BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian. deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

KUALIFIKASI ROHANI GURU AGAMA KRISTEN. Maria Nervita Acdriani

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

no mate galitõ da õ. Suatu ungkapan yang hendak mengatakan bahwa tidak

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Gereja Menyediakan Persekutuan

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Memberi dengan Murah Hati. Di Jemaat Makedonia

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

1 James MacGregor Burns, Leadership, (New York: Harper Torchbooks, 1978), hlm.2.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin baik pembinaan anak dan remaja, maka kualitas warga jemaat di masa depan juga akan ikut baik, sebab masa anak dan remaja adalah masa pembentukkan baik iman, moral dan karakter seseorang. Namun hal ini juga bergantung kepada kualitas pelayan anak dan remaja. Pada umumnya pelayan anak dan remaja adalah pemuda gereja, walaupun ada juga pelayan yang bukan pemuda, namun jumlahnya sangat sedikit. Hal ini sudah menjadi fenomena umum di gereja-gereja khususnya di kalangan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT). Di samping itu jumlah anak dan remaja di gereja juga sangat banyak khususnya di jemaat-jemaat yang jumlah kepala keluarganya di atas seribu. Jemaat-jemaat GMIT yang berada di perkotaan pada umumnya memiliki jumlah warga yang sangat banyak dan karenanya jumlah anak dan remaja gereja juga sangat banyak. Karena itu kebutuhan akan pelayan anak dan remaja di gerejagereja semakin hari semakin meningkat, dan hal ini benar dalam konteks GMIT. Tentu hal ini tidak semat-mata dari sudut kuantitas, tetapi juga kualitas. Kebutuhan akan pelayan anak dan remaja yang terampil serta yang memahami panggilan pelayanan sudah semakin meningkat di wilayah GMIT. Hal ini menjadi permintaan pada aras klasis dan jemaat-jemaat oleh karena dalam pelayanan anak dan remaja pada tiap kelompok pelayanan berjumlah tiga puluh sedangkan pelayan atau guru sekolah minggunya hanya satu orang pelayan. 1

Sehingga permintaan untuk menjadi pelayan anak dan remaja di jemaat-jemaat sangat meningkat. Berdasarkan hal tersebut, maka dirasa perlu adanya tenaga-tenaga yang siap dan rela untuk melayani pelayanan anak dan remaja. Karena anak dan remaja pun adalah bagian dari warga GMIT. Oleh karena itu diharapkan GMIT, secara khusus pada aras klasis dan jemaat dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada terutama mempersiapkan tenaga-tenaga yang rela melayani pelayanan anak dan remaja. Pelayanan anak dan remaja adalah kegiatan pelayanan terhadap satu kelompok warga (anak dan remaja ) dimana di perlukan guru atau pelayan untuk membimbing dan mengajar mereka, agar iman mereka bertumbuh dan menjadi berkat di dalam gereja dan bagi masyarakat. Sekarang ini di perlukan sosok pelayan atau guru dalam bidang pelayanan anak dan remaja yang setia dan rela melayani. Karena kesetiaan pelayan atau guru dalam bidang pelayanan anak dan remaja dapat membantu proses pembentukan iman anak untuk menjadi anak yang berguna di masa yang akan datang. Gereja-gereja di GMIT khususnya Klasis Alor Barat Laut, pada beberapa decade yang lalu yaitu tahun 1990 sampai dengan tahun 2005, banyak pemuda yang menjadi pelayan anak dan remaja. Mereka diantaranya masih berpendidikan SMA sampai perguruan tinggi. Karena pemuda adalah tulang punggung gereja, maka mereka harus berpartisipasi aktif untuk mendukung pelayanan gereja, khususnya bidang pelayanan anak dan remaja. Akhir-akhir ini di beberapa jemaat GMIT, khususnya Klasis Alor Barat Laut terjadi suatu fenomena yang menarik, dimana telah terjadi penurunan minat pemuda gereja untuk menjadi pelayan anak dan remaja. Padahal pada dekade 2

yang lalu yaitu tahun 1990 sampai tahun 2005 mereka masih sangat setia melayani pelayanan anak dan remaja. Hal jelas nampak dalam menurunnya jumlah pemuda yang menjadi pelayan anak dan remaja, meskipun jumlah anak dan remaja yang dilayani tidak menurun, malahan makin banyak. Jadi ada kebutuhan yang besar dari gereja-gereja (jemaat-jemaat) terhadap pemudapemuda gereja untuk menjadi pelayan anak dan remaja. Apa yang menjadi penyebabnya? Secara rasional, perubahan dan penurunan minat ini sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masayakat. Hal-hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti alasan-alasan tidak ada minat pemuda untuk melayani ditinjau dari perspektif teori perubahan sosial khususnya yang berkaitan dengan kehadiran teknologi komunikasi Jemaat GMIT adalah persekutuan warga GMIT yang tergabung dalam 43 wilayah pelayanan klasis, di mana jemaat menjadi basis pelayanan. Basis dalam arti bahwa di jemaatlah pelayanan GMIT secara konkrit dilaksanakan, sehingga warga GMIT termasuk anak-anak dan remaja perlu menjadi perhatian khusus. Di antaranya Gereja harus juga dapat memperhatikan para guru atau pelayan sekolah minggu pada aras jemaat agar mereka dapat melayani pelayanan anak dan remaja dengan sungguh-sunggu dan setia. Karena anak-anak perlu pendidikan iman yang baik. Menurut Tata Dasar GMIT, pasal 6 bahwa ajaran GMIT harus didasarkan pada kesaksian Alkitab dan ajaran harus dirumuskan dengan jelas agar menjadi pedoman hidup. Pasal 5 berbicara tentang pengakuan iman dimana anak-anak termasuk dalam kewargaan GMIT, yang di dalamnya terdapat tugas pelayanan. Tugas pelayanan yang dimaksud adalah tugas memperlengkapi warga GMIT, agar pengetahuannya tentang tradisi iman Kristen bertambah luas dan dalam, 3

serta imannya semakin kokoh dan berakar dalam Yesus Kristus Tuhan dan kepala Gereja, hidup menurut imannya di dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Ini semua merupakan panggilan keimanan am orang percaya atau panggilan kerasulan Gereja. Sebab itu Gereja bertanggung jawab menumbuhkembangkan kehidupan iman anak-anak atau warganya. 1 Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar manusia memiliki daya saing yang wajar sesuai dengan kemampuannya. Pendidikan iman yang baik dalam Gereja membuat Gereja akan semakin berkembang dan bertumbuh dalam iman dan kepercayaannya kepada Tuhan. Sehingga dibutuhkan pemuda Gereja yang setia untuk melayani khususnya dalam bidang pelayanan anak dan remaja. Gereja bertanggung jawab untuk memperlengkapi warganya secara khusus terhadap pemuda gereja yang melayani di bidang pelayanan anak dan remaja agar mampu mengambil keputusan iman dalam pelayanan yang ditawarkan kepadanya. Pendidikan dalam Gereja khususnya yang dilaksanakan berdasarkan kategori usia: anak, remaja. Pemuda, dewasa, lansia dll kategori masih belum secara baik di perhatikan, khususnya pemuda sebagai pelayan anak dan remaja. Sehingga masih di butuhkan para pelayan atau pemuda gereja untuk melayani. Karena sekolah minggu diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan gereja yang dilandasi oleh ketaatan kepada Tuhan. Memiliki guru atau pelayan Gereja yang mempunyai kerelaan dan kesetiaan untuk melayani pendidikan di Gereja akan dapat meningkatkan kualitasnya pendidikan Gereja kedepan. Sejalan dengan itu, pendidikan sekolah 1 Tata Dasar GMIT 2010, 4

minggu disuatu Gereja akan baik apabila pelayan atau guru sekolah minggu setia melayani dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan efisien. Guru adalah seorang administrator, informator, konduktor dan sebagainya, sehingga guru harus berkelakuan menurut harapan masyarakat. Dari guru sebagai pendidik dan pembangun generasi baru diharapkan mempunyai tingkah laku dan bermoral. 2 Keberhasilan dan kemajuan suatu Gereja dalam membangun pendidikan khususnya sekolah minggu juga menjadi barometer tingkat kemajuan anak bangsa. Sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa pendidikan sekolah minggu di Gereja merupakan salah satu pilar yang diharapkan dapat membawa perubahan masa depan Gereja kedepan. Pendidikan di Gereja tidak hanya dapat menjadi sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, akan tetapi menjadi sebuah proses pembelajaran iman yang diharapkan menjadi sangat penting untuk mengubah pola pikir serta kemajuan dan perubahan Gereja kedepan. Kerelaan dan kesetiaan para pelayan atau guru sekolah minggu dalam pelayanan khususnya bidang anak dan remaja di Gereja-Gereja yang ada di Klasis Alor Barat Laut semakin menurun, sehingga berdampak pada tingkat kualitas pendidikan iman anak dan remaja. Menghadapi tantangan yang sangat berat kedepan, Gereja perlu untuk mempersiapkan pemuda yang siap menjadi pelayan atau guru sekolah minggu yang mempunyai kerelaan serta kesetiaan yang dapat menjadi contoh dan teladan yang selalu aktif dalam melayani di bidang pelayanan anak dan remaja. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerangkan peranan pemuda gereja 2 Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,2000),46 5

dalam pelayanan anak dan remaja? Lalu bagaimana gereja dapat menggerakan keterlibatan pemuda secara aktif dalam pelayanan anak dan remaja? Bagaimana peran pemuda gereja dalam menanggapi perubahan sosial? Pemuda disetiap masyarakat, umumnya tidak mempunyai komitmen psikologis atas tatanan sosial yang ada. Karena itu mereka menjadi sumber potensial perubahan, bila idiologi dan realitas kehidupan sangat bertentangan. Dengan melihat hal ini, maka guru sekolah minggu perlu pendampingan secara khusus oleh Gereja, dan Gereja perlu mengadakan pembinaan-pembinaan secara khusus bagi pemuda sebagai pelayan anak dan remaja. Pembinaan-pembinaan khususnya bagi para pelayan atau guru dalam bidang pelayanan anak dan remaja masih sangat kurang diperhatikan, dan pembinaan bagi para pemuda Gereja masih terfokus pada tingkat klasis, sehingga untuk menyentuh pada tingkat jemaat belum secara efektif dilakukan Berdasarkan pemikiran dan fakta yang telah di sampaikan tersebut, maka penelitian ini akan melakukan kajian secara mendalam tentang : Respon Gereja Terhadap Menurunnya Minat Pemuda Sebagai Pelayan Anak Dan Remaja Di Jemaat-Jemaat GMIT Di Lingkungan Klasis Alor Barat Laut 6

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Melihat uraian yang ada dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan pembatasan baik secara operasional maupun kontekstual. Secara operasional, permasalahannya dibatasi pada faktor yang mempengaruhi menurunnya minat pemuda Gereja menjadi pelayan anak dan remaja. Secara konteks di Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) khususnya Klasis Alor Barat Laut. Peneliti melihat adanya fenomena menurunnya minat pemuda Gereja dalam melayani di bidang pelayanan anak dan remaja. Karena pendidikan anak dan remaja di Gereja harus mendapatkan pelayanan dan perhatian yang baik serta efisien, agar dapat menciptakan kader-kader yang berkualitas bagi Gereja, Keluarga, Masyarakat dan Bangsa, maka penelitian tentang menurunnya minat pemuda gereja dalam melayani anak dan remaja perlu, agar dapat menyusun strategi pelayanan gereja di bidang pelayanan anak dan remaja dalam upaya membangun dan meningkatkan tingkat kualitas iman dan sumber daya manusia ke depan. Rumusan masalah secara umum yaitu bagaimana minat pemuda gereja sebagai pelayan atau guru sekolah minggu dalam melayani atau dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang pelayanan anak dan remaja? Secara rinci rumusan masalah dijabarkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi menurunya minat menjadi pelayan anak dan remaja di kalangan pemuda GMIT di Klasis Alor Barat Laut di tinjau dari perspektif perubahan sosial? 2. Bagaimana upaya-upaya gereja dalam menanggapi menurunnya minat pemuda gereja dalam pelayanan anak dan remaja? 7

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan secara spesifik yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana minat pemuda gereja dalam melayani anak dan remaja : 1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya minat pemuda Gereja menjadi pelayan anak dan remaja. 2. Mendeskripsikan upaya-upaya Gereja dalam pembinaan pemuda untuk meningkatkan minat melayaninya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis ( keilmuan ) yaitu bagi perkembangan dan kemajuan pelayanan anak dan remaja ( sekolah minggu ) di gereja. 2. Secara praktis a. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan bagi Gereja dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pelayanan serta aturan tentang pelayan di bidang pelayanan anak dan remaja ( Sekolah minggu ). b. Hasil penelitian ini di harapkan juga sebagai informasi atau acuan dan sekaligus memberikan rangsangan atau motivasi kepada para pemuda Gereja sebagai pelayan atau guru sekolah minggu untuk rela dan setia dalam melayani. 8

1.5 Asumsi- Asumsi Asumsi - asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian yang mana kebenarannya dapat diterima. Adapun rumusan asumsi penelitian yaitu : 1. Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti. 2. Mempertegas tentang menurunnya minat pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja sebagai fokus penelitian 3. Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Merumuskan asumsi - asumsi penelitian ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu : a. Mendidik Untuk Kehidupanmenurut Nicholas P. Wolterstorff yaitu Panggilan untuk beriman adalah panggilan untuk menjadi hamba - hamba Allah yang percaya, setia, mengabdi dan taat. Maksudnya ialah pemuda Gereja sebagai Pelayan atau Guru sekolah minggu harus percaya kepada Tuhan, setia kepada Tuhan, melayani Tuhan, mengabdi kepada-nya, bersedia bekerja untuk Tuhan dan menaruh keyakinan kepada Tuhan. 3 b. Kesetiaan dan minat seseorang sebagai pelayan atau guru sekolah minggu terhadap pelayanan anak dan remaja mempunyai dampak yang amat besar dalam membentuk iman, pertumbuhan dan karakter anak. c. Pelayanan anak Remaja adalah salah satu bagian pelayanan kategorial yang ada dalam Gereja yang terdiri dari anak-anak usia 0 s/d 15 tahun. Pelayanan ini biasanya dilakukan pada setiap minggu di Gereja 3 Nicholas P.Wolterstoff,Mendidik Untuk Kehidupan ( Surabaya : Momentum, 2007),15 9

atau ditempat-tempat yang telah disepakati bersama dalam suatu rapat atau sidang. Pelayanan anak dan remaja biasa di bagi pada kelompok dengan tingkat usianya masing-masing dan pelayan atau guru pun dibagi pada tingkatan kelompok usia tersebut. Dengan demikian masing-masing pelayan atau guru sekolah minggu yang telah dibagi serta diatur dalam kelompok tersebut bertanggung jawab untuk melayani kelompoknya masing - masing dan mereka dapat memfokuskan diri mereka terhadap pelayanan yang telah dipercayakan kepada mereka. Akan tetapi sering pelayanan dalam kelompok tersebut tidak dapat berjalan dengan baik oleh karena pelayan atau guru sekolah minggu tidak setia melayani serta melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Akibatnya pelayanan anak dan remaja tidak berjalan secara baik dan efisien. Dan dampak dari itu bahwa anak - anak sering tidak puas dan meliburkan diri karena pelayanan sokolah minggu tidak berjalan. Jika ini dibiarkan maka pertumbuhan pendidikan iman anak akan terganggu. Gereja dalam hal ini sebagai suatu lembaga dimana pelayanan anak dan remaja sebagai bagian dari Gereja harus mengambil inisiatif agar pemuda Gereja yang melayani di bidang pelayanan anak dan remaja harus setia serta dapat memahami dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan atau guru sekolah minggu. d. Apabila pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja mempunyai minat melayani dengan kerelaan hati yang sungguhsungguh maka diharapkan pelayanan anak dan remaja akan berjalan dengan baik dan efisien. Ini akan berdampak bagi pertumbuhan 10

pendidikan iman anak kedepan. Karena mutu atau kualitas pelayanan seorang pemuda Gereja khususnya dalam bidang pelayanan anak dan remaja ditentukan oleh kesetiaannya dalam melayani. Jika kualitas kesetiaannya dalam melayani tidak ada maka terhambatlah aktifitas pelayanan. Kesetiaan untuk melayani mengacu pada kerelaan hati yang sungguh-sungguh sehingga akan memberikan kontribusi pelayanan yang memuaskan. Pada akhirnya akan meningkatkan citra Gereja sebagai lembaga yang mengemban tugas Kerasulan didunia ini. Dengan demikian pelayanan terhadap anak dan remaja akan membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang beriman dan takut serta taat kepada Tuhan. e. Setiap individu dari pemuda Gereja harus menemukan dan mempertegas dirinya yang sebenarnya karena diri sendiri ini merupakan satu - satunya sumber hubungan yang murni terhadap orang lain. 4 Pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja adalah ujung tombak dan kemudi yang memimpin generasi penerus untuk menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, masyarakat, Gereja dan Bangsa. 1.6. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode deskritif kualitatisf untuk memudahkan dalam mencari informasi. Metode deskritif bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan semua fenomena yang terdapat dalam masalah yang diteliti, yang 4 Thompson, Marjorie L,Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan, (Jakarta: BPK GunungMulia,2001),47 11

meliputi pengumpulan dan penyusunan data serta interpretasi dan analisa tentang data itu. 5 Penulis akan mengumpulkan semua informasi yang diambil tentang masalah-masalah yang terjadi dalam bidang pelayanan anak dan remaja. Serta masalah-masalah yang dihadapi oleh pemuda gereja dalam melayani. Menggunakan metode ini peneliti berusaha menggambarkan sifat suatu keadaan yang sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan serta memeriksa sebab akibat dari suatu gejala tertentu. 6 Dalam hal ini penulis hendak mencari tahu apa dan mengapa sehingga para pemuda gereja tidak melayani secara baik dan efisien, serta apa yang menyebabkan sehingga minat pemuda dalam pelayanan anak dan remaja semakin menurun. Metode deskritif dapat diartikan sebagai prosedur atau cara untuk memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki ( seseorang, lembaga, masyarakat, dll ) sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang. 7 Penulis akan mendatangi para nara sumber yaitu para pemuda Gereja yang masih aktif melayani sekolah minggu dan pemuda Gereja yang sudah tidak aktif melayani sekolah minggu, para pendeta serta orang-orang yang dianggap dapat membantu penulis. Pendekatan kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan ( verstehen ). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku 5 H. Handari Hanawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta:Gajah Madah Universitas Press,1983),63 6 Suprayogo,Imam & Tobroni,Metode Penelitian Sosial-Agama( Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), 136-137 7 H.Handari Hanawi &H.M.Martini,Instrumen Penelitian Di Bidang Sosial(Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 1992 ),76 12

manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. 8 Pendekatan ini penulis berusaha memahami pokok persoalan yang dihadapi oleh para pemuda Gereja sebagai pelayan anak dan remaja. Metode penelitian kualitatif secara umum menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang ataupun yang diamati. 9 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di GMIT khususnya Klasis Alor Barat Laut 3. Teknik Pengumpulan Data Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik Pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan dua cara yaitu ; a. Wawancara dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan yang diteliti. b. Observasi, bertujuan untuk mengamati gejala-gejala yang terjadi sehingga hasil observasi ini akan membantu melengkapi data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. 4. Teknik Analisa Data Analisis data ini dilakukan secara induktif yaitu dengan cara menarik kesimpulan atas data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dari yang berbentuk khusus maupun umum. Dalam hal ini, peneliti akan menarik kesimpulan dari beberapa hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan 5. Langkah-langkah Penelitian Ada pun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 8 Prof.Dr. Husaini &Purnomo Setiady Akabar,M.P, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:Bumu Aksara,2008),h. 9 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,1989 ),139 13

a. Persiapan dalam melakukan penelitian : Telah dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, termasuk fasilitas pendukung, penyusunan pedoman wawancara dan instrumen pendukung lainnya. b. Observasi dan Wawancara : Dilakukan penelitian terhadap laporan yang berkaitan dengan menurunnya minat pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja dan dilanjutkan dengan pengamatan serta wawancara langsung di lapangan sesuai dengan lokasi dan fokus penelitian. c. Pencatatan hasil observasi dan wawancara : Dalam observasi digunakan pencatatan dan pemotretan, sedangkan dalam proses wawancara digunakan alat perekam audio. d. Pemeriksaan dan klasifikasi data : Pemeriksaan data dilakukan pada saat proses observasi dan wawancara, selanjutnya akan diklasifikasikan sesuai pedoman dan kebutuhan penelitian. e. Analisis dan interpretasi : Data dan hasil observasi serta wawancara selanjutnya diinterpretasi sesuai dengan masalah penelitian, kemudian dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. f. Penulisan laporan hasil penelitian : Data penelitian yang telah diinterpretasi dan dianalisis selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian. 14

g. Jadwal Penelitian Peneliti memulai penelitian awal atau disebut pra penelitian pada tanggal 15 s/d 30 Desember 2013 dan pada tanggal 14 s/d 30 April 2014, serta peneliti akan mengadakan penelitian lanjutan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014. 1.7. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, karangka teori, asumsi - asumsi, Hipotesis penelitian, metode penelitian dan sistimatika penulisan. Bab II Landasan Teori Pada bagian ini, penyusun akan memaparkan teori perspektif tentang perubahan sosial Robert H. Lauer. Bab III Hasil Penelitian Pada bab ini yang menjadi fokus pembahasan adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan. Bab IV Analisa Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan mengenai analisis terhadap hasil penelitian yang telah digambarkan dalam bab III. Analisa ini akan diarahkan untuk melihat latar belakang penurunan minat pemuda sebagai pelayan anak dan remaja. Bab V Penutup Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. 15

16