PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Bab III Bahan dan Metode

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

IV. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODE PENELITIAN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

Transkripsi:

PENGARUH PEMANASAN TERHADAP KADAR VITAMIN E PADA KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK Eka Prasetyo Agung Pambudi*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh, PO Box 202, Purwokerto 53182 ABSTRAK Kacang hijau merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kacang hijau mengandung gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Salah satu gizi yang terkandung adalah vitamin E. Penelitian ini bertujuan menentukan kadar vitamin E pada kacang hijau serta mempelajari pengaruh pemanasan terhadap kandungan vitamin E nya. Persiapan sampel sebelum penetapan kadar dilakukan dengan pemanasan selama waktu yang berbeda. Masing-masing kacang hijau setelah perlakuan dianalisis kandungan vitamin E nya. Analisis kandungan vitamin E dilakukan dengan metode spektrofotometri setelah pembentukan kompleks warna merah menggunakan reagen ferri klorida dan 2,2 bipiridil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum vitamin E yang diperoleh adalah 520 nm dan operating time pada menit ke 5, dan dengan persamaan kurva baku y = 0,604X + 0,047 (r=0,998). Berdasarkan uji analisis varian (ANOVA) satu arah yang dilanjutkan dengan uji LSD diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin E dalam kacang hijau dengan lama pemanasan yang berbeda. Pemanasan dapat menurunkan kadar vitamin E pada kacang hijau. Dalam hasil rebusan kacang hijau, ditemukan sedikit jumlah vitamin E, karena vitamin ini sulit larut dalam air. Kata Kunci : kacang hijau, vitamin E, spektrofotometri UV-Vis ABSTRACT Vigna radiata L. is a food consumed by people. One of nutrient content in Vigna radiata L. is vitamin E. The purpose of this research is determining content of vitamin E at Vigna radiata L. and studying influence of heating towards its vitamin E content.the sample Vigna radiata L. were heated for different heating time, vitamin E content analyzed with UV-Vis spectrophotometry method after complex formation by adding ferri chloride and 2,2 bipridil. The result showed that maximum wavelength is 520 nm and operating time at minute five, and calibration curve equation is y = 0.604 x + 0.047 (r=0.998). Based on one-way ANOVA test and LSD test subsequently was obtained significant difference between vitamin E content with different heating time. It was found a little amount of vitamin E in water because this vitamin insoluble in water. Keywords: Vigna radiata L., vitamin E, spectrophotometry UV-Vis 1

Pendahuluan Kacang hijau merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia dan banyak negara Asia lainnya. Kandungan gizi dalam kacang hijau sangat berguna khususnya untuk pasien penyakit beriberi (Kartasapoetra, 2003). Salah satu zat yang terkandung dalam kacang hijau adalah vitamin E (Andrawulan & Koswara, 1989). Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan dan anti radikal bebas (Suprapto, 1982). Agar diproleh rasa yang nikmat, lazimnya sebelum dikonsumsi kacang hijau harus diolah terlebih dahulu. Akan tetapi kandungan gizi kacang hijau akan berbeda untuk setiap olahannya. Pada umumnya kacang hijau diolah dengan pemanasan. Akan tetapi masyarakat belum mengetahui bahwa dengan pengolahan yang salah akan menyebabkan vitamin E yang dikandungnya akan rusak (Andrawulan & Koswara, 1989). Sifat vitamin E (tokoferol) cukup tahan terhadap panas. Akan tetapi kehilangan kandungan vitamin E terjadi selama proses pengolahan bahan pangan sebagian besar karena reaksi oksidasi. Hal ini disebabkan karena tokoferol merupakan antioksidan sehingga mudah dioksidasi terutama dengan adanya oksigen pada suhu yang tinggi yang berakibat penghilangan fraksi lemak. Pada proses pemasakan yang normal dilaporkan tidak ada kehilangan vitamin E (Andrawulan & Koswara, 1989). Metode yang biasa digunakan untuk penetapan kadar vitamin E menurut keadaan sampel yaitu titrasi serimetri, pengukuran fotometri sebagai tokoferol merah dan penetapan kadar secara fotometri dengan ferri klorida dan 2,2 bipiridil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetapan kadar secara spektrofotometri dengan ferri klorida dan 2,2 bipiridil, karena metode ini dapat menetapkan vitamin E dalam jumlah kecil baik dalam sediaan farmasi maupun dalam bahan makanan. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh pemanasan terhadap kadar vitamin E pada kacang hijau secara spektrofotometri sinar tampak. Metode Penelitian Bahan dan Alat Bahan: kacang hijau; α-tokoferol p.a (Merck); kalium hidroksida p.a.; 2,2 bipiridil p.a.; ferri klorida p.a.; 2

natrium sulfat anhidrat p.a.; petroleum eter; aquadestilata; etanol absolut. Alat: neraca analitik (Shimadzu), mortir dan stamper, penangas air, kompor, sentrifuge, oven (Memmert), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV- 101 tipe 1). Cara Kerja Penyiapan Sampel Sampel kacang hijau diperoleh di Pasar Purwosari kemudian ditimbang 500,0 gram dan dibagi menjadi 5 kelompok. a. Kelompok 1 Kacang hijau 100,0 gram digerus sampai halus dan dilakukan penetapan kadar vitamin E yang dikandungnya. b. Kelompok 2 Kacang hijau 150,0 gram ditambah 500 ml aquadestilata, dipanaskan pada suhu 100 o C selama 15 menit. Dilakukan penyaringan untuk memisahkan antara kacang dan air rebusannya. Kacang yang telah dipanaskan ini ditimbang sebanyak 100 gram, digerus sampai halus dan ditetapkan kadar vitamin E nya. Pada air rebusan juga dilakukan penetapan kadar vitamin E. c. Kelompok 3 Perlakuan sama seperti pada kelompok 2 hanya waktu perebusan selama 30 menit. d. Kelompok 4 Perlakuan sama seperti kelompok 2 hanya waktu perebusan 45 menit. e. Kelompok 5 Perlakuan sama seperti kelompok 2 hanya waktu perebusan 60 menit. Penetapan Kadar Air Sampel kacang hijau dari tiap kelompok ditmbang seksama kemudian dikeringkan di dalam oven selama 2-3 jam pada suhu 105 o C. Kemudian ditimbang dan diulangi pemanasan sampai diperoleh perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% dengan jeda waktu 1 jam (Anonim, 1995). Penetapan Kadar Vitamin E a. Pembuatan larutan baku tokoferol Ditimbang 100 mg α-tokoferol dan dilarutkan dengan seksama dalam etanol absolut hingga volume 10 ml, kemudian dipipet 1 ml dan ditambah etanol sampai volume 100 ml. Diambil kembali 5 ml larutan tersebut dan diencerkan dengan etanol absolut sampai volume 100 ml (Strohecker & Henning, 1965). b. Penentuan operating time 3

Dipipet 2,0 ml larutan baku tokoferol dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml lalu ditambahkan 1,0 ml larutan 2,2 bipiridil dan 1,0 ml larutan ferri klorida, kemudian ditambahkan etanol sampai tanda. Larutan dibaca serapannya setiap selang waktu yang telah ditentukan sampai diperoleh serapan yang stabil (Strohecker & Henning, 1965). c. Penentuan panjang gelombang (λ) maksimum Dilakukan penyiapan larutan seperti pada penentuan operating time kemudian larutan dibaca serapannya pada spektrofotometer ultraviolet visibel pada panjang gelombang 400-800nm untuk mencari panjang gelombang dengan serapan maksimum. d. Pembuatan Kurva baku tokoferol Ke dalam 4 buah labu takar 25 ml dimasukkan masing-masing 1,0; 2,0; 3,0; dan 10,0 ml larutan stok baku tokoferol. Ke dalam 4 buah labu takar 10 ml lain dimasukkan masing-masing 1,0; 2,0;3,0; dan 5,0 ml larutan stok baku tokoferol. Ke dalam masingmasing labu takar ditambahkan 1,0 ml larutan 2,2 bipiridil dan 1,0 ml larutan ferri klorida, kemudian diencerkan dengan etanol sampai tanda. Serapan dibaca pada λ maks dan dibuat kurva hubungan antara konsentrasi vitamin E dan serapan sehingga diperoleh persamaan garis lurus. e. Penetapan kadar vitamin E pada kacang hijau Ditimbang seksama 100 g kacang hijau, digerus halus dan dimasukkan ke labu alas bulat leher panjang yang berisi 100 ml etanol. Campuran segera direfluks di atas penangas air selama 30 menit dengan penambahan 10,0 ml kalsium hidroksida yang dibuat baru. Hasil refluks didinginkan, disaring dan dipindahkan ke dalam corong pisah 250 ml dengan penambahan 50 ml aquadestilata, lalu diekstraksi dengan 50 ml petroleum eter. Hasil ekstraksi pertama dicuci dengan 50 ml aquadestilata dan diulangi sampai cairan cucian tidak memberikan warna merah. Fase petroleum eter dipisahkan dan ditambah 2 g serbuk natrium sulfat anhidrat, kemudian disentrifugasi selama 15 menit. Jernihan dipindahkan ke labu takar 100 ml dan diencerkan dengan petroleum eter sampai tanda. Diambil 25,0 ml larutan tersebut, dimasukkan ke cawan dan dengan hatihati diuapkan di atas penangas air. Hasil residu yang diperoleh diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan etanol sampai 4

volume 10,0 ml. Diambil kembali 5,0 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml, ditambahkan 1 ml larutan 2,2 bipiridil dan 1 ml larutan ferri klorida serta etanol sampai tanda. Serapan diukur pada λmaks. f. Penetapan kadar vitamin E pada air rebusan Diambil 25,0 ml samper air rebusan kacang hijau, dimasukkan ke labu alas bulat berleher panjang yang berisi 100 ml etanol. Kemudian diperlakukan sama seperti pada penetapan kadar vitamin E pada kacang hijau Hasil dan Pembahasan Hasil penetapan kadar air Penetapan kadar air digunakan untuk menyatakan berat vitamin E pada sampel kering. Berdasarkan hasil penetapan diperoleh kadar air pada sampel kacang hijau dengan perlakuan yang berbeda (tabel 1). Semakin lama waktu pemanasan kacang hijau diperoleh kadar air yang semakin meningkat. Optimasi Kondisi Metode Spektrofotometri UV-Vis Metode penetapan kadar vitamin E yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara fotometri dengan pereaksi ferri klorida dan 2,2 bipiridil. Metode ini berdasarkan reaksi oksidasi vitamin E dalam larutan beralkohol dengan ferri klorida, penambahan 2,2 bipiridil menghasilkan warna merah dengan ferro klorida hasil reduksi ferri klorida oleh vitamin E. Dengan kondisi yang tepat, metode ini cocok untuk pemeriksaan vitamin E sebab metode ini sederhana dan sangat reprodusibel. Metode ini hanya dapat digunakan jika vitamin E berada dalam keadaan bebas, sehingga sampel yang akan dianalisis pertama-tama harus disabunkan terlebih dahulu. Proses penyabunan akan menghilangkan zatzat pengotor seperti vitamin A, karotenoid dan beberapa sterol yang terdapat dalam sampel (Strohecker & Henning, 1965). Tabel 1 Kadar air sampel kacang hijau pada berbagai perlakuan Kelompok Perlakuan Kadar air (%) 1 Tanpa pemanasan 10,95 2 Pemanasan 100 o C selama 15 17,20 3 Pemanasan 100 o C selama 30 26,30 4 Pemanasan 100 o C selama 45 41,37 5 Pemanasan 100 o C selama 60 44,30 5

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui panjang gelombang dengan nilai serapan maksimum pada spektrofotometri UV-Vis. Keuntungan pembacaan serapan pada panjang gelombang maksimum adalah untuk memperoleh kepekaan analisis yang maksimum. Berdasarkan hasil scanning pada panjang gelombang 400-800 nm diperoleh panjang gelombang maksimum untuk analisis vitamin E dengan pereaksi ferri klorida dan 2,2 bipiridil adalah pada 520 nm. Operating time ditentukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan campuran reaksi sampai diperoleh nilai serapan hasil pengukuran yang stabil. Berdasarkan hasil optimasi maka diperoleh operating time pada analisis vitamin E ini adalah 5 menit. Jadi semua campuran reaksi dibiarkan selama waktu tersebut sebelum dilakukan pengukuran serapan. Gambar 1. Hasil Scanning kompleks merah antara Fe 2+ dengan 2,2 bipiridil 2 Serapan 1.5 1 0.5 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 konsentrasi vitamin E μg/ml Gambar 2. Kurva hubungan konsentrasi vitamin E dan serapan 6

Tabel 2 Kadar vitamin E dalam kacang hijau dengan berbagai perlakuan Kadar (% b/b) No. Tanpa pemanasan Pemanasan 100 o C selama 15 Pemanasan 100 o C selama 30 Pemanasan 100 o C selama 45 Pemanasan 100 o C selama 60 1 4,04 3,15 2,83 1,79 1,72 2 4,09 3,49 2,60 1,86 1,66 3 4,14 3,23 2,26 1,83 1,68 Ratarata 4,09 3,29 2,56 1,83 1,68 SD 0,05 0,17 0,29 0,03 0,03 Untuk menentukan konsentrasi vitamin E dalam sampel kacang hijau maka dibuat kurva baku vitamin E yaitu kurva hubungan antara konsentrasi vitamin E dan serapan. Persamaan gari lurus yang diperoleh adalah y = 0,604 x + 0,047 (r=0,998). Dilihat dari tabel nilai kritis r dengan derajat bebas 6, maka dapat diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel (0,7067) (Ghozali, 2001) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang berbanding lurus antara konsentrasi vitamin E dan serapan. Batas deteksi (limit of detection / LOD) dan batas kuantitatsi (limit of quantitation / LOQ) ditentukan dari persamaan kurva baku. Diperoleh hasil LOD dan LOQ berturut-turut sebesar 1,10 dan 1,52 μg/ml. Hasil Penetapan Kadar Vitamin E pada sampel kacang hijau dan air rebusan Kadar vitamin E pada padatan kacang hijau dengan 5 variasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 2. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pengolahan dengan pemanasan dapat berakibat berkurangnya kadar vitamin E yang dikandungnya. Berdasarkan uji analisis varian (ANOVA) satu arah yang dilanjutkan dengan uji LSD diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin E dalam kacang hijau dengan lama pemanasan yang berbeda. Sisa air rebusan juga dilakukan penetapan kadar vitamin E dengan cara yang sama dengan padatan kacang hijau. Namun ternyata dengan reaksi dengan ferri klorida dan 2,2 bipiridil tidak menunjukkan hasil yang dapat dideteksi dengan spektrofotometri UV- Vis yang digunakan dalam penelitian ini. Kesimpulan Proses pemanasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kadar vitamin E sehingga proses pengolahan dengan pemanasan dapat 7

menurunkan kadar vitamin E pada kacang hijau. Daftar Pustaka Andrawulan, N. dan Koswara, S., 1989, Kimia Vitamin, Rajawali Press, Jakarta, 209-216 Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi keempat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1036, 1043 Ghozali, I., 2001, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kartasapoetra dan Masetyo, 2003, Ilmu Gizi, PT. Bineka Cipta, Jakarta. Strohecker, R., dan Henning, H.M., 1965, Vitamin Assay, Tested Methods, Veilay Chemie, GMBH, Germany, 360.390. Suprapto dan Sutarman, T., 1982, Bertanam Kacang Hijau, PT. Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta. 8