ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH MENURUT PERSATUAN ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3 MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID BAITUSSALAM DUKUH GIRIKUSUMA DESA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK. Skripsi

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM KHITAN LAKI-LAKI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ANAK

ANALISIS PENDAPAT MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I TENTANG HIBAH DAPAT DIPERHITUNGKAN SEBAGAI WARISAN

STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM

ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014

IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN. (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

ANALISIS PERSEPSI DAN PERAN DEWAN PENGAWAS SYARI AH BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TERHADAP FATWA DSN NO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG SKRIPSI

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari ah. Oleh :

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN SAWAH GADAI (Persepsi Ulama Salem Terhadap Praktek Gadai Sawah Di Ds. Banjaran, Salem, Brebes)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS UANG MUKA DALAM PERJANJIAN PESANAN CATERING YANG DIBATALKAN (Studi Kasus di Saras Catering Semarang) SKRIPSI

STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010)

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGURANGAN TAKARAN DALAM JUAL BELI BENSIN ECERAN DI JALAN MEDOHO RAYA KELURAHAN SAMBIREJO SEMARANG

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

PENGGANTIAN NADZIR YANG MENINGGAL DUNIA DALAM PENGELOLAAN HARTA WAKAF (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tugu Kota Semarang)

STUDI MANAJEMEN MUTU PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ROUDLOTUL ATHFAL/MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN BATANG

SISTEM PERMODALAN BANK SYARIAH DI PT. BPRS BEN SALAMAH ABADI PURWODADI

STUDI ANALISIS PENDAPAT MUHAIMIN IQBAL TENTANG DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI MATA UANG. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN

IMPLEMENTASI MUATAN LOKAL BTQ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN SISWA KELAS VIII DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Syarat. Guna Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam.

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH. (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati)

PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK UNTUK KEADILAN SOSIAL

UPAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG

MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF

PENERAPAN SHALAT DHUHUR BERJAMAAH DI SD KI AGENG GIRING SINGKIL PALIYAN SKRIPSI

SOLUSI AL-QUR AN TERHADAP PENYAKIT DIABETES

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI

MEKANISME PEMBIAYAAN RAHN SEBAGAI PRODUK JASA DI BMT MARHAMAH WONOSOBO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARIAH ISTITUT AGAMA ASLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI ES BALOK UNTUK KONSUMSI (Studi Kasus di Kota Semarang) SKRIPSI

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO DAN RETURN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX DAN LQ 45 PERIODE JANUARI FEBRUARI 2013 SKRIPSI

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah.

Aida Hanifaturrosida NIM :

SKRIPSI Disusun untuk Melengkapi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM TENTANG TALAK BID I

SOLUSI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BAITUT TAMWIL TAMZIS WONOSOBO

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NO. 04 TAHUN Skripsi

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN AL-RAMLI TENTANG KETETAPAN SYAHADAH DALAM RUKYATUL HILAL DALAM KITAB NIHAYAH AL-MUHTAJ ILA SYARAH AL-MINHAJ SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KEWENANGAN PERADILAN AGAMA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARI AH (Study Analisis Putusan PA Purbalingga No.1047/Pdt.G/2006/PA.

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WARIS ANAK MBAREP (Studi Kasus di Desa Kendel Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali)

Skripsi Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

MANAJEMEN DANA ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN KENDAL

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM:

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Ekonomi Islam

PENGARUH ETIKA BISNIS ISLAMI TERHADAP TINGKAT KUANTITAS PENJUALAN PRODUK PADA PERUSAHAAN AIR MINUM PT.BUYA BAROKAH KUDUS

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI NICKNAME CHAR (CHARACTER) POINT BLANK VIA ONLINE SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENIPUAN DAN MANIPULASI PASAR DI PASAR MODAL

FUNGSI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MAPEL PAI BAGI PESERTA DIDIK DI SMP N 2 GUNTUR DEMAK TAHUN 2012

Kapan Idul Adha 1436 H?

STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR

ZAKIYAH SALSABILA

DAFTAR LAMPIRAN ANALISIS SISTEM REKRUTMEN KARYAWAN DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN SUMBER DAYA INSANI SECARA ISLAM PADA KJKS BINAMA SEMARANG

Oleh: NUR AZIZ NIM :

ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperolah Gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Syari ah

PENGARUH NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH. (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Tahun )

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR AN

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN BERBASIS AKHLAK PLUS WIRAUSAHA DI PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG

EFEKTIFITAS BAZ DALAM PENGELOLAAN ZAKAT DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah NU, Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012

STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN

HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU MUJAYYAB (Studi Pemikiran Muh. Ma sum Bin Ali Dalam Kitab Ad-Durus Al-Falakiyyah) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ( Studi Kasus di Desa Jenarsari Gemuh Kendal )

Transkripsi:

ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH MENURUT PERSATUAN ISLAM S K R I P S I Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah Oleh : SUDARMONO NIM : 2103118 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2008

DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS SYARI AH Jalan Raya Boja Ngaliyan Km. 2 Semarang 50185 Telp (024) 7601291 PENGESAHAN N a m a : Sudarmono N I M : 032111118 / 2103118 Fakultas/Jurusan : Syari ah/al-ahwal al-syakhsiyyah Judul Skripsi : Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyah Menurut Persatuan Islam Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 14 Januari 2008 dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2007/2008 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Syari ah. Semarang 14 Januari 2008 Dewan Penguji Ketua Sidang Sekretaris Sidang Drs. H. Eman Sulaiman, M.H. Drs. H. Slamet Hambali NIP. 150 254 348 NIP. 150 198 821 Penguji I Penguji II H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. Achmad Arief Budiman, M.Ag. NIP. 150 290 930 NIP. 150 274 615 Pembimbing I Drs. H. Slamet Hambali NIP. 150 198 821

Drs. H. Slamet Hambali Jl. Candi Permata II / No. 180 Semarang Telp. (024) 7604932 PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Sudarmono Assalamu alaikum Wr. Wb. Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : N a m a : Sudarmono N I M : 032111118/2103118 Judul : Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyah Menurut Persatuan Islam Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan ma lum. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Pembimbing Drs. H. Slamet Hambali NIP. 150 198 821

M O T T O فلا تعدد المولى شريكك في الغنى ولكنما المولى شريكك في العدم Janganlah kamu mengira bahwa yang namanya teman adalah orang yang berteman dengan kamu di saat kaya (bahagia), akan tetapi teman adalah orang yang berteman dengan kita diwaktu kita tidak punya (susah). 1 1 Qodhi al-qudhoh Bahauddin Abdillah, Syarah Ibnu Aqil, Jakarta;Dinamika Berkah Utama, Juz II, tt., hlm. 576

PERSEMBAHAN Saya persembahkan untuk: Ayah dan Bundaku tercinta, yang telah mengenalkanku akan kehidupan dengan penuh kasih sayang yang tiada henti. Kakak dan adikku tersayang (mbak Sry dan dik Cucik Al-munirah, Umi kulsum) serta keponakanku (Yudi Miftahul Khoir, Laily Sulha Badriyah), seluruh keluargaku yang tercinta, semoga kalian temukan kebahagian hidup baik bahagia di dunia maupun di akhirat. Dan saya persembahkan pula buat seseorang yang tercinta.

DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, 13 Desember 2007 Deklarator Sudarmono NIM. 2103118

ABSTRAK Diantara Ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan awal bulan Qomariyah, dan mengeluarkan penetapan selain ketetapan pemerintah adalah Persatuan Islam (PERSIS) seperti yang dilakukan Persis pada tanggal 21 Juni 2007 mengeluarkan surat edaran tentang Gerhana Bulan Total, Awal Ramadhan, Iedul Fithri dan Iedul Adha 1428 H. Perlu diketahui bahwa dalam masalah penetapan awal bulan Qomariyah, Persis merupakan penganut Mazhab Hisab yang diprakarsai oleh Muhammadiyah, namun ternyata menghasilkan ketetapan yang berbeda. Berangkat dari sinilah penulis mencoba menelaah bagaimana pemikiran atau metode yang digunakan Persis serta dalil hukumnya dalam penetapan awal bulan Qomariyah ini. Penelitian ini bersifat Lapangan (Field Research) dimana data primernya adalah hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan data skundernya adalah seluruh dokumen berupa buku, tulisan, hasil wawancara dan makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data-data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah metode yang digunakan Persis dalam penetapan awal bulan Qomariyah adalah dengan metode hisab dengan kriteria imkan al-rukyah. Menurut penulis hisab yang digunakan Persis ini termasuk hisab yang modern dan mutakhir karena menggunakan hisab Ephemeris yang sudah diakui keakurasiannya. Dengan kriteria imkan al-rukyah ini maka penetapan Persis dalam awal bulan Qomariyah terutama Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah kemungkinan besar akan aman dari adanya perbedaan dengan isbat pemerintah dan juga dengan mazhab rukyah. Sedangkan dasar hukum atas penetapan awal bulan Qomariyah menurut persis ini (dengan hisab) sebenarnya tidak jauh beda dengan dasar hukum yang digunakan Pemerintah maupun ormas lain. Yaitu QS. 2;189, 36;39-40, 10;5, 6;96, 9;36, dan hadishadis hisab rukyah. Namun menurut hemat penulis dari Al-Qur an tersebut masih global artinya belum secara langsung menunjukkan bahwa penetapan awal bulan Qomariyah itu dengan hisab, melainkan hanya memberikan pengertian bahwa bulan itu bisa dijadikan dasar untuk mengetahui waktu-waktu, termasuk waktu disini adalah awal bulan Qomariyah seperti awal Ramadhan (waktu untuk memulai puasa) Syawal (waktu untuk mengakhiri puasa Ramadhan dan untuk menjalankan sholat Ied) begitu juga Dzulhijjah untuk haji. Kemudian keglobalan Al-Qur an tersebut di jelaskan dengan hadis nabi yang sudah tidak asing lagi yaitu; shumu lirukyatihi... Dengan adanya hadis tersebut maka nampak bahwa yang dimaksudkan dalam al-qur an diatas dan yang lebih mendekati kebenaran adalah dengan rukyah, bukan dengan hisab. karena dengan adanya kata fain ghumma kata rukyah dalam hadis diatas seharusnya diartikan dengan melihat dengan mata kepala bukan dengan ilmu (ilmu hisab), karena bila diartikan dengan melihat dengan ilmu (hisab), maka tidak akan pernah ada kata fain ghumma, karena ada dan tidak adanya awan tidak akan pernah berpengaruh dengan hisab.. Sedangkan hadis hisab rukyah tersebut walau dengan redaksi yang berbeda selalu disertai dengan kata fain ghumma atau fain ughbiya.

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Robbu al- Alamin atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyyah Menurut Persatuan Islam, dengan baik tanpa banyak kendala yang berarti. Shalawat dan salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membawa islam dan mengembangkannya hingga sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta do a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-pembantu Dekan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas belajar hingga kini. 2. Drs. H.Slamet Hambali, selaku pembimbing I, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas. 3. Bapak kajur, sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya. 4. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag., atas inspirasi, arahan, bimbingan dan atas pinjaman buku-buku falak yang penulis butuhkan. 5. KH. M. Abdurrahman KS. (Ketua DHR Persis) atas wawancaranya dan Syarief Ahmad Hakim (Anggota DHR Persis) atas wawancara baik secara langsung atau via sms dan semua data dan informasinya yang diberikan kepada penulis. 6. Dr. Thomas Djamaluddin, atas wawancaranya. 7. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do a, perhatian dan curahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata. 8. K.H. Noor Ahmad, SS. Yang telah mengajarkan Ilmu falaknya kepada penulis ketika penulis Tabarukan di Jepara.

9. H. Ilya Azhari, yang telah mengenalkan kepada penulis tentang ilmu falak ini, dan telah sudi mengajar ilmu falak ketika penulis di Al-Ma ruf. 10. Ahmad Syifaul Anam, atas penjelasan dan pengarahannya. 11. Sayful Mujab, atas penjelasan dan rumus-rumusnya, dan yang telah mengajar ilmu falak kepada penulis ketika penulis tabarukan ilmu falak kepada KH. Ahmad Noor, SS. 12. Lek Topik, Ismail Khudhori, Fadholi dan segenap temen-temen santri di Daarun Najaah. 13. R van WD, Faqih, Amoel, Ja par, vani CS (Funy Band) dan semua tementemen yang berada di Fakultas Syari ah khususnya di Jurusan AS paket ASB angkatan 2003. 14. Sofi, yang telah meminjamkan buku-bukunya KH. Zubair Umar Jaelany. 15. Semua temen-temen di lingkungan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, aktivis BEMJ AS, dan temen-temen di Devisi Bulutangkis di Walisongo Sport Club. Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo a semoga Allah menerima sebagai amal kebaikan dan membalasnya dengan balasan yang lebih baik. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin. Semarang, 13 Desember 2007 Penulis, Sudarmono NIM. 2103118

D A F T A R I S I HALAMAN JUDUL... HALAMAN NOTA PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN DEKLARASI... HALAMAN ABSTRAK... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN KATA PENGANTAR... HALAMAN DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii viii x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah... 1 B. Permasalahan... 10 C. Tujuan Penulisan... 10 D. Telaah Pustaka... 11 E. Metode Penulisan... 14 F. Sistematika Penulisa... 17 BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAH A. Pengertian Hisab Rukyah... 18 1. Pengertian Hisab... 18 2. Pengertian Rukyah... 22 B. Dasar Hukum Hisab Rukyah... 24 1. Dasar Hukum Dari Al-Qur an... 24 2. Dasar Hukum Dari Al-Hadis... 26 C. Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyah di Indonesia 27 D. Metode Hisab Rukyah Di Indonesia... 32 1. Sistem rukyah Bi al-fi ly... 33 2. Sistem Hisab... 38 E. Persoalan Seputar Penetapan Awal Bulan Qomariyah di Indonesia... 50 F. Yang Berhak Menetapkan Awal Bulan Qomariyah... 55 BAB III : METODE HISAB RUKYAH PERSATUAN ISLAM DALAM PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH A. Sejarah Singkat Persis... 57 1. Sejarah Kelahiran Persis... 57 2. Tujuan dan Aktifasi Persis... 59 3. Kepemimpinan Persis... 60 4. Era Baru Persis... 61 B. Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah... 63

C. Dasar Hukum Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah... 68 1. Dasar Hukum Dari Al-Qur an... 68 2. Dasar Hukum Dari Al-Hadis... 71 BAB IV : ANALISIS METODE HISAB RUKYAH PERSIS DALAM PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH A. Analisis Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah... 75 B. Analisis Dasar Hukum Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah... 85 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 96 B. Saran-saran... 98 C. Penutup... 99 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia khususnya umat Islam dalam menjalankan ibadahnya selalu terkait dengan waktu, seperti ibadah shalat, puasa ramadhan, zakat fitrah, ibadah haji dan lain sebagainya. Untuk menentukan waktu-waktu tersebut kelihatanya mudah namun ternyata tidaklah mudah, karena dibutuhkan suatu rumus atau metode tertentu untuk menentukannya. Dalam hal ini telah dikenal suatu cabang ilmu pengetahuan dalam kajian Islam yaitu; ilmu hisab atau ilmu falak. 1 Dengan ilmu ini, saat-saat masuk dan keluarnya waktu-waktu shalat dapat diketahui dengan akurat. Begitu pula dalam penentuan awal bulan Ramadhan sebagai hari pertama kewajiban puasa, penentuan awal bulan Syawal sebagai hari Idul fithri dan awal bulan Dzulhijjah untuk ibadah haji yang sering menjadi kontroversi dikalangan umat Islam Indonesia, peranan ilmu ini menjadi sangat menonjol. Hal ini bukan saja berlaku bagi pihak-pihak yang mengedepankan hisab dalam penentuan awal bulan Qomariyyah, namun juga berlaku bagi pihak-pihak yang mengedepankan rukyah (Penginderaan Langsung) sesuai dengan pedoman awal yang ditegaskan Nabi Muhammad saw. Sebab bagi pihak yang 1 Ilmu Falak atau Astronomi yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, tentang fisiknya, geraknya, ukuranya dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Lihat Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak hisab rukyat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam;Jakarta, 1981, hlm.14

terakhir ini, tidak mungkin dapat dilaksanakan rukyah yang benar jika posisi bulan belum diperhitungkan dengan seksama. Di Indonesia ilmu hisab atau ilmu falak ini semakin berkembang, dengan ditandai ilmu ini mendapat perhatian dari Departemen Agama yaitu dengan dibentuknya Badan Hisab Rukyah pada tahun 1972 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No.76 tahun 1972. 2 Walaupun pada awalnya Badan Hisab Rukyah ini dibentuk untuk mempersatukan perselisihan yang terjadi, namun dengan dibentuknya Badan Hisab Rukyah ini tentunya dibutuhkan tenaga ahli yang mahir dalam hisab rukyah ini. Harus diakui bahwa pada abad ke-17 sampai abad ke-19 pemikiran hisab di Indonesia tidak bisa lepas dengan pemikiran hisab negara-negara Islam lain. Bahkan tradisi ini masih terlihat pada awal abad ke-20. hal ini tercermin dalam kitab Sullamun Nayyirain Karya Muhammad Mansur bin Abd Hamid bin Muhammad Damiry al-batawi (1925) yang terpengaruh oleh sistem Ulugh Bek. 3 Pada jaman penjajahan penentuan awal bulan yang berkaitan dengan persoalan ibadah diserahkan pada kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada, namun setelah Indonesia merdeka secara berangsur-angsur mulai berubah. Dan setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 2 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab Di Indonesia, Studi atas pemikiran Saaduddin Djambek, Pustaka Pelajar;Yogyakarta;2002, hlm.14, Ulugh Bek adalah ahli astronomi yang lahir di Salatin (1393 M) dan meninggal di Iskandaria (1449 M) dengan observatoriumnya ia berhasil menyusun tabel data astronomis yang banyak digunakan pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya, Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta; Buana Pustaka, 2005, hlm. 117 3 Ibid, hlm.11

3 Januari 1946, 4 persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur atau hari besar termasuk penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No.2/Um,7/Um,9/Um jo Keputusan Presiden No. 25 tahun 1967, No. 148 tahun 1968 dan No.10 tahun 1971. 5 Meskipun penetapan awal bulan Qomariyyah sudah diserahkan kepada Departemen Agama, namun pada bulan-bulan tertentu yang berhubungan dengan ibadah seperti awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah masih belum seragam. Bahkan menjadi penyebab perseteruan dan mengusik ukhuwah diantara sesama muslim, gara-gara melakukan peribadatan yang tidak sama. Seperti yang terjadi pada tahun 1992,1993,1994,1998, 2002, bahkan baru kemarin tahun 2006 dan 2007 M masyarakat Indonesia juga terjadi perselisihan dalam berhari raya. Penentuan awal bulan Qomariyah khususnya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah di Indonesia memang sangat menarik untuk dikaji. Sejak dahulu telah berkali-kali terjadi perbedaan penetapan, baik antara pemerintah dengan suatu kelompok masyarakat maupun antar kalangan masyarakat itu sendiri. Perbedaan ini yang paling utama disebabkan karena adanya perbedaan cara yang digunakan dalam menentukan awal bulan Qomariyah terutama bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul Hijjah. Satu pihak berpegang pada rukyah sementara pihak lainya berpegang pada hisab. Tidak kalah menariknya, perbedaan itu disebabkan oleh adanya 4 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, cet. I (Jakarta;Djambatan,1992),hlm. 211 5 Susiknan Azhari, Op.cit,hlm.12

kriteria yang berbeda-beda, baik antara ahli rukyah maupun antara ahli hisab itu sendiri. Menurut pengamatan Slamet Hambali perbedaan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah tidak semata-mata karena perbedaan hisab dan rukyah, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena: 1. Perbedaan Sistem Hisab, disatu pihak penggunaan sistem hisab hakiki taqribi dengan menghasilkan hilal sudah diatas ufuk dan dipihak yang lain menggunakan sistem hisab hakiki tahqiqi atau kontemporer, dengan menghasilkan hilal masih dibawah ufuk seperti yang terjadi pada tahun 1992,1993 dan 1994. 2. Perbedaan Sistem Penetapan, walaupun menggunakan sistem hisab yang sama dengan hasil perhitungan yang sama, tetapi akan menghasilkan ketetapan yang berbeda, seperti yang terjadi pada Syawal tahun 1998, Dzulhijjah tahun 2000 dan sebagainya. 3. Ijtima /Konjungsi matahari dan bulan terjadi sebelum ghurub atau sekitar waktu dhuhur, seperti yang terjadi pada tahun 1992,1993,1994 dan 1998. 6 Memperhatikan keadaan yang beragam tersebut, Departeman Agama (DEPAG) berusaha memadukan sistem-sistem yang telah dipergunakan. Departemen Agama berusaha mengembangkan sistem rukyah yang berpandukan hisab, dan sistem hisab yang berpadukan rukyah/observasi. Hasilnya, dalam banyak kasus perbedaan tersebut dapat 6 lihat;slamet Hambali dalam Makalah yang disampaikan pada lokakarya Imsyakiyyah Ramadhan 1425 H. di IAIN Walisongo Semarang hari Rabu, 15 September 2004, dengan judul; Hisab Hakiki Untuk Awal Ramadhan dan Syawal 1425 H. 2004 M. Menggunakan Sistem Ephemeris, dengan Markaz Pantai Marina Semarang.

berhasil dihilangkan atau setidak-tidaknya terkurangi atau dapat di minimalisirkan. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus perbedaan tersebut tidak dapat teratasi. 7 Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini adalah Departemen Agama, menggunakan hisab dan imkan al-rukyah atau perhitungan dan kemungkinan hilal itu bisa dilihat. Jadi hisab tetap dipakai, tetapi karena secara hisab hasil perhitungannya ijtima (konjingsi) berkisar -0 derajat 34 menit untuk Merauke dan +0 derajat 31 menit untuk Sabang, juga tidak mungkin atau sangat sulit dilihat, maka tetap menggunakan rukyah. Nahdlatul Ulama yang dikenal dengan sitem rukyahnya, kenyataannya tidak bisa meninggalkan hisab. Bahkan mungkin banyak memiliki para pakar dan ahli hisab. Karena untuk melaksanakan perintah rukyah, para ulama melakukan hisab terlebih dahulu, untuk mengetahui seberapa tinggi hilal pada saat ijtima (konjungsi) 8. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.; عن ابى هريرة رضى االله عنه قال ذآر رسول االله صلى االله عليه وسلم الهلال اذا رأيتموه فعدوا عليكم غمى فان فطروا فا رأيتموه واذا فصوموا ثلاثين (رواه 9 مسلم) Artinya: Dari Abu Hurairoh r.a berkata, nabi menjelaskan tentang hilal, kemudian beliau bersabda;" jika kalian melihatnya maka 7 Dr. Ir. S. Farid Ruskanda, dkk., Rukyah Dengan Teknologi (Upaya mencari Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal ramadhan dan Syawal, Gema Insani Press;Jakarta, 1994, hlm. 79 8 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual (dari Normatif ke Pemaknaan Sosial), Pustaka Pelajar ; Yogyakarta, Cetakan I, 2004, hlm. 224 9 Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Sohih Muslim, jilid I, Beirut; Dar Al- Fikr, tt hlm. 438

berpuasalah dan jika kalian melihatnya (lagi) maka berbukalah. Jika kalian ditutupi awan maka hitunglah (bulan sya'ban) tiga puluh hari" (H.R Muslim) Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Agama menggunakan sistem imkan al-rukyah, maka sudah semestinya harus diikuti oleh masyarakat termasuk Ormas Islam yang ada seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) dan lain-lain, ini sesuai dengan Qowaid al-fiqhiyah : Hukmul Hakim Ilzam wayarfaul hilaf ( Ketetapan Pemerintah itu mengikat dan menghapus perselisihan) Kebijakan pemerintah tersebut berdasarkan musyawarah Menterimenteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) merumuskan kriteria yang disebut "Imkanur Rukyah" dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah yang menyatakan : "Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut: (1) Ketika matahari terbenam, ketinggian bulan di atas horison tidak kurang daripada 2 dan jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang daripada 3. Atau (2) Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam selepas ijtimak/konjungsi berlaku. Kriteria yang diharapkan sebagai pemersatu terhadap perbedaan kriteria yang ada nampaknya belum

memenuhi harapan sebab beberapa ormas memang menerima, namun Ormas yang lain menolak dengan alasan prinsip. 10 Penolakan sebagian masyarakat atau ormas bisa dianggap suatu kewajaran karena pada era Orde Baru pemerintah dalam hal ini Departemen Agama terlihat tidak konsisten dalam dasar penetapan awal akhir Ramadhan. Ini nampak sekali ketika kebijakan pemerintah dalam masalah ini selalu mengandung unsur kepentingan politik pemerintah. Jika Menteri Agamanya dari kalangan Nahdlatul Ulama, maka dasar penetapanya memakai rukyah (melihat hilal) dan jika Menteri Agamanya dari kalangan Muhammadiyah, maka dasar penetapannya memakai hisab. Dari sinilah kiranya yang menjadi penyebab kekurangpercayaan sebagian kelompok masyarakat terhadap ketentuan atau ketetapan pemerintah sebagai ulil amri yang semestinya ditaati. Sehingga muncul adanya ketetapan awal-akhir Ramadhan dari ormas-ormas secara individu dengan bahasa hanya sekedar instruksi maupun ikhbar. 11 Seperti yang terjadi pada tahun 2006, Majelis Ulama Indonesia menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal, Nahdlatul Ulama NU menggunakan metode rukyah, sementara Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) menggunakan hisab sebagai sandaran penentuan hilal. Karena Perbedaan metode yang dipakai ini menyebabkan adanya perbedaan hasil penetapan kapan awal dan 10 www.mutoha.blogspot.com/2006/09/hilal-ramadhan.html 11 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukah Praktis dan Solusi Permasalahannya), Komala Grafika;Semarang, 2006, hlm. 114-115

berakhirnya Ramadhan sebagaimana sempat terjadi pada tahun 1998 M/ 1418 H. Muhammadiyah sendiri menetapkan tanggal 1 Syawal 1427 H jatuh pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2006, sedangkan MUI yang mewakili pemerintah dan NU yang mempunyai pengikut terbesar di Indonesia pada waktu itu belum menentukan kapan jatuhnya tanggal 1 Syawal 1427 H. 12 Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) menetapkan Idul Fitri 1427 Hijriah jatuh pada Selasa, 24 Oktober. Hal itu didasarkan pada pehitungan Dewan Hisab dan Rukyat yang menyatakan kondisi hilal (tanda pergantian bulan) bisa dilihat bila tinggi hilal mencapai 2 derajat. 'Berdasar pada perhitungan Dewan Hisab dan Rukyat, Persis menetapkan Idul Fitri jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006. Alasannya, ijtimak akhir Ramadan terjadi pada hari Ahad pukul 12.14 WIB, tinggi hilal waktu magrib di Pelabuhan Ratu 0 derajat 45 menit 25 detik. Kondisi ini termasuk 'adamu imkan al rukyat.' Hilal sudah wujud di sebagian wilayah Indonesia dengan kondisi tidak mungkin di rukyat. Kondisi ini dinilai ghumma (terhalang) oleh Drs. H. Dody S Truna M.A, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persis. 13 Penyebab terhalangnya hilal, kata Dody, bisa karena awan, hujan, atau karena tinggi hilal belum mencapai 2 derajat. Keputusan yang dikeluarkan Persis juga didasarkan pada sebuah hadis Nabi yang 12 www.alexbudiyanto.web.id 13 www.indomedia.com/tribunjabar

diriwayatkan oleh Imam Muslim. Disebutkan, Rasulullah Saw menjelaskan bahwa hitungan bulan itu ada 29 hari atau 30 hari. Lalu dalam Hadis itu, Nabi memerintahkan umat Islam untuk berpuasa bila melihat hilal, dan ber Idul fitri jika melihat hilal jug, jika hilal terhalang maka perkirakanlah umur bulan itu 30 hari. Lanjut Dody, Persis tidak akan melakukan rukyah, tapi mempercayakan kepada pihak lain, yaitu pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Agama. Rukyah dilakukan untuk memastikan wujudnya hilal. Atas keputusan itu Pusat Persis mengintruksikan kepada seluruh pimpinan wilayah, pimpinan daerah, pimpinan cabang Persis untuk melaksanakan Idul Fitri 1427 H pada hari selasa, 24 Oktober 2006. Berbeda dengan Persis, PBNU tidak mengumumkan hari raya Idul Fitri 1427 H sebelum melakukan rukyah, artinya hari lebaran versi NU diumumkan setelah proses rukyah dilaksanakan. Kalau bulan sabit pertama dapat dilihat, berarti Idul Fitri jatuh pada hari senin, namun jika tidak dapat dilihat maka jatuh pada hari selasa, begitu kata Ketua Lajnah Falakiah PBNU KH. Ghozalie Masroeri saat berbincang dengan detikcom. 14 Berdasarkan persoalan diatas, disamping implikasi perbedaan penetapan terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam khususnya, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji atas pemikiran Persatuan Islam (Persis) dalam penetapan awal bulan Qomariyyah, 14 Ibid.

khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang rawan akan adanya perbedaan. B. PERMASALAHAN Bertolak dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dan untuk membatasi agar skripsi lebih spesifik dan tidak terlalu melebar, maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode serta kriteria hisab yang dipakai oleh Persatuan Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qomariyah? 2. Apa dasar hukum yang dipakai oleh Persatuan Islam (Persis) dalam penetapan awal bulan Qomariyah? C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui metode serta kriteria hisab yang digunakan oleh Persatuan Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qomariyah 2. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan oleh Persatuan Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qomariyah

D. TELAAH PUSTAKA Sejauh penelusuran penulis, belum ditemukan tulisan yang secara kusus dan mendetail membahas tentang Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyah Menurut Persatuan Islam. Namun demikian terdapat beberapa tulisan yang berhubungan dengan yang tersebut diatas. Diantara tulisan-tulisan tersebut adalah Fiqh Hisab Rukyah Indonesia (Sebuah Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab) karya Ahmad Izzuddin 15. Yang mana didalamnya diuraikan; diantaranya mengapa perbedaan itu bisa terjadi, yang melatar belakangi perbedaan itu dan juga solusi alternatif atas perbedaan itu. Kemudian Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktek) karya Muhyiddin Khazin, 16 yang menjelaskan diantaranya; bagaimana menentukan awal bulan Hijriyyah baik dengan hisab maupun rukyah dan langkah perhitungannya serta dalil yang mendasarinya. Kemudian Almanak Hisab Rukyat karya Badan Hisab dan Rukyah Departemen Agama 17 Kemudian Rukyah dengan Teknologi (upaya mencari kesamaan pandangan tentang penentuan awal ramadhan dan syawal) dengan kata pengantar Burhanuddin Jusuf habibie merupakan rangkaian beberapa makalah dari berbagai kalangan, ada beberapa pemakalah diantaranya 15 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia ( Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab) Yogyakarta; Logung pustaka,, cet. I, 2003 16 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam teori dan Praktik, Yogyakarta; Buana Pustaka, Cet. I, 2004 17 Badan Hisab dan Rukyah, Al-manak Hisab Rukyah, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam; Jakarta, 1981

Darsa Sukarta diredja (Planetarium Jakarta), KH. Ma ruf Amin (PBNU) dan Wahyu Widiana karya Dr. Ir. S. Farid Ruskanda, M.Sc. APU, dkk. Penelitian Ahmad Izzuddin, tentang Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil (Studi Atas Kitab Fath al-rauf al-mannan) 18 yang mengupas tentang pemikiran hisab rukyah Abu Hamdan Abdul Djalil bin Abdul hamid Kudus serta dalil hukumnya yang terdapat dalam kitab Fath al-rauf al-mannan. Kemudian penelitian Ahmad Izzuddin Fiqh Hisab Rukyah Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah) 19. Dalam penelitian ini di bahas pemikiran hisab rukyah masyarakat dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Ungaran, serta alasan kenapa di masyarakat ini dalam menetapkan Poso dan Rioyo masih menggunakan hisab kejawen prinsip Aboge. Penelitian Ahmad Izzuddin dengan judul Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional (Studi Atas Pemikiran Muhammad Mas Manshur al-batawi), 20 dalam penelitian ini di bahas bagaimana pemikiran hisab rukyah Muhammad Mas Manshur al-batawi, serta penilaian 18 Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil (Studi Atas Kitab Fath al-rauf al-mannan) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,2005. tp. 19 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2006, tp. 20 Ahmad Izzuddin, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional (Studi Atas Pemikiran Muhammad Mas Manshur al-batawi) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2004, tp.

terhadap pemikirannya Muhammad mas Manshur al-batawi dalam sejarah pemikiran hisab rukyah di Indonesia. Penelitian Drs. H. Slamet Hambali tentang Melacak Metode Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan Keraton Yogyakarta, 21 yang menjelaskan bagaimana metode keraton Yogyakarta dalam penetapan berpuasa dan berhari raya. Serta faktor-faktor yang terkait dengan metode tersebut sehingga kalangan kraton Yogyakarta yakin benar dengan cara tersebut walaupun sering berbeda dengan penentuan pemerintah. Skripsi M. Taufiq Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Qomariyyah Menurut Muhammadiyah Dalam Perspektif Hisab Rukyah Di Indonesia 22 yang menerangkan metode yang dipakai oleh muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Qomariyyah, kaitanya dengan hukum Islam yang ada, juga skripsi A.Syifa'ul Anam Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah Dalam Kitab Khulasoh Al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi Bit Tahqiq 23 yang menerangkan bagaimana hisab awal Bulan Qomariyyah dengan metode kitab Khulasoh al Wafiyyah serta menjelaskan kelebihan dan kekurangan metode yang terdapat dalam kitab tersebut. Untuk mengetahui istilah-istilah yang terkait dengan persoalan hisab, rukyah, penulis menelusurinya dalam Kamus Ilmu Falak karya 21 Slamet Hambali, Melacak Metode Penentuan Poso &Riyoyo Kalangan Keraton Yogyakarta, Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2003,tp. 22 M. Taufiq, Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Qomariyyah Menurut Muhammadiyah Dalam Perspektif Hisab Rukyah Di Indonesia, Skripsi Sarjana Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang, 2006, t.d 23 A. Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah Dalam Kitab Khulasoh Al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi Bi Tahqiq, Skripsi Sarjana Fakulta Syari'ah IAIN Walisongo Semarang, 2001, t.d

Muhyiddin Khazin 24, serta Ensiklopedi Hisab Rukyah karya Susiknan Azhari. 25 Selain karya-karya tersebut, penulis juga menelaah kumpulankumpulan materi pelatihan hisab rukyah, baik yang penulis ikuti sendiri maupun dari sumber yang terkait. Dalam kajian pustaka tersebut menurut penulis belum ada tulisan yang membahas secara spesifik tentang "Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyah Menurut Persatuan Islam (Persis)". E. METODE PENULISAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena teknis penekanannya lebih menggunakan pada kajian teks. Dan tergolong penelitian lapangan (field Research). 26 Penelitian ini merupakan penyelidikan mendalam (indeth Study) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui gambaran tentang metode yang digunakan Persis dalam penetapan awal bulan Qomariyah terutama Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. 24 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta; Buana Pustaka, 2005 25 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005 26 Tujuan penelitian lapangan adalah mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, atau komunitas. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,Cet. I, 1998, hlm.8

2. Sumber data Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data primer dan data skunder. Data primer, atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian (yang dalam hal ini adalah Dewan Hisab Rukyah Persatuan Islam) 27. Sedangkan data skunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat fihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya 28. Data skunder ini akan penulis dapatkan melalui wawancara maupun dari dokumentasi, karena data skunder memang biasanya berwujud dokumentasi. Yaitu berupa Buku-buku yang membahas tentang hisab rukyah, Buku-buku yang menjelaskan tentang Persatuan Islam (Persis) kitab-kitab Fiqh yang membahas hisab rukyah, kamus, ensiklopedi dan buku yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai tambahan atau pelengkap. 3. Metode Pengumpulan data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam skripsi ini, dalam hal mendapatkan data primer penulis menggunakan metode wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara dengan orang Persis yang dalam hal ini adalah Ketua Dewan Hisab Rukyah dan untuk memperoleh data skunder penulis juga menggunakan metode 27 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta;Pustaka Pelajar, Cet IV, 2004, hlm. 91 28 Ibid.

wawancara, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan orang yang bukan dari ormas persis namun ia tahu betul tentang pemikiran Persis tentang penetapan bulan Qomariyah yaitu penulis melakukan wawancara dengan Bpk. Thomas Djamaluddin dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Serta menggunakan metode dokumentasi 29 yaitu penulis mengumpulkan buku-buku atau tulisan yang membicarakan tentang hisab rukyah, khususnya masalah penetapan awal bulan Qomariyyah, serta buku-buku atau tulisan yang menjelaskan Persatuan Islam (Persis) Khususnya Pemikiran Persis dalam penetapan awal bulan Qomariyah. 4. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian penulis menganalisisnya dengan Metode Kualitatif 30, hal ini penulis lakukan karena data yang didapatkan dengan pendekatan kualitatif. Yaitu dengan cara analisis isi, yang mana penulis akan menganilisis pemikirannya Persis dalam penetapan awal bulan Qomariyah yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Ketua Dewan Hisab Rukyah Persatuan Islam tentang penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Hal 29 Yaitu; mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Lihat dalam Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta; Penerbit Rineka Cipta, 2002, hal. 206 30 Analisa Kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisa dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenis itu. Lihat dalam Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta;PT Radja Grafindo Persada, 1995, hal 95.

ini penulis lakukan untuk menguji apakah pemikiran Persis dalam penetapan awal bulan Qomariyah ini dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan bulan Qomariyah khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang rawan dengan adanya perselisihan. F. SISTEMATIKA PENULISAN Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan, Yaitu: BAB I : Pendahuluan Bab ini meliputi latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Elaah Pustaka, Metode Penulisan Dan Sistematika Penulisan. BAB II : Tinjauan Umum Tentang Hisab Rukyah Bab ini meliputi Pengertian Umum Hisab Rukyah, Dasar Hukum Hisab Rukyah, Sejarah Dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyah Di Indonesia, Metode Hisab Rukyah Di Indonesia Persoalan Seputar Penetapan Awal Bulan Qomariyah, Serta Siapa Yang Berhak Menetapkan. BAB III : Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah Bab ini meliputi tentang sekilas tentang Persatuan Islam (Persis), Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah, Dasar Hukum

Hisab Rukyah Persatuan Islam ( Persis ) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah. BAB IV : Analisis Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah Dalam bab ini merupakan pokok daripada pembahasan penulisan skripsi ini yakni meliputi; Analisis Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah, Serta Analisis Atas Dasar Hukum Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah. BAB V : Penutup Meliputi Kesimpulan, Saran-Saran Dan Penutup.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAH A. Pengertian Hisab Rukyah 1. Pengertian Hisab حسابا,يحسب,حسب Kata hisab adalah berasal dari bahasa arab yang berarti menghitung, kalau ilmu hisab berarti ilmu menghitung. 1 yang dalam bahasa inggrisnya sering disebut dengan "Arithmatic" yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan. Dalam Al-Qur'an disebutkan : Artinya : " Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu ( QS al- Nisa':86) 2 Artinya: " Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan. (Ar Rahman; 5) 3 1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya; Pustaka Progresif, 1997, hlm. 261-262 2 Departeman Agama RI, Al Qur'an dan terjemahannya, Bandung; CV Penerbit Jumanatul Ali-ART, 2005, hlm. 91 3 Ibid. hlm. 531

Dikalangan umat Islam ilmu falak dan ilmu faraidl dikenal dengan ilmu hisab, karena kegiatan yang menonjol dalam keduanya adalah menghitung. Namun di Indonesia ketika disebutkan ilmu hisab maka yang dimaksud adalah ilmu falak. 4 Secara bahasa (etimologi), Falak artinya orbit atau lintasan benda-benda langit, dalam al-qur'an di sebutkan kata falak ini sebanyak dua kali yang masing-masing ayat tersebut mengartikanya sebagai "garis edar" atau 'orbit' ; Artinya :"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masingmasing beredar pada garis edarnya. (Q.S Yasin:40) 5 Artinya :"Dan dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Q.S al-anbiya':33) 6 Sehingga ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit, khususnya bumi, bulan dan matahari, pada 4 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta; Proyek Pembinaan Badan Peradilan Islam, 1981 hlm. 14 5 Depag RI, Op. Cit. hlm. 442 6 Ibid. hlm. 324

orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi bendabenda langit antara satu dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi ini. 7 Itupun terbatas hanya pada posisinya saja sebagai akibat dari gerakannya (Astromekanika). Hal ini disebabkan karena perintah-perintah ibadah yang waktu dan cara pelaksanaannya melibatkan benda langit, kesemuanya itu berhubungan dengan posisi. Pengertian di atas sejalan dengan yang di definisikan oleh Susiknan Azhari yaitu " Ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain". Dalam lieratur-literatur klasik ilmu falak biasa disebut dengan Ilmu al-hai'ah, Ilmu Hisab, Ilmu rosd, Ilmu Miqat dan Astronomi. 8 Ilmu falak atau ilmu hisab pada garis besarnya ada dua macam yaitu 'ilmiy dan 'amaliy. Ilmu falak 'ilmiy yaitu ilmu yang membahas teori dan konsep benda-benda langit, sedangkan ilmu falak 'amaliy adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu 7 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek,Yogyakarta; Buana Pustaka, 2004, cetakan I, hlm. 3 8 Susuiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta;Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2005, hlm.55

falak 'amaliy inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab. 9 Menurut Ahmad Izzuddin idealnya dalam penamaan Ilmu Falak ini ditinjau dari "kerja ilmiyah"nya, yaitu disebut Ilmu Hisab Rukyah, tidak disebut ilmu hisab (saja), karena pada dasarnya ilmu ini menggunakan dua pendekatan kerja ilmiahnya dalam mengetahui waktu-waktu ibadah dan posisi benda-benda langit, yakni pendekatan hisab (perhitungan) dan pendekatan rukyah (observasi) benda-benda langit. 10 2. Pengertian Rukyah Kata rukyah secara harfiyah diartikan melihat. Sedangkan arti yang umum adalah melihat dengan mata kepala. Secara istilah, rukyah adalah melihat atau mengamati hilal pada saat matahari terbenam menjelang awal bulan Qomariyah dengan mata atau teleskop. Dalam astronomi dikenal dengan Observasi. 11 Arti Rukyah secara istilah, Kaitanya dalam penentuan awal bulan Qomariyah mengalami berbagai perkembangan sesuai dengan fungsi dan kepentingan penggunaannya. Semula, pengertian rukyah adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam pada akhir bulan Sya ban atau Ramadhan dalam rangka menentukan awal bulan Qomariyah berikutnya. Jika pada saat 9 Muhyiddin Khazin, Op. Cit, hlm. 4 10 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyah Praktis dan solusi Permasalahannya), Semarang; Komala Grafika, 2006, hlm. 1 11 Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 130

matahari terbenam tersebut hilal dapat dilihat maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan baru, sedangkan jika hilal tidak tampak maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung, atau dengan kata lain di istikmalkan (disempurnakan) menjadi tiga puluh hari. 12 Dalam perkembangan selanjutnya, melihat hilal tersebut tidak hanya dilakukan pada akhir Sya ban dan Ramadhan saja, namun juga pada bulan-bulan lainnya terutama menjelang awal-awal bulan yang ada kaitanya dengan waktu pelaksanaan ibadah atau hari-hari besar Islam. Bahkan untuk kepentingan pengecekan hasil hisab. 13 Jika kita lihat dari segi sarana yang dipergunakan semula pelaksanaan rukyah hanya dilakukan dengan mata telanjang, tanpa alat, dan hanya melihat kearah ufuk bagian barat, tidak tertuju pada posisi tertentu. Dari keadaan seperti ini timbul istilah rukyah bil aini atau rukyah bilfi li. Namun setelah kebudayaan manusia semakin maju, maka pelaksanaan rukyahpun secara berangsur dilengkapi dengan sarana serta berkembang terus menuju kesempurnaan sesuai dengan perkembangan teknologi. Begitu juga cara pelaksanaan rukyahpun tidak hanya sekedar melihat keatas ufuk bagian barat, hal ini sebagai akibat ketidak tahuan Ilmu Astronomi dan Ilmu Hisab. Namun setelah kedua ilmu ini dapat 12 Depag RI, Pedoman Tehnik Rukyah,Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam;1994/1995, hlm. 1 13 Ibid, hlm. 2

dikuasai, maka pelaksanaan rukyahpun dapat dilakukan dengan lebih baik, sipelaksana dapat mengarahkan alatnya pada posisi dimana diperkirakan hilal berada. Rukyah merupakan metode ilmiyah yang klasik dan besar manfaatnya. Galileo Galilei, besar jasanya dalam memajukan ilmu pengetahuan setelah ia menemukan metode observasi sebagai metode ilmiyah yang paling efektif. Namun jauh sebelum itu Nabi Muhammad Saw. Telah mengumandangkan : "berpuasalah kamu dengan melihat hilal,.jangan berpuasa sebelum melihat hilal " dari segi ilmu pengetahuan hadis tersebut mendorong kita untuk lebih banyak melakukan observasi (melihat). Dengan metode "melihat" dari jarak jauh, ahli astronomi dapat menentukan susunan rasi atau suatu tata surya, mereka dapat mengukur besarnya bintang-bintang, mengukur jarak, bahkan dapat mengukur berat benda langit dengan kesalahan yang relatif kecil. Betapa penting dan bermanfaatnya metode ini. 14 B. Dasar Hukum Hisab Rukyah Adapun dasar hukum dari hisab rukyah antara lain: 1. Dasar hukum dari al-qur'an antara lain: 14 Depag, Op. Cit. hlm 19

Artinya : " Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji " (Q.S. al-baqarah : 189) 15 Artinya : " Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan" ( Q.S. al-rahman : 5) 16 Artinya : " Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi.." (Q.S al-taubat : 36) 17 Artinya : " Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis peredaranya". (Q.S al-anbiya' : 33) 18 15 Depag RI, Op. Cit. hlm. 29 16 Ibid. hlm. 531 17 Ibid. hlm. 192 18 Ibid. hlm. 324

Artinya : " Barang siapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu. Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu". (Q.S al-baqarah ; 185) 19 Artinya : " Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (peninjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang inilah mereka mendapat petunjuk". (Q.S al-nahl : 16) 20 Artinya : Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempattempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) 21 2. Dasar hukum dari hadis antara lain a. Hadits Riwayat Muslim dari Ibn Umar عن ابن عمر رضي االله عنهما قال قال رسول االله صلى االله عليه وسلم انما الشهر تسع وعشرون فلا تصوموا حتى تروه ولا تفطروا حتى تروه فان غم عليكم فاقدروا له 22 (رواه مسلم) 19 Ibid. hlm. 28 20 Ibid. hlm. 269 21 Ibid, hlm. 208 22 Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, jilid I, Beirut;Dar al Fikr, tt, hlm 481

Artinya : Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka perkirakanlah. (HR. Muslim) b. Hadis riwayat Bukhari االله النبي صلى عن عنهما االله رضي عمر ابن سمع انه عمرو بن سعيد حدثنا عليه وسلم انه قال انا امة امية لانكتب ولانحسب الشهر هكذا وهكذا يعني مرة 23 تسعة وعشرون و مرة ثلاثين (رواه البخارى) Artinya : Dari Sa id bin Amr bahwasanya dia mendengar Ibnu Umar ra daru Nabi saw beliau bersabda : sungguh bahwa kami adalah umat yang ummi tidak mampu menulis dan menghitung umur bulan adalah sekian dan sekian yaitu kadang 29 hari dan kadang 30 hari (HR. Bukhari) c. Hadis riwayat Bukhari رسول ان عنهما االله رضي عمر بن االله عبد عن نافع عن عليه االله االله صلى وسلم ذآر رمضان فقال : لا تصوم حتى تروا الهلال ولا تفطروا حتى تروه فان 24 غم عليكم فاقدرواله (رواه البخارى) Artinya : Dari Nafi dari Abdillah bin Umar bahwasannya Rosulallah saw menjelaskan bulan ramadhan kemudian belia bersabda: janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuka hingga kamu melihatnya, jika tertutup awan maka perkirakanlah (HR. Bukhari) C. Sejarah Dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyah Di Indonesia 23 Muhammad ibn Isma il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, Beirut; Dar al Fikr, tt, hlm. 34 24 Ibid, hlm 35

Berbicara mengenai sejarah dan perkembangan pemikiran hisab rukyah yang berkembang di Indonesia ini, tentunya tidak lepas dari sejarah Islam itu sendiri di Indonesia, karena hisab rukyah merupakan suatu fan ilmu yang erat kaitanya dengan Islam itu sendiri terutama dalam hal ibadah-ibadah yang mempunyai waktu tersendiri. Dalam sejarah Islam di Indonesia sendiri terdapat dua periode yang mendapat perhatian khusus, yaitu periode masuknya Islam di Indonesia dan periode reformisme pada abad ke-20. 25 Sejak jaman kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran hisab, dimana para raja menggunakan kalender Hijriyah sebagai kalender resmi. Namun setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia terjadi pergeseran penggunaan kalender resmi pemerintahan. Semula kalender Hijriyah di ubah menjadi kalender Masehi (Miladiyyah). 26 Meskipun demikian, umat Islam tetap menggunakan kalender hijriyah, terutama di daerahdaerah kerajaan Islam. Tindakan ini tidak dilarang oleh Pemerintah Kolonial bahkan penetapannya diserahkan kepada penguasa kerajaankerajaan Islam yang masih ada, terutama penetapan terhadap hari-hari yang ada hubungannya dengan persoalan peribadatan, seperti tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah. 25 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia,(Studi Analisis Pemikiran Saadoe'ddin Djambek), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2002, hlm. 9 26 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab rukyah Di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab rukyah dengan Mazhab Hisab), Jogjakarta; Logung Pustaka, Cet. I, 2003, hlm. 48

Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa pada masa penjajahan persoalan penentuan awal-awal bulan yang berkaitan dengan peribadatan diserahkan kepada kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada. Lalu setelah indonesia memploklamirkan kemerdekaanya, secara berangsur-angsur mulai diadakan perubahan, dan setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur (termasuk penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah) diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkan penetapan pemerintah tahun 1946 No. 2/Um, 7/um,9/Um jo Keputusan Presiden No. 25 tahun 1967, No. 148 tahun 1968 dan No. 10 tahun 1971. 27 Meskipun penetapan hari libur telah diserahkan kepada Departemen Agama, tetapi pada wilayah etis-praktis sampai saat ini masih belum seragam, terutama dalam menentukan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah. Bahkan perbedaan itu menjadi penyebab perseteruan (tidak saling menyapa) dan mengusik ukhuwah di antara sesama muslim, khususnya di Indonesia, hanya gara-gara melakukan suatu peribadatan tidak sama. 28 Namun dengan semakin canggihnya teknologi dan ilmu pengetahuan maka wacana hisab rukyah pun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Data bulan dan matahari menjadi semakin akurat dengan adanya sistem Ephemeris, Almanak Nautika 27 Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 12 28 Ibid