Bab IV Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa darah puasa (GDP) hewan uji, sehingga buah ini selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan alternatif dalam terapi herbal, khususnya dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus (DM) yang saat ini kasusnya banyak sekali dijumpai di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Buah tin yang masih segar diperoleh dari Kompleks Pesantren Qiro atus Sab ah, Limbangan, Garut, Jawa Barat. IV.1 Kegiatan Pendahuluan Sebagai kegiatan pendahuluan, dilakukan penapisan fitokimia terhadap ekstrak buah tin yang ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan metabolit sekunder di dalam buah tin. Metabolit sekunder yang dimaksud yaitu alkaloid, saponin, steroid dan triterpenoid. Hasil penapisan fitokimia ini hanya menunjukkan adanya senyawa triterpenoid, yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu setelah ekstrak eter buah tin ditetesi dengan pereaksi Liebermann Burchard, seperti tampak pada Gambar IV.1. Sementara hasil penapisan fitokimia selengkapnya dapat dilihat pada Tabel IV.1. Gambar IV.1. Warna ungu yang terbentuk setelah ekstrak eter buah tin diuji dengan Liebermann Burchard 41

2 Tabel IV.1. Pemeriksaan kandungan metabolit sekunder buah tin (Ficus carica L.) melalui penapisan fitokimia No. Metabolit Sekunder Hasil Alkaloid Saponin Steroid Triterpenoid + Selain menggunakan buah tin sebagai bahan utama yang diselidiki aktivitas hipoglikemiknya, dalam penelitian ini digunakan tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) sebagai hewan uji yang dikondisikan terlebih dahulu sehingga menderita penyakit diabetes dengan cara diinduksi oleh larutan aloksan monohidrat. Tikus diabetes ini merupakan representasi dari para pasien penderita DM. Kadar GDP dari semua hewan uji terus dipantau, baik sebelum maupun setelah diberi perlakuan, selama 21 hari, hingga diperoleh data yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bukti ilmiah mengenai aktivitas hipoglikemik yang dimiliki oleh buah tin. Dan sebagai perbandingan, dilakukan juga penentuan aktivitas hipoglikemik dari salah satu obat antidiabetes oral yang sudah beredar di pasaran, yaitu metformin, terhadap hewan uji yang sama. Hewan uji yang dimaksud diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat. IV.2 Pembuatan Ekstrak Air Buah Tin Salah satu manfaat aplikatif yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu para penderita DM dapat langsung menggunakan buah tin sebagai obat antidiabetes dengan cara yang praktis, tanpa harus susah payah mengisolasi zat aktif antidiabetes terlebih dahulu. Misalnya, cukup dengan mengkonsumsi air rebusan buah tin dengan dosis dan waktu penggunaan yang tepat, maka kadar GDP para penderita DM dapat diarahkan hingga mencapai sasaran yang diinginkan. Untuk kepentingan ini, ekstraksi buah tin dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan 42

3 air atau aquades sebagai pelarutnya. Namun, penggunaan air akan mengakibatkan ekstrak buah tin mudah dan cepat ditumbuhi berbagai mikroba yang merugikan. Pertumbuhan mikroba di dalam ekstrak ini akan menimbulkan penyimpangan dari hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, ke dalam ekstrak air ditambahkan beberapa tetes etanol 10% yang dimaksudkan supaya ekstrak air buah tin dapat bertahan relatif lebih lama, karena kemungkinan mikroba tumbuh di dalam media yang mengandung etanol sangat kecil. Dari proses perkolasi ini, diperoleh ekstrak air buah tin yang berwarna merah kecokelatan sebanyak 94 ml seperti terlihat pada Gambar IV.2, dengan kadar buah tin sebesar mg/ml. Ekstrak ini selanjutnya disimpan di dalam freezer untuk proses selanjutnya. Gambar IV.2. Ekstrak air buah tin (Ficus carica L.) IV.3 Perlakuan Terhadap Hewan Uji Berdasarkan jenis perlakuannya, hewan uji dibagi menjadi tujuh kelompok. Jumlah sampel, dalam hal ini hewan uji, untuk masing-masing kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer, dengan r sebagai jumlah sampel dan t sebagai jumlah perlakuan, sebagaimana terlihat pada persamaan (4.1). (51) (r 1)(t 1) 15 (4.1) (r 1)(7 1) 15 (r 1)6 15 6r 21 r 3,5 43

4 Jadi jumlah minimal sampel untuk setiap kelompok adalah empat ekor hewan uji. Dengan demikian, untuk memenuhi keperluan ini, dibutuhkan hewan uji sebanyak 28 ekor. Akan tetapi dalam penelitian ini digunakan hewan uji sebanyak 35 ekor, dengan perkiraan ada hewan uji yang mati sebelum perlakuan selesai karena kondisi hiperglikemia yang terlalu tinggi, sehingga diperlukan beberapa hewan uji cadangan. Hewan uji tikus yang disiapkan berusia 2 3 bulan, dan setelah ditimbang satu per satu, diperoleh kisaran berat badan tikus antara gram, dengan ratarata berat badan sebesar 194,82 gram. Berat badan ini sangat erat kaitannya dengan jumlah zat yang akan dimasukkan ke dalam tubuh tikus. Semua tikus perlu diadaptasikan terlebih dahulu selama tujuh hari. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru, sehingga tikus tidak stres. Dengan demikian, kondisi hiperglikemia yang disebabkan oleh tingginya tingkat stres pada tikus dapat dihindari. Sejak hari pertama proses adaptasi tersebut, semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi perlakuan selanjutnya adalah tikus yang mempunyai nilai GDP normal, yaitu nilai GDP di bawah 126 mg/ml, sedangkan tikus yang mempunyai nilai GDP di atas normal tidak dipergunakan. Untuk mengetahui kondisi awal dari semua tikus yang digunakan, maka dilakukan pemeriksaan GDP pra induksi terlebih dahulu. Dari pemeriksaan tersebut, diperoleh kisaran GDP antara 80,40 111,23 mg/dl, dengan rata-rata kadar GDP sebesar 91,22 mg/dl. Berdasarkan nilai GDP yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua hewan uji yang disiapkan sudah memenuhi kriteria untuk diberi perlakuan selanjutnya. Mula-mula sebanyak empat ekor tikus dimasukkan ke dalam kelompok satu (K.1) yang merupakan kontrol negatif. Artinya kadar GDP tikus-tikus di dalam kelompok ini dibiarkan berada dalam kisaran normal. Sementara tikus-tikus yang lain diinduksi dengan larutan aloksan monohidrat secara intravena dengan dosis 125 mg/kgbb. Dengan rata-rata berat badan tikus sebesar 194,82 gram, maka banyaknya aloksan monohidrat yang diinduksikan ke dalam tubuh tikus adalah 44

5 sebesar 25 mg. Artinya, diperlukan sebanyak 0,25 ml larutan aloksan monohidrat 100 mg/ml untuk menginduksi tikus sehingga menderita diabetes. Dipilihnya dosis ini dengan pertimbangan berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa dosis aloksan monohidrat 125 mg/kgbb merupakan dosis optimal yang dapat menghasilkan sebanyak 80% tikus diabetes dengan kadar glukosa darah mg/dl. Sementara dosis aloksan monohidrat 175 mg/kg BB menghasilkan keadaan diabetes dengan kadar glukosa darah mg/dl dan tikus yang dapat bertahan hidup setelah 48 jam hanya 25%. (43) Proses induksi dengan aloksan monohidrat ini menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas sehingga sekresi insulin akan berkurang dan kadar glukosa dalam darah pun akan meningkat, akibatnya tikus-tikus ini menjadi diabetes. Setelah dibiarkan selama tiga hari, GDP hewan uji tikus diperiksa kembali sehingga diperoleh data kadar GDP pasca induksi pada T 0. Tikus yang mempunyai kadar GDP di atas 126 mg/dl dipilih sebagai tikus diabetes. Semua tikus diabetes dikelompokkan menjadi enam kelompok secara acak, masingmasing terdiri dari empat ekor. Jadi secara keseluruhan terdapat tujuh kelompok tikus dengan perlakuan yang berbeda yaitu: kelompok K.1 sebagai kontrol negatif; kelompok K.2 sebagai kontrol positif, hanya diberi Amidis 1 ml per oral setiap hari; kelompok K.3 sebagai kelompok pembanding, diberi metformin 50 mg/kgbb per oral setiap hari; serta kelompok K.4, K.5, K.6 dan K.7 sebagai kelompok pengujian, masing-masing diberi ekstrak air buah tin dengan dosis berturut-turut sebesar 25 mg/kgbb, 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb dan 200 mg/kgbb per oral setiap hari. IV.4 Pemeriksaan Kadar GDP Pemeriksaan GDP dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menggunakan glukotester elektrik Life Scan tipe Smart Scan. Kedua, dengan menggunakan metoda Somogyi Nelson, yang didasarkan pada pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 660 nm dengan spektrofotometer Spectronic Genesys 20. Masing-masing metoda mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Kelebihan pemeriksaan kadar GDP dengan menggunakan glukotester elektrik di 45

6 antaranya yaitu cepat dan praktis. Cukup dengan meneteskan sedikit cuplikan darah yang diambil dari bagian ekor tikus ke atas strip yang sudah terpasang pada bagian tertentu dari glukotester elektrik, maka nilai kadar GDP dalam mg/dl dapat dilihat pada layar setelah 15 detik. Akan tetapi terbatasnya nilai kadar GDP yang terjangkau menjadi salah satu kelemahan dari metoda ini. Glukotester elektrik Life Scan tipe Smart Scan yang digunakan dalam penelitian ini hanya dapat menjangkau nilai GDP sampai 600 mg/dl. Sementara nilai di atas 600 mg/dl tidak dapat terdeteksi dan pada layar akan muncul tulisan HI, artinya kadar GDP sudah terlalu tinggi (high level). Dengan demikian, diperlukan pemeriksaan GDP dengan metoda lain yang dapat menjangkau nilai GDP yang lebih luas. Untuk kepentingan tersebut, pemeriksaan GDP ditentukan pula dengan metoda Somogyi Nelson. Meskipun kurang praktis dan relatif lebih lama, akan tetapi nilai GDP yang dapat dijangkau melalui metoda ini lebih luas. Selain itu, nilai GDP yang terukur melalui metoda Somogyi Nelson tidak jauh berbeda dengan nilai GDP yang terukur melalui glukotester elektrik. Oleh karena itu, untuk kepentingan uji statistik dari data-data yang diperoleh, maka data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil pemeriksaan dengan metoda Somogyi Nelson. Pemeriksaan kadar GDP, baik dengan glukotester maupun dengan metoda Somogyi Nelson, dilakukan terhadap tikus yang sudah dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Penentuan kadar glukosa dengan metoda Somogyi Nelson didasarkan pada reaksi redoks antara gula pereduksi dengan ion tembaga serta reaksi redoks ion tembaga dengan ion molibdenum. Reaksi redoks antara gula pereduksi dengan ion tembaga berlangsung dalam suasana basa. Dalam suasana basa ion kompleks Cu 2+ akan membentuk Cu(OH) 2 yang mudah mengendap. Untuk mengatasi supaya tidak terbentuk endapan, maka ion Cu 2+ direduksi menjadi Cu + oleh gugus aldehid dari gula pereduksi dengan bantuan pemanasan. Hasil reaksi terlihat dengan munculnya endapan berwarna merah bata. Persamaan reaksi reduksi ion kompleks Cu 2+ oleh gugus aldehid dapat dilihat melalui persamaan (4.2) berikut: 46

7 O O R CH + 2OH R C OH + H 2 O + 2e 2Cu e 2Cu + 2Cu + + 2OH Cu 2 O + H 2 O R CHO + 2Cu OH R COOH + Cu 2 O + 2H 2 O (4.2) endapan merah bata Warna yang dihasilkan pada reaksi di atas memiliki intensitas yang sangat rendah untuk dapat diukur dengan spektrofotometer. Oleh karena itu ditambahkan reagen arsenomolibdat untuk meningkatkan intensitas warna senyawa yang akan diukur. Dalam suasana asam, ion Cu + akan kembali teroksidasi menjadi ion Cu 2+, sedangkan molibdenum dengan bilangan oksidasi (VI) akan tereduksi menjadi molibdenum dengan bilangan oksidasi (IV). Reaksi ini menghasilkan senyawa berwarna yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 660 nm. Dipilihnya panjang gelombang ini karena serapan maksimum terjadi pada panjang gelombang tersebut. Konsentrasi molibdenum yang tereduksi sebanding dengan konsentrasi Cu 2 O, sedangkan konsentrasi Cu 2 O sebanding dengan konsentrasi senyawa gula pereduksi. (49) IV.5 Hasil Pemeriksaan Kadar GDP Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan selama 21 hari, sehingga diperoleh data kadar GDP pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21. Data hasil pemeriksaan kadar GDP pra induksi, pasca induksi, baik pada T 0, T 7, T 14 maupun pada T 21 dapat dilihat pada Tabel IV.2. 47

8 Tabel IV.2. Data hasil pemeriksaan GDP hewan uji pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 Kelompok K.1 K.2 K.3 K.4 K.5 K.6 K.7 No Pra Induksi 87,68 80,81 102,54 94,93 Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) Pasca Induksi T 0 T 7 T 14 T 21 91,72 83,64 101,09 90,22 88,08 76,77 98,55 88,77 87,68 79,60 103,26 86,59 84,44 75,15 107,25 90,94 Rata-rata 91,49 91,66 88,04 89,28 89, ,08 80,40 84,04 82,83 638,30 549,36 619,15 537,02 651,49 637,02 645,53 594,04 662,13 649,79 665,11 635,32 Rata-rata 83,84 585,96 632,02 653, ,04 93,74 99,28 94,14 665,53 440,04 562,55 659,15 543,40 419,81 541,28 224,95 65,00 55,45 50,00 57,73 367,39 566,38 567,66 546,81 Rata-rata 92,80 581,82 432,36 57,05 512, ,81 91,31 84,04 89,70 674,04 640,00 679,57 636,60 452,84 221,97 356,66 271,88 95,29 123,19 97,46 72,32 543,40 538,30 540,85 236,50 Rata-rata 86,46 657,55 325,84 97,07 464, ,70 104,71 80,81 106,16 357,48 608,51 452,84 482,56 251,77 399,59 363,26 391,74 57,73 71,92 69,49 56,36 239,85 454,90 466,46 553,19 Rata-rata 95,34 475,35 351,59 63,88 428, ,89 80,40 110,51 97,10 581,28 637,87 622,55 481,32 348,40 374,82 425,59 274,12 77,58 52,73 100,00 143,84 466,05 545,53 371,93 316,62 Rata-rata 94,23 580,76 355,73 93,54 425, ,23 91,72 86,87 87,68 602,98 453,25 373,58 553,62 363,67 355,42 131,88 316,62 77,98 67,73 118,48 92,53 438,80 430,55 371,10 480,91 Rata-rata 94,37 495,86 291,90 89,18 430,34 Data hasil pemeriksaan kadar GDP pra induksi, pasca induksi, baik pada T 0, T 7, T 14 maupun pada T 21 tergambar lebih jelas pada Gambar IV.3 sampai Gambar IV.9. 48

9 Gambar IV.3. Perbandingan GDP tikus kelompok 1 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 Gambar IV.4. Perbandingan GDP tikus kelompok 2 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 49

10 Gambar IV.5. Perbandingan GDP tikus kelompok 3 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 Gambar IV.6. Perbandingan GDP tikus kelompok 4 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 50

11 Gambar IV.7. Perbandingan GDP tikus kelompok 5 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 Gambar IV.8. Perbandingan GDP tikus kelompok 6 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 51

12 Gambar IV.9. Perbandingan GDP tikus kelompok 7 pra induksi dan pasca induksi pada T 0, T 7, T 14 dan T 21 Berdasarkan data yang tertera pada Tabel IV.2 dan grafik pada Gambar IV.3 sampai Gambar IV.9 di atas, dapat dilihat bahwa pada kelompok 1 relatif tidak terdapat perubahan antara nilai GDP pra induksi dan pasca induksi, mengingat kelompok 1 ini merupakan kontrol negatif, yaitu kelompok yang tidak diinduksi dengan aloksan monohidrat. Akibatnya hingga pemeriksaan pada T 21, nilai GDP mereka relatif konstan dan berada pada kisaran normal, dengan rata-rata kadar GDP sebesar 89,98 mg/dl. Begitu juga yang terjadi pada semua hewan uji pada kelompok 2 sampai kelompok 7. Sebelum diinduksi dengan aloksan monohidrat, semua hewan uji pada kelompok-kelompok tersebut menunjukkan nilai GDP yang normal. Akan tetapi setelah diinduksi aloksan dengan dosis 125 mg/kgbb, terjadi kenaikan GDP yang cukup drastis. Nilai GDP hewan uji pada kelompok 2 semakin lama semakin tinggi. Pada T 0, T 7 dan T 14, rata-rata kadar GDP kelompok 2 berturut-turut adalah sebesar 585,96 mg/dl; 632,02 mg/dl; dan 653,09 mg/dl. Bahkan pada T 21 semua hewan uji pada kelompok ini mati karena kondisi hiperglikemia yang terlalu tinggi. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kelompok 2 merupakan kontrol positif, yaitu kelompok yang tidak diberi obat hipoglikemik apa pun setelah diinduksi dengan aloksan monohidrat, melainkan hanya diberi makan dan minum serta diberi Amidis 1 ml per oral setiap hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan 52

