BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak ergonomis akan menimbulkan dampak negatif bagi pekerja yang menggunakannya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang seperti nyeri dan kelelahan. Prinsip ergonomi secara umum yang diterapkan pada fasilitas kerja mengarah kepada pekerjaan dinamis maupun statis, mengoptimalkan tinggi permukaan lantai terhadap pekerjaan, menghindari pembebanan pada otot yang berlebih, menghindari postur kerja yang tidak alami, dan melatih operator yang menggunakan fasilitas kerja dan peralatan dengan tepat (Fernandez et al, 1998). Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh fasilitas yang digunakan kurang sesuai dengan antropometri operator sehingga mempengaruhi kinerja operator. Postur kerja yang tidak alami misalnya postur kerja berdiri, jongkok, membungkuk, dan mengangkut dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh. UD. Ngatimin adalah suatu unit usaha yang bergerak dibidang pengolahan kerupuk ikan dan berproduksi secara make to stock berdasarkan kepada kebutuhan pasar. Pada unit usaha tersebut, produk kerupuk harus melewati beberapa tahapan
proses terlebih dahulu, mulai dari proses pencampuran bahan menjadi adonan, pencetakan adonan, pengukusan, pengeringan, pengarangan, peggorengan dan pengemasan. Pada stasiun pencetakan terdapat dua operator yang bekerja dengan posisi duduk diatas balok kayu berukuran 24 x 16 x 5 cm dan saling berhadapan di area kerja seluas 3,2 x 2,3 m. Operator duduk dengan kaki bersila diatas lipatan kain sebagai bantalan agar mata kaki tidak terasa sakit. Stasiun pencetakan menggunakan mesin press adonan yang berfungsi untuk mengeluarkan adonan secara otomatis, wadah cetakan berdiameter 8,5 cm dengan kedalaman 1,7 cm dan tumpukan palet kosong berukuran 50 x 51 x 2,5 cm berjumlah 15 papan dengan tinggi 38 cm di sebelah kiri operator. Sebelum mulai mencetak, operator mengambil palet kosong dari sebelah kiri dan memindahkannya ke sebelah kanan dengan memutar badannya. Setelah itu, operator mulai menampung adonan yang turun dari mesin press ke dalam wadah cetakan dan mengeluarkan hasil cetakan tersebut dengan cara menghentakkannya ke palet kosong di sebelah kanan sampai penuh (16 cetakan/palet). Setelah palet terisi penuh cetakan adonan kerupuk, operator mengambil kembali setiap palet kosong dari sebelah kiri dan mengulang kegiatan mencetak sampai adonan yang berada di mesin press habis dikeluarkan. Adonan yang berada di mesin press secara rata-rata mengalami pengisian ulang setiap 8 menit. Selama selang waktu tersebut, operator mencetak penuh 7-8 palet. Dalam satu hari proses pencetakan (6-8 jam), terdapat 40 kali pengisian ulang adonan yang berarti operator mencetak lebih kurang 300 palet setiap harinya. Pengisian ulang dilakukan oleh operator stasiun molen yang bertugas
mencampur bahan menjadi adonan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memanjat mesin press dan memasukkan adonan tersebut secara manual. Operator yang berada pada stasiun pencetakan melakukan kegiatan secara berulang-ulang (repetitif) selama produksi berlangsung. Setiap 10 menit proses pencetakan berlangsung, tinggi tumpukan palet yang sudah berisi cetakan mencapai bahu operator sementara tumpukan palet kosong mulai habis dipindahkan dan berisi dengan cetakan (sisa 2-3 palet). Semakin tingginya permukaan palet menyebabkan operator semakin sulit mengeluarkan cetakan. Dengan demikian, tumpukan palet kosong (di sebelah kiri operator) diisi kembali oleh operator stasiun pengeringan dan tumpukan palet berisi (di sebelah kanan operator) diambil oleh operator stasiun pengukusan agar kegiatan proses pencetakan tidak mengalami penundaan. Risiko kelelahan yang dialami operator stasiun pencetakan tidak dapat diabaikan, dengan kondisi duduk bersila diatas balok kayu, postur tubuh yang membungkuk antara 40 0 sampai 60 0 dalam rentang waktu 6 sampai 8 jam dalam satu hari dengan frekuensi kerja mencetak penuh ± 300 papan palet dalam satu hari kerja menyebabkan operator mengalami nyeri pada beberapa bagian tubuh terutama pada bagian punggung dan kaki. Nyeri yang dirasakan pada beberapa bagian tubuh operator terjadi karena aktivitas kerja fisik dan kondisi stasiun kerja tidak ergonomis. Pada tubuh bagian bawah seperti punggung, pinggang, dan kaki mengalami kerja statis sedangkan tubuh bagian atas mengalami kerja dinamis. Ketika adonan di mesin press habis dikeluarkan, operator mendapatkan waktu istirahat selama 1 menit (waktu proses
pengisian ulang adonan) untuk meregangkan otot-otot yang kaku dan menghilangkan rasa nyeri sebelum memulai proses pencetakan berikutnya. ManTRA (Manual Task Risk Assessment)tool merupakan alat penilaian postur kerja yang dirancang oleh Burgess-Limerick et al, pada tahun 2000. Metode ini secara konseptual digunakan untuk menilai postur tubuh saat bekerja berdasarkan indeks anggota tubuh bagian atas. Peneliti menggunakan alat ini sebagai bagian dari objek permasalahan yang dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi mengenai total waktu untuk suatu tugas yang sedang dilakukan dan menentukan penilaian menggunakan 5 skala poin dari lima karakteristik suatu operatoran yakni waktu siklus (pengulangan), gaya yang dibutuhkan, kecepatan, kekakuan postur, dan getaran. Berdasarkan penelitian Van der Molen (2004) operator-operator di suatu industri khususnya di sektor yang melibatkan kemampuan fisik sangat sering melakukan gerakan yang repetitif (berulang), postur yang kaku, dan sering mengeluarkan gaya pada posisi yang tidak mendukung. Risiko operator yang mengalami cedera pada tubuh bagian atas meningkat secara dramatis seiring berjalannya waktu. Penerapan metode penilaian postur mampu menilai faktorfaktor tersebut sehingga dapat dihasilkan saran dan usulan perbaikan fasilitas kerja. Penelitian lainnya dilakukan oleh Seyyed Ali Moussavi et al. (2012) di pabrik elekronik Tehran, Iran yang menemukan pekerja-pekerja pada pabrik tersebut melakukan berbagai macam pekerjaan manual dan repetitif. Pekerjapekerja tersebut mengalami keluhan pada pergelangan tangan (82,6%), bahu dan lengan bagian atas (52,3%), bagian belakang leher (35,4%) dan tubuh bagian
bawah (67,5%). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah banyak penelitian yang membahas risiko tentang efek dan dampak dari melakukan pekerjaan manual pada suatu daerah (lingkungan) kerja. Berdasarkan penelitian Shikdar et al (2005) kemampuan operator pada fasilitas kerja yang dirancang secara ergonomis 27% lebih tinggi dibandingkan dengan fasilitas kerja yang dirancang tidak secara ergonomis. Nilai kepuasan kerja juga meningkat menjadi 41% pada kondisi yang demikian. Fasilitas kerja yang sudah dirancang secara ergonomis untuk pekerjaan yang bersifat repetitif memiliki dampak positif yang signifikan pada kemampuan dan kepuasan pekerja. Fasilitas kerja usulan yang dirancang secara ergonomis tersebut terdiri atas meja kerja dan kursi kerja yang adjustable, peralatan manual yang dirancang secara ergonomis dan tata letak sistematis dari komponen-komponen fasilitas kerja. Sebagian besar industri belum merealisasikan pentingnya rancangan fasilitas kerja yang baik guna meningkatkan kenyamanan dan kesehatan dalam bekerja. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mencegah risiko terjadinya cedera ketika bekerja secara manual serta untuk mendapatkan hasil rancangan fasilitas kerja yang ergonomis. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan pada UD. Ngatimin adalah stasiun pencetakan yang tidak ergonomis menyebabkan timbulnya keluhan rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh operator ketika bekerja.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan rancangan fasilitas usulan yang ergonomis Tujuan khusus penelitian adalah : 1. Mengidentifikasi bagian tubuh yang mengalami rasa sakitdari rancangan fasilitas yang tidak ergonomis pada stasiun pencetakan. 2. Melakukan analisis postur kerja dengan metode ManTRA pada operator di stasiun pencetakan. 3. Menganalisis hasil rancangan fasilitas kerja stasiun pencetakan yang diperoleh berdasarkan postur kerja operator. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Mahasiswa Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya di lapangan b. Bagi Perusahaan Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk rancangan alat bantu yang memberikan kenyamanan pada operator saat bekerja.
1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian Adapun batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian hanya dilakukan pada stasiun pencetakan 2. Metode yang digunakan untuk menganilisis postur kerja adalah metode mantra (Manual Task Risk Assessment) tool 3. Data antropometri yang digunakan adalah data dimensi tubuh seluruh operator laki-laki di UD.Ngatimin dan data dimensi tubuh praktikan laki-laki laboratorium ergonomi dan APK gelombang 1 dan 2 4. Metode perancangan fasilitas kerja menggunakan metode pendekatan sistematis Pahl dan Beitz. Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah : 1. Semua fasilitas yang digunakan, berada dalam kondisi normal dan bekerja dengan baik. 2. Operator dianggap telah menguasai kemampuan dengan baik dalam proses pencetakan kerupuk. 3. Operator bekerja dengan normal, berada dalam kondisi stamina yang baik dan tidak berada dalam tekanan