BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI LINE BALANCING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VI LINE BALANCING

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II STUDI LITERATUR

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI


BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing)

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN METODE LINE BALANCING PADA PT. XYZ

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan

LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

BAB V ANALISIS HASIL

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR)

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL PEMBAHASAN

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PRODUKSI PUMP PACKAGING SYSTEMS YANG EFISIEN DI PT. BUMI CAHAYA UNGGUL

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi)

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO

Penerapan Metode Line Balancing Produk Tall Boy Cleopatra dan Aplikasinya pada Tata Letak Mesin PT. Funisia Perkasa

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Line Balancing (Rosnani Ginting, 2007: ) adalah serangkaian stasiun

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI SEMI TRAILER SIDE TIPPER TIPE 74 DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

SKRIPSI. PERBAIKAN LINI PROSES PEMOTONGAN NATA DE COCO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN KONSEP PENYEIMBANGAN LINI (Studi kasus : PT XYZ)

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PLONG MANUAL DAN GLUEING MANUAL DI PT. X

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Peningkatan Kapasitas Produksi pada PT. Adicitra Bhirawa

USULAN PERBAIKAN ALUR PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI GARMEN DENGAN TEKNIK SIMULASI DAN LINE BALANCING PADA PT DIAN CITRA CIPTA

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus)

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

Jakarta, 30 Maret Penulis

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi batako.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut : Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran dengan output realisasi. Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah : Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut : 6

Efektifitas = Output Actual Output Target 1 Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai. 2.1.2 Perbedaan Efisiensi Dengan Efektifitas Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien. Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan lebih cepat. Efektivitas adalah ukuran tingkat pemenuhan output atau tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka dikatakan proses tersebut semakin efektif. Proses yang efektif ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih baik dan lebih aman. 2.1.3 Ukuran Efektifitas Ukuran efektivitas untuk suatu organisasi atau lembaga dapat dilihat dari beberapa kriteria berikut ini : a. Input b. Proses produksi c. Hasil (output) d. Produktivitas Input adalah segala sesuatu yang masuk kedalam sistem (Susanto, 2007). Input dapat diartikan sebagai dasar dari sesuatu yang akan diwujudkan atau 7

dilaksanakan berdasarkan apa yang direncanakan yang berpengaruh pada hasil. Input yang ada dapat dilihat dari fasilitas fisik (sarana dan prasarana) yang dibutuhkan. Hasil (output) adalah komponen sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan. Hasil berupa kuantitas atau bentuk fisik dari kerja kelompok atau organisasi. Hasil yang dimaksud dapat dilihat dari perbