A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

dokumen-dokumen yang mirip
A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

PRESENTASI KASUS GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang masih kurang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

REFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

APLIKASI PROBABILITAS BAYES DALAM SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN KEJIWAAN BIPOLAR

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF])

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Gangguan Mood dan Afek ( Suasana Perasaan ) Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ ( K ) Sept 2013

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

REFERAT Penatalaksanaan Pada Gangguan Bipolar

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

DSM V : GANGGUAN BIPOLAR

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Yayan A. Israr, S. Ked

Problem Pengelolaan Gangguan Jiwa yang Lazim di Pelayanan Primer

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

Peran keluarga / caregiver dalam perawatan pasien dengan epilepsi. Dr. Guntara Hari, SpKJ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK JIWA

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

REFRESHING GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

Diskriminatif insight tidak

Transkripsi:

A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum tulang, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan sel darah merah dan sel darah putih untuk mengecek supresi sumsum tulang. Lithium dapat menyebabkan peningkatan sel darah putih yang reversibel. - Elektrolit Konsentrasi elektrolit serum diukur untuk membantu masalah diagnostic, terutama dengan natrium, yang berkaitan dengan depresi. Hiponatremi dapat bermanifestasi sebagai depresi. Penatalaksanaan dengan lithium dapat berakibat pada masalah ginjal dan gangguan elektrolit. Kadar natrium rendah dapat berakibat pada peningkatan kadar lithium dan toxisitas lithium. Oleh karena itu, skrining kandidat untuk terapi litium maupun yang sedang dalam terapi lithium, mengecek elektrolit merupakan indikasi. - Kalsium Kalsium serum untuk mendiagnosis hiperkalsemi dan hipokalsemi yang berkaitan dengan perubahan status mental (e.g hiperparatiroid). Hiperparatiroid, yang dibuktikan dengan peningkatan kalsium darah, mencetuskan depresi. Beberapa antidepresan, seperti nortriptyline, mempengaruhi jantung, oleh karena itu, mengecek kadar kalsium sangat penting. - Protein Kadar protein yang rendah ditemukan pada pasien depresi sebagai hasil dari tidak makan. Kadar protein rendah, menyebabkan meningkatkan bioavailabilitas beberapa medikasi, karena obat-obat ini hanya memiliki sedikit protein untuk diikat.

- Hormone tiroid Tes tiroid dilakukan untuk menentukan hipertiroid (mania) dan hipotiroid (depresi). Pengobatan dengan lithium dapat menyebabkan hipotiroid, yang berkontribusi pada perubahan mood secara cepat. - Kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN) Gagal ginjal dapat timbul sebagai depresi. Pengobatan dengan lithium dapat mempengaruhi klirens ginjal, dan serum kreatinin dan BUN dapat meningkat. - Skrining zat dan alkohol Penyalahgunaan alkohol dan berbagai macam obat dapat memperlihatkan sebagai mania atau depresi. Contohnya, penyalahgunaan amfetamin dan kokain dapat timbul sebagai mania, dan penyalahgunaan barbiturate dapat timbul sebagai depresi. - EKG Banyak antidepresan, terutama trisiklik dan beberapa antipsikotik, dapat berefek pada jantung dan membuat masalah konduksi. Lithium juga dapat berakibat pada perubahan reversibel flattening atau inversi pada T wave pada EKG. - EEG Alasan untuk penggunaan EEG pada pasien bipolar: EEG menyediakan garis dasar dan membantu mengesampingkan masalah neurologi. Menggunakan tes ini untuk mengesampingkan kejang dan tumor otak. Bila dilakukan ECT. Monitoring EEG saat ECT digunakan untuk mendeterminasi timbulnya dan durasi kejang.

Beberapa studi memperlihatkan abnormalitas dari penemuan EEG sebagai indikasi efektivitas antikonvulsan. Lebih spesifik, penemuan abnormal dari EEG dapat memprediksi respons dari asam valproate. Beberapa pasien dapat mengalami kejang saat pengobatan, terutama antidepresan. B. Kriteria diagnosis Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Pembagian menurut DSM-IV: Gangguan mood bipolar I Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal

A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat depresi mayor sebelumnya. B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic umum D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini A. Saat ini dalam episode manic B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau campuran. C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum. E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini A. Saat ini dalam episode campuran B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau campuran C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini A. Saat ini dalam episode hipomanik B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau campuran C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini A. Saat ini dalam episode depresi mayor B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya. Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik, campuran atau episode depresi. B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran. C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain. D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Ganggguan Mood Bipolar II Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu episode hipomanik. Gangguan Siklotimia A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejalagejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun. B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejalagejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu. C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua tahun Gangguan tersebut Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan) D. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic umum F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya. Pembagian menurut PPDGJ III: F31 Gangguan Afek bipolar a. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek

disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis). b. Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30). F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau. F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau. F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu); dan b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau. F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurangkurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depres if atau campuran). F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. PT Nuh Jaya: Jakarta