13 bahwa pemberian Amidis tanpa pemberian obat hipoglikemik ini tidak mampu menurunkan kadar GDP pada hewan uji. Lain halnya yang terjadi pada kelompok 3 sampai kelompok 7. Telah disebutkan sebelumnya bahwa kelompok 3 merupakan kelompok pembanding, yaitu kelompok yang diberi salah satu obat hipoglikemik komersil yang sudah beredar di pasaran, yaitu metformin, setelah diinduksi dengan aloksan monohidrat. Sementara hewan uji pada kelompok 4 sampai kelompok 7 diberi ekstrak air buah tin dengan dosis yang berbeda-beda. Dan berdasarkan data yang diperoleh, semua hewan uji pada kelompok 3 sampai kelompok 7 menunjukkan kemiripan perubahan nilai GDP, baik pada T 0, T 7, T 14 maupun pada T 21. Sebelumnya telah disebutkan bahwa proses induksi aloksan pada hewan uji tikus menyebabkan terjadinya kenaikan nilai GDP yang drastis. Berdasarkan data yang diperoleh pada T 0, diketahui bahwa rata-rata kadar GDP hewan uji pada kelompok 3 sampai kelompok 7 berturut-turut sebesar 581,82 mg/dl; 657,55 mg/dl; 475,35 mg/dl; 580,76 mg/dl; dan 495,86 mg/dl. Akan tetapi setelah diberi perlakuan hingga T 7, nilai GDP hewan uji pada kelompok 3 sampai kelompok 7 mengalami penurunan dengan rata-rata kadar GDP berturut-turut sebesar 432,36 mg/dl; 325,84 mg/dl; 351,59 mg/dl; 355,73 mg/dl; dan 291,90 mg/dl. Nilai GDP tikus pada kelompok 3 sampai kelompok 7 kembali mengalami penurunan yang lebih signifikan lagi hingga T 14. Bahkan nilai GDP pada saat itu lebih rendah daripada nilai GDP pra induksi, dengan rata-rata kadar GDP tikus pada kelompok 3 sampai kelompok 7 pada T 14 berturut-turut sebesar 57,05 mg/dl; 97,07 mg/dl; 63,88 mg/dl; 93,54 mg/dl; dan 89,18 mg/dl. Namun, kadar GDP dari semua hewan uji pada kelompok 3 sampai kelompok 7 kembali mengalami kenaikan yang cukup drastis pada T 21, dengan rata-rata kadar GDP berturut-turut sebesar 512,06 mg/dl; 464,76 mg/dl; 428,60 mg/dl; 425,03 mg/dl; dan 430,34 mg/dl. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian obat hipoglikemik, baik metformin maupun ekstrak air buah tin terhadap hewan uji yang sudah diinduksi aloksan, efektif dilakukan sampai T

14 IV.5.1 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP Pra Induksi Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar 0,890 dengan nilai sig 0,520. Nilai sig (0,520) > 0,05 sehingga pengujian tidak memberikan hasil yang signifikan, artinya ketujuh kelompok perlakuan pada waktu pra induksi menunjukkan nilai rata-rata kadar GDP yang tidak berbeda satu sama lainnya. Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui bahwa semua kelompok berada pada satu grup yang sama. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar GDP dari ketujuh kelompok perlakuan yang diuji. IV.5.2 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP pada T 0 Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar 24,533 dengan nilai sig 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga pengujian memberikan hasil yang signifikan, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kadar GDP di antara ketujuh kelompok perlakuan pada waktu T 0. Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui terdapat tiga grup yang berbeda signifikan satu sama lain. Grup satu terdiri atas kelompok 1, yang menunjukkan nilai ratarata kadar GDP terendah pada waktu T 0. Di grup kedua ada kelompok 5, kelompok 7, kelompok 6, kelompok 3 dan kelompok 2. Sedangkan di grup ketiga ada kelompok 6, kelompok 3, kelompok 2 dan kelompok 4. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengujian kadar GDP pada T 0 adalah: a. rata-rata kadar GDP tertinggi dihasilkan oleh kelompok 4 sebesar 657,55 mg/dl dan terendah dihasilkan oleh kelompok 1 sebesar 91,66 mg/dl; b. kelompok 1 berbeda signifkan dengan 6 kelompok lainnya; c. kelompok 5, kelompok 7, kelompok 6, kelompok 3 dan kelompok 2 tidak berbeda satu sama lainnya; d. kelompok 6, kelompok 3, kelompok 2 dan kelompok 4 tidak berbeda satu sama lainnya; e. kelompok 5 dan kelompok 7 keduanya berbeda signifikan dengan kelompok 6, kelompok 3, kelompok 2 dan kelompok 4; dan f. kelompok 4 berbeda signifikan dengan kelompok 5, kelompok 7, kelompok 6, kelompok 3 dan kelompok 2. 54

15 IV.5.3 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP pada T 7 Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar 13,744 dengan nilai sig 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga pengujian memberikan hasil yang signifikan, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kadar GDP di antara ketujuh kelompok perlakuan pada waktu T 7. Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui terdapat tiga grup yang berbeda signifikan satu sama lain. Grup satu terdiri atas kelompok 1, yang menunjukkan nilai ratarata kadar GDP terendah pada waktu T 7. Di grup kedua ada kelompok 7, kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6 dan kelompok 3. Sedangkan di grup ketiga hanya ada kelompok 2. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengujian kadar GDP pada T 7 adalah: a. rata-rata kadar GDP tertinggi dihasilkan oleh kelompok 2 sebesar 632,02 mg/dl dan terendah dihasilkan oleh kelompok 1 sebesar 88,04 mg/dl; b. kelompok 1 berbeda signifkan dengan 6 kelompok lainnya; dan c. kelompok 7, kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6 dan kelompok 3 tidak berbeda satu sama lainnya dan berbeda signifikan dengan kelompok 1 maupun kelompok 2. IV.5.4 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP pada T 14 Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar 468,608 dengan nilai sig 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga pengujian memberikan hasil yang signifikan, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kadar GDP di antara ketujuh kelompok perlakuan pada waktu T 14. Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui terdapat empat grup yang berbeda signifikan satu sama lain. Grup satu terdiri atas kelompok 3 dan kelompok 5. Di grup kedua ada kelompok 5, kelompok 7, kelompok 1 dan kelompok 6. Di grup ketiga ada kelompok 7, kelompok 1, kelompok 6 dan kelompok 4. Sedangkan di grup empat hanya ada kelompok 2. Dengan demikian, berdasarkan pengujian kadar GDP pada T 14, dapat dinyatakan bahwa rata-rata kadar GDP tertinggi dihasilkan oleh kelompok 2 sebesar 653,08 mg/dl dan terendah dihasilkan oleh kelompok 3 sebesar 57,04 mg/dl. 55

16 IV.6 Penurunan Kadar GDP dari T 0 ke T 14 Tabel IV.3 menunjukkan penurunan nilai GDP pasca induksi yang terjadi pada semua hewan uji, antara pra perlakuan pada T 0 dan pasca perlakuan pada T 14. Berdasarkan data pada Tabel IV.3, terlihat bahwa pada kelompok 1 dan 2 relatif tidak terdapat perubahan antara GDP pada T 0 dan T 14, sedangkan pada kelompok 3 sampai kelompok 7 terlihat penurunan GDP yang sangat besar. Tabel IV.3. Data penurunan kadar GDP hewan uji pasca induksi pada T 0 (pra perlakuan) dan T 14 (pasca perlakuan) Kelompok No. Kadar GDP (mg/dl) T 0 T 14 ΔGDP (mg/dl) Rata-rata ΔGDP (mg/dl) K.1 kontrol negatif ,72 83,64 101,09 90,22 87,68 79,60 103,26 86,59 4,04 4,04 2,17 3,63 2,39 K.2 kontrol positif ,30 549,36 619,15 537,02 662,13 649,79 665,11 635,32 23,83 100,43 45,96 98,30 67,13 K.3 metformin 50 mg/kgbb ,53 440,04 562,55 659,15 65,00 55,45 50,00 57,73 600,53 384,59 512,55 601,42 524,77 K.4 ekstrak buah tin 25 mg/kgbb ,04 640,00 679,57 636,60 95,29 123,19 97,46 72,32 578,75 516,81 582,11 564,28 560,49 K.5 ekstrak buah tin 50 mg/kgbb ,48 608,51 452,84 482,56 57,73 71,92 69,49 56,36 299,75 536,59 383,35 426,20 411,47 K.6 ekstrak buah tin 100 mg/kgbb ,28 637,87 622,55 481,32 77,58 52,73 100,00 143,84 503,70 585,14 522,55 337,48 487,22 K.7 ekstrak buah tin 200 mg/kgbb ,98 453,25 373,58 553,62 77,98 67,73 118,48 92,53 525,00 385,52 255,10 461,09 406,68 Gambaran lebih jelas untuk penurunan GDP tiap kelompok dapat dilihat pada Gambar IV.10 sampai Gambar IV

17 Gambar IV.10. Perbandingan GDP kelompok 1 pasca induksi pada T 0 dan T 14 Gambar IV.11. Perbandingan GDP kelompok 2 pasca induksi pada T 0 dan T 14 Gambar IV.12. Perbandingan GDP kelompok 3 pasca induksi pada T 0 dan T 14 57

18 Gambar IV.13. Perbandingan GDP kelompok 4 pasca induksi pada T 0 dan T 14 Gambar IV.14. Perbandingan GDP kelompok 5 pasca induksi pada T 0 dan T 14 Gambar IV.15. Perbandingan GDP kelompok 6 pasca induksi pada T 0 dan T 14 58

19 Gambar IV.16. Perbandingan GDP kelompok 7 pasca induksi pada T 0 dan T 14 Berdasarkan data yang tertera pada Tabel IV.3 dan grafik pada Gambar IV.10 sampai IV.16 di atas, dapat dilihat bahwa penurunan kadar GDP yang terjadi secara drastis antara T 0 dan T 14 dialami oleh kelompok 3 sampai kelompok 7, dengan persentase penurunan rata-rata kadar GDP berturut-turut sebesar 90,20%; 85,24%; 86,56%; 83,89%; dan 82,02%. IV.7 Analisis Data Penurunan Kadar GDP dari T 0 ke T 14 Untuk melihat apakah penurunan kadar GDP dari ketujuh kelompok pengamatan berbeda signifikan atau tidak, terlebih dahulu dicari selisih kadar GDP antara T 0 dengan T 14, seperti yang dapat dilihat kembali pada Tabel IV.3. Dipilihnya T 14 ini adalah karena pada waktu tersebut rata-rata kadar GDP telah memenuhi persyaratan efek yang diinginkan. Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar 38,878 dan sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar GDP ketujuh kelompok pengamatan berbeda signifikan. Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui bahwa kelompok 2, sebagai kontrol positif, memiliki rata-rata penurunan kadar GDP yang negatif, artinya sejak saat induksi hingga hari ke-14 terjadi kenaikan GDP dengan rata-rata sebesar 67,13 mg/dl. Kelompok kontrol negatif memiliki rata-rata penurunan GDP hanya sebesar 2,38. 59

20 Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semua kelompok perlakuan yang diberi ekstrak air buah tin, baik pada dosis 25 mg/kgbb, 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb maupun 200 mg/kgbb per oral dikategorikan dapat memberikan penurunan kadar GDP yang tidak berbeda signifikan dengan kelompok yang diberi obat pembanding metformin dengan dosis 50 mg/kgbb. Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan kadar GDP pada kelompok 7 dengan kelompok 4. Perbedaan yang signifikan terdapat pula di antara kelompok 5 dan kelompok 4. Penurunan kadar GDP tertinggi diberikan oleh kelompok 4 yang diberi ekstrak air buah tin dengan dosis 25 mg/kgbb per oral. Penurunan kadar GDP pada kelompok ini mempunyai rata-rata sebesar 560,49 mg/dl dan lebih tinggi daripada kelompok 3, sebagai kelompok pembanding yang diberi metformin dengan dosis 50 mg/kgbb per oral, dengan rata-rata penurunan GDP sebesar 524,77 mg/dl. Kelompok 6 yang diberi ekstrak air buah tin sebesar 100 mg/kgbb memberikan rata-rata penurunan kadar GDP yang mendekati rata-rata penurunan kadar GDP pada kelompok 3 sebagai pembanding, dengan rata-rata penurunan kadar GDP sebesar 487,22 mg/dl. Angka ini tidak berbeda signifikan dengan rata-rata penurunan kadar GDP yang diberikan oleh kelompok 3 sebagai kelompok pembanding. Perbandingan rata-rata penurunan kadar GDP dari semua kelompok hewan uji ini lebih jelas terlihat melalui grafik pada Gambar IV.17. Gambar IV.17. Perbandingan rata-rata penurunan kadar glukosa darah puasa kelompok hewan uji 60

21 Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa ekstrak air buah tin dapat menurunkan kadar GDP, baik pada dosis 25 mg/kgbb, 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb maupun 200 mg/kgbb per oral. Hasil secara keseluruhan menunjukkan bahwa penurunan kadar GDP yang ditunjukkan oleh keempat dosis ekstrak tin tersebut tidak berbeda nyata dengan penurunan kadar GDP yang ditunjukkan oleh kelompok 3 yang diberi obat pembanding berupa metformin dengan dosis 50 mg/kgbb per oral. Namun, ekstrak air buah tin dengan dosis 25 mg/kgbb per oral memberikan penurunan yang lebih tinggi dari kelompok 3 tersebut. Dosis ekstrak air buah tin di atas 25 mg/kgbb per oral memberikan nilai penurunan kadar GDP yang lebih rendah. Sehingga dosis ekstrak air buah tin 25 mg/kgbb per oral adalah dosis terbaik untuk menurunkan kadar GDP dalam waktu 14 hari. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pola fluktuasi kadar GDP pada semua kelompok pengujian yang diberi ekstrak air buah tin mirip dengan kelompok pembanding yang diberi metformin. Dengan demikian, dapat diduga bahwa mekanisme kerja senyawa aktif antidiabetes yang terkandung dalam ekstrak air buah tin adalah melalui peningkatan sensitivitas terhadap insulin dengan cara menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel otot yang dirangsang oleh insulin, memperbaiki ambilan glukosa, menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikolisis dan glukoneogenesis dan meningkatkan jumlah reseptor insulin. 61

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat-alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: alat sentrifugasi 5.000 rpm dan 11.000 rpm; ball pipet; batang pengaduk; botol semprot; botol

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet 1 Melvina Afika, 2 Herri S. Sastramihardja,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Subjek penelitian terdiri dari 21 ekor tikus putih jantan yang berusia ± 2 bulan dengan berat badan 150-200 gr. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih PENGERTIAN DIABETES Diabetes melitus keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman Lampiran 2. Gambar serbuk majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Lampiran 3. Bagan kerja penelitian Tikus Dikondisikan selama 2 minggu 1. Diukur Kadar 2. Diinduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karateristik hiperglikemia. DM terjadi karena

Lebih terperinci

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh EFEK EKSTRAK AIR BUAH TIN (Ficus carica L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN MONOHIDRAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan 48 Lampiran 2 Hasil determinasi tumbuhan daun Lidah mertua (Sansevieria trifasciata var.laurentii) 49 Lampiran3 Gambar hasil makroskopik Daun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan design Pretest postest with control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang memerlukan waktu dan biaya terapi yang tidak sedikit. Penyakit ini dapat membuat kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Perang Dunia II, diabetes meningkat pesat di negara-negara berkembang dimana sekarang telah menjadi salah satu penyebab kematian yang utama. Jika kecenderungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) 95 LAMPIRAN B SERTIFIKASI TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR 96 LAMPIRAN C HASIL PERHITUNGAN KLT Hasil Perhitungan Harga Rf pada pemeriksaan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menahun karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK (Sterculia Sp.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOASA DARAH YANG DIINDUKSI GLUKOSA Stefany Fernandez 1, Elisabia edel 2 Poltekkes Kemenkes Kupang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat

Lebih terperinci

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Anak Agung Gede Prawira Yuda, Rolan Rusli, Arsyik Ibrahim Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingkat gula darah tinggi (glukosa). Diabetes melitus dikenal juga dengan kencing manis, pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme yang dicirikan dengan hiperglikemia yang diakibatkan oleh terjadinya malfungsi pada sekresi insulin dan atau

Lebih terperinci

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional Indonesia dan mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak tampak menggejala.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Perkembangan penyakit menular dari waktu ke waktu cenderung lebih

Lebih terperinci

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik Gambar tumbuhan jengkol Gambar buah jengkol Keterangan : A = kulit jengkol B = biji jengkol Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar biji jengkol tua Gambar simplisia biji jengkol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme glukosa di dalam tubuh (Maulana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung. Pembahasan benedict Pada praktikum biokimia gizi tentang pemeriksaan kadar glukosa urine dengan metode benedict, kelompok kami menggunakan sampel urine fenti. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi sampel

Lampiran 1. Identifikasi sampel Lampiran 1. Identifikasi sampel 48 Lampiran 2. Gambar 3.1 Teripang segar Pearsonothuria graeffei (Semper,1868) 49 Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3.2 Teripang kering Pearsonothuria graeffei (Semper,1868)

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit metabolik kronik yang dapat berdampak gangguan fungsi organ lain seperti mata, ginjal, saraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama seumur peradaban manusia.pemanfaatan bahan alam sebagai obat dan rempah cenderung mengalami peningkatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group, karena pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi sampel

Lampiran 1. Identifikasi sampel Lampiran 1. Identifikasi sampel 74 Lampiran 2.Rekomendasi persetujuan etik penelitian 75 Lampiran 3. Gambar nanas segar Gambar Buah Nanas Segar Gambar Makroskopik Kulit Buah Nanas Segar 76 Lampiran 4.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal, BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang dapat terjadi pada semua kelompok umur dan populasi, pada bangsa manapun dan usia berapapun. Kejadian DM berkaitan erat dengan faktor keturunan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Zoologi dan Kimia Dasar FMIPA Universitas Lampung. Untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan yang serius tidak hanya di Indonesia tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes atau peningkatan kadar glukosa dalam darah merupakan penyakit seumur hidup dan kian hari makin populer dengan tingkat kematian yang tinggi. Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau sekumpulan gejala yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik) akibat dari kelainan metabolisme

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari. BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di Indonesia, banyak terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia, terutama dalam memilih gaya hidup dimana salah satunya adalah

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar Talus Rumput Laut Sargassum ilicifolim (Turner) C. Agardh 1 2 3 Makroskopik Tumbuhan Segar Rumput Laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh Keterangan:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci