4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

dokumen-dokumen yang mirip
4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon

4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: DANIEL ADI SAMBADA

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Asam Urat Darah Itik Cihateup Fase Grower

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2

PROTEIN. Rizqie Auliana

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

3. HASIL PENELITIAN Profil Protein Yakon (Smallanthus sonchifolius) Gambar 9. Profil protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Prevalensi DIABETES. Terapi. Prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IPTEKMA Volume 2 No.1,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Rangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jambu biji (Psidium guajava) dengan 3 dosis yang berbeda dapat dilihat pada lampiran 2.

Transkripsi:

59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan hewan coba yaitu tikus strain wistar selama 28 hari ditambah 7 hari sebagai post-treatment. Penelitian ini diawali dengan melakukan isolasi protein Spirulina platensis, kemudian pengaplikasian isolat protein pada sorbet buah naga, untuk selanjutnya diuji kandungan nutrisi menggunakan analisis proksimat, dan yang terakhir pengujian in vivo pada tikus. 4.1. Isolasi Protein Pada penelitian ini isolasi protein dilakukan dengan metode salting out. Metode ini memiliki prinsip menurunkan kelarutan protein dalam larutan dengan penambahan garam. Penambahan garam akan menyebabkan presipitasi karena tegangan permukaan air meningkat yang mengakibatkan interaksi hidrofobik antara air dan protein semakin meningkat. Salah satu garam yang memiliki kelarutan tinggi dan dapat meningkatkan tegangan permukaan air adalah amonium sulfat (NH3)2SO4 (Wingfield, 2016). Bahan yang digunakan pada isolasi penelitian ini adalah biomassa kering Spirulina platensis yang dijual secara komersial. Hasil isolasi protein dari 1 gram Spirulina platensis yang dilakukan dengan metode salting out didapatkan isolat protein sebanyak 86,967%. Menurut Ciferri (1983) Spirulina platensis dalam keadaan biomassa kering mengandung protein 55-75%, namun isolat protein yang didapatkan melebihi 72%. Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi karena adanya komponen lain selain protein yang ikut terendapkan, sehingga terhitung dalam hasil isolat protein yang didapat. Menurut Maqueda et al. (2013), pemecahan dinding sel dan pelepasan protein merupakan tahap paling krusial, karena jika tidak terektraksi dengan baik, hasil ekstrak protein yang didapat pada hasil akhir analisa juga menjadi kurang murni. Hal tersebut mengakibatkan protein masih berikatan dengan kandungan lain selain protein di dalam sel. Selain itu, tahap presipitasi protein yang kurang sempurna juga dapat mempengaruhi hasil akhir proses isolasi protein. Garam 32

33 amonium sulfat yang digunakan kemungkinan juga ikut terendapkan. Namun hal tersebut tidak berpengaruh pada keamanan pangan, karena amonium sulfat merupakan Generally Recognized As Safe (GRAS) dan telah diterima sebagai bahan tambahan oleh Food and Drug Administration (FDA) dan Eropa (Organization for Economic Co-operation and Development, 2004) dengan batas aman sekitar 2000-4250 mg/kg berat badan. 4.2. Analisis Proksimat Pada penelitian ini dilakukan analisis proksimat yang terdiri dari kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat. Analisis proksimat dilakukan pada sorbet buah naga merah, sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB, dan sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 50 mg/kg BB. Pengujian dilakukan 3 kali ulangan sebanyak 2 batch. Berdasarkan hasil penelitian, kadar air dan kadar lemak masing-masing sorbet tidak memperlihatkan adanya beda nyata seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar air sorbet buah naga sebesar 89,62%, sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 25 mg/kg BB sebesar 89,60%, dan sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 50 mg/kg BB sebesar 89,65%, untuk kadar lemak pada sorbet buah naga sebesar 0,10%, sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 25 mg/kg BB sebesar 0,08%, dan sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 50 mg/kg BB sebesar 0,15%. Berdasarkan Khalili et al. (2006), dalam 100 gram buah naga merah memiliki kadar air sebesar 82,5-83% dan kadar lemak sebesar 0,21-0,61%. Kadar lemak yang didapat pada semua formulasi sorbet lebih rendah dibandingkan standart tersebut, namun pada kadar air didapatkan hasil yang lebih tinggi, hal tersebut karena pada penelitian ini buah naga yang dianalisis kadar airnya sudah dalam bentuk sorbet yang berarti sudah dilakukan penambahan air.

34 Adanya beda nyata terdapat pada kadar abu, kadar protein, dan kadar karbohidrat seperti dapat dilihat pada Tabel 3. Kadar abu yang paling tinggi dimiliki sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 25 mg/kg BB yaitu sebesar 0,43%, dan berbeda nyata dengan kadar abu sorbet buah naga yaitu sebesar 0,25%, namun tidak berbeda nyata dengan kadar abu sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 50 mg/kg BB yaitu sebesar 0,28%. Kadar protein yang paling tinggi terdapat pada sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 50 mg/kg BB yaitu sebesar 1,33%, dan berbeda nyata dengan kadar protein sorbet buah naga yaitu sebesar 0,43%, namun tidak berbeda nyata dengan kadar protein sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB yaitu sebesar 0,90%. Kadar karbohidrat yang paling tinggi terdapat pada sorbet buah naga yaitu sebesar 9,61%, dan berbeda nyata dengan kadar karbohidrat sorbet buah naga dengan penambahan Spirulina platensis 50 mg/kg BB yaitu sebesar 8,59%, namun tidak berbeda nyata dengan kadar karbohidrat sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB yaitu sebesar 9,00%. Berdasarkan Berdasarkan Khalili et al. (2006), dalam 100 gram buah naga merah memiliki kadar abu sebesar 0,28%, kadar protein sebesar 0,16-0,23%, dan kadar karbohidrat sebesar 11,55%. Pada hasil penelitian ini, kadar abu sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB lebih tinggi dari standart tersebut yaitu sebesar 0,43%. Ketidaksesuaian tersebut karena pada formulasi tersebut sudah ada penambahan isolat protein, sehingga kemungkinan ada komponen lain dari isolate protein yang ikut terabukan. Kadar protein sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein lebih tinggi dari kadar protein sorbet buah naga tanpa penambahan isolat protein. Hal tersebut berarti penambahan isolat protein Spirulina platensis yang dilakukan memiliki pengaruh yang signifikan pada kadar protein sorbet buah naga. Begitu pula pada kadar karbohidrat yang tinggi pada semua sorbet, dikarenakan penentuan kadar karbohidrat dilakukan menggunakan metode carbohydrates by difference yang melibatkan hasil analisa kadar air, abu, protein, lemak yang telah diketahui.

35 4.3. Pengujian In Vivo Pengujian in vivo yang dilakukan menggunakan tikus strain wistar yang diinduksi streptozotocin guna mengetahui pengaruh sorbet buah naga merah dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis terhadap perubahan kadar gula darah. Sebelum dilakukan pengujian terdapat beberapa pre-treatment yang dilakukan, antara lain persiapan kandang, sortasi tikus yang akan digunakan dengan berat antara 120-150 gram. Pemilihan berat badan tersebut mengacu pada dosis streptozocin yang akan diinduksikan yaitu sebanyak 45 mg/kg BB. Kemudian membuat tikus dalam kondisi puasa yaitu dengan memuasakan selama 8 jam, setelah itu siap diinduksi streptozotocin dan setelah 3 hari siap diberikan treatment. Tikus dianggap mengalami hiperglikemia jika kadar glukosa darah 126 mg/dl pada kondisi puasa (Arif dkk, 2013). Streptozotocin bekerja dengan cara merusak pada membran sel, protein, dan deoxyribonucleic acid (DNA) dengan cara membentuk radikal bebas yang sangat reaktif, sehingga menyebabkan gangguan produksi insulin oleh sel β-langerhans pankreas (Wilson dan LeDoux, 1989). Pengujian dilakukan selama selama 28 hari ditambah 7 hari sebagai posttreatment. Penambahan 7 hari sebagai post-treatment dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar gula darah tikus ketika sudah tidak diberikan treatment. Data yang didapat terdiri dari 4 kelompok tikus, yaitu tikus dengan pakan standar, tikus sonde sorbet buah naga, tikus sonde sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB, dan tikus sonde sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 50 mg/kg BB. Selama pengujian, setiap tikus diberikan pakan standar sebanyak 20 gram per tikus. 4.3.1. Tikus Dengan Pakan Standar Berdasarkan hasil penelitian seperti dapat dilihat pada Gambar 4, setelah diinduksi streptozotocin hanya tikus 2 yang sama sekali tidak mengalami hiperglikemia selama 35 hari karena kadar gula darah tidak melebihi 126 mg/dl yaitu dengan kadar gula darah awal 86 mg/dl dan 103 mg/dl pada hari ke 35. Hal tersebut dikarenakan sensitivitas reaksi sel tiap tikus dalam mengalami kerusakan akibat streptozotocin berbeda-beda. Pada tikus 1, 3, 4, dan 5 telah mengalami hiperglikemia dan terjadi perubahan kadar gula darah yang fluktuatif. Pada tikus 1

36 dan 3 yang mengalami kenaikan dan penurunan kadar gula darah setiap minggunya, dengan persentase perubahan terbesar pada tikus 1 hari ke-14 mengalami peningkatan kadar gula darah sebesar 76,25% dan pada tikus 3 hari ke-7 mengalami peningkatan kadar gula darah sebesar 766,67% seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Data kadar gula darah yang fluktuatif pada tikus dengan pakan standar diakibatkan aktifitas streptozotocin dalam merusak sel β-pankreas tetap berlangsung. Berdasarkan hasil berat badan yang didapat, semua tikus dengan pakan standar mengalami peningkatan dari hari ke-0 hingga hari ke-35. Peningkatan berat badan setiap minggunya kemungkinan terjadi karena tikus yang digunakan masih tergolong usia remaja dan masih pada masa pertumbuhan menuju dewasa muda. Menurut Sengupta (2012), tikus remaja memiliki berat badan 115 gram dan meningkat hingga 300 gram pada usia maksimal dewasa muda yaitu 98 hari atau lebih dari 3 bulan. 4.3.2. Tikus Treatment Sonde Sorbet Buah Naga Merah Perubahan kadar gula darah yang terjadi pada semua tikus yang diberikan treatment sonde oral sorbet buah naga cenderung mengalami penurunan hingga di bawah 100 mg/dl dari kadar gula awal pada tikus 1 yaitu 308 mg/dl, tikus 2 yaitu 131 mg/dl, tikus 3 yaitu 181 mg/dl, tikus 4 yaitu 110 mg/dl, dan tikus 5 yaitu 193 mg/dl seperti dapat dilihat pada Lampiran 5. Meskipun tikus 4 dari awal hingga akhir pengujian tidak mengalami hiperglikemia, namun kadar gula darah tiap minggunya tetap cenderung turun, sedangkan pada tikus 2 perubahan kadar gula darah mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada hari ke-28 dengan persentase sebesar 25,53% dan kembali mengalami penurunan pada hari ke-35, seperti dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 5. Penurunan kadar gula darah dapat terjadi karena treatment sonde sorbet buah naga yang diberikan pada tikus selama 28 hari sudah berpengaruh. Hal tersebut dikarenakan dalam buah naga mengandung senyawa flavonoid sebanyak 7,21±0,02 mg CE/100 gram (Wu Li Chen et al, 2005). Kenato (1999) mengatakan bahwa flavonoid mampu berperan sebagai antioksidan. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan mampu mengurangi ROS dan menurunkan stress oksidatif. Hal tersebut mampu

37 menimbulkan efek protektif terhadap sel β-pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin. 4.3.3. Tikus Treatment Sonde Sorbet Buah Naga Merah dengan Penambahan Isolat Protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB. Berdasarkan hasil yang didapat, dari tikus yang diberikan treatment sonde oral sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB semua tikus mengalami hiperglikemia pada kadar gula darah awal dan sebagian besar cenderung mengalami penurunan kadar gula darah. Namun, pada tikus 1 kembali mengalami peningkatan kadar gula darah hingga terjadi hiperglikemia pada masa post-treatment menjadi 172 mg/dl dengan persentase perubahan sebesar 4,24% dari kadar gula darah hari ke-28 seperti dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan pada tikus 2 mengalami peningkatan kadar gula darah dan penurunan berat badan pada hari ke-7 sebelum akhirnya mati. Penurunan berat badan tikus 2 sebelum mati, terjadi karena pengaruh dari streptozotocin mengakibatkan pengecilan otot yang berkaitan dengan proses glukogenolisis dan glukoneogenesis serta hilangnya protein jaringan (Kato et al., 2008). Penurunan kadar gula darah pada sebagian besar tikus masih diiringi dengan peningkatan berat badan dari hari ke-0 hingga hari ke-35 seperti tikus dengan pakan standar dan dapat dikatakan juga sebagai parameter kesembuhan dari hiperglikemia akibat pengaruh induksi streptozotocin. Treatment sonde sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 25 mg/kg BB yang diberikan pada tikus lebih berpengaruh pada penurunan kadar gula darah yang lebih drastis dari pada tikus yang hanya diberikan treatment sonde sorbet buah naga, seperti dapat dilihat pada Gambar 6. Hal tersebut dikarenakan penambahan isolat protein Spirulina platensis mampu meningkatkan kemampuan sorbet buah naga dalam menurunkan kadar gula darah. Berdasarkan penelitian Floyd et al (1966), pemberian campuran asam amino secara intravena yang terdiri dari arginin, lisin, fenilalanin, leusin, valin, metionin, histidin, treonin, isoleusin, dan triptofan terbukti dapat memacu pengeluaran insulin dalam tubuh. Hal tersebut didukung dengan penelitian dari Gaese (2012),

38 yang mengatakan bahwa Spirulina platensis memiliki kandungan protein dengan asam amino penyusun yaitu asam glutamat, asam aspartat, isoleusin, alanine, arginin, valin, dan lisin dapat mensekresi insulin melalui mekanisme incretindependent. Gastric inhibitory polupeptide (GIP) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan hormon incretin yang menjadi stimulator sekresi hormon insulin yang disekresi dari saluran pencernaan. Hormon tersebut selanjutnya akan berikatan dengan sel-β pada permukaan sel reseptor dan meningkatkan Glucose- Stimulated Insulin Secretion (GSIS). Asam amino leusin dan glutamin mampu juga mampu meningkatkan GSIS dengan cara leusin mengaktifkan glutamate dehidrogenase yang mengubah glutamat menjadi α-ketoglutarat. Glutamin akan berubah menjadi glutamat oleh enzim glutaminase di sitosol yang dapat memasuki siklus TCA melalui α-ketoglutarat, yang menghasilkan produksi ATP yang mampu meningkatkan sekresi insulin (Fu et al., 2013). 4.3.4. Tikus Treatment Sonde Sorbet Buah Naga Merah dengan Penambahan Isolat Protein Spirulina 50 mg/kg BB. Berdasarkan hasil yang didapat dari semua tikus yang diberikan treatment sonde oral sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 50 mg/kg BB selama 28 hari mengalami penurunan dari kadar gula darah awal yang sebagian besar lebih dari 150 mg/dl, bahkan pada masa post-treatment semua tikus tidak mengalami hiperglikemia lagi. Namun pada tikus 4 tidak mengalami hiperglikemia dari awal pengujian hingga akhir, meskipun demikian kadar gula darah tikus 4 tiap minggunya tetap cenderung turun. Penurunan kadar gula darah pada semua tikus diiringi dengan peningkatan berat badan dari hari ke-0 hingga hari ke-35 seperti tikus dengan treatment lainnya. Treatment sonde sorbet buah naga dengan penambahan isolat protein Spirulina platensis 50 mg/kg BB yang diberikan pada tikus ini lebih berpengaruh pada penurunan kadar gula darah dari pada kedua treatment lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 7. Penambahan isolat protein yang lebih banyak mampu meningkatkan kemampuan sorbet buah naga untuk menurunkan kadar gula darah. Terlihat pada hari ke-28 semua tikus sudah tidak mengalami hiperglikemia,

39 bahkan pada hari ke-35 dimana treatment sudah tidak diberikanpun semua tikus tidak mengalami hiperglikemia. Hal tersebut didukung oleh penelitian Anwer et al (2012), yang menunjukkan bahwa pemberian 50 mg ekstrak protein dari Spirulina platensis mampu lebih efektif menurunkan kadar gula darah. Penurunan kadar gula darah pada semua tikus selalu diiringi dengan peningkatan berat badan dari ke-0 hingga hari ke-35 (post-treatment). Disamping usia tikus yang tergolong remaja, peningkatan berat badan juga dapat dikatakan sebagai parameter kesesmbuhan dari hiperglikemia akibat induksi streptozotocin. Hal tersebut dikarenakan metabolisme karbohidrat sudah kembali membaik akibat treatment yang diberikan mampu menekan terjadinya reaksi glukoneogenesis dan glikogenolisis, sehingga tidak terjadi penurunan berat badan akibat berkurangnya massa otot (Emam, 2012).