4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon"

Transkripsi

1 4. PEMBAHASAN Daun yakon yang digunakan untuk pengobatan dan telah beredar dipasaran, umumnya dijual dalam bentuk kering. Untuk mengetahui aplikasi dari daun yakon dalam bidang makanan, maka dilakukan penelelitian ini. Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan adalah isolat protein dari daun yakon (Smallanthus sonchifolius) yang telah dikeringkan dan dihaluskan. Sebanyak 10 kg daun yakon segar dikeringkan dengan menggunakan Solar Tunnel Dryer dengan suhu 30-80ºC selama 2-3 jam. Daun yakon kering yang diperoleh setelah dilakukan proses pengeringan adalah sebanyak 1,162 gram. Berat daun yakon kering menyusut sebanyak 88,38% dari berat awalnya. Selama proses pengeringan, kadar air dalam daun yakon segar berkurang akibat menguap karena suhu yang tinggi. Proses pengeringan dilakukan sebelum dilakukan proses ekstraksi dan isolasi protein. Pada kondisi bahan yang kering, kandungan protein daun yakon kering (17,12-21,18%) lebih tinggi dibandingkan kandungan protein daun yakon segar (2,87%) (Lachman, 2003) Isolasi Protein Daun Yakon Untuk mendapatkan isolat protein, perlu dilakukan ekstraksi dan isolasi protein. Langkah pertama dalam prosedur isolasi protein pada umumnya adalah pencucian jaringan dan mengaplikasikan metode lisis. Metode lisis sel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode sonikasi menggunakan alat ultrasonic homogenizer UP100H. Metode sonikasi sesuai digunakan untuk menghancurkan dinding sel dari jenis jaringan suspensi sel. Prinsip kerja dari sonikasi adalah gelombang suara ultrasonik yang dihasilkan oleh sonikator akan menghancurkan jaringan dengan menciptakan getaran-getaran yang menyebabkan terjadinya pemecahan dinding sel secara mekanik (Bollag & Edelstein, 1991). Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk adalah aquabidest. Aquabidest merupakan hasil destilasi dari aquadest yang telah dihilangkan zat pengotornya. Zat pengotor yang dihilangkan diantaranya adalah garam, logam berat, bakteri, dan berbagai macam bahan-bahan lainnya. Aquabidest memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, sehingga biasa digunakan sebagai pelarut diberbagai 35

2 36 bidang, seperti bidang industri bahan kimia, farmasi, dan juga proses penelitian (Medical24, n.d). Waktu yang diperlukan untuk pelisisan sel adalah 5 hingga 10 menit. Pada penelitian ini, sonikator diatur pada cycle 1, amplitude 40% dan lamanya waktu sonikasi adalah 15 menit. Pengaturan sonikator dilakukan untuk mendapatkan proses ekstraksi yang maksimal, namun tidak sampai pada tingkat larutan sampel yang disonikasi berbusa. Berbusanya larutan menandakan bahwa telah terjadi denaturasi protein (Bollag & Edelstein, 1991). Selanjutnya filtrat yang didapatkan dari hasil ekstraksi protein serbuk daun yakon kering dipresipitasi dengan menggunakan metode salting out. Bollag & Edelstein (1991) menyatakan bahwa prinsip dari metode salting out adalah mengendapkan protein dengan menggunakan bantuan garam ammonium sulfat. Ketika berada pada kondisi garam dengan konsentrasi yang tinggi, protein akan cenderung berkumpul dan akan terendapkan dibawah larutan. Garam ammonium sulfat dipilih karena memiliki efektifitas yang tinggi, kelarutan yang tinggi, larut pada suhu rendah, memiliki fleksibilitas yang tinggi pada berbagai ph, dan murah. Ammonium sulfat yang ditambahkan pada penelitian ini adalah sebanyak 45% dari filtrat hasil ekstraksi protein yang diperoleh. Bollag & Edelstein (1991) menyatakan bahwa hampir seluruh protein akan mengendap pada konsentrasi ammonium sulfat sebesar 55%. Pada proses penambahan ammonium sulfat pada filtrat, dilakukan pada suhu rendah dengan bantuan es batu, dikarenakan sifat protein yang sensitif terhadap suhu tinggi. Bila proses ekstraksi dan presipitasi protein dilakukan dengan benar, Bollag & Edelstein (1991) menyatakan bahwa dapat diperoleh endapan protein sebanyak 85%. Isolat protein yang masih basah selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan freeze drier dan selanjutnya disimpan dalam freezer sebelum digunakan kembali. Penggunaan metode pengeringan beku menggunakan alat freeze drier dan penyimpanan isolat protein dilakukan dalam freezer bersuhu -20ºC dilakukan

3 37 karena isolat protein mudah mengalami kerusakan atapun terdenaturasi karena panas (Bollag & Edelstein, 1991). Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa dari proses isolasi protein daun yakon dengan metode salting out, dapat diperoleh isolat protein sebanyak 10,542% dengan standar deviasi 0,315dari berat bahan awal. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, seperti yang Bollag & Edelstein (1991) nyatakan bahwa dari penggunaan metode salting out, dapat diperoleh efisiensi isolat protein hingga 85%. Hal ini terjadi dikarenakan jumlah protein yang terkandung dalam daun yakon hanya sedikit, sehingga didapatkan jumlah isolat protein yang sedikit Analisis Proksimat Sorbet Pisang Pada penelitian ini, dibuat sorbet pisang dengan berbagai macam formulasi. Formulasi sorbet yang dibuat adalah formulasi SP, SP+IP25Y, dan SP+IP50Y. Penambahan isolat protein daun yakon dalam formulasi sorbet pisang mempengaruhi kadar kimia dari sorbet. Berdasarkan Tabel 3, sorbet memiliki kadar air sebanyak 80,256-80,743%. Dari hasil uji One Way Anova diketahui bahwa kadar air dari ketiga formulasi sorbet pisang, tidak terdapat beda nyata pada tingkat signifikansi 5% (P<0,05). Hal ini terjadi dikarenakan penambahan isolat protein yang menjadi pembeda dari ketiga formulasi pembuatan sorbet pisang, terlalu sedikit jumlahnya dibandingkan bahan lainnya dalam pembuatan sorbet. Kadar air sorbet pisang, lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air dari buah pisang ambon yang merupakan bahan utama dalam pembuatan sorbet. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (1995), setiap 100 gram bahan yang bisa dikonsumsi dari pisang jenis pisang ambon, kandungan air yang dimiliki adalah sebesar 73,8%. Perbedaan yang terjadi antara kadar air sorbet pisang dengan buah pisang ambon terjadi karena ditambahkannya air pada proses pembuat sorbet pisang. Berdasarkan Tabel 3, sorbet memiliki kadar abu sebanyak 0,796-0,955%. Dari hasil uji One Way Anova diketahui bahwa kadar abu dari ketiga formulasi sorbet

4 38 pisang, tidak terdapat beda nyata pada tingkat signifikansi 5% (P<0,05). Hal ini terjadi dikarenakan penambahan isolat protein yang menjadi pembeda dari ketiga formulasi pembuatan sorbet pisang, terlalu sedikit jumlahnya dibandingkan bahan lainnya dalam pembuatan sorbet. Kadar abu ketiga sorbet pisang, sama dengan kadar abu dari buah pisang ambon yang merupakan bahan utama dalam pembuatan sorbet. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (1995), setiap 100 gram bahan yang bisa dikonsumsi dari pisang jenis pisang ambon memiliki kandungan abu sebesar 0,9%. Berdasarkan Tabel 3, sorbet memiliki kadar lemak sebanyak 0,085-0,096%. Dari hasil uji One way anova diketahui bahwa kadar lemak dari ketiga formulasi sorbet pisang, tidak terdapat beda nyata pada tingkat signifikansi 5% (P<0,05). Hal ini terjadi dikarenakan penambahan isolat protein yang menjadi pembeda dari ketiga formulasi pembuatan sorbet pisang, terlalu sedikit jumlahnya dibandingkan bahan lainnya dalam pembuatan sorbet. Kadar lemak sorbet pisang yang telah dibuat, lebih kecil dibandingkan dengan kadar lemak dari buah pisang ambon yang merupakan bahan utama dalam pembuatan sorbet. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (1995), setiap 100 gram bahan yang bisa dikonsumsi dari pisang jenis pisang ambon memiliki kandungan lemak sebesar 0,3%. Perbedaan terjadi, dikarenakan dengan ditambahkannya suatu bahan ke dalam sorbet, akan mempengaruhi kadar bahan lain dalam sorbet. Dalam pembuatan sorbet, ditambahkannya air ke dalam formulasi yang menyebabkan kandungan lemak dalam pisang yang memang sedikit, semakin sedikit karena bertambahnya kadar air pada sorbet. Berdasarkan Tabel 3, sorbet memiliki kadar protein sebanyak 0,676-0,879%. Dari hasil uji One way anova diketahui bahwa kadar protein dari ketiga formulasi sorbet pisang, tidak terdapat beda nyata pada tingkat signifikansi 5% (P<0,05). Hal ini terjadi dikarenakan penambahan isolat protein yang menjadi pembeda dari ketiga formulasi pembuatan sorbet pisang, terlalu sedikit jumlahnya dibandingkan bahan lainnya dalam pembuatan sorbet. Kadar protein sorbet pisang, lebih kecil dibandingkan dengan buah pisang ambon yang merupakan bahan utama dalam

5 39 pembuatan sorbet. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (1995), setiap 100 gram bahan yang bisa dikonsumsi dari pisang jenis pisang ambon memiliki kandungan protein sebesar 1,0%. Perbedaan terjadi, dikarenakan dengan ditambahkannya suatu bahan ke dalam sorbet, akan mempengaruhi kadar bahan lain dalam sorbet. Dalam pembuatan sorbet, ditambahkannya air ke dalam formulasi yang menyebabkan kandungan protein dalam pisang yang memang sedikit, semakin sedikit karena bertambahnya kadar air pada sorbet. Walaupun dalam prosesnya telah ditambahkan isolat protein daun yakon, namun karena jumlah penambahannya jauh lebih sedikit dibandingkan penambahan air, mengakibatkan kadar protein tidak terlalu berbeda jauh dengan kadar protein buah pisang. Berdasarkan Tabel 3, sorbet memiliki kadar karbohidrat sebanyak 17,328-18,187%. Dari hasil uji One Way Anova diketahui bahwa kadar karbohidrat dari ketiga formulasi sorbet pisang, tidak terdapat beda nyata pada tingkat signifikansi 5% (P<0,05). Hal ini terjadi dikarenakan penambahan isolat protein yang menjadi pembeda dari ketiga formulasi pembuatan sorbet pisang, terlalu sedikit jumlahnya dibandingkan bahan lainnya dalam pembuatan sorbet. Kadar karbohidrat sorbet pisang, lebih kecil dibandingkan dengan buah pisang ambon yang merupakan bahan utama dalam pembuatan sorbet. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (1995), setiap 100 gram bahan yang bisa dikonsumsi dari pisang jenis pisang ambon memiliki kandungan karbohidrat sebesar 24,0%. Perbedaan terjadi, dikarenakan dengan ditambahkannya suatu bahan ke dalam sorbet, akan mempengaruhi kadar bahan lain dalam sorbet. Semakin besar kadar air, abu, lemak, dan protein sorbet, maka akan semakin rendah kadar karbohidratnya Pengujian In Vivo Pada penelitian ini dilakukan pengujian in vivo dengan menggunakan hewan uji. Hewan uji yang dipilih pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar. Tikus putih strain Wistar memiliki keunggulan,yaitu memiliki bagian esophagus yang bermuara langsung ke dalam lambung. Hal ini

6 40 memudahkan pengujian, karena sorbet pisang yang diberikan tidak dapat dimuntahkan (Dewi, 2014). Terkait dengan pemberian perlakuan sonde dengan sorbet pisang, semua tikus tetap diberi makan berupa pakan standar. Pakan standar yang diberikan mengandung komposisi kadar air sebesar 13,00%, kadar protein sebesar 17,50-19,50%, kadar lemak sebesar 3,00%, kadar serat sebesar 8,00%, kadar abu sebesar 7,00%, kalsium 0,90%, dan fosfor sebesar 0,60%. Jumlah pakan standar yang diberikan untuk tiap tikus dalam 1 hari adalah sebanyak 20 gram agar tikus tidak mati kelaparan. Seluruh tikus putih strain Wistar yang digunakan pada penelitian merupakan tikus dengan jenis kelamin jantan. Hal ini dilakukan agar penelitian ini dapat mendapatkan hasil yang stabil. Menurut Utaminingrum (2011), tikus jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tikus jantan tidak mengalami menstruasi dan kehamilan. Metabolisme dan keadaan tubuh dari tikus jantan juga lebih stabil. Pada penelitian ini, tikus Wistar dikondisikan mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah lebih tinggi daripada kadar gula darah normal. Metode yang digunakan untuk menghasilkan hewan uji hiperglikemia adalah metode tanpa pembedahan, yaitu dengan pemberian diabetogenik. Streptozotocin yang diinduksikan ke hewan percobaan akan menembus sel beta Langerhans melalui transporter glukosa GLUT 2. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel beta pankreas. Kerusakan sel beta pankreas diakibatkan oleh Nitric oxide dan oksigen reaktif yang dihasilkan dan distimulasi oleh streptozotosin (Nugroho, 2006). Salah satu hal yang sangat penting dalam penelitian ini adalah menentukan dosis optimal jumlah streptozotosin yang diperlukan untuk menginduksi hewan uji agar hewan uji mengalami kondisi irreversible dan mengalami hiperglikemia yang stabil sebelum dilakukan pengujian in vivo. Dosis streptozotosin dipengaruhi oleh

7 41 jenis spesies hewan, umur, berat badan, silsilah rute administrasi (galur hewan uji), dan status gizi hewan uji (Haitao Zhu et al., 2014). Pada uji coba sebelumnya, beberapa tikus diinduksi streptozotosin dengan dosis sebesar 40 mg/kg BB. Dengan dosis sebesar 40 mg/kg BB, beberapa tikus mengalami kematian yang ditandai dengan semakin menurunnya berat badan tikus dan kandang yang basah akibat banyaknya urin yang dikeluarkan, namun ada juga tikus yang belum terlihat mengalami tanda-tanda hiperglikemia (mengalami resisten). Menurut Akbarzadeh (2007), pemberian streptozotosin pada dosis mg/kg BB dapat menyebabkan tikus sembuh. Pemberian streptozotosin dengan dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada seluruh tikus uji. Peneliti meningkatkan dosis induksi streptozotosin menjadi sebesar 45 mg/kg BB, dengan asumsi semua tikus mengalami hiperglikemia. Hal ini juga didukung Gajdosik et al. (1999) yang menyebutkan bahwa dosis streptozotosin yang digunakan untuk menginduksi tikus adalah sebesar mg/kg BB. Berdasarkan data hasil penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 8, Tabel 4 dan 5, dapat diketahui perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus pakan standar. Tikus pakan standar memiliki tren perubahan berat badan yang cenderung meningkat hingga hari ke-35. Dilihat dari tren perubahan kadar gula darah, tikus pakan standar memiliki tren perubahan yang fluktuatif. Sebagian besar tikus pakan standar memiliki perubahan kadar gula darah diantara mg/dl. Tikus ke-3 mengalami peningkatan kadar gula darah yang sangat signifikan pada hari ke-7 dan selanjutnya mengalami penurunan kadar gula darah, meskipun terjadi kenaikan kadar gula darah kembali pada pengukuran hari ke-21. Kadar gula darah tikus pakan standar pada hari ke-35 tidak berada pada level hiperglikemia. Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa tikus tidak mengalami hiperglikemia. Hal ini didukung penelitian Suarsana et al. (2010), bahwa tikus yang menderita diabetes mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan tikus diabetes karena tikus kekurangan hormon insulin. Kekurangan hormon insulin berakibat pada tidak mampunya tikus menggunakan glukosa sebagi sumber energi. Kebutuhan energi dicukupi dengan cara liposisis lemak

8 42 yang ada di jaringan tubuh. Hal ini menjadikan berat badan tubuh menurun karena lemak pada jaringan tubuh digunakan sebagai sumber energi. Pada beberapa teori yang ada diketahui bahwa kadar gula darah normal saat puasa adalah mg/dl. Kadar gula darah prediabetes saat puasa adalah mg/dl. Kadar gula darah diabetes saat puasa adalah >126 mg/dl (DMP, n.d.). Meskipun sudah terdapat beberapa tikus yang mengalami hiperglikemia selama masa pengujian, namun terdapat juga tikus yang memiliki kadar gula darah yang normal. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan metabolisme setiap tikus berbeda-beda dalam merespon streptozotosin yang diberikan. Ketidakesuaian hasil disebabkan dosis pemberian streptozotosin kurang tinggi. Berdasarkan data hasil penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9, Tabel 6 dan 7, dapat diketahui perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus perlakuan SP. Tikus yang diberi sorbet pisang memiliki tren perubahan berat badan yang cenderung meningkat hingga hari ke-35. Tren perubahan berat badan tikus ke-4 fluktuatif, dimana terjadi peningkatan dan penurunan berat badan hingga hari ke- 35. Pada kelompok tikus yang diberi sorbet pisang, diketahui bahwa kadar gula darah tikus cenderung mengalami penurunan hingga hari ke-28 yang merupakan hari terakhir pemberian sorbet pisang. Pada hari ke-35, 7 hari setelah pemberian sorbet pisang dihentikan, kadar gula darah tikus berbeda-beda. Pada hari ke-35, ada beberapa tikus yang mengalami peningkatan gula darah dan ada juga yang mengalami penurunan kadar gula darah. Dari hasil penelitian, pada hari ke-0 tikus yang diberi sorbet pisang mengalami hiperglikemia karena memiliki kadar gula darah diatas 126mg/dl. Setelah diberi perlakuan, berat badan tikus mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan pisang merupakan sumber zat gizi yang baik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan berat badan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Pisang mengandung serat pangan. Pada penelitian sebelumnya, serat pangan diketahui dapat menghambat aktivitas enzim lipase di pankreas. Hal ini dapat menghambat

9 43 penggunaan lemak pada otot sebagai sumber energi, sehingga tubuh tidak kehilangan berat badan (Eleazu, 2015). Serat dari buah M. paradisiaca dapat meningkatkan glikogenesis di hati dan menurunkan peningkatan gula darah (Imam & Akter, 2011). Dari data hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa pemberian sorbet pisang dapat menurunkan kadar gula darah. Hal ini juga didukung oleh Imam & Akter (2011) yang menyebutkan bahwa pada buah pisang yang belum matang, ditemukan beberapa flavonoid dan senyawa sejenisnya, seperti luecocyanidin, quertin dan 3-O-glucoside, dan 3-O-rhamnosyl glucoside. Buah hijau dari M. paradisiaca dilaporkan memiliki efek hipoglikemik yang menyebabkan stimulasi produksi insulin dan penggunaan glukosa. Pisang memiliki kandungan kalsium natrium yang berkolerasi terhadap efek glikemik. Selain itu Kumar et al. (2012) menyebutkan bahwa pisang merupakan sumber kalium dan kalsium yang baik. Sebagai sumber kalium dan kalsium yang baik, hal ini mendukung proses sintesis insulin. Kramer et al. (1995) dan Walsh (2003) menjelaskan bahwa dalam mekanisme sintesis insulin, diperlukan peran serta kalium dan kalsium dalam transpor aktif. Dalam proses tranpor aktif, dibutuhkan peran transporter glukosa, yaitu GLUT 2 untuk membawa masuk glukosa ke dalam sel (Walsh, 2003; Kramer et al., 1995). Transporter glukosa tipe 2 (GLUT 2) merupakan protein. Berdasarkan data Uniprot (2017), transporter glukosa tipe 2 pada manusia, memiliki 524 asam amino penyusun. Komposisi asam amino penyusun GLUT 2 pada manusia adalah alanin (Ala) sebanyak 45 (8,6%), arginin (Arg) sebanyak 16 (3,1%), asparagin (Asn) sebanyak 14 (2,7%), asam aspartat (Asp) sebanyak 12 (2,3%), sistein (Cys) sebanyak 6 (1,1%), glutamin (Gln) sebanyak 17 (3,2%), asam glutamat (Glu) sebanyak 24 (4,6%), glisin (Gly) sebanyak 44 (8,4%), histidin (His) sebanyak 7 (1,3%), isoleusin (Ile) sebanyak 46 (8,8%), leusin (Leu) sebanyak 56 (10,7%), lisin (Lys) sebanyak 22 (4,2%), metionin (Met) sebanyak 17 (3,2%), fenilalanin (Phe) sebanyak 42 (8,0%), prolin (Pro) sebanyak 21 (4,0%), serin (Ser) sebanyak

10 44 43 (8,2%), treonin (Thr) sebanyak 27 (5,2%), triptofan (Trp) sebanyak 7 (1,3%), tirosin (Tyr) sebanyak 17 (3,2%), dan valin (Val) sebanyak 41 (7,8%). Ketika semua kondisi terpenuhi, insulin akan disekresi oleh sel beta pankreas sebagai pre-proinsulin yang memiliki komposisis 110 asam amino penyusun. Molekul ini disintesis pada retikulum endoplasma sel beta pankreas. Kemudian pre-proinsulin dipecah dengan bantuan enzim peptidase menjadi proinsulin. Proinsulin yang terbentuk kemudian ditampung dalam vesikel sekretori. Selanjutnya proinsulin dipecah oleh peptidase menjadi insulin dan C-peptida yang siap disekresi ketika dibutuhkan. Insulin terdiri dari 2 rantai polipeptida, yaitu rantai A dan rantai B yang digabungkan dengan ikatan disulfida (Walsh, 2003; Kramer et al., 1995). Berdasarkan data Uniprot (2017), rantai A polipeptida insulin terdiri dari 21 asam amino dengan komposisi asam amino seperti asparagin (Asn) sebanyak 2 (9,5%), sistein (Cys) sebanyak 4 (19%), glutamin (Gln) sebanyak 2 (9,5%), asam glutamat (Glu) sebanyak 2 (9,5%), glisin (Gly) sebanyak 1(4,8%), isoleusin (Ile) sebanyak 2 (9,5%), leusin (Leu) sebanyak 2 (9,5%), serin (Ser) sebanyak 2 (9,5%), treonin (Thr) sebanyak 1 (4,8%),tirosin (Tyr) sebanyak 2 (9,5%), dan valin (Val) sebanyak 1 (4,8%). Rantai B polipeptida insulin terdiri dari 30 asam amino dengan komposisi asam amino seperti alanin (Ala) sebanyak 1 (3,3%), arginin (Arg) sebanyak 1 (3,3%), asparagin (Asn) sebanyak 1 (3,3%), sistein (Cys) sebanyak 2 (6,7%), glutamin (Gln) sebanyak 1 (3,3%), asam glutamat (Glu) sebanyak 2 (6,7%), glisin (Gly) sebanyak 3 (10%), histidin (His) sebanyak 2 (6,7%), leusin (Leu) sebanyak 4 (13,3%), lisin (Lys) sebanyak 1 (3,3%), fenilalanin (Phe) sebanyak 3 (10%), prolin (Pro) sebanyak 1 (3,3%), serin (Ser) sebanyak 1 (3,3 %), treonin (Thr) sebanyak 2 (6,7%), tirosin (Tyr) sebanyak 2 (6,7%), dan valin (Val) sebanyak 3 (10%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Riskiyanti et al. (2016) dan Floyd et al. (1966), diketahui terdapat beberapa jenis asam amino yang mampu meningkatkan stimulasi sekresi insulin. Pelepasan insulin di dalam tubuh dapat dipicu oleh beberapa jenis asam amino seperti arginin, alanin, fenilalanin,

11 45 isoleusin, leusin. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (1995), setiap 100 gram bahan yang bisa dikonsumsi dari pisang jenis pisang ambon terdapat asam amino arginin sebanyak 24 mg, alanin sebanyak 65 mg, fenilalanin sebanyak 55 mg, isoleusin sebanyak 51 mg dan leusin sebanyak 89 mg. Kandungan asam amino dalam buah pisang dapat berpengaruh dalam penurunan kadar gula darah tikus. Selain asam amino tersebut, asam amino lainnya yang terkandung dalam buah pisang memiliki kemungkinan ikut berkontribusi dalam pembentukan GLUT 2 ataupun insulin, meskipun tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data hasil penelitian juga dapat dilihat pada Gambar 9, Tabel 6 dan 7, tikus ke-2 tidak memiliki data berat badan dan kadar gula darah pada hari ke- 35. Tikus ke-2 tidak memiliki data berat badan dan kadar gula darah tidak diperoleh, dikarenakan tikus ke-2 mati sebelum pengukuran hari ke-35. Dilihat dari perubahan berat badan dan kadar gula darahnya, tikus ke-2 mengalami peningkatan berat badan dan penurunan kadar gula darah. Kematian tikus ke-2 dapat disebabkan luka yang timbul selama perlakuan sonde diberikan. Hal ini menjadi penyebab kematian tikus ke-2. Berdasarkan data hasil penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 10, Tabel 8 dan 9, dapat diketahui perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan 25 mg/kg BB isolat protein daun yakon. Semua tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan 25 mg/kg BB isolat protein daun yakon memiliki tren peningkatan berat badan hingga hari ke-35. Tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan 25 mg/kg BB isolat protein daun yakon memiliki tren penurunan kadar gula darah. Pada hari ke-7 terjadi penurunan kadar gula darah yang signifikan pada tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan isolat protein daun yakon sebanyak 25 mg/kg BB, selanjutnya kadar gula darah tikus masih mengalami perubahan yang stabil pada tingkat kadar gula darah yang normal. Dari hasil penelitian, pada hari ke-0 (sebelum diberi perlakuan) tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan 25 mg/kg BB isolat protein daun yakon

12 46 mengalami hiperglikemia karena memiliki kadar gula darah diatas 126mg/dl. Setelah diberi perlakuan, berat badan tikus mengalami peningkatan, sedangkan kadar gula darah tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan 25 mg/kg BB isolat protein daun yakon mengalami penurunan. Berbeda pada perlakuan SP yang hanya diberi sorbet pisang saja, pada perlakuan SP+IP25Y terdapat tambahan isolat protein daun yakon sebanyak 25 mg/kg BB pada formulasi sorbet. Selain mendapatkan manfaat dari buah pisang, tikus juga mendapatkan manfaat dari isolat protein yang ditambahkan dalam sorbet pisang. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sorbet pisang yang ditambah dengan isolat protein daun yakon mampu menurunkan kadar gula darah tikus yang mengalami hiperglikemia. Kandungan asam amino yang terkandung dalam sorbet pisang memiliki kemungkinan ikut berkontribusi dalam pembentukan GLUT 2 ataupun insulin. Kandungan protein dalam daun yakon dapat dikaitkan dengan pemicu pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas yang dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes (Lachman et al., 2003). Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui terdapat beberapa jenis asam amino yang mampu meningkatkan stimulasi sekresi insulin. Pelepasan insulin di dalam tubuh dapat dipicu oleh beberapa jenis asam amino seperti arginin, alanin, fenilalanin, isoleusin, leusin (Riskiyanti et al., 2016; Newsholme et al., 2007; Floyd et al., 1966). Berdasarkan data hasil penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 11, Tabel 10 dan 11, dapat diketahui perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus perlakuan SP+IP50Y mengalami penurunan. Secara umum, tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan isolat protein daun yakon sebanyak 50 mg/kg BB memiliki tren peningkatan berat badan hingga hari ke-35. Tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan isolat protein daun yakon sebanyak 50 mg/kg BB memiliki tren penurunan kadar gula darah. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pada hari ke-0, tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan isolat protein daun yakon sebanyak 50 mg/kg BB mengalami hiperglikemia karena memiliki kadar gula darah diatas 126mg/dl.

13 47 Setelah diberi perlakuan, berat badan tikus mengalami peningkatan, sedangkan kadar gula darah tikus yang diberi sorbet pisang dengan penambahan isolat protein daun yakon sebanyak 50 mg/kg BB mengalami penurunan.perbedaan perlakuan SP+IP25Y dengan SP+IP50Y adalah jumlah penambahan isolat protein yang lebih banyak pada perlakuan SP+IP50Y. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sorbet pisang yang ditambah dengan isolat protein daun yakon mampu menurunkan kadar gula darah tikus yang mengalami hiperglikemia. Hal ini didukung Lachman et al. (2003) yang menyatakan bahwa kandungan protein dalam daun yakon dapat dikaitkan dengan pemicu pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui terdapat beberapa jenis asam amino yang mampu meningkatkan stimulasi sekresi insulin. Pelepasan insulin di dalam tubuh dapat dipicu oleh beberapa jenis asam amino seperti arginin, alanin, fenilalanin, isoleusin, leusin (Riskiyanti et al., 2016; Newsholme et al., 2007; Floyd et al., 1966). Pada perlakuan SP+IP50Y, tikus ke-5 tidak memiliki data berat badan dan kadar gula darah setelah hari ke-21. Tikus ke-5 mati sebelum hari ke-28. Dilihat dari perubahan berat badan dan kadar gula darahnya, tikus ke-5 mengalami peningkatan berat badan dan penurunan kadar gula darah. Kematian tikus ke-5 dapat disebabkan luka yang timbul selama perlakuan sonde diberikan. Pada penelitian ini dilakukan 4 perlakuan berbeda pada tikus uji, yaitu pakan standar, SP, SP+IP25Y, dan SP+IP50Y. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, tren perubahan berat badan dari keempat perlakuan secara umum adalah sama, yaitu mengalami peningkatan berat badan. Berdasarkan tren perubahan kadar gula darahnya, penurunan kadar gula darah terjadi pada perlakuan SP, SP+IP25Y, dan SP+IP50Y. Tikus yang mengalami kesembuhan, ditandai dengan bertambahnya berat badan dan menurunnya kadar gula darah. Dari ketiga perlakuan itu, kadar gula darah tikus perlakuan SP+IP25Y adalah yang perubahannya paling signifikan dan terjaga pada level yang normal hingga

14 48 level prediabetes. Bila dibandingkan, hasil antara perlakuan SP+IP25Y dan SP+IP50Y, perlakuan SP+IP25Y lebih efektif dibandingkan SP+IP50Y. Kadar gula darah tikus SP+IP25Y tidak melebihi 126 mg/dl pada akhir masa uji. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan isolat protein daun yakon sebanyak 25 mg/kg BB ke dalam sorbet pisang, telah mampu meningkatkan berat badan dan menurunkan kadar gula darah tikus ke level yang normal.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daun yakon (Smallanthus sonchifolius) atau yang dikenal sebagai daun insulin merupakan salah satu spesies tanaman yang secara efektif dapat menurunkan kadar gula darah.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hiperglikemia merupakan kondisi terlalu tingginya kadar gula darah pada tubuh, hal ini ditandai dengan kadar gula darah puasa yaitu 126 mg/dl dan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis 4. PEMBAHASAN Pengujian in vivo untuk mengetahui kemampuan sorbet pisang (Musa paradisiaca) yang ditambah dengan isolat protein Spirulina platensis dibagi dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah proses isolasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis 4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis Bahan yang digunakan dalam isolasi proteinpada penelitian ini adalah Daun yakon danspirulina platensis. Menurut teori Djamilet al (2014),

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah melebihi 200 mg/dl saat kondisi sewaktu dan di atas 126 mg/dl pada kondisi puasa (Arif dkk, 2013). Hiperglikemia disebabkan

Lebih terperinci

4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis 4. PEMBAHASAN Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah lebih dari kadar gula darah puasa (124 mg/dl) atau kadar gula darah normal (200mg/dL). Akan tetapi sesaat setelah mengkonsumsi sesuatu

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan 3.1.1. Hasil Isolasi Protein Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius) Ekstraksi dan isolasi protein Spirulina dan daun yakon dilakukan dengan menggunakan metode salting

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 14 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemiaadalah suatu istilah peningkatan kadar glukosa darah yang merupakan salah satu gejala umum yang terjadi pada diabetes melitus. Menurut (Shawet al, 2010)

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan kondisi ketika kadar glukosa dalam darah melebihi kadar glukosa darah normal. Kadar glukosa darah yang meningkat dapat disebabkan oleh tubuh yang

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies Spirulina platensis merupakan jenis mikroalga berbentuk spiral dan mengandung fikosianin tinggi sehingga berwarna hijau biru (Christwardana et.al, 2013). Spirulina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika kadar glukosa darah meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal seseorang

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino. Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat

Lebih terperinci

Metabolisme Protein - 2

Metabolisme Protein - 2 Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

PROTEIN. Sulistyani, M.Si

PROTEIN. Sulistyani, M.Si PROTEIN Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id KONSEP DASAR Kata protein berasal dari kata Yunani, proteios yang berarti pertama. Dalam kehidupan sehari-hari, protein terdapat dalam telur, kacangkacangan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula dalam darah diatas normal, akan tetapi peningkatan kadar gula sesaat setelah makan tidak dapat disebut dengan hiperlgikemia.

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI Nurhidajah 1, Syaiful Anwar 2, Nurrahman 2 Abstrak Pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE protein A. PENGERTIAN PROTEIN PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE ARTINYA : TERUTAMA ATAU PENTING G. MULDER MENEMUKAN BAHWA SENYAWA INI DITEMUKAN PADA SEMUA ORGANISME

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Profil Protein Yakon (Smallanthus sonchifolius) Gambar 9. Profil protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius)

3. HASIL PENELITIAN Profil Protein Yakon (Smallanthus sonchifolius) Gambar 9. Profil protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Efisiensi Isolat protein dan Konsentrasi Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius) Tabel 3. Efisiensi Isolat dan konsentrasi protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius) Metode Massa

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 19 Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Preparasi Sampel Pembuatan Gaplek Pembuatan Tepung Gaplek Terfortifikasi Penentuan Kadar Protein Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Metode Biuret Identifikasi Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang PANKREAS Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm Pankreas terdiri dari: a. Kepala pankreas Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

Bagian-bagian kromosom

Bagian-bagian kromosom BAB3: SUBSTANSI GENETIKA KROMOSOM Bagian-bagian kromosom 1. kromatid. 2. senrtomer. 3. lengan pendek. 4. lengan panjang. SUBSTANSI GENETIKA Seluruh peristiwa kimia (metabolisme) diatur oleh suatu master

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewaspadaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari dengan baik (Guyton & Hall, 2007). Kewaspadaan adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Jl. Raya Dramaga Km.8, Taman Dramaga Hijau, Blok I No.9, Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8622090, email: carmelitha_lestari@yahoo.com PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kadar gula darah merupakan suatu parameter yang menunjukkan kondisi hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan atau kondisi kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembiakan kultur bakteri asam laktat hasil isolat dari daging sapi. Bakteri asam laktat yang digunakan

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam budidaya, Dramaga, Bogor. Ikan patin yang digunakan berupa sampel segar utuh

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoghurt merupakan salah satu produk minuman susu fermentasi yang populer di kalangan masyarakat. Yoghurt tidak hanya dikenal dan digemari oleh masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014 PTEI DEFIISI Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomermonomer asam amino

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Lintah laut yang digunakan pada penelitian ini adalah Discodoris sp. yang berasal dari kepulauan Belitung. Lintah laut yang digunakan berupa lintah laut

Lebih terperinci

Definisi Sintesis Protein

Definisi Sintesis Protein Definisi Sintesis Protein Manusia, hewan, dan tumbuhan sangat memerlukan protein sebagai unsur utama penyusun tubuhnya. Protein pada manusia dan hewan terdapat paling banyak pada membran sel, sitoplasma,

Lebih terperinci

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Asam Amino, Peptida dan Protein Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Pendahuluan Protein adalah polimer alami terdiri atas sejumlah unit asam amino yang berkaitan satu dengan yg lainnya Peptida adalah oligomer

Lebih terperinci

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan PROTEIN Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan tubuh Fungsi khas: membangun & memlihara sel2 &

Lebih terperinci

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan PROTEIN Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan 2-2015 Contents Definition Struktur Protein Asam amino Ikatan Peptida Klasifikasi protein Sifat fisikokimia Denaturasi protein Definition Protein adalah sumber asam-asam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

PROTEIN. Rizqie Auliana

PROTEIN. Rizqie Auliana PROTEIN Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Sejarah Ditemukan pertama kali tahun 1838 oleh Jons Jakob Berzelius Diberi nama RNA dan DNA Berasal dari kata protos atau proteos: pertama atau utama Komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang umumnya terjadi pada usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung

Lebih terperinci

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Permen jelly memiliki tekstur lunak yang diproses dengan

Lebih terperinci

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Insulin memiliki nama latin Smallanthus Sonchifolius atau sinonim nya: Polymnia edulis, P. sonchifolia. daun insulin dikenal juga dengan nama

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON

PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON PENGARUH SORBET BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH THE EFFECT OF DRAGON FRUIT

Lebih terperinci

Substansi Genetik. By Ms. Evy Anggraeny. SMA Regina Pacis Jakarta. Sept

Substansi Genetik. By Ms. Evy Anggraeny. SMA Regina Pacis Jakarta. Sept Substansi Genetik SMA Regina Pacis Jakarta By Ms. Evy Anggraeny Sept 2013 1 DNA/ADN Terdiri dari gula pentosa, basa nitrogen dan phosphat DNA Sept 2013 2 Macam Basa Dua macam basa Purin Adenine = A pada

Lebih terperinci

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA 03 MATERI AN LATIHAN SBMTN TO LEVEL - XII SMA BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK Komponen terkecil penyusun makhluk hidup disebut sel. Setiap sel eukariotik memiliki nukleus yang mengandung kromosom. Setiap

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein. Tri Rini Nuringtyas

Asam Amino dan Protein. Tri Rini Nuringtyas Asam Amino dan Protein Tri Rini Nuringtyas Protein Molekul yg sangat vital untuk organisme terdapt di semua sel Polimer disusun oleh 20 mcm asam amino standar Rantai asam amino dihubungkan dg iktn kovalen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan yang serius tidak hanya di Indonesia tetapi juga

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfometrik dan Rendemen Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) Keong matah merah yang diperoleh memiliki tubuh yang simetris bilateral, cangkang berbentuk kerucut berwarna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: DANIEL ADI SAMBADA

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: DANIEL ADI SAMBADA PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) DAN Spirulina platensis DALAM SORBET BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca) TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH DAN BERAT BADAN TIKUS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuit Soy Bar Fruit soy bar (Gambar 1) adalah makanan ringan berbentuk batang yang terbuat dari tepung kedelai utuh dan buah-buahan kering. FSB diolah dengan cara pengolahan oven

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan: 1. Pakan Buatan dalam Industri Akuakultur: Pengenalan 2. Nutrisi

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.net KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI Oleh: C. Budimarwanti Staf Pengajar Jurdik Kimia FMIPA UNY Pendahuluan Susu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci