PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis"

Transkripsi

1 4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis Bahan yang digunakan dalam isolasi proteinpada penelitian ini adalah Daun yakon danspirulina platensis. Menurut teori Djamilet al (2014), ekstrak dari daun yakon dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menurunkan produksi glukosa di hati, meningkatkan konsentrasi plasma insulin serta memiliki aktivitas inhibitor glikogenolisis dan glukoneogenesis. Daun yakon yang digunakan sebagai bahan isolasi protein ini adalah daun yakon kering. Pengeringan dilakukan menggunakan metode Solar Tunnel Dryer (STD). Metode ini dipilih karena biaya relatif lebih terjangkau, waktu lebih singkat, serta bahan yang dikeringkan dapat terlindung dari cemeran kotoran dan serangga karena terdapat penutup. Pada waktu siang hari suhu STD berkisar 60ºC dan dapat membunuh serangga yang terbawa di area pengeringan. Pengeringan menggunakan STD dapat mencapai suhu 80ºC dengan cara menghentikan sementara aliran udara, sehingga suhu di dalam STD akan mengalami peningkatan (Damadi & Ananingsih, 2008).Pada penelitian ini daun yakon segar yang digunakan sebanyak 10 kg, setelah dilakukan pengeringan menghasilkan total daun yakon kering sebanyak 1,037 kg. Pengeringan daun yakon ini menyebabkan penyusutan hingga 89,63%.Selain daun yakon, dalam penelitian isolasi protein ini juga digunakan Spirulina platensis yang dikenal kaya akan protein dan komponen penting lainnya. Pada kedua bahan ini dilakukan isolasi protein untuk didapatkan isolat protein. Metode yang digunakan untuk isolasi protein daun yakon dan Spirulina platensisadalah metode salting out karena metode ini tergolong metode yang cukup murah.kedua bahan ini menggunakan metode yang sama yaitu salting outkarena kedua bahan tersebut merupakan tumbuhan. Daun yakon merupakan tumbuhan famili asteraceaedan Spirulina platensis merupakan alga yang mirip dengan tumbuhankarenadapat melakukan proses fotosintesis. Keduanya merupakan organisme yang memiliki sel. 58

2 59 Sel tersusun atas inti sel, ribosom, dan bahan-bahan penyusun lain yang dilindungi oleh dinding sel. Protein banyak terkandung didalam dinding sel, sehingga perlu dilakukan pemecahan dinding sel (Albenne et al, 2014). Pada proses isolasi protein, langkah awal yang dilakukan adalah penimbangan daun yakon kering dan biomassa Spirulina platensiskering. Setelah penimbangan bahan kering, bahan ditambahkan dengan pelarut aquabidest. Pada penelitian isolasi protein ini digunakan pelarut berupa aquabidest (DDH2O) karena aquabidest lebih murni dari pada aquadest. Aquabidest diproduksi menggunakan proses destilasi sebanyak dua kali untuk menghilangkan pengotor seperti metal berat, garam, dan bahan-bahan organik lainnya. Karena kemurniannya,aquabidest sering digunakan sebagai pelarut pada bidang industri, farmasi bahan kimia, hingga keperluan proses penelitian di skala Laboratorium (MedicalCorner25, n.d). Tahap selanjutnya adalah proses ekstraksi. Pada tahapan ini, dilakukan pemecahan dinding sel terlebih dahulukarena jika tidak diekstrak dengan baik, hasil yang didapatkan pada hasil akhir analisis menjadi kurang murni (Maqueda et al, 2013). Alat yang digunakan pada proses pemecahan dinding sel adalah alat sonikasi yaitu Hielscherultrasonic homogenizer UP100H (Vilkhu et al, 2011). Proses sonikasi dilakukan selama 15 menit pada cycle 1 menggunakan amplitide 60%. Pengaturan cycle ini berfungsi mengatur ritme tekanan gelombang yang dikeluarkan. Pengaturan amplitude berfungsi menentukan seberapa besar intensitas ultrasonik yang ingin diberikan pada sampel yang di ekstrak (Capelo- Martinez, 2008) dalam (Winarjati,2016). Secara umum, amplitude 60% selama menit banyak digunakan untuk proses ekstraksi protein. Pada amplitude yang lebih rendah, akan didapatkan konsentrasi protein yang lebih rendah, sedangkan pada amplitude yang lebih tinggi akan menghasilkan panas yang dapat mengdegradasi protein (Chen et al, 2016). Pada saat proses sonikasi dilakukan, sampel dikondisikan berada pada suhu rendah. Tahap selanjutnya dilakukan proses pemisahan berdasarkan berat molekulnyauntuk memisahkan filtrat dari supernatan.setelah didapat supernatan yang cukup bersih, dilakukan penimbangan untuk menentukan penambahan

3 60 garam/ammonium sulfat untuk proses presipitasi. Ammonium sulfat yang ditambahkan sebanyak 45% dari beratsupernatan total padabeaker glass (untuk daun yakon) dan sebanyak 50% dari berat supernatan total padabeaker glass (untuk Spirulina) (Cuellar-Bermudez et al, 2014) dalam (Winarjati, 2016). Penambahan garam dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Pada saat garam ditambahkan terus-menerus, konsentrasi garam yangmeningkat akan mengikat air lebih kuat daripada daya ikat air dengan protein. Hal ini menyebabkan tidak adalagi air yang dapat diikat oleh protein. Kondisi tersebut akanmembuat protein saling berikatan antar molekulnya sehingga protein terendapkan (Rahayu, 2012) dalam (Winarjati, 2016). Proses ini dilakukan dengan mengkondisikan sampel pada suhu rendah dengan penambahan es batu disekitar bekker glass. Setelah larutanberubah warna dan timbul serabutserabut putih, larutan tersebut dipindahkan ke dalam tabung-tabung eppendorf berukuran 2 ml dan dilakukansentrifugasi dingin dengan alat refrigerated centrifuge pada kecepatan rpm selama 15 menit (Rahayu, 2012) dalam (Winarjati, 2016). Endapan yang merupakan isolat protein kemudian dipisahkan dari supernatan dan disimpan didalam freezeruntuk analisa lebih lanjut. Dari hasil isolasi protein biomassa kering Spirulina platensis sebanyak 1 gram, didapatkan isolat protein sebanyak 0,870 ± 0,046 gram dengan persentase isolat yang didapat sebesar 86,67 ± 4,601%. Hasil ini melebihi teori dari Cristwardana (2013) yang mengatakan bahwa kandungan protein dari Spirulina platensis sekitar 55-70%. Hal ini dapat terjadi karena salah satu faktor kelemahan dari metode salting outadalah masih terdapat pengotor berupa ammonium sulfat yang tidak dapat hilang 100%. Pada hasil isolasi protein daun yakon kering didapatkan isolat protein sebesar 0,084 ± 0,003 gram denganpersentase isolat 10,542 ± 0,315%. Hal ini tidak sesuai menurut Lachman et al (2003) yang mengungkapkan bahwa kandungan protein pada daun kering sebanyak 17,12%. Hal ini dapat disebabkan pada saat proses pengambilan isolat protein pada tabung appendorf tidak maksimal sehingga masih terdapat isolat protein yang tertinggal pada tabung appendorf.

4 Proksimat Sorbet Pada penelitian ini terdapat 3 formulasi terpilih sorbet buah naga merah(lihat pada Tabel 2) yaitu sorbet buah naga merah (SN), sorbet buah naga merah campuran isolat protein 1 (SNC1) dan sorbet buah naga merah campuran isolat protein 2 (SNC2). Pada sorbet buah naga merah (SN) sebagai kontrol (100% buah naga) tidak dilakukan penambahan isolat protein dari daun yakon dan Spirulina platensis. Pada pembuatan sorbet buah naga merah campuran isolat protein 1 (SNC1), campuran isolat protein yang ditambahkan untuk daun yakon sebesar 50 mg/kg BB (0,429 gram) dan Spirulina platensissebesar 25 mg/kg BB (0,215 gram). Pada pembuatan sorbet buah naga merah campuran isolat protein 2 (SNC2), campuran isolat protein yang ditambahkan untuk daun yakon sebesar 25 mg/kg BB (0,215 gram) dan Spirulina platensissebesar 50 mg/kg BB (0,429 gram). Kadar air dalam suatu produk pangan (yang diketahui sebagai kadar air dalam persen) dapat mempengaruhi penampilan, tekstur, dan rasa makanan (Makawy & El-sayd, 2010). Berdasarkan Tabel 4. Dapat dilihat bahwa kadar air sorbet buah naga (SN) sebesar 89,625±1,089%, sorbet buah naga campuran 1 (SNC1) sebesar 89,863±0,523% dan sorbet buah naga campuran 2 (SNC2) sebesar 89,240±0,450%. Dari hasil uji anova dapat dilihat bahwa kadar air antara ketiga sorbet tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata.hal ini tidak sesuai dengan teori Taiwan Food Industry Development and Research AuthoritiesReport Code dalam Felipe (2007), bahwa kadar air buah naga merah mencapai 82,5-83/100 gram bahan. Hasil analisis kadar air pada ketigasorbet tersebut lebih tinggi karena adanya penambahan air sebanyak 50 ml pada pembuatan sorbetsehingga mempengaruhi hasil analisis kadar air menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah naga saja. Kadar abu merupakan bahan sisa pembakaran dari bahan organik yang disebut juga mineral. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat adanya perbedaan nyata yang signifikan antara ketiga jenis sorbet tersebut. Kadar abu pada sorbetbuah naga (SN) sebesar 0,253±0,133%, sorbet buah naga campuran 1(SNC1) sebesar

5 62 0,421±0,109%, dan sorbet buah naga campuran 2(SNC2) sebesar 0,380±0,080%. Kadar abu tertinggi terdapat pada sorbetcampuran 1 (SNC1) dansorbetcampuran 2 (SNC2). Hal ini dikarenakan menurut Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis (2005) buah naga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, fosfor dan besi. Kandungan mineral tersebut kemungkinan besar masih tersisa setelah proses pengabuan sehingga kadar abu pada sorbet juga tinggi. Selain itu pada saat proksimat analisis proksimat pada tiap batch menggunakan sampel sorbet buah naga dengan bahan baku yang tingkat kematangannya yang berbeda. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat adanya perbedaan nyata yang signifikan pada kadar lemak antar ketiga sorbet buah naga. Kadar lemak pada sorbet buah naga (SN) sebesar 0,105±0,066%, sorbet buah naga campuran 1(SNC1) sebesar 0,071±0,022% dan sorbetbuah naga campuran 2 (SNC2) sebesar 0,066±0,015%. Hal ini menurut teori dari Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis (2005)menyatakan bahwa buah naga merah mengandung lemak sebesar 0,21 0,61gram/100 gram bahan. Kadar lemak yang lebih rendah pada sorbet buah naga jika dibandingkan dengan buah naga saja dapat disebabkan oleh kandungan sorbet yang sebagian besar adalah air. Kadar protein merupakan hal yang terpenting dalam penelitian ini.seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut berbagai penelitian protein berperan penting dalam kerja insulin. Pada Tabel 4 dapat dilihatbahwa antara kadar protein pada ketiga sorbet terdapat adanya perbedaan nyata yang signifikan.kadar protein pada sorbet buah naga (SN) sebesar 0,413±0,070%, sorbetbuah naga campuran 1 (SNC1)sebesar 0,908±0,168% dan sorbetbuah naga campuran 2 (SNC2)sebesar 1,045±0,288%.Menurut Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis (2005) kandungan protein pada buah naga merah adalah 0,159 0,229 gram/100 gram. Pada sorbet buah nagayang diberi campuran isolate protein dapat terlihat bahwa sorbet buah naga campuran 2 (SNC2) memiliki kadar protein tertinggi. Hal ini dikarenakan pada sorbet buah naga campuran 2 (SNC2) jumlah isolat protein

6 63 Spirulina platensisyang ditambahkan lebih besar dibandingkan dengan jumlah isolat daun yakon yang ditambahkan. Hal ini disebabkan karena menurut Christwardana (2013)kadar protein Spirulina platensislebih tinggi yaitu berkisar 55-70% jika dibandingkan dengan proteindaun yakon sebesar 17,12% (Lachman et al, 2003). Pada Tabel 4dapat dilihat bahwa kadar karbohidrat pada ketiga sorbet buah nagatidak menunjukkan adanya perbedaan nyata yang signifikan. Hal ini dapat terlihat dari kadar karbohidrat sorbetbuah naga (SN) sebesar 9,606±1,055%, sorbet buah naga campuran 1 (SNC1) sebesar8,736±0,439%, dan sorbet buah naga campuran 2(SNC2) sebesar 9,229±0,301%.Kadar karbohidrat yang tinggi dapat disebabkan karena tingginya karbohidrat dari buah naga. Metode pengukuran karbohidrat yang digunakan dalam penelitian ini adalah carbohydrate by difference. Metode pengukuran ini mengukur total karbohidrat secara keseluruhan meliputi pati, serat dan lain-lain. Seperti yang telah diketahui dari Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis (2005) bahwa kadar serat pada buah naga tinggi yaitu sebesar 0,7-0,9 gram/100 gram. Berdasarkan tingginya kadar serat maka dapat disimpulkan pula bahwa kadar karbohidrat pada buah naga juga tinggi karena serat merupakan salah satu komponen yang terukur dalam pengukuran karbohidrat total secara carbohydrate by difference. Maka dapat disimpulkan bahwa tingginya kadar karbohidrat sorbet buah naga disebabkan oleh tingginya kadar karbohidrat pada buah naga Hasil Pengujian in vivo Terhadap Kadar Gula Darah dan Berat Badan Pengujian in vivo ini dilakukan di Laboratorium hewan coba. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang. Dalam penelitian ini digunakan hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain wistar yang berusia berkisar 2bulan. Tikus yang digunakan dalam penelitian memiliki berat badan gram. Pada penelitian ini tikus dikondisikanmengalami diabetes dengan injeksi menggunakan senyawa diabetogenik yaitu streptozotocin (STZ). Streptozotocin (STZ) banyak digunakan karena dapat menghasilkan tikus diabetes dengan cara merusak sel β pulau Langerhans. Secara intraseluler, streptozotocin (STZ) akan menghasilkan

7 64 perubahan DNA pada sel β pankreas sehingga menyebabkan sekresi insulin terganggu. Streptozotocin (STZ) dapat masuk kedalam sel dengan cara menembus sel β pulau Langerhans melalui transporter glukosa GLUT 2 (Nugroho, 2006). Penggunaan STZ lebih baik dan efektif dibandingkan dengan menggunakan aloksan karena sifat STZ yang lebih stabil saat diaplikasikan pada tikus, serta dapat menghasilkan komplikasi kronis seperti yang terjadi pada manusia (Eleazu et al, 2013). Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan 20 ekor tikus untuk 4 kelompok perlakuan. Dalam satu perlakuan masing-masing terdapat sebanyak 5 ekor tikus. Empat kelompok tersebut meliputilima ekor tikus untuk pakan standar (kelompok 1), lima ekor tikus untuk perlakuan sonde sorbet buah naga(sn) (kelompok 2), lima ekor tikus untuk sonde sorbet buah naga campuran 1(SNC1) (kelompok 3) dan lima ekor tikus untuk sonde sorbet buah naga campuran 2 (SNC2) (kelompok 4). Pada penelitian ini masing-masing tikusdiinjeksi STZ dengan dosis 45 mg/kg BB hewan coba secara intraperitoneal. Pemberian dosis STZ sebesar45 mg/kg BB secara intraperitoneal dilakukan karena menurut Nugroho (2006) pemberiandosis STZ dengan dosis lebih dari 40 mg/kg BB secara intraperitoneal (i.p) dapat menghasilkan diabetes tipe 1. Setelah 7 hari pasca injeksi dapat terlihat bahwa terdapat tikusdengan kadar glukosa darah puasa mencapai 500 mg/dl tetapi juga terdapat tikusdengan kadar glukosa darah puasa tidak mencapai <126 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan karena menurut Eleazu et al(2013), pemberian STZ dengan dosis <50 mg/kg BB tidak efektif untuk menginduksi diabetes karena akan terjadi penyembuhan secara spontan pada hewan coba. Pemberian pakan standar untuk tikus hanya dilakukan sekali dalam sehari yaitu pada siang hari. Jumlah pakan standar yang diberikan adalah sebanyak 100 gram/hari untuk setiap kelompok perlakuan yang terdiri dari 5 ekor tikus. Pada tikus kelompok pakan standar tikus hanya diberikan pakan standar tanpa pemberian sorbet buah naga. Pada tikuskelompok sorbet buah naga(sn), tikuskelompok sorbet buah naga campuran 1 (SNC1),dantikus kelompoksorbet

8 65 buah naga campuran 2(SNC2), pemberian sorbetdilakukan setiap pagi hari sebelum dilakukan pemberian pakan standar. Pemberian sorbetdilakukan dengan cara disonde pada masing-masing tikus sebanyak 3,5 ml/ hari selama 28 hari. Hal ini berdasarkan penelitian Utaminingrum (2011) yang menyatakan bahwa dosis perlakuan sonde maksimal pada tikusadalah 4 ml dan tidak boleh berlebih. Apabila dosis berlebih dapat menyebabkan inflamasi pada lambung dan berujung pada kematian tikus.pengukuran kadar glukosa darah yang dilakukan pada tikus adalah kadar glukosa darah puasa. Perlakuan sonde diberikan mulai hari ke-0 padatikus dengan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Perlakuan sonde dilakukan 28 hari dan pengukuran kadar glukosa darah dan berat badan dilakukan pada hari ke-7,14,21 dan 28. Setelah hari ke-28 perlakuan sonde dihentikan dan pengukuran kembali dilakukan pada hari ke-35 untuk melihat perubahan yang terjadi setelahtikus tidak mendapat perlakuan sonde sorbet Tikus Pakan Standar Berdasarkan trend pada Gambar 5dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah puasa pada tikuspakan standar yang telah di injeksi STZ menunjukkan kadar glukosa darah yangberbeda-beda.pada tikus 2 dan tikus 5, tikus memiliki kadar glukosa darah yangnormal. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus2 dan 5 berada <100 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan karena dosis yang digunakan kurang sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penyembuhan secara spontan pada tikus(eleazu et al, 2013). Selain itu hal ini dapat disebabkan pula karena tikus yang digunakan masih tergolong usia remaja dan masih pada masa pertumbuhan menuju dewasa muda. Menurut (Sengupta, 2012), tikus remaja memiliki berat badan 115 gram dapat meningkat hingga 300 gram pada usia maksimal dewasa muda yaitu 98 hari atau lebih dari 3 bulan.

9 66 Pada tikus 1, 3, dan 4 tikus mengalami kondisi hiperglikemia. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus 1,3 dan 4 berada >126 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi diabetespada tikus tidak stabil sehingga kondisi hiperglikemia dapat terjadi meskipun kondisi tikus tidak diabetes. Kadar glukosa darah tikus yang turun namun berfluktuatif dapat disebabkan karena dimungkinkan masih ada sel beta pankreas penghasil insulin yang tidak rusak. Selain itu perubahan kadar glukosa darah puasa yang berbeda-beda dapat terjadi karena kondisi dari masing-masing individu tikus tidak tentu (Eleazu et.al, 2013). Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa trend berat badan tikus cenderung mengalami peningkatan mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-35. Peningkatan berat badan ini dapat disebabkan karena pada tikus kelompok pakan standar yang diinjeksi STZ masih terdapat sel beta pankreas yang tidak mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan insulin masih dapat keluar ketika kadar glukosa darah meningkat. Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh tikus, tubuh akan memberikan sinyal secara otomatis untuk segera mengeluarkan insulin. Insulin yang dikeluarkan oleh tubuh tikus akan membantu glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel yang kemudian akan digunakan sebagai energi. Sisa glukosa akan diubah menjadi glikogen dan akan disimpan di hati, otot dan jaringan lainnya. Maka semakin banyak glukosa yang diubah menjadi glikogen dan tersimpan di otot akan menyebabkan berat badan tikus semakin meningkat (Diehl, 1996) Tikus PerlakuanSorbet Buah Naga(SN) Berdasarkan trend pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah puasa pada tikus yang telah di injeksi STZ dan diberi perlakuan pemberian sorbet buah naga (SN) menunjukkan kadar glukosa darah yang berbeda-beda. Pada tikus 2 dan tikus 4 tidak mengalami hiperglikemia. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus 2 dan 4 berada <126 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan karena dosis yang digunakan kurang sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penyembuhan secara spontan pada tikus(eleazu et

10 67 al,2013). Selain itu hal ini dapat disebabkan pula karena tikus yang digunakan masih tergolong usia remaja dan masih pada masa pertumbuhan menuju dewasa muda. Menurut (Sengupta, 2012), tikus remaja memiliki berat badan 115 gram dapat meningkat hingga 300 gram pada usia maksimal dewasa muda yaitu 98 hari atau lebih dari 3 bulan. Pada tikus 1, 3, dan 5tikus mengalami kondisi hiperglikemia. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus 1,3 dan 5 berada >126 mg/dl. Turunnya kadar glukosa darah tikusdapat disebabkan karena tikusdiberi perlakuan dengan cara disonde sorbet buah naga merah (SN) pada hari ke-0 hingga hari ke-28. Buah naga merah mempunyai kandungan zat bioaktif yang bermanfaat sebagai antioksidan salah satunya flavonoid (Kaneto et al,1999).menurut Kaneto et al(1999)flavonoid dapat berperan sebagai antioksidanyang mempunyai kemampuan menurunkan stress oksidatif dan mengurangi Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menimbulkan efek perlindungan terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin. Pada Gambar 6, dapat dilihat bahwa trend berat badan tikus cenderung mengalami peningkatan mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-35. Peningkatan berat badan ini dapat disebabkan karena pada tikus kelompok (SN) yang diinjeksi STZ masih terdapat sel beta pankreas yang tidak mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan insulin masih dapat keluar ketika kadar glukosa darah meningkat. Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh tikus, tubuh akan memberikan sinyal secara otomatis untuk segera mengeluarkan insulin. Insulin yang dikeluarkan oleh tubuh tikus akan membantu glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel yang kemudian akan digunakan sebagai energi. Sisa glukosa akan diubah menjadi glikogen dan akan disimpan di hati, otot dan jaringan lainnya. Maka semakin banyak glukosa yang diubah menjadi glikogen dan tersimpan di otot akan menyebabkan berat badan tikus semakin meningkat (Diehl, 1996).

11 Tikus Perlakuan Sorbet Buah Naga Campuran 1 (SNC1) Berdasarkan trend pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah puasa pada tikus yang telah di injeksi STZ dan diberi perlakuan pemberian sorbet buah naga campuran 1 (SNC1) menunjukkan kadar glukosa darah yang berbeda-beda. Pada tikus 4 tidak mengalami hiperglikemia. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus 4 <126 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan karena dosis yang digunakan kurang sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penyembuhan secara spontan pada tikus(eleazu et al, 2013). Selain itu hal ini dapat disebabkan pula karena tikus yang digunakan masih tergolong usia remaja dan masih pada masa pertumbuhan menuju dewasa muda. Menurut (Sengupta, 2012), tikus remaja memiliki berat badan 115 gram dapat meningkat hingga 300 gram pada usia maksimal dewasa muda yaitu 98 hari atau lebih dari 3 bulan. Pada tikus 1, 2, 3 dan 5 tikus mengalami kondisi hiperglikemia. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus 1,2,3 dan 5 >126 mg/dl. Turunnya kadar glukosa darah tikusdapat disebabkan karena tikusdiberi perlakuan dengan cara disonde sorbet buah naga merah campuran 1 (SNC1) pada hari ke-0 hingga hari ke-28. Penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi karena penambahan isolat protein berperan penting dalam menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Floyd et al (1966) pemberian campuran asam amino (Arginin, Lisin, Fenilalanin, Leusin, Valin, Metionin, Histidin, Treonin, Isoleusin dan Triptofan) secara intravena dapat meningkatkan kadar plasma insulin didalam tubuh. Maka berdasarkan pernyataan dari Floyd et al(1966) dapat dikatakan bahwa pemberian isolat protein yang terdiri dari berbagai asam amino dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan memicu pengeluaran insulin. Seperti yang diketahui menurut Lachman et al (2003) daun yakon memiliki protein sebesar 17,12% sedangkan Spirulina platensis memiliki protein yang berkisar antara 72% dengan kandungan asam amino antara lain Isoleusin, Arginin, Alanin, Valin dan Lisin (Angka & Lestari, 2000). Perpaduan antara kedua

12 69 campuran asam amino dari daun yakon dan Spirulina platensis tersebut diduga dapat memacu pengeluaran hormon insulin. Selain itu penurunan kadar glukosa darah juga dapat disebabkan oleh kandungan buah naga merah yang mempunyai zat bioaktif dan bermanfaat sebagai antioksidan salah satunya flavonoid (Kaneto et al,1999).menurut Kaneto et al(1999) flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan menurunkan stress oksidatif dan mengurangi Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menimbulkan efek perlindungan terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin. Pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa trend berat badan tikus cenderung mengalami peningkatan mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-35. Peningkatan berat badan ini dapat disebabkan karena pada tikus kelompok (SNC1) yang diinjeksi STZ masih terdapat sel beta pankreas yang tidak mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan insulin masih dapat keluar ketika kadar glukosa darah meningkat. Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh tikus, tubuh akan memberikan sinyal secara otomatis untuk segera mengeluarkan insulin. Insulin yang dikeluarkan oleh tubuh tikus akan membantu glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel yang kemudian akan digunakan sebagai energi. Sisa glukosa akan diubah menjadi glikogen dan akan disimpan di hati, otot dan jaringan lainnya. Maka semakin banyak glukosa yang diubah menjadi glikogen dan tersimpan di otot akan menyebabkan berat badan tikus semakin meningkat (Diehl, 1996) Tikus Perlakuan Sorbet Buah Naga Campuran 2(SNC2) Berdasarkan trend pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah puasa pada tikus yang telah di injeksi STZ dan diberi perlakuan pemberian sorbet buah naga campuran 2 (SNC2) menunjukkan kondisi hiperglikemia. Hal ini dapat terlihat dari trend grafik perubahan kadar glukosa darah yang menunjukkan bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa tikus>126 mg/dl. Turunnya kadar glukosa darah tikusdapat disebabkan karena tikusdiberi perlakuan dengan cara disonde sorbet buah naga merah campuran 2 (SNC2) pada hari ke-0 hingga hari ke-28. Penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi karena penambahan isolat protein berperan penting dalam menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Floyd et al (1966) pemberian campuran asam amino (Arginin,

13 70 Lisin, Fenilalanin, Leusin, Valin, Metionin, Histidin, Treonin, Isoleusin dan Triptofan) secara intravena dapat meningkatkan kadar plasma insulin didalam tubuh. Maka berdasarkan pernyataan dari Floyd et al(1966) dapat dikatakan bahwa pemberian isolat protein yang terdiri dari berbagai asam amino dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan memicu pengeluaran insulin. Seperti yang diketahui menurut Lachman et al (2003) daun yakon memiliki protein sebesar 17,12% sedangkan Spirulina platensis memiliki protein yang berkisar antara 72% dengan kandungan asam amino antara lain Isoleusin, Arginin, Alanin, Valin dan Lisin (Angka & Lestari, 2000). Perpaduan antara kedua campuran asam amino dari daun yakon dan Spirulina platensis tersebut diduga dapat memacu pengeluaran hormon insulin. Selain itu penurunan kadar glukosa darah juga dapat disebabkan oleh kandungan buah naga merah yang mempunyai zat bioaktif dan bermanfaat sebagai antioksidan salah satunya flavonoid (Kaneto et al,1999).menurut Kaneto et al(1999) flavonoid dapat berperan sebagai antioksidanyang mempunyai kemampuan menurunkan stress oksidatif dan mengurangi Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menimbulkan efek perlindungan terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin. Namun pada tikus 2, mulai dari hari ke-0 hingga ke-35tikus mengalami perubahan kadar glukosa darah puasa tetapi dengan rentang perubahan yang kecil. Sehingga dengan rentang perubahan kadar glukosa darah yang kecil tersebut mengakibatkan tikus 2 masih berada dalam keadaan hiperglikemia (421 mg/dl) hingga hari terakhir penelitian. Hal ini dapat disebabkan karena mekanisme penyerapan pada tikus yang berbeda-beda sehingga perlakuanpada tikus ini dibutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan tikus yang lainnya. Pada Gambar 8, dapat dilihat bahwa trend berat badan tikus cenderung mengalami peningkatan mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-35. Peningkatan berat badan ini dapat disebabkan karena pada tikus kelompok (SNC2) yang diinjeksi STZ masih terdapat sel beta pankreas yang tidak mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan insulin masih dapat keluar ketika kadar glukosa darah meningkat. Pada saat makanan masuk ke dalam tubuh tikus, tubuh akan memberikan sinyal secara otomatis untuk segera mengeluarkan insulin. Insulin yang dikeluarkan oleh tubuh tikus akan membantu

14 71 glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel yang kemudian akan digunakan sebagai energi. Sisa glukosa akan diubah menjadi glikogen dan akan disimpan di hati, otot dan jaringan lainnya. Maka semakin banyak glukosa yang diubah menjadi glikogen dan tersimpan di otot akan menyebabkan berat badan tikus semakin meningkat (Diehl, 1996). Persentase perubahan kadar glukosa darah dan berat badan tikus dapat dilihat pada Tabel Berdasarkan pada Tabel 5, dapat terlihat bahwa persentase perubahan kadar glukosa darah 5 ekor tikus yang diberikan pakan standar memiliki persentase penurunan terbesar adalah pada Tikus 1 pada hari ke-7 yaitu sebesar 72,11% dan kadar glukosa darah puasa dengan persentase penurunan terendah terdapat pada Tikus 2 pada hari ke-7 yaitu sebesar 1,16%. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa tikus yang diberikan pakan standar, persentase perubahan peningkatan berat badan terbesar terjadi pada tikus 3 yaitu sebesar 19,83% pada hari ke-14 dan persentase perubahan peningkatan berat badan terendah terjadipada tikus 2 yaitu sebesar 1,99% hari ke-14. Berdasarkan pada Tabel 7, dapat terlihat bahwa persentase perubahan kadar glukosa darah 5 ekor tikus yang diberikan perlakuan sonde sorbet buah naga (SN) memiliki persentase penurunan terbesar adalah pada Tikus 1 pada hari ke-7 yaitu sebesar 56,49% dan kadar glukosa darah puasa dengan persentase penurunan terendah terdapat pada Tikus 5 pada hari ke-21 yaitu sebesar 5,26%. Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa tikus yang diberikan perlakuan sonde sorbet buah naga (SN), persentase perubahan peningkatan berat badan terbesar terjadi pada tikus 4 yaitu sebesar 88% pada hari ke-7 dan persentase perubahan peningkatan berat badan terendah terjadi pada tikus 4 yaitu sebesar 2,19% hari ke-28. Berdasarkan pada Tabel 9, dapat terlihat bahwa persentase perubahan kadar glukosa darah 5 ekor tikus yang diberikan perlakuan sonde sorbet buah naga campuran 1 (SNC1) memiliki persentase penurunan terbesar adalah pada Tikus 2 pada hari ke-7 yaitu sebesar 40,51% dan kadar glukosa darah puasa dengan persentase penurunan terendah terdapat pada Tikus 1 pada hari ke-28 yaitu

15 72 sebesar 1,79%. Pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa tikus yang diberikan perlakuan sonde sorbet buah naga campuran 1 (SNC1), persentase perubahan peningkatan berat badan terbesar terjadi pada tikus 5 yaitu sebesar 30,43% pada hari ke-7 dan persentase perubahan peningkatan berat badan terendah terjadi pada tikus 4 yaitu sebesar 3,40% hari ke-35. Berdasarkan pada Tabel 11, dapat terlihat bahwa persentase perubahan kadar glukosa darah 5 ekor tikus yang diberikan perlakuan sonde sorbet buah naga campuran 2 (SNC2) memiliki persentase penurunan terbesar adalah pada Tikus 4 pada hari ke-7 yaitu sebesar 45,86% dan kadar glukosa darah puasa dengan persentase penurunan terendah terdapat pada Tikus 2 pada hari ke-7 yaitu sebesar 0,86%. Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa tikus yang diberikan perlakuan sonde sorbet buah naga campuran 2 (SNC2), persentase perubahan peningkatan berat badan terbesar terjadi pada tikus 4 yaitu sebesar 21,21% pada hari ke-0 dan persentase perubahan peningkatan berat badan terendah terjadi pada tikus 5 yaitu sebesar 0,44% hari ke-28 Terlihat bahwa berdasarkan persentase perubahan penurunan pada empat kelompok perlakuan tersebut kadar glukosa darah puasa terbesar secara berturutturut yaitu pada perlakuan tikus pakan standar sebesar 72,11%; perlakuan sonde sorbetbuah naga (SN) sebesar 56,49%; perlakuan sonde sorbet buah naga campuran 2(SNC2) sebesar 45,86%; perlakuan sondesorbet buah naga campuran 1 (SNC1) sebesar 40,51%. Pada persentase perubahan terhadap berat badan berturut-turut yaitu pada perlakuan sorbet buah naga (SN) sebesar 88%; perlakuan sonde sorbet buah naga campuran 1 (SNC1) sebesar 30,43%; perlakuan sondesorbet buah naga campuran 2(SNC2) sebesar 21,21%; perlakuan pakan standar sebesar 19,83%.

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon 4. PEMBAHASAN Daun yakon yang digunakan untuk pengobatan dan telah beredar dipasaran, umumnya dijual dalam bentuk kering. Untuk mengetahui aplikasi dari daun yakon dalam bidang makanan, maka dilakukan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis 4. PEMBAHASAN Pengujian in vivo untuk mengetahui kemampuan sorbet pisang (Musa paradisiaca) yang ditambah dengan isolat protein Spirulina platensis dibagi dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah proses isolasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hiperglikemia merupakan kondisi terlalu tingginya kadar gula darah pada tubuh, hal ini ditandai dengan kadar gula darah puasa yaitu 126 mg/dl dan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies Spirulina platensis merupakan jenis mikroalga berbentuk spiral dan mengandung fikosianin tinggi sehingga berwarna hijau biru (Christwardana et.al, 2013). Spirulina

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan 3.1.1. Hasil Isolasi Protein Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius) Ekstraksi dan isolasi protein Spirulina dan daun yakon dilakukan dengan menggunakan metode salting

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah melebihi 200 mg/dl saat kondisi sewaktu dan di atas 126 mg/dl pada kondisi puasa (Arif dkk, 2013). Hiperglikemia disebabkan

Lebih terperinci

4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis 4. PEMBAHASAN Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah lebih dari kadar gula darah puasa (124 mg/dl) atau kadar gula darah normal (200mg/dL). Akan tetapi sesaat setelah mengkonsumsi sesuatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 14 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemiaadalah suatu istilah peningkatan kadar glukosa darah yang merupakan salah satu gejala umum yang terjadi pada diabetes melitus. Menurut (Shawet al, 2010)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika kadar glukosa darah meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal seseorang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daun yakon (Smallanthus sonchifolius) atau yang dikenal sebagai daun insulin merupakan salah satu spesies tanaman yang secara efektif dapat menurunkan kadar gula darah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan kondisi ketika kadar glukosa dalam darah melebihi kadar glukosa darah normal. Kadar glukosa darah yang meningkat dapat disebabkan oleh tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kadar gula darah merupakan suatu parameter yang menunjukkan kondisi hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan atau kondisi kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Ekstraksi Bawang putih (Allium sativum) Dua ratus delapan gram bubuk bawang putih kering diekstraksi menggunakan metode sokletasi dengan pelarut ethanol 80% yang dipanaskan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula dalam darah diatas normal, akan tetapi peningkatan kadar gula sesaat setelah makan tidak dapat disebut dengan hiperlgikemia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Permen jelly memiliki tekstur lunak yang diproses dengan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: DANIEL ADI SAMBADA

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: DANIEL ADI SAMBADA PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) DAN Spirulina platensis DALAM SORBET BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca) TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH DAN BERAT BADAN TIKUS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN BAB IV HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus albal.) Terhadap Jumlah sel pyramid Hipokampus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Diabetes Melitus Kronis yang Diinduksi Aloksan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, ekonomis dan merupakan salah satu nikmat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON

PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON PENGARUH SORBET BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH THE EFFECT OF DRAGON FRUIT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah 1 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Uji Pendahuluan 5.1.1 Penentuan DM setelah Induksi Streptozotosin Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. penelitian ini dilakukan studi preelimenery dengan mengunakan hewan coba yang

BAB V HASIL PENELITIAN. penelitian ini dilakukan studi preelimenery dengan mengunakan hewan coba yang BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Uji Pendahuluan Untuk menentukan kadar gula darah tetap stabil pada kondisi DM, pada penelitian ini dilakukan studi preelimenery dengan mengunakan hewan coba yang diinduksi

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O

Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O Metabolisme Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2 Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 Dasar teori Hewan dalam hidupnya selalu memerlukan energi untuk pertumbuhan, produksi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Subjek penelitian terdiri dari 21 ekor tikus putih jantan yang berusia ± 2 bulan dengan berat badan 150-200 gr. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Zoologi dan Kimia Dasar FMIPA Universitas Lampung. Untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Bandung untuk membuat teh hijau dan teh daun murbei; dan menganalisis kimia teh daun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Kedua faktor yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Yakon (Smallantus sonchifolius) adalah bahan ramuan yang populer dalam beberapa tahun terakhir karena beberapa penelitian medis menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. i KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi sampel

Lampiran 1. Identifikasi sampel Lampiran 1. Identifikasi sampel 74 Lampiran 2.Rekomendasi persetujuan etik penelitian 75 Lampiran 3. Gambar nanas segar Gambar Buah Nanas Segar Gambar Makroskopik Kulit Buah Nanas Segar 76 Lampiran 4.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Universitas Gajah Mada Yogyakarta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada tikus putih (Rattus Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Usia tikus 8-10 minggu

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan pada bulan Mei 2002

Lebih terperinci