PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DUA TINGGAL DUA TAMU TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 KECAMATAN MUNGKA KABUPATEN 50 KOTA Fachri* ), Zulfitri Aima** ), Hamdunah** ) * ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat ** ) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat Abstract This research was based on the result of students math is still low. The purpose of this research was to know what is the result of students learning in math by applying cooperative learning type two stay two guest better than by applying the convensional learning and how is the change of students behavior after being treated by cooperative learning type two stay two guest at eighth grade students of SMP N 2 district Mungka. This research was experimental research with random towards subject. The instruments of this research were the result of students math test and observation sheet. For the technique of data analysis, the researcher used t-test one side with software MINITAB. The result of hypothesis with t-test retrieved p-value is 0,021 more less than α=0,05, so hypothesis in this research was accepted. In conclusion, the result of students learning in math with the application of cooperative learning type two stay two guest is better than the application of conventional learning. The students behavior after being treated by cooperative learning type two stay two guest has increase into good criteria at eight grade students of SMP N 2 district Mungka. Key word : the result of students math, learning cooperative type two stay two guest, change of students behavior. PENDAHULUAN pendidikan dasar sampai jenjang Matematika mempunyai peranan yang perguruan tinggi. Matematika dapat sangat penting di dalam dunia membentuk pola pikir peserta didik pendidikan. Besarnya peranan karena matematika memiliki struktur matematika membuat matematika dan keterkaitan yang kuat dan jelas dijadikan sebagai salah satu pelajaran antara konsepnya sehingga yang diajarkan pada setiap jenjang memungkinkan peserta didik terampil pendidikan, mulai dari jenjang berfikir rasional, logis dan sistematis.
Kenyataan yang ditemui di lapangan bahwa pembelajaran matematika selama ini belum bisa meningkatkan hasil belajar. Hal ini didukung dengan hasil belajar matematika siswa masih rendah yang dihadapi oleh beberapa pihak sekolah seperti pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Permasalahan diatas juga terjadi pada kelas VIII SMPN 2 Kecamatan Mungka. Penyebabnya adaalah pembelajaran masih terpusat pada guru, siswa terbiasa menerima pelajaran tanpa memahami konsep dari materi dengan baik, siswa malas bertanya dan malas memberi tanggapan. Selama proses pembelajaran tidak terlihat interaksi antar siswa, kerja sama siswa dalam belajar kelompok tidak terlihat, yang mana siswa yang berkemampuan tinggi didalam kelompok saja bekerja sendirian sehingga proses pembelajaran menjadi kurang bermakna. Siswa dalam mengerjakan tugas kelompok hanya secara individu dan siswa tersebut tidak mau berbagi dengan teman kelompok yang lain. Akibatnya banyak siswa yang tidak ikut berpartisipasi berdiskusi di dalam kelompok dan malah mengganggu kelompok lain. Saat penyampaian hasil diskusi kelompok di depan kelas, guru memanggil siswa secara acak untuk maju ke depan. Siswa yang terpanggil namanya kebanyakan tidak siap dan tidak paham dengan materi yang dibahasnya dalam kelompok. Hasilnya siswa hanya berdiam diri di depan kelas dan tidak tahu apa yang mau disampaikan. Siswa yang namanya terpanggil tidak bisa menyelesaikan, akhirnya siswa yang pandai didalam kelompok tersebut maju untuk menggantikan temannya di depan kelas. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Salah satu strategi yang dapat dilaksanakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Permasalahan di atas siswa yang bekerja sendiri dan tidak mau berbagi diberi tanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya kepada siswa
yang bertamu, dan siswa yang bertamu diberi tanggung jawab untuk menerima informasi dari kelompok yang dikunjunginya. Siswa dapat saling tukar informasi dengan siswa lain sehingga siswa lebih bisa dalam mengeluarkan pendapat dan informasi yang diperoleh siswa tidak hanya dari guru tetapi juga melalui teman. Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik, serta membuat siswa menjadi lebih bisa untuk mengeluarkan pendapat yang dimilikinya. Menurut Lie (2001 : 61) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil belajar matematiksa siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa menggunakan penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMPN 2 Kecamatan Mungka. Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maryanti Lucia (2012), dimana dengan diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan teknik Dua Tinggal Dua Tamu Diawali Tugas Meringkas ini hasil belajar matematika dan siswa lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan rancangan Random terhadap subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Kecamatan Mungka, sedangkan sampel adalah VII 1 dan VII 2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir berbentuk essai.). Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t satu pihak dengan bantuan Software MINITAB merujuk pada Syafriandi (2001). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kedua kelas sampel terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran
lebih baik dari pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Nilai Tes Akhir Kelas Sampel Kelas Sampel X S Eksperimen 71,14 22,5 Kontrol 56,00 22,8 Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai ratarata siswa pada kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol, sedangkan simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol, berarti kelas kontrol memiliki nilai yang beragam dari pada kelas eksperimen. Hasil penelitian setelah dilakukan uji hipotesis yaitu uji t satu pihak dengan bantuan Software MINITAB, diperoleh P-value = 0,021, pada α= 0,05 karena P-value <, maka tolak H 0 terima H 1, ini berarti hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen diterapkan suatu model pembelajaran koperatif yaitu tipe Dua Tinggal Dua Tamu, dimana dengan model ini siswa dapat memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2010: 62). Dalam proses pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang yang tiap kelompok diberi nama kelompok A, B, C, D dan seterusnya. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1, 2, 3, dan 4, Setelah kelompok terbentuk guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan contoh soal yang sesuai dengan materi pelajaran, Setelah selesai menjelaskan pelajaran guru memberikan soal lembar diskusi kepada kelompok untuk didiskusikan, Pada saat diskusi guru berkeliling mengontrol siswa berdiskusi dan memberikan pengarahan jika ada kelompok yang bertanya, Setelah selesai kelompok berdiskusi dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain, Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, Dua orang bertamu bertugas menerima informasi
dari kelompok yang didatangi, Selanjutnya tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain dan kelompok mencocokkan dan membahas hasilhasil kerja mereka, Selanjutnya guru memilih beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja mereka dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dan bertanya tentang jawaban soal. Sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional (Nasution, 2010: 209), dimana guru yang menjelaskan materi pelajaran, siswa hanya mendengarkan serta memperhatikan guru, hal ini terlihat hanya sebagian siswa yang memperhatikan guru menjelaskan, sehingga siswa kurang paham dengan konsep yang diajarkan guru dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari jawaban-jawaban tes akhir yang diperoleh siswa kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol dengan materi kubus, balok, limas dan prisma. Pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu ini juga memperhatikan nilai sikap siswa selama proses pembelajarannya. Penilaian sikap yang diamati yaitu sikap disiplin, kerjasama, tanggung jawab dan percaya diri. Indikator ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang ada pada latar belakang serta mendukung model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu. Sikap disiplin siswa setiap pertemuannya mengalami peningkatan, dari pertemuan pertama yang sering meribut baik dalam pembagian kelompok maupun dalam diskusi sampai pada pertemuan terakhir yang lebih disiplin dalam diskusi kelompok serta berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Sikap kerjasama siswa juga mengalami peningkatan. Pertemuan pertama kebanyakan siswa tidak mau untuk bekerjasama. Ada yang memilih keluar dan ada yang memilih untuk mengerjakannya sendiri. Pertemuan keempat siswa lebih aktif dan mau bekerjasama dalam kelompok. Untuk pertemuan kelima dan keenam siswa lebih semangat bekerjasama dalam kelompok untuk menjadi yang terbaik.
Sikap tanggungjawab siswa dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam menjawab lembaran diskusi yang dibagikan guru. Sikap tanggungjawab siswa juga mengalami peningkatan setiap pertemuannya. Sikap percaya diri siswa juga mengalami peningkatan setiap pertemuannya, dari tidak ada siswa yang mau kedepan untuk persentasi sampai pada siswa yang berlombalomba untuk mempersentasikan hasil diskusi yang telah didapat. Jadi, secara keseluruhan kemampuan hasil belajar matematika dan sikap sosial siswa yang di ajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu sudah lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada umumnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 2 Kecamatan Mungka tahun pelajaran 2014/2015. Sikap siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu berada dalam kriteria baik dan bisa meningkatkan sikap siswa menjadi lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Lie, Anita. (2010). Cooperatif Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Lucia, Maryanti. 2012. Penerapan Teknik Dua Tinggal Dua Tamu Diawali Tugas Meringkas Dalam Proses Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Lengayang. STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang. Syafriandi. (2001). Analisis Statistika Infrensial Dengan Menggunakan Minitab. Padang: UNP. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka