PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION

dokumen-dokumen yang mirip
Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Untuk Meningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V. Sulistiodiono

Oleh: Bakim SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Umi Salamah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Martono SDN 1 Ngetal, Pogalan, Trenggalek

Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes Kelas IV Menggunakan Model Pembelajaran Inside Outside Cyrcle (IOC) Suwardi

Penerapan Model Pair Checks Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Kelas VI. Siti Zaenab

Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan murid kelas V SDN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas I. Dwi Astuti

Ratnah Pemerhati Pendidikan Ekonomi -

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Inayatul Uliya

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Kata Kunci: Hasil Belajar, kesebangunan, simetri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SDN KOTA TEBING TINGGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 2 KARANGANYAR KEBUMEN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN METODE QUANTUM TEACHING DI SD NEGERI 32 LUBUK ALUNG. Erni, Nurharmi, Yulfia Nora

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JOYFULL LEARNING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN

Yayuk Jatining Rahayu 4

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Aji Tri Astuti SDN Bumijawa 04 Kab. Tegal

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rancangan penelitian ini menggunakan metode Peneelitian Tindakan kelas. dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BENDA RIIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Tempat Penelitian

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN 1 Tatura Melalui Penerapan Media Gambar dan Metode Eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

PEMBELAJARAN MATERI PEMERINTAHAN DESA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR. Titik Murwani Hadiati

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DOMINO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar.

ENDANG SARINI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN NO. 354 BATAHAN III MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI

Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

1130 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

Peningkatan Prestasi Belajar PAI Siswa SMA Negeri 1 Trenggalek Melalui Metode Call On The Next Speaker

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PRISMA 1 (2018)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN LATIHAN BERULANG PADA KOMPETENSI MENENTUKAN LETAK BILANGAN PADA GARIS BILANGAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED NOTE TAKING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN KELAS III DI SDN NO. 180/I KEC. PEMAYUNG KAB. BATANGHARI ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Transkripsi:

Haryono, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika... 43 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DI SDN 3 GEMAHARJO KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: Haryono SDN 3 Gemaharjo, Watulimo, Trenggalek Abstrak. Pada penelitian ini, guru menerapkan model pembelajaran inovatif Direct Instruction. Sedangkan masalah yang diteliti adalah masalah peningkatan prestasi belajar siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, yang berjumlah 16 siswa. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah tes (dengan instrument lembar soal tes ahir) dan non tes (dengan instrument lembar pengamatan). Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data statistic. Pada tahap pra siklus ketuntasan belajar siswa,mencapai 62,5%. Pada siklus I sebesar 75%, dan pada siklus II sebesar 87,5%. Dengan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pra siklus kje siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Sesuai dengan hasil analisis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Terjadi peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Matematika setelah mjenerapkan model pembelajaran direct instruction bagi siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Kata Kunci: Prestasi Belajar, Direct Instruction, Matematika Masalah prestasi belajar merupakan masalah pokok yang sering dibicarakan dalam dunai pendidikan. Tinggi rendahnya prestasi belajar yang dapat dicapai oleh siswa merupakan pencerminan dari kualitas lembaga pendidikan. Untuk mengenali dan memahami makna dari kata prestasi belajar, dapat dilihat dari kutipan berikut: Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar dalam bentuk simbul, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Muhammad Fathurrohman, 2012:119). James Q whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah, yang menyatakan bahwa: Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 12). Pendapat ini mengartikan kegiatan belajar sebagai suatu aktifitas; latihan dan pengalaman sebagai faktor yang mengubah tingkah laku manusia. Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan belajar harus banyak latihan. Semakin sering dilatih semakin cepat menguasai konsep yang dipelajari. Kutipan lainnya mengenai belajar dapat disampaikan sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap (RBS. Fudyartanto, 2002:150). Pendapat ini memberikan pemahaman bahwa belajar adalah proses aktif. Proses yang dimaksud selain proses waktu dimana

44 JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016 belajar,memerlukan waktu dan berlangsung secara berkesinambungan, proses juga berarti proses mental. Seseorang yang belajar melibatkan mentalnya secara aktif dalam kegiatan belajar. Proses inilah yang kemudian menghasilkan perubahan, baik pada segi kebiasaan, pengetahuan, maupun sikap Wasty Soemanto menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: (1) Faktor stimuli belajar; (2) Faktor metode belajar; (3) Faktor individual (Wasty Soemanto, 2004:108). Faktor stimuli dalam belajar mencakup beberapa hal, sebagai berikut: (a) Panjangnya bahan pelajaran; (b) Kesulitan bahan pelajaran; (c) Berartinya bahan pelajaran; (d) Berat ringannya tugas; (e) Suasana lingkungan eksternal. Faktor metode belajar berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Masing-masing manusia mempunyai gaya belajar dan metode belajar yang berbeda-beda. Ada yang merasa lebih mudah belajar dengan cara menghafal, ada yang lebih mudah membuat catatan, mendengarkan dan sebagainya. Pada saat dia belajar dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tipe belajarnya, maka dia akan mudah menguasai konsep. Faktor individual yang berpengaruh pada prestasi belajar misalnya, IQ, minat, bakat, dan motivasi internal. Motivasi yang tinggi dapat mengurangi kekurangan pada faktor IQ siswa. Berikut akan dikaji lebih lanjut mengenai,motivasi. Motivasi belajar mutlak diperlukan bagi siswa yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Untuk itu pertama kali mari dipahami apa yang dimaksud dengan motivasi belajar. Hamzah B. Uno juga menyampaikan difinisi motivasi belajar, sebagai berikut: Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah B. Uno, 2008:23) Sedangkan indikator motivasi belajar yang dimaksud adalah: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2008:23) James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau table. (http://sariifatiimah.blogspot.co.id/2013/03/sari-fatimah-pengertianmatematika.html) Sedangkan tujuan dari mata pelajaran Matematika adalah: (1) Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata; (2)

Haryono, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika... 45 Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi; (3) Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah. (http://sariifatiimah.blogspot.co.id/2013/03/s ari-fatimah-pengertian-matematika.html) Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspekaspek sebagai berikut: (1) Bilangan; (2) Geometri dan pengukuran; (3) Pengolahan data. (http://mastugino.blogspot.co.id/2013/ 06/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran.html) Model direct instruction atau Direct instruction, juga dikenal dengan istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Direct instruction merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Menurut Arends adalah suatu model pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. http://nurmarifa8.blogspot.co.id/2014/12/pe mbelajaran-langsung-direct-instruction.html Sedangkan menurut Hamzah (2008) bahwa model direct instruction adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri sendiri. Tentunya tidak ada satupun yang ada di dunia ini yang sempurna, tanpa adanya kekurangan atau cacat cela. Demikian pula halnya dengan model direct instruction. Model pembelajaran ini selain mempunyai kelebihan, juga mempunyai kekurangan. Kelebihan dari model direct instruction, yaitu: (1) Dengan model direct instruction, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa; (2) Model Direct instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi); (3) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model direct instruction digunakan secara efektif. Karena disini, guru secara penuh memegang kendali siswa serta menjadi guide bagi siswa untuk mencapai apa yang diharapkan (http://nurmarifa8.blogspot.co.id/2014/12/pembelajara n-langsung-direct-instruction.html). Kelemahan dari model direct instruction, yaitu: (1) Dalam model direct instruction, guru sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. Karena di dalam setiap kelas, terdapat bermacammacam siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Dan setiap siswa memiliki perlakuan yang berbeda pula. Jadi guru harus berpikir keras untuk menemukan berbagai cara dalam mengatasi perbedaanperbedaan di setiap siswa; (2) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka; (3) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini

46 JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016 bergantung pada image guru. Artinya, guru harus memiliki kesiapan yang lebih dalam berhadapan dengan siswa, lebih percaya diri, dan juga berpengetahuan yang luas pula. Selain itu, gaya berkomunikasi guru juga mempengaruhi sukses tidaknya model ini. Jika hal ini tidak dicapai oleh guru, maka pembelajaran akan terhambat, suasana kelas menjadi tidak kondusif, serta siswa akan menjadi bosan (http://nurmarifa8. blogspot.co.id/2014/12/pembelajaran-langsung-direct-instruction.html). Langkah-langkah dari model pembelajaran direct instruction adalah: (1) Menyampaikan kompetensi/ tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa; (2) Mendemonstrasikan pengetahuan/ ketrampilan; (3) Membimbing pelatihan kepada siswa; (4) Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik; (5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan; (6) Kesimpulan (Aris Shoimin, 2014:77). METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan ini jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan selesai dalam waktu sekitar 2 bulan, yakni bulan September dan Oktober 2015, mulai dari perencanaan sampai selesainya penyusunan laporan. Pelaksanaan Pra Siklus I dilaksanakan pada akhir Minggu ke I bulan September 2015 dan siklus I dilaksanakan pada minggu ke II bulan September 2015, sedangkan siklus II dilaksanakan pada minggu ke III bulan September 2015. Selanjutnya, sampai akhir bulan Oktober 2015. Uraian Setiap Tahapan pada masingmasing siklus dapat disampaikan sebagai berikut: Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan dilaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi masalah yang muncul; (2) Merencanakan pembelajaran; (3) Mengembangkan skenario pembelajaran sesuai dengan materi; (4) Menyusun LKS sesuai dengan materi; (5) Menyiapkan sumber pembelajaran sesuai dengan materi; (6) Menentukan media pembelajaran sesuai dengan materi; (7) Menyusun soal evaluasi sesuai dengan materi; (8) Menyusun format pengamatan keaktifan siswa Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan model pembelajaran Direct Instruction adalah: (1) Menyampaikan kompetensi/ tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa; (2) Mendemonstrasikan pengetahuan/ ketrampilan; (3) Membimbing pelatihan kepada siswa; (4) Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik; (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan; (5) Kesimpulan. Tahap Pengamatan Guru melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal yang dilakukan oleh guru adalah mengamati keaktifan siswanya. Fokus darim pengamatan yang dilakukan oleh guru adalah pada saat kegiatan inti pembelajaran berlangsung. Tahap Refleksi Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1) Menilai dan menganalisis hasil tes akhir masing-masing siswa; (2) Menganalisis hasil pengamatan; (3) Menentukan jalan

Haryono, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika... 47 keluar dari kekurangan yang terjadi pada pembelajaran yang telah dilakukan. Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, yang berjumlah 16 siswa, dan terdiri 10 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Pengambilan subjek siswa tersebut disebabkan karena guru sekaligus peneliti juga mengajar di lembaga yang sama. Tentunya hubungan antara peneliti dengan subjek yang diteliti sudah tidak mempunyai jarak yang berarti, sehingga mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Instrumen Penelitian yang digunakan adalah: (a) Soal tes, dipergunakan sebanyak 10 soal. B entuk soal tes adalah pilihan ganda.skor masing-masing soal dijawab benar 1 dan dijawab salah 0; (b) Format pengamatan, pada format ini akan diisikan siapa saja siswa yang aktif dan siapa siswa yang tidak aktif. Selanjutnya jumlah siswa aktif dan yang pasif dipersentase. Data-data yang diperlukan dalam penelitian, dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik pengumpulan data tersebut terkait dengan instrument yang dipergunakan. Teknik tes merupakan teknik pengumpulan data untuk instrument soal tes akhir. Sedangkan teknik non tes merupakan teknik yang berkaitan dengan lembar pengamatan keaktifan siswa. Pada dasarnya ada dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian, yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Pada penelitian ini, data keaktifan siswa sebenarnya merupakan data kualitatif. Tetapi karena yang dianalisis adalah persentasenya, maka teknik analisis datanya adalah teknik analisis data kuantitatif (statistic). Demikian pula dengan hasil tes akhir siswa, juga akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Perencanaan Pada tahap pra siklus mengkaji materi: FPB. KKM yang ditentukan pada materi ini adalah 70. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) Menyiapkan silabus; (2) Membuat RPP; (2) Menyiapkan media pembelajaran yang dipergunakan; (3) Membuat instrument penilaian yaitu lembar tes uraian; (4) Membuat instrument penilaian yaitu lembar pengamatan Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pra siklus, guru, menerapakn metode ceramah dan pemberian tugas. Tentunya metode ini memang sesuai untuk mata pelajaran Matematika. Hasil dari tes akhir pra siklus adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Tes Pra Siklus NO Nilai Frekuensi Kategori Persentase KKM Rata-Rata Kelas 1 100 2 Sangat Baik 12,5 70 72 2 90 1 Baik 6,25 3 80 4 Lebih dari cukup 25 4 70 3 Cukup 18,75 5 Kurang dari 70 6 kurang 37,5 Jumlah 16 100

48 JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016 Kualifikasi sebagaimana yang terdapat dalam table dapat dibaca sebagai berikut: (1) Siswa yang berhasil memperoleh kategori sangat baik sebanyak 2 siswa (12,5%); (2) Siswa yang berhasil memperoleh kategori baik sebanyak 1 siswa (6,25%); (3) Siswa yang berhasik memperoleh kategori leboh dari cukup sebanyak 4 siswa (25%); (4) Siswa yang mencapai nilai cukup sebanyak 3 siswa (18,75%); (5) Siswa yang belum berhasil sebanyak 6 siswa (37,5%). Sedangkan lembar observasi siswa menunjukkan 9 siswa aktif (56,25%) dan 7 siswa pasif (43,75%). Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap pra siklus adalah sebagai berikut: (1) Guru menerapkan metode ceramah dan pemberian tugas. Sebenarnya metode ini sudah cukup relevan dengan materi yang dibahas. Akan tetapi, guru kurang memperhatikan siswa pada saat siswa mengarjakan tugas yang diberikan, sehingga siswa yang kurang paham terhadap materi tidak dapat mengerjakan tugasnya; (2) Media yang dipergunakan oleh guru kurang menarik siswa, sehingga motivasi belajar siswa juga kurang maksimal; (3) Guru kurang memotivasi siswa selama pembelajaran berlangsung. Siklus I Materi pada siklus I adalah: Mengidentifikasi Berbagai macam bentuk sudut. KKM yang ditentukan pada materi ini adalah 70. Tahap Perencanaan Guru merencanakan pembelajaran siklus I dengan beberapa kegiatan, sebagai berikut: (1) Menyusun silabus siklus I; (2) Menyusun RPP siklus I; (3) Menyusun LKS siklus I; (4) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran siklus I; (5) Menyusun soal tes akhir siklus I; (6) Menyusun format pengamatan siklus I. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dari penerapan model pembelajaran Direct Instruction dapat disampaikan sebagai berikut: (a) Menyampaikan kompetensi/tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa; (b) Mendemonstrasikan pengetahuan/ketrampilan; (c) Membimbing pelatihan kepada siswa; (d) Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik; (e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan; (f) Kesimpulan. Tahap Pengamatan Selama guru melaksanakan proses pembelajaran, guru juga melakukan kegiatan pengamatan terhadap siswa. Kegiatan ini dilakukan pada saat kegiatan inti pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan menunjukkan 9 (56,25%) siswa aktif dan sebanyak 7 (43,75%) siswa tidak aktif. Tahap Refleksi Tahap refleksi yang merupakan tahap akhir dari penelitian sikus I merupakan tahap dimana guru mengadakan analisa terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Untuk dapat mengadakan analisis, terlebih dahulu peneliti menilai hasil kerja siswa, dan memasukkannya dalam Tabel 2. Siswa tuntas pada tahap siklus I sebanyak 12 siswa (75%). Sedangkan siswa tidak tuntas sebanyak 4 siswa (25%). Pada tahap siklus I, nilai rata-rata yang dapat dicapai adalah 76. Sedangkan nilai yang sering muncul (modus) berada pada kategori lebih dari cukup dan kategori kurang dari 70 masing-masing sebanyak 4 siswa (24%).

Haryono, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika... 49 Tabel 2. Hasil Tes Siklus I NO Nilai Frekuensi Kategori Persentase KKM Rata-Rata Kelas 1 100 2 Sangat Baik 12,5 70 76 2 90 3 Baik 18,75 3 80 4 Lebih dari cukup 25 4 70 3 Cukup 18,75 5 Kurang dari 70 4 kurang 25 Jumlah 16 100 Kualifikasi sebagaimana yang terdapat dalam tabel dapat dibaca sebagai berikut: (1) Siswa yang berhasil memperoleh kategori sangat baik sebanyak 2 siswa (12,5%); (2) Siswa yang berhasil memperoleh kategori baik sebanyak 3 siswa (18,75%); (3) Siswa yang berhasil memperoleh kategori lebih dari cukup sebanyak 4 siswa (25%); (4) Siswa yang mencapai nilai cukup sebanyak 3 siswa (18,75%); (5) Siswa yang belum berhasil sebanyak 4 siswa (25%) Sedangkan lembar observasi siswa menunjukkan 11 siswa aktif (68,75%) dan 5 siswa pasif (31,25%). Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap siklus I adalah sebagai berikut: (1) Siswa sudah semakin aktif tetapi masih canggung dan terlihat ragu-ragu; (2) Guru masih memberikan tugas secara kelompok, sehingga belum semua siswa terlibat aktif. Oleh karena itu pada siklus berikutnya perlu diberikan tugas secara individu. Siklus II Materi pada siklus II adalah: Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku. KKM apada materi ini adalah 70. Tahap Perencanaan Guru merencanakan pembelajaran siklus I dengan beberapa kegiatan, sebagai berikut: (1) Menyusun silabus siklus I; (2) Menyusun RPP siklus I; (3) Menyusun LKS siklus I; (4) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran siklus I; (5) Menyusun soal tes akhir siklus I; (6) Menyusun format pengamatan siklus I. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dari penerapan model pembelajaran Direct Instruction dapat disampaikan sebagai berikut: (a) Menyampaikan kompetensi/tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa; (b) Mendemonstrasikan pengetahuan/ketrampilan; (c) Membimbing pelatihan kepada siswa; (d) Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik; (e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan; (f) Kesimpulan. Tahap Pengamatan Selama guru melaksanakan proses pembelajaran, guru juga melakukan kegiatan pengamatan terhadap siswa. Kegiatan ini dilakukan pada saat kegiatan inti pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan menunjukkan 11 (68,75%) siswa aktif dan sebanyak 5 (31,25%) siswa tidak aktif. Tahap Refleksi Tahap refleksi yang merupakan tahap akhir dari penelitian sikus II merupakan tahap dimana guru mengadakan analisa terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Untuk dapat mengadakan analisis, terlebih dahulu peneliti menilai hasil kerja siswa, dan memasukkannya dalam tabel, sebagai berikut.

50 JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016 Siswa tuntas pada tahap siklus II sebanyak 14 siswa (87,5%). Sedangkan siswa tidak tuntas sebanyak 2 siswa (12,5%). Pada tahap siklus II, nilai rata-rata yang dapat dicapai adalah 85. Sedangkan nilai yang sering muncul (modus) berada pada kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (37,5%). Kualifikasi sebagaimana yang terdapat dalam tabel dapat dibaca sebagai berikut: (1) Siswa yang berhasil memperoleh kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (37,5%); (2) Siswa yang berhasil memperoleh kategori baik sebanyak 3 siswa (18,75%); (3) Siswa yang berhasil memperoleh kategori lebih dari cukup sebanyak 3 siswa (18,75%); (4) Siswa yang mencapai nilai cukup sebanyak 2 siswa (12,5%); (5) Siswa yang belum berhasil sebanyak 2 siswa (12.,5%). Sedangkan lembar observasi siswa menunjukkan 14 siswa aktif (87,5%) dan 2 siswa pasif (12,5%). Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap siklus II adalah sebagai berikut: (1) Guru dan siswa sudah tidak canggung lagi dalam menerapkan model pembelajaran Direct Instruction; (2) Tingkat ketuntasan belajar siswa sudah sangat tinggi yakni mencapai 14 siswa dari 16 siswa atau sebesar 12,5%. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Agar lebih mudah untuk mengamati hasil belajar pada siklus I dan siklus II berikut akan ditampilkan kembali data yang telah disajikan Tabel 3. Tabel 4, dapat memberikan informasi sebagai berikut: (1) Pada siklus I siswa tuntas sebanyak 12 siswa (75%); (2) Pada siklus II siswa tuntas sebanyak 14 siswa (12,5%). Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan sebesar 2 siswa (12,5%) Berikut akan disampaikan grafik perbandingan prestasi belajar siswa, dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Tabel 3. Hasil Tes Siklus II NO Nilai Frekuensi Kategori Persentase KKM Rata-Rata Kelas 1 100 6 Sangat Baik 37,5 70 85 2 90 3 Baik 18,75 3 80 3 Lebih dari cukup 18,75 4 70 2 Cukup 12,5 5 Kurang dari 70 2 Kurang 12,5 Jumlah 16 100 Tabel 4. Perbandingan Ketuntasan belajar siswa Siklus I dan Siklus II NO Nilai KKM Frekuensi Kategori Ketr Siklus I % Siklus II % 1 100 70 2 12,5 6 37,5 Sangat Baik Tuntas 2 90 3 18,75 3 18,75 Baik Tuntas 3 80 4 25 3 18,75 Lebih dari cukup Tuntas Tuntas 4 70 3 18,75 2 12,5 cukup Tuntas 5 Kurang dari 70 4 25 2 12,5 kurang Tidak Tuntas Jumlah 16 100 16 100

Haryono, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika... 51 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 pra siklus siklus 1 siklus 2 Gambar 1. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tabel 5. Perbandingan Rata-Rata Kelas N0 KKM Rata-Rata Kelas Siklus I Siklus II 1 70 76 85 Tabel 6. Tabel Perbandingan Hasil Pengamatan Siswa Setiap Siklus NO SIKLUS KEAKTIFAN PERSENTASE Aktif Pasif Aktif Pasif 1 Pra Siklus 9 7 56,25 43,75 2 Siklus I 12 4 75 25 3 Siklus II 14 2 87,5 12,5 Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 76, dan pada siklus II adalah 85. Terjadi kenaikan sebesar 9 poin. Tabel 6 memberikan informasi sebagai berikut: (1) Pada tahap siklus I siswa aktif sebanyajk 9 siswa (56,25%); (2) Pada tahap siklus II siswa aktif sebanyak 12 siswa (75%). Berdasarkan informasi tersebut terdapat kenaikan siswa aktif dari siklus I ke siklus II sebanyak 3 siswa (18,75%) PENUTUP Kesimpulan Siswa tuntas dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 2 siswa (12,5%). Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 76, dan pada siklus II adalah 85. Terjadi kenaikan sebesar 9 poin. Terdapat kenaikan siswa aktif dari siklus I ke siklus II sebanyak 3 siswa (18,75%) Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: Terjadi peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Matematika setelah menerapkan model pembelajaran Direct Instruction bagi siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Saran Hendaknya penelitian ini tidak hanya dipergunakan sebagai salah saru syarat untuk pengajuan tingkat, akan tetapi juga dipergunakan sebagai landasan atau pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran sehari-hari. Berbagai macam model

52 JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016 pembelajaran inovatif yang ditawarkan dapat dilaksanakan dengan penuh semangat, sehingga siswa tidak bosan dalam melaksanakan kegiatan belajar. Walaupun hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran yang inoivatif khususnya Direct Instruction dapat meningkatkan semangat belajar, akan tetapi siswa jangan menggantungkan diri pada penerapan model pembelajaran yang inovatif saja, Siswa hendaknya dapat memotivasi diri dengan berbagai metode dan model pembelajaran yang diterapkan DAFTAR RUJUKAN Djamarah, Syaiful Bahri.2011. Psikologi Belajar: Jakarta: Rineka Cipta Fathurrohman, Muhammad.2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Teras Fudyartanto, RBS. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta Soemanto, Wasty. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. oleh guru, mengatasi berbagai kebosanan pada diri sendiri, sehingga presrtasi belajar dapat maksimal. Prestasi belajar siswa yang merupakan pencerminan kualitas suatu sekolah yang tinggi tentunya dapat menumbuhkan rasa bangga baik bagi guru maupun bagi Kepala Sekolah. Berkaitam dengan hal tersebut diharapkan agar Kepala Sekolah tidak bosan-bosannya memberikan motivasi kepada guru agar mempunyai semangat untuk menerapkan berbagai model pembelajaran secara bervariasi. Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara (http://sariifatiimah.blogspot.co.id/2013/03/s ari-fatimah-pengertianmatematika.html) (http://mastugino.blogspot.co.id/2013/06/tuj uan-dan-ruang-lingkup-matapelajaran.html http://nurmarifa8.blogspot.co.id/2014/12/pe mbelajaran-langsung-directinstruction.html