BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman adalah kata dasarnya alami yaitu mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat, menyelami dan merasakan (Endarmoko, 2006). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwaperistiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu (Syah 2003). B. Defenisi ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, serta tanpa tambahan makan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Prasetyono, 2009). Keuntungan ASI eksklusif secara umum yaitu (1) memberi nutrisi yang optimal dalam hal kualitas dan kuantitas bagi bayi. (2) Meningkatkan kecerdasan. ASI mengandung zat besi dengan fungsi spesifik untuk pertumbuhan otak dan merupakan stimulasi awal dimana pandangan, belaian, usapan, kata-kata ibu waktu
menyusui merupakan kebutuhan awal atau kebutuhan rangsangan atau stimulasi (Maryunani, 2009). C. Manfaat ASI eksklusif 1. Bagi bayi Manfaat ASI eksklusif bagi bayi yaitu (1) ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik, (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh, (3) ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak, (4) Pemberian ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Danuatmaja, 2003). 2. Bagi ibu Manfaat ASI bagi ibu yaitu (1) Membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan selama kehamilan, (2) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli, (3) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terinfeksi, (4) Mencegah kanker payudara, (5) Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya, (6) Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi 6 bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan (Maryunani, 2009).
3. Bagi keluarga Manfaat ASI bagi keluarga yaitu (1) Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula. (2) Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, (3) Menjarangkan kelahiran lantaran efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif, (4) Keluarga tidak perlu repot membawa susu botol, susu formula, air panas, dan lain sebagainya ketika bepergian (Maryunani, 2009) 4. Bagi negara ASI juga bermanfaat bagi negara. Adapun manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut (1) Bayi sehat membuat negara lebih sehat, (2)Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi hanya sedikit, (3) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian (Danuatmaja, 2003). D. Teknik Menyusui Menurut Suradi R (2004), Sembilan teknik menyusui yaitu; (1) memegang payudara ibu jari di atas, empat jari di bawah, (2) tubuh bayi menghadap ibu, (3) telinga dan lengan segaris, (4) dagu bayi menempel payudara, (5) areola masuk mulut bayi, (6) melepas isapan dengan menekan dagu atau menggunakan jari kelingking ibu, (7) menyendawakan bayi di pundak atau paha ibu, (8) menggunakan dua payudara bergantian, (9) menyusui tanpa jadwal.
E. Upaya meningkatkan produksi ASI Maryunani Anik (2009), menyatakan sepuluh upaya yang perlu dilakukan ibu demi mendukung produksi ASI yaitu; (1) carilah informasi tentang keunggulan ASI eksklusif saat ibu sedang hamil untuk menimbulkan motivasi menyusui, (2) saat persalinan tiba, pilihlah rumah sakit yang melaksanakan kebijakan rawat gabung sehingga ibu dapat memberi ASI on demand (saat dibutuhkan), (3) siapkanlah diri secara fisik dan mental untuk menyusui. hal ini akan membuat hormon oksitosin bekerja memproduksi ASI, (4) dukungan suami sangat diperlukan, jangan takut ditinggal suami karena payudara menjadi jelek. menyusui tidak mengubah bentuk payudara Anda, (5) belajarlah cara dan posisi menyusui yang benar, (6) janganlah memberi makanan/minuman apapun selain ASI pada bayi yang baru lahir, (7) carilah suasana yang tenang dan bersikaplah rileks saat menyusui, (8). hindarilah stres, (9) konsumsilah makanan bergizi, buah-buahan, dan rajinlah minum air putih setidaknya 8-10 gelas per hari, (10) pakai BH yang bentuknya menyokong dan ukuran sesuai payudara. F. Cara mengetahui bayi cukup mendapat ASI Tanda-tanda berikut ini dapat gunakan sebagai petunjuk bayi mendapatkan cukup ASI dan cukup gizi; (a) dalam 24 jam, si kecil buang air kecil minimal 6-8 kali sehari. Ini mungkin agak sulit diperhatikan bila bayi menggunakan popok sekali pakai. Karena yang harus diperhatikan adalah 6-8 kali basahan, bukannya 6-8 kali ganti popok, (b) adanya pertumbuhan yang signifikan. Maksudnya, berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bayi bertambah secara signifikan, (c)
perkembangannya, baik motorik kasar maupun halus, baik. Selain itu, bayi terlihat aktif, nyaman dan bahagia (Suradi, R 2004). F. Langkah keberhasilan ASI eksklusif Roesli (2000), menyatakan tujuh langkah keberhasilan ASI eksklusif yaitu (1) Mempersiapkan payudara, bila diperlukan, (2) Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui, (3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya, (4) Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi seperti rumah sakit sayang bayi atau rumah bersalin sayang bayi, (5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif, (6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti konsultasi laktasi untuk mempersiapkan apabila kita menemui kesukaran, (7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui. G. Penelitian Fenomenologi Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang (Moleong, 2005). Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2005). Polit, et al., (2001) menyatakan bahwa terdapat dua macam penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian
pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomenologi deskriptif) dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut (fenomenologi interpretif). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi. Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu; ruang kehidupan, kehidupan tubuh (memenuhi kebutuhan badaniah), usia (kesementaraan), kehidupan hubungan manusia (hubungan). Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu penomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2005). Ahli penomenologi percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Ungkapan menjadi sesuatu di dunia (perwujudan) adalah suatu konsep tentang ketajaman ikatan fisik seseorang pada dunia mereka, seperti berfikir, melihat, mendengar, rasa, dan interaksi antara perasaan yang terus menerus pada tubuh mereka dengan dunia (Polit, et al., 2001). Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moleong, 2005). Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke
dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari (Moleong, 2005). Percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup. Selanjutnya, dalam percakapan yang mendalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka (Polit, et al., 2001). Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi, sebuah penelitian fenomenologi deskriptif melibatkan empat tahap yaitu: (1) menggolongkan data, yang berarti proses mengidentifikasi dan memegang praduga kepercayaan dan pendapat yang ditangguhkan tentang fenomena yang diteliti: (2) intuisi, yang terbentuk ketika peneliti membuka arti sifat dari fenomena dari orang yang pernah mengalaminya; (3) analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengkategorikan, dan membuat pengertian tentang hal-hal yang baru dari fenomena; (4) menggambarkan, yaitu tahap menggambarkan ketika peneliti mulai mengerti dan mengartikan fenomena (Polit, et al., 2001). H. Tingkat Kepercayaan Data Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang penelitian dilakukan berpegang kepada empat prinsip dan kriteria menurut Lincoln dan Guba (1985). Ke empat prinsip dan kriteria tersebut ialah; (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability.
Prinsip kredibilitas (credibility) merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti melakukan member check dalam wawancara atau pengamatan sehingga mencapai tingkat redundancy. Prinsip dependabilitas (dependability) merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan peneliti mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat penafsiran atas fenomena. Prinsip konfirmabilitas (confirmability) bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada ahli penelitian kualitatif. Prinsip transferabilitas (transferability) mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif tidak secara sistematis dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi yang berbeda sangat mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.