Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB IV ANALISIS. 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

Diharapkan. Perubahan. Tidak diharapkan. Vertikal. Mobilitas Sosial. Horisontal. Mobilitas Geografik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. beberapa kesimpulan sebagai berikut: orang dengan total tiket masuk sebesar Rp

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB III PENYAJIAN DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun bab ini berisi identitas

Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan.

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cafe merupakan suatu tipe restoran yang biasa menyediakan tempat duduk di dalam dan

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB IV ANALISIS PERSEPSI SANTRI TERHADAP KOMPETENSI SOSIAL PENDIDIK DI PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK MEDONO PEKALONGAN

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

BAB III PENYAJIAN DATA

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi wisata.dengan adanya perkembangan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) I.Keterangan. 1. Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dampak Keberadaan Pasar Kaget Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial-ekonomi Masyarakat desa

III. METODE PENELITIAN. Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah uang yang diterima oleh rumah. ditambah pendapatan istri jika istri bekerja (Rp/bulan).

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

BAB V GAMBARAN UMUM BOTANI SQUARE BOGOR DAN KARAKTERISTIK UMUM KONSUMEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

KUESIONER ANALISIS PENGARUH KUALITAS JASA DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS (Studi kasus pada Makro Cash & Carry Wholesale di Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kuesioner penelitian HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PROSEDUR PELAYANAN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN. di RSIA BUDI KEMULIAAN

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB III PRAKTIK TRADISI PENGEMBALIAN HUTANG BERAS DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

Lampiran 11 Bandung, Yang bertanda tangan di bawah ini: Bandung, sedang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Internal

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Transkripsi:

74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden Penjual Jasa yang menjadi responden terdiri dari perempuan sebesar 51 (58,62 persen), dan laki-laki sebesar 36 (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: Tabel 10. Karakteristik Umur Responden Umur (Tahun) 20 24 5 5,75 25 29 4 4,6 30 34 9 10,34 35 39 10 11,49 40 44 17 19,54 45 49 26 29,88 50 54 4 4,6 55 59 5 5,75 60 64 4 4,6 65 69 2 2,3 +70 1 1,15 Dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden berada pada kategori umur 45-49 yaitu sebesar 29,88 persen, ini menunjukkan golongan responden yang memiliki produktivitas yang masih tergolong tinggi, sedangkan pada umur diatas 50 tahun produktivitasnya sudah mulai berkurang. Hal tersebut terkait dengan kondisi isik manusia yang semakin berumur semakin tidak prima.

75 b. Pendidikan Responden Pendidikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 11. Pendidikan Responden No Tingkat Pendidikan 1 SD 13 2 SMP 12 3 SMA 51 4 Sarjana 10 14,95 13,79 59,77 11,49 Dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden di Desa Ngijo sudah cukup baik. Tercermin dari sebagian besar responden berpendidikan SMA (59,77 persen), kemudian SD (14,95 persen), SMP (13,79 persen) dan sisanya Sarjana (11,49 persen). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah menyadari pentingnya pendidikan. 2. Jenis Pekerjaan Responden a. Pekerjaan Responden Sebelum Masuk Dalam Sektor Pariwisata Jenis pekerjaan responden sebelum masuk dalam sektor pariwisata dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 12. Jenis Pekerjaan Responden Sebelum Masuk di Sektor Pariwisata No Jenis Pekerjaan 1 Petani 7 8,04 2 Pedagang 14 16,09 3 PNS 3 3,45 4 Karyawan/Karyawati 30 34,48 5 Lain-lain 33 37,94

76 Dapat diketahui bahwa paling banyak pekerjaan responden sebelum masuk dalam sektor pariwisata yaitu jenis pekerjaan lainlain ada 37,94 persen, meliputi ibu rumah tangga, buruh bangunan,buruh tani dan srabutan, kemudian diikuti berturut-turut pekerjan karyawan atau karyawati sebesar 34,48 persen, pedagang 16,09 persen, petani 8,04 persen, dan PNS 3,45 persen. b. Pekerjaan Responden Setelah Masuk Dalam Sektor Pariwisata Jenis pekerjaan responden setelah masuk dalam sektor pariwisata (Gambar 8), yaitu: Tabel 13. Jenis Pekerjaan di Sektor Pariwisata Status Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Pokok Sampingan 1 Jasa toko serba ada 3 0 2 Jasa boga 33 2 3 Jasa warung klontong 10 1 Jasa cinderamata dan 4 18 0 oleh-oleh Jasa lain-lain (salon, reparasi gigi,tukang 5 jahit,reparasi 15 5 kunci,bengkel dan tukang parkir) 79 8 3,45 40,22 12,65 20,69 22,99

77 Foto warung responden (klontong) Foto warung oleh-oleh responden Foto toko responden (aksesoris) Foto warung makanan responden Gambar.8 Foto Tempat Usaha Responden

78 Dapat diketahui Tabel. 13 bahwa jumlah terbanyak pekerjaan responden di sektor pariwisata adalah jasa boga dengan menjual makanan dan minuman (40,22 persen) berikutnya diikuti berturut-turut, penjual jasa lain-lain yang meliputi salon, tukang parkir, tukang jahit, reparasi gigi, dan bengkel sebesar (22,99 persen), penjual jasa cinderamata sebesar (20,69 persen), penjual jasa warung klontong sebesar (12,65 persen), dan yang terakhir penjual jasa toko serba ada yaitu (3,45 persen). c. Status Pekerjaan di Sektor Pariwisata Berdasarkan Tabel 13. sebagian besar responden (90,80 persen) menjadikan pekerjaan di sektor pariwisata sebagai pekerjaan pokok, dan sisanya (9,20 persen) menjadikan pekerjaan di sektor pariwisata sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini menyatakan bahwa tidak semua penjual jasa menjadikan usahanya sebagai pekerjaan pokok. d. Manaat dikembangkannya Agrowisata Sondokoro bagi Responen Seluruh responden (100 persen) menyatakan bahwa dengan dikembangkannya Agrowisata Sondokoro memberikan manaat seperti, membuka peluang usaha atau kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan menyerap tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya manaat yang dirasakan responden dapat dilihat pada tabel berikut:

79 Tabel 14. Manaat Dikembangkannya Agrowisata Sondokoro bagi Responden Manaat yang dirasakan Membuka peluang usaha / 6 29,89 kesempatan kerja Meningkatan pendapatan 45 51,72 Menyerap tenaga kerja 7 8,05 Lainnya 9 10,34 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (51,72 persen) dapat meningkatkan pendapatan, diikuti berturut-turut, (29,89 persen) menyatakan manaat yang dirasakan yaitu membuka peluang usaha atau kesempatan kerja, kemudian menyerap tenaga kerja (8,05 persen), dan lainnya (10,34 persen). Lainnya dalam hal ini yaitu ada beberapa responden yang merasakan manaat berlipat seperti meningkatkan pendapatan dan menyerap tenaga kerja. e. Lama Bekerja di Sektor Pariwisata Lama bekerja responden di sektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 15 berikut: Tabel 15. Lama Bekerja Responden di Sektor Pariwisata No Lama bekerja (tahun) 1 <5 27 31,03 2 5-10 35 40,23 3 >10 25 28,74 Dapat diketahui bahwa sejumlah besar responden lama bekerja di sektor pariwisata adalah antara 5-10 tahun (40,23 persen), kemudian diikuti berturut-turut kurang dari 5 tahun (31,03

80 persen), dan sebagian kecil lebih dari 10 tahun (28,74 persen), ini dikarenakan sebelum adanya obyek wisata memang sudah ada kegiatan perdagangan di pinggir jalan. 3. Pendapatan Responden Pendapatan responden dikelompokkan menjadi dua yaitu pendapatan dari sebelum masuk sektor pariwisata dan pendapatan sesudah masuk sektor pariwisata. a. Pendapatan dari sektor pariwisata Yang dimaksud pendapatan responden yaitu rata-rata jumlah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota rumah tangga yaitu suami, istri, dan anak dari usahanya di sektor pariwisata dalam satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah. 1) Pendapatan Sebelum Pendapatan sebelum dalam hal ini yaitu pendapatan yang diperoleh responden sebelum masuk dalam sektor pariwisata atau sebelum Agrowisata Sondokoro dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata. Pada pendapatan sebelum ini diperoleh rata-rata pendapatan sebelum dengan menjumlahkan pendapatan dari seluruh responden. = Rp, 50.400.000 = Rp, 579.310,34 dibulatkan Rp, 579.310

81 Dari hasil penghitungan di atas dapat diketahui bahwa ratarata pendapatan responden sebelum masuk dalam sektor pariwisata dalam sebulan yaitu Rp, 579.310. 2) Pendapatan Sesudah Pendapatan sesudah dalam hal ini yaitu pendapatan yang diperoleh responden sesudah masuk dalam sektor pariwisata atau sesudah Agrowisata Sondokoro dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata. Pada pendapatan sesudah ini diperoleh data rata-rata pendapatan responden dalam sebulan. = Rp, 91.700.000 = Rp, 1.054.022, 98 dibulatkan menjadi Rp, 1.054.023 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan responden sesudah masuk dalam sektor pariwisata dalam sebulan yaitu Rp, 1.054.023 4. Pola Konsumsi Minuman Responden a. Sebelum Masuk dalam Sektor Pariwisata 1) Jenis minuman yang dikonsumsi Jenis minuman yang sering dikonsumsi responden sebelum pengembangan obyek wisata Agrowisata Sondokoro dapat dilihat pada Tabel 16 berikut:

82 Tabel 16. Jenis Minuman yang Sering Dikonsumsi Responden Sebelum Pengembangan Obyek Wisata Sondokoro No Jenis Minuman 1 Air putih rebusan 55 63,22 2 Teh 26 29,88 3 Kopi 6 6,9 4 Lainnya 0 0 Dapat diketahui bahwa sebelum pengembangan obyek wisata Sondokoro, sebagian besar responden mengkonsumsi minuman air putih rebusan (63,22 persen), kemudian teh (29,88 persen), dan kopi (6,9 persen). Jenis minuman air putih rebusan menjadi minuman yang paling banyak dikonsumsi karena memang bersiat tradisional dan mudah didapatkan responden dari sumber air (sumur). b. Setelah Masuk dalam Sektor Pariwisata Jenis minuman yang sering dikonsumsi responden setelah pengembangan obyek wisata Sondokoro hingga sekarang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut: Tabel 17. Jenis Minuman yang Sering Dikonsumsi Responden Setelah Pengembangan Obyek Wisata Sondokoro No Jenis Minuman Air mineral kemasan atau 1 47 54,02 galon 2 Sot drink 14 16,09 3 Jus Buah 8 9,2 4 Lain-lain 18 20,69 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan jenis minuman yang paling sering dikonsumsi setelah

83 masuk di sektor pariwisata Sondokoro adalah air mineral kemasan atau galon (54,02 persen). Responden yang mengkonsumsi minuman sot drink (16,09 persen), dan responden yang mengkonsumsi jus buah ada (9,2 persen). Responden yang mengkonsumsi lain-lain dalam hal ini meliputi susu, sirup, dan teh. Sebagian besar responden mengkonsumsi air minuman kemasan atau galon karena lebih praktis dan ekonomis untuk diisi ulang dimana mereka berada di kawasan pariwisata yang mudah dijumpai. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi minuman responden yang condong pada galon isi ulang adanya pariwisata Sondokoro berpengaruh terhadap pola konsumsi minuman responden yang memilih praktis yaitu galon isi ulang yang terkadang tidak mengedepankan kesehatan, berbeda dengan air rebusan yang bersumber dari sumur. 5. Pola Konsumsi Makanan Responden Konsumsi makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah makanan pendamping selain nasi olahan rumah sendiri (makanan pokok). a. Jenis makanan yang dikonsumsi sebelum masuk dalam sektor pariwisata Jenis makanan yang sering dikonsumsi penduduk sebelum adanya pengembangan obyek wisata Sondokoro adalah makanan yang bersiat tradisional dan buatan sendiri seperti jenis makanan

84 pisang dan singkong. Keterangan tersebut diperoleh ketika melakukan observasi. b. Jenis makanan yang dikonsumsi setelah masuk dalam sektor pariwisata Jenis makanan yang sering dikonsumsi responden setelah pengembangan obyek wisata Sondokoro dapat dilihat pada Tabel 18 berikut: Tabel 18. Jenis Makanan yang Sering Dikonsumsi Responden Setelah Pengembangan Obyek Wisata Sondokoro No Jenis Makanan 1 Roti 13 14,94 2 Bubur isntan 1 1.15 3 Mie instan 56 64,37 4 Lainnya 17 19,54 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah mie instan (64,37 persen) karena makanan tersebut merupakan makanan cepat saji dan banyak tersedia di warung. Selain mie instan, ada juga yang mengkonsumsi roti (14,94 persen), dan bubur isntan (1,15 persen). Untuk jenis makanan lainnya yang dikonsumsi responden yaitu kue kering, biskuit, dan snack ringan buatan pabrik sebesar (19,54 persen). Dari deskripsi diatas dapat dilihat bahwa konsumsi makanan responden setelah masuk dalam sektor pariwisata lebih variati.

85 6. Perubahan Sosial Sebagai Akibat Sikap Kesibukan Penjual Jasa setelah pengembangan Agrowisata Sondokoro a. Frekuensi Responden berinteraksi dalam urusan berdagang dengan antar Penjual Jasa lain. Frekuensi responden berinteraksi dengan penjual jasa lain sebelum dan sesudah tidak mengalami perubahan yang berarti. Karena pada dasarnya setiap responden saling membutuhkan dan saling melengkapi. Responden yang menjawab ya 85 responden (97,70 ), dan yang menjawab tidak 2 responden (2,3), (Data primer Mei, 2012). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan berkembangnya Agrowisata Sondokoro tidak mempengaruhi interaksi penjual jasa dengan antar penjual jasa yang lain dalam urusan berdagang. b. Interaksi yang dilakukan oleh responden Interaksi yang dilakukan oleh responden dengan penjual jasa lain dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 19. Macam Interaksi yang Dilakukan oleh Penjual Jasa Interaksi yang No Dilakukan 1 Tukar menukar uang 52 59,77 Peminjaman sementara 2 6 7,06 barang dagangan 3 Menitipkan menjaga kios 15 17,65 4 Lainnya 12 13,8 85 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan interaksi yang paling banyak dilakukan oleh penjual

86 jasa yaitu tukar menukar uang (59,77 persen), menitipkan menjaga kios sebesar (17,65 persen), dan peminjaman sementara barang dagangan (7,06 persen), sedangkan lainnya (13,8 persen) yaitu hanya sekedar bertegur sapa. Adanya interaksi antara responden dengan penjual jasa lain di sekitar kawasan obyek wisata Sondokoro menunjukkan masih adanya siat tenggang rasa antar penjual jasa satu dengan yang lainnya. c. Frekuensi siat kegotongroyongan antar penjual jasa Frekuensi responden terhadap siat kegotongroyongan antar penjual jasa dalam kegotongroyongan semua responden menjawab ya (100 persen), hal ini dapat disimpulkan bahwa siat kegotongroyongan responden sangat terjaga. Ini dikarenakan instruksi gotong royong merupakan hal wajib yang harus diikuti oleh setiap responden. Kegotongroyongan yang dilakukan oleh responden yaitu bersih-bersih area usaha (100 persen) dimana memang merupakan hal rutin yang dilakukan oleh penjual jasa yang berada di area obyek wisata Sondokoro yang mendapat instruksi dari Pak Camat setempat. d. Partisipasi penjual jasa terhadap penjual jasa lain yang mengalami musibah

Partisipasi penjual jasa terhadap penjual jasa lain yang mengalami musibah dalam hal ini musibah yang dimaksud, kecelakaan, sakit,meninggal dunia atau lainnya. Tabel 20. Macam Kepedulian Penjual Jasa terhadap Penjual Jasa Lain yang Mengalami Musibah No Interaksi yang Dilakukan 1 Sekedar doa saja 7 8,05 2 Menjenguk 55 63,21 Menjenguk dan membantu 3 19 21,84 secara materiil 4 Lainnya 6 6,9 85 Sumber: Data Primer Mei 2012 Dapat diketahui kepedulian responden ketika ada penjual jasa lain yang terkena musibah sebagian besar responden menjenguk (63,21 persen), yang menjenguk dan membantu secara materi (21,84 persen), dan yang hanya berdoa saja (8,05 persen), sedangkan lainnya (6,09 persen), lainnya dalam hal ini partisipasi yang dilakukan yaitu menjenguk berdoa dan membantu secara materi. e. Interaksi Dalam keluarga penjual jasa Interaksi dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keluarga inti yang tinggal serumah. Frekuensi responden dengan anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 21, dan Tabel 22. Frekuensi responden melakukan acara keluarga dan acara keluarga yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 21 berikut:

88 Tabel 21. Frekuensi Acara Keluarga Frekuensi No Acara Keluarga 1 Selalu 17 19,54 2 Kadang-kadang 54 62,07 3 Jarang sekali 16 18,39 Dapat diketahui sebagian besar responden melakukan acara keluarga kadang- kadang (62,07 persen), selalu (19,54 persen) dan jarang sekali (18,39 persen). Hal ini menandakan hanya sebagian kecil responden yang menyempatkan untuk melakukan acara keluarga. Tabel 22. Acara Keluarga yang Dilakukan Responden No Acara Keluarga Wisata atau 1 18 25,35 piknik keluarga 2 Arisan Keluarga 37 52,11 3 Kondangan 10 14,09 4 Lainnya 6 8,45 71 Sumber: Data Primer Mei, 2012 Dapat diketahui sebagian besar responden menyatakan acara keluarga yang dilakukan yaitu arisan keluarga (52,11 persen), kemudian wisata atau piknik (25,35 persen), dan yang melakukan acara keluarga yang berupa kondangan (14,09 persen), sedangkan lainnya (8,45 persen), dalam hal ini lainnya yang biasa dilakukan penjual jasa yaitu berkunjung ke rumah sanak saudara.. Tanggapan dan sikap responden terhadap pergaulan wisatawan yang datang ke Agrowisata Sondokoro

89 1) Tanggapan responden terhadap pergaulan wisatawan dapat dilihat pada Tabel 23 dan Tabel 24 berikut: Tabel 23. Tanggapan Responden terhadap Pergaulan Wisatawan Siat Pergaulan No Wisatawan 1 Baik 51 58,62 2 Agak baik 34 39,08 3 Tidak baik 2 2,3 Sumber: Data Primer Mei, 2012 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menilai terhadap siat pergaulan wisatawan yang datang ke Sondokoro adalah baik (58,62 persen) dengan alasan responden tidak pernah melihat pergaulan wisatawan menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang dapat mengganggu penjual jasa sekitar maupun penduduk setempat. Selain itu ada pula responden yang menilai pergaulan wisatawan yang datang ke obyek wisata Sondokoro agak baik (39,08 persen) karena responden pernah melihat wisatawan yang kurang sopan dalam tingkah laku maupun bertutur katanya. Sebagian kecil responden menilai pergaulan wisatawan yang datang ke obyek wisata Sondokoro adalah tidak baik (2,3 persen) karena responden pernah melihat muda-mudi yang di luar batas dalam pergaulan seperti berjoget urakan ketika ada event di area wisata, dan ada yang minum-minuman keras. Hal ini dapat berdampak pada menurunnya nilai sosial pada masyarakat setempat.

90 2) Sikap responden terhadap pergaulan wisatawan muda-mudi yang kurang sopan yang datang ke Agrowisata Sondokoro dapat dilihat pada Tabel 24 berikut: Tabel 24. Sikap Responden terhadap Pergaulan Wisatawan yang Kurang Sopan No Tindakan Responden 1 Menegur langsung 9 10,34 2 Membiarkan 48 55,17 Menyuruh orang lain 3 7 8,05 untuk menegur 4 Lainnya 23 26,44 Sumber: Data Primer Mei, 2012 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (55,17 persen) terhadap pergaulan wisatawan yang kurang sopan adalah membiarkan. Tindakan ini dapat membahayakan penduduk setempat khususnya penjual jasa sekitar karena telah membiarkan sikap pergaulan yang tidak baik yang dapat berpengaruh negati terhadap nilai-nilai sosial. Responden yang menjawab lainnya sebesar (26,44 persen), lainnya dalam hal ini yaitu melapor pada petugas keamanan (satpam), dan ada pula yang melapor pada pengelola obyek wisata. Sedangkan responden (10,34 persen) yang menjawab menegur langsung, dan menyuruh orang lain menegur yaitu (8,05 persen). Responden yang mengambil tindakan menegur langsung, menyuruh orang lain untuk menegur, ataupun tindakan lainnya seperti lapor pada petugas keamanan, merupakan wujud kepedulian responden untuk mencegah pengaruh negati dari adanya aktivitas pariwisata terhadap penduduk setempat.

91 g. Pengaruh gaya hidup Sebagian besar 81 responden (93,10 persen) menyatakan terpengaruh gaya hidup wisatawan (ya), dan sebagian kecil 6 responden (6,9 responden) menyatakan tidak terpengaruh gaya hidup wisatawan yang datang ke obyek wisata Agrowisata Sondokoro (Data primer, Mei 2012). Tabel 25. Pengaruh terhadap Gaya Hidup Responden No Pengaruh 1 Tata cara pergaulan 5 6,17 2 Cara berpakaian 30 37,04 Pola konsumsi 3 35 43,21 makanan/minuman 4 Lainnya 11 13,58 81 Sumber: Data Primer Mei, 2012 Dapat diketahui gaya hidup responden yang terpengaruh sebagian besar yaitu pada pola konsumsi makanan/minuman terdapat 35 responden (43,21 persen), cara berpakaian terdapat 30 responden (37,04 persen), lainnya terdapat 11 responden (13,58 persen), dan sebagian kecil pada tata cara pergaulan terdapat 5 responden (6,17). Lainnya dalam hal ini yang dimaksut adalah kosa kata bahasa gaul. Adanya pengaruh gaya hidup wisatawan terhadap responden yaitu dapat merubah tatanan kehidupan sosial yang sudah terbentuk sebelum obyek wisata Sondokor dikembangkan, seperti perubahan pola konsumsi dan selera berpakaian.

92 h. Frekuensi responden berbincang-bincang dengan wisatawan dan topik pembicaraannya 1) Frekuensi responden berbincang-bincang dengan wisatawan dan topik pembicaraannya dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27. Tabel 26. Frekuensi Responden Berbincang-bincang dengan Wisatawan Frekuensi No Berbincang-bincang 1 Selalu 47 54,02 2 Kadang-kadang 31 35,63 3 Jarang sekali 9 10,35 Sumber: Data Primer Mei, 2012 Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (54,02 persen) selalu berbincang-bincang dengan wisatawan, dan kadangkadang (35,63 persen), dan sebagian kecil (10,35 persen) jarang sekali berinteraksi berbincang-bincang dengan wisatawan. Ini dikarenakan kesibukan responden yang bekerja di toko serba ada yang memang ada peraturan tertentu, misal tidak diperbolehkan keluyuran di waktu jam kerja 2) Topik Perbincangan Tabel 27. Topik yang Biasa Menjadi Perbicangan Responden dengan Wisatawan No Topik Pembicaraan 1 Tentang pariwisata 47 54,01 2 Tentang kebudayaaan 16 18,39 3 Tentang kesenian 8 9,20 4 Lainnya 16 18,4 Sumber: Data Primer Mei, 2012

93 Dapat diketahui hal atau topik yang paling sering diperbincangkan adalah tentang pariwisata (54,02 persen), kebudayaan (18,39 persen), kesenian (9,20 persen), dan lainnya (18,4 persen). Topik lain yang biasa diperbincangkan yaitu hanya tawar menawar ketika bertransaksi berjualan dan tentang daerah asal wisatawan. Adanya interaksi antara responden dengan wisatawan di kawasan wisata Sondokoro dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi responden maupun bagi wisatawan. Hampir semua responden (81,6 persen) berpendapat bahwa adanya aktivitas wisata di Sondokoro dapat menambah pengetahuan, dan sebagian18,4 persen hanya berbincang-bincang dengan wisatawan hanya untuk keperluan dagang saja seperti tawar-menawar. Rendahnya rekuensi responden berbincang-bincang dengan wisatawan dapat menghambat peningkatan pengetahuan dan wawasan baik bagi responden maupun bagi wisatawan.