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR PUBLIKASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR PUBLIKASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Hal JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR PUBLIKASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

Lebih terperinci

Tiga Turunan Santon Dari Kulit Batang Mundu Garcinia Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan

Tiga Turunan Santon Dari Kulit Batang Mundu Garcinia Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan Tiga Turunan Santon Dari Kulit Batang Mundu Garcinia Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan Nurul Ainiyah dan Taslim Ersam *) Kelompok Penelitian Aktivitas Kimiawi Tumbuhan ITS (PAKTI) Program Studi

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON

SINTESIS SENYAWA METOKSIFLAVON MELALUI SIKLISASI OKSIDATIF HIDROKSIMETOKSIKALKON SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG ARTOCARPUS GOMEZIANUS WALL. EXTREC. (MORACEAE) TESIS MAGISTER Oleh Unsiyah Zulfa Ulinnuha 20599062 BIDANG KIMIA ORGANIK PROGRAM MAGISTER KIMIA INSTITUT

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq. P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 145-153 e-issn: 2503-023X DOI: 10.24042/jpifalbiruni.v4i2.93 Oktober 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN POLA OKSIDASI FLAVONOID PADA KULIT BATANG DAN KAYU BATANG ARTOCARPUS SCORTECHINII KING. (MORACEAE)

KECENDERUNGAN POLA OKSIDASI FLAVONOID PADA KULIT BATANG DAN KAYU BATANG ARTOCARPUS SCORTECHINII KING. (MORACEAE) Bentuk Ikonik Bilangan Bulat Sebagai Komponen Pembelajaran Kontekstual (Ketut Sarjana) KECENDERUNGAN POLA OKSIDASI FLAVONOID PADA KULIT BATANG DAN KAYU BATANG ARTOCARPUS SCORTECHINII KING. (MORACEAE) Aliefman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol 4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol OH + HCl Cl + H 2 O C 4 H 10 O C 4 H 9 Cl (74.1) (36.5) (92.6) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA ABSTRAK Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa flavonoid dari kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.2 Kandungan Senyawa Kimia Tumbuhan Genus Artocarpus

2 Tinjauan Pustaka. 2.2 Kandungan Senyawa Kimia Tumbuhan Genus Artocarpus 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Tumbuhan Genus Artocarpus Moraceae merupakan suatu famili tumbuhan besar yang terdiri dari 60 genus dengan 1600 spesies (Hegnauer, 1969). Artocarpus merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Ekstraksi sampel daun tumbuhan pacar jawa {Lawsonia inermis Lin) Sebanyak 250 g serbuk daun Pacar jawa, pertama-tama di ekstrak dengan n- heksan, diperoleh ekslrak

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana

Bab IV Pembahasan. Gambar IV 1 alat pirolisator sederhana Bab IV Pembahasan IV.1 Rancangan alat Asap cair dari tempurung kelapa dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau

Lebih terperinci

Deskripsi EKSTRAK BAHAN AKTIF DARI TUMBUHAN MELINJO (GNETUM GNEMON), PROSES PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ANTIKANKER KULIT

Deskripsi EKSTRAK BAHAN AKTIF DARI TUMBUHAN MELINJO (GNETUM GNEMON), PROSES PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ANTIKANKER KULIT 1 Deskripsi EKSTRAK BAHAN AKTIF DARI TUMBUHAN MELINJO (GNETUM GNEMON), PROSES PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ANTIKANKER KULIT Bidang Teknik Invensi : Invensi ini berhubungan dengan proses ekstraksi

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA KALKON TURUNAN 3,4 -DIMETOKSI ASETOFENON DAN UJI TOKSISITAS MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

SINTESIS SENYAWA KALKON TURUNAN 3,4 -DIMETOKSI ASETOFENON DAN UJI TOKSISITAS MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) SINTESIS SENYAWA KALKN TURUNAN 3,4 -DIMETKSI ASETFENN DAN UJI TKSISITAS MENGGUNAKAN METDE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) W.P.Hastiningrum 1, Y.Eryanti 2 & A.Zamri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK ASETON DAUN Macaranga pruinosa BANGKA BELITUNG.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK ASETON DAUN Macaranga pruinosa BANGKA BELITUNG. ISLASI DAN KARAKTERISASI METABLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK ASETN DAUN Macaranga pruinosa BANGKA BELITUNG cca Roanisca a, dan Yana M. Syah b a Jurusan Kimia Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung b Jurusan

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Turunan Santon dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Turunan Santon dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre JURNAL SAINS DAN SENI PMITS Vol. 1, No.1, (2015) 1 Isolasi dan Identifikasi Senyawa Turunan Santon dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre Rizky Viviyanti dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN METABOLIT SEKUNDER TURUNAN FENOL DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA SERTA AKTIVITAS BIOLOGINYA

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN METABOLIT SEKUNDER TURUNAN FENOL DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA SERTA AKTIVITAS BIOLOGINYA ABSTRAK KEANEKARAGAMAN METABOLIT SEKUNDER TURUNAN FENOL DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA SERTA AKTIVITAS BIOLOGINYA Oleh : IQBAL MUSTHAPA NIM 30504005 (Program Studi Kimia) Artocarpus,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENYAWA TURUNAN BENZALASETON SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DEVELOPMENT OF BENZALACETON DERIVATIVE AS SUNSCREEN AGENT

PENGEMBANGAN SENYAWA TURUNAN BENZALASETON SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DEVELOPMENT OF BENZALACETON DERIVATIVE AS SUNSCREEN AGENT Pengembangan Senyawa Turunan Benzalaseton... (Susy Yunita Prabawati, dkk) 31 PENGEMBANGAN SENYAWA TURUNAN BENZALASETN SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DEVELPMENT F BENZALACETN DERIVATIVE AS SUNSCREEN AGENT

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI RESONANSI MAGNET INTI (NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE)

SPEKTROSKOPI RESONANSI MAGNET INTI (NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE) SPEKTROSKOPI RESONANSI MAGNET INTI (NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE) Spektrum inframerah suatu senyawa memberikan gambaran mengenai gugus fungsional dalam sebuah molekul organik. Spektroskopi resonansi

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Benzena A. STRUKTUR DAN SIFAT BENZENA. Benzena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C 6 H 6

KIMIA. Sesi. Benzena A. STRUKTUR DAN SIFAT BENZENA. Benzena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C 6 H 6 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 18 Sesi NGAN Benzena Benzena merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul C 6 H 6 dengan struktur berbentuk cincin (siklik) segienam beraturan. Struktur kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

SENYAWA GERANIL-1, 3 -DIOKSO-PARA-KRESOL DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.)

SENYAWA GERANIL-1, 3 -DIOKSO-PARA-KRESOL DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) SENYAWA GERANIL-1, 3 -DIOKSO-PARA-KRESOL DARI EKSTRAK ETIL ASETAT (EtOAc) KULIT AKAR PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) Asriani Ilyas Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Khalkon merupakan suatu senyawa organik golongan flavonoid yang dapat dengan mudah ditemukan di alam khususnya pada tumbuh-tumbuhan. Senyawa golongan flavonoid termasuk

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ANANIKSANTON DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT AKAR SLATRI (Calophyllum soulattri) (CLUSIACEAE)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ANANIKSANTON DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT AKAR SLATRI (Calophyllum soulattri) (CLUSIACEAE) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ANANIKSANTON DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT AKAR SLATRI (Calophyllum soulattri) (CLUSIACEAE) (ISOLATION AND IDENTIFICATION OF ANANIXANTHONE FROM ETHYL ACETATE EXTRACT OF ROOT BARK

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci