BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikan ASI dari kedua payudara, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

Diterbitkan melalui:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Melindungi kesehatan ibu :

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Bab 1.Pengenalan MP ASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya immunoglobulin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P.

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB II TINJAUAN TEORI

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

Pedoman umum mengacu pada prinsip gizi seimbang: tumpeng gizi seimbang (TGS) Gizi seimbang bertujuan mencegah permasalahan gizi ganda Bentuk pedoman

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pencernaan Manusia

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memperkenalkan Makanan pada Bayi.

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB II TINJAUAN TEORI

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

PENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN. Rizqie Auliana

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 1989). Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan dari penyakit (Baliwati, dkk., 2004). 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan 1. Pengetahuan ibu mengenai makanan yang bergizi Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Herlianty, 2001).

2. Pendidikan ibu Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya. Pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya lainnya. Pendidikan gizi ibu bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan ibu tinggi. 3. Pendapatan Keluarga Pendapatan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan.tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan tambahan untuk makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah (Agoes, 2003). Menurut pendapat Den Hartog dan Hautvast diikuti oleh Almatsier (2004), makanan mempunyai peranan sosiokultur yaitu: 1. Makanan untuk kenikmatan Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan berbeda dari satu bangsa lain dan dari daerah/suku ke daerah/suku lain. Makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau citarasa, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa dan tekstur. 2. Makanan sebagai fungsi menyatakan jati diri Makanan sering dianggap sebagai bagian penting untuk menyatakan jati diri, seorang atau kelompok orang, misalnya di Jepang ikan mentah merupakan makanan terhormat untuk disajikan kepada tamu-tamu.

3. Makanan sebagai fungsi religi Banyak simbol religi dan magis yang dikaitkan pada makanan, misalnya masyarakat Jawa pada berbagai upacara selamatan dihidangkan nasi tumpeng. 4. Makanan sebagai fungsi komunikasi Makanan merupakan media penting dalam upaya manusia berhubungan satu sama lain. Di dalam keluarga kehangatan hubungan antar anggotanya terjadi pada waktu makan bersama. 5. Makanan sebagai fungsi ekonomi Makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi, misalnya makan beras dianggap lebih berprestise daripada makan jagung dan umbi-umbian. 6. Makanan sebagai fungsi simbol kekuasaan Melalui makanan seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menunjukkan kekuasaan terhadap orang atau kelompok masyarakat lain, misalnya majikan memberi makanan yang berbeda kepada pembantunya. 2.3. Pola Makan Bayi Pola makan disesuaikan dengan umurnya. Penggunaan bahan makanan juga harus seimbang. Selain itu air susu ibu harus tetap diberikan selain makanan tambahan. Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya cukup energi dan protein, diterima dengan baik, harga murah dapat diproduksi dari bahan-bahan lokal. Pola makan yang teratur lebih baik dari pada menurut keinginan. Terlalu ketat juga kurang baik melainkan disesuaikan dengan keadaan. Jarak antara pemberian makanan yang

satu dengan berikutnya adalah 2 sampai 3 jam, tergantung pada keadaan bayi. Ada yang kuat makannya dan ada yang sedikit (Husaini, 1999). 2.4. Jenis Makanan Bayi 2.4.1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar mamae wanita melalui proses laktasi. ASI juga mengandung sejumlah zat penolak bibit penyakit antara lain laktoferin, immunoglobulin, dan zat lainnya yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan/ makanan. Pemberian ASI secara ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan. ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun (Moehyi, 2008). Tabel 2.1. Kandungan berbagai zat gizi dalam ASI Macam zat gizi Kadar gizi dalam 100 ml ASI Protein 1,2 g Lemak 3,8 g Laktose 7,0 g Kalori 75,0 kal Besi 0,15 mg Vitamin A 53,0 Kl Vitamin B 1 0,11 mg Vitamin C 4,3 mg Sumber : Moehyi, S., 2008

2.4.2. Susu Formula Menurut Yayah dan Husaini (2001), susu formula adalah susu komersil yang dijual dipasar atau ditoko, biasanya terbuat dari susu sapi atau susu kedelai diperuntukkan khusus untuk bayi. Susu formula dapat diberikan sebagai pengganti ASI dalam keadaan sebagai berikut: a. ASI tidak keluar sama sekali sebagai pengganti ASI adalah susu formula. b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan. c. ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi. Selain susu bayi yang diberikan kepada bayi sehat, produsen susu bayi juga membuat formula-formula khusus untuk diberikan kepada bayi dengan kelainan metabolisme tertentu agar bayi tersebut tetap dapat tumbuh normal, baik fisik atau kejiwaanya. Susu formula semacam ini dikenal dengan formula diit atau special formula (Moehyi, 2008). 2.4.3 Makanan Pendamping ASI Bayi usia 6-11 bulan membutuhkan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi sejak usia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Krisnatuti, 2000). Penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, dimana praktek-praktek pemberian makan pada bayi sebelum usia 1 bulan mencapai

32,4% dan 66,7% jenis makanan yang diberikan adalah pisang (Irawati, 2003). Dari hasil penelitian Sulastri (2004) di Kecamatan Medan Marelan mengenai pemberian MP-ASI dimana 80 responden terdapat 2,5% pemberian MP-ASI baik dan 97,5% dengan pemberian MP-ASI yang tidak baik. Sesudah bayi berumur enam bulan secara berangsur-angsur perlu makanan tambahan berupa sari buah, makanan lunak dan akhirnya makanan lembek. Tujuan pemberian makanan tambahan adalah : a. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang. b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk. c. Mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan (Moehyi, 2008). Tujuan pengaturan pemberian makanan pada bayi : 1. Lambung bayi kosong 3 jam setelah makan, artinya setelah 3 jam bayi benarbenar memerlukan makanan. 2. Bagi ibu menyusui, jarak 3 jam akan memberi kesempatan kepada kelenjerkelenjer air susu untuk menghasilkan air susu yang cukup. Bila bayi lapar, semua ASI akan terhisap habis ini merupakan rangsangan untuk pembuatan ASI kembali. 3. Bayi dilatih berdisiplin, sehingga menangis/ lapar pada waktu tertentu. 4. Mempermudah tugas ibu (Suharjo, 2009).

Menurut Sulistijani (2001), dalam menentukan makanan yang tepat untuk bayi, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Makanan yang diberikan mengandung mengandung zat-zat gizi dalam kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan sesuai dengan umur dan berat badan bayi. b. Frekuensi pemberian makan sebaiknya sering, tapi dalam porsi sedikit setiap kali diberikan sampai terpenuhinya semua kebutuhannya. c. Bentuk makanan yang diberikan disesuaikan dengan umur bayi. Apabila sulit menerima makanan sebaiknya diberikan makanan cair. d. Makanan yang diberikan haruslah mudah dibuat/praktis, hangat dan segar. Pemberian makanan padat pertama pada bayi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Mutu bahan makanan Bahan makanan yang bermutu tinggi akan menjalin kualitas zat gizi yang baik. b. Tekstur dan konsistensi (kekentalan) Pada umur enam bulan bayi diberikan makanan lunak misalnya bubur susu atau bubur buah (pisang, pepaya). Secara bertahap, makanan bayi dapat diberikan lebih kasar dan padat. Bayi yang telah berusia sembilan bulan bisa diberikan makanan lembek misalnya nasi tim dengan zat gizi yang lengkap. c. Jenis makanan Bayi sebaiknya diperkenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan baik, tunggu paling tidak empat hari sebelum memperkenalkan jenis makanan lainnya. Selain bayi akan mengenal dan dapat menerima jenis makanan yang baru, maka ibu juga bisa mengetahui ada tidaknya reaksi alergi pada bayi.

d. Jumlah atau porsi makan Pada awalnya, bayi mau menerima 1-2 sendok teh makanan. Bila telah semakin besar, maka ibu dapat memberikan porsi makan lebih banyak. e. Urutan pemberian makanan Urutan pemberian makan pendamping ASI biasanya buah-buahan, tepungtepungan, lalu sayuran. Daging, ikan dan telur sebaiknya diberikan setelah bayi berumur sembilan bulan. Bila bayi menunjukkan gejala alergi, telur biasanya diberikan setelah usianya satu tahun. f. Jadwal makan Jadwal waktu makan harus sesuai dengan keadaan lapar atau haus yang berkaitan dengan keadaan lambungnya. Dengan demikian, saluran cerna bayi lebih siap untuk menerima, mencerna, dan menyerap makanan pada waktu-waktu tertentu (Hayati, 2009). 2.5. Frekuensi Makan Bayi Bayi memerlukan makanan untuk dimakan setiap 2 jam, begitu ia terbangun (Arisman, 2004). Menurut (Departemen Kesehatan RI, 2003), anjuran pemberian makan bayi usia 6-11 bulan adalah sebagai berikut : 1. Beri ASI setiap kali bayi menginginkan. 2. Beri bubur nasi 3 kali sehari. 3. Beri makan selingan 2 kali sehari, diantara waktu makan, seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, dan nagasari.

Tabel 2.2. Susunan Makanan Bayi Umur Jenis Makanan 0-6 bulan ASI/ Susu Formula - ASI - Bubur Susu - Buah segar / Jus Buah - Bubur susu Mulai 6-9 bulan - ASI - Biskuit - Bubur susu - ASI - ASI - Nasi tim - Buah segar / biskuit - Nasi Tim 9-11 bulan - ASI - Jus buah / biskuit - Nasi Tim - ASI Sumber: Hayati, 2009 2.6. Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi Setiap bayi memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap bayi memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada bayi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangannya akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan kegemukan yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi terganggu.

Energi atau kalori sangat berpengaruh terhadap laju pembelahan sel dan pembentukkan struktur organ-organ tubuh. Apabila energi berkurang maka proses pembelahan sel akan terganggu dapat mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak bayi mempunyai sel-sel yang lebih sedikit dari pada pertumbuhan normal. Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan selsel baru dan merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh (Asydhad, 2006). 2.7. Pengaruh Pemberian Makanan Pada Bayi Usia < 6 bulan Bayi yang terlalu cepat diberi makanan padat akan menanggung sejumlah resiko masalah kesehatan pada usia dewasa kelak (Nadesul, 2005). Hal tersebut dapat memicu terjadinya sejumlah penyakit seperti : a. Kegemukan (Obesitas) Kalori makanan yang diberikan lebih besar dari yang terkandung dalam susu, sehingga anak beresiko mengalami kegemukan. Akibatnya, jumlah maupun ukuran sel-sel tubuhnya akan terbentuk lebih besar dari ukuran normal. b. Gangguan Pencernaan Biasanya bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6-9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dll). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung

dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 4 sampai 6 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencernaan karbohidrat seperti maltase, isomaltase, dan sukrase belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan. b. Alergi Pemberian makanan padat terlalu dini dapat mengakibatkan terjadinya alergi dari alergen (zat penyebab alergi) yang mungkin terkandung dalam makanan, terutama dari makanan berprotein. c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) Dalam makanan padat terkandung garam dapur, pengawet, penyedap, bumbu, dan pewarna buatan. Garam dapur yang dikonsumsi terlalu dini beresiko terkena darah tinggi setelah berusia lanjut. Selain itu, cita rasa asin anak sudah terbentuk sejak kecil, sehingga garam yang dikonsumsi cenderung diminta lebih dari kebutuhan tubuh. d. Jantung Koroner Terlalu dini memberi makanan pada bayi membuat pembuluh darah tubuh tak sehat. Kelebihan kolesterol darah mungkin sudah muncul sejak usia kanak-kanak. Masalah selanjutnya adalah pembuluh aorta umumnya sudah berkarat lemak (Atherosclerosis) sejak anak berusia 20 tahun. Ini yang kelak mengantarkan anak

beresiko terserang jantung koroner pada usia muda (30-50 tahun) (Nadesul, 2005). 2.8. Penilaian Status Gizi Menurut Supariasa (2002) status gizi adalah ekspresi dari keadaan, keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Pemantauan status gizi pada bayi menggunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Penggunaan indeks antropometri gizi pada bayi antara lain berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan menurut umur (PB/U) dan berat badan menurut panjang badan (BB/PB). Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterprestasikannya dibutuhkan ambang batas yang dapat disajikan ke dalam 3 cara yaitu persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit. Dalam penelitian penulis akan menggunakan cara Standar Deviasi (SD). Standar Deviasi (SD) disebut juga Z-Skor. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku 2005. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negative 2 SD unit (Z-Skor) dari median. Z Skor = Nilai Individu Subjek Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpangan Baku Rujukan

2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pola Makan - Susunan makanan - Bentuk makanan - Frekuensi makan - Frekuensi menyusui - Umur pertama kali diberikan makanan Status gizi bayi Gambar 1. Kerangka konsep penelitian Pola makan pada bayi meliputi susunan makanan, bentuk makanan, frekuensi makan, frekuensi menyusui, dan umur pertama kali diberikan makanan mempengaruhi status gizi bayi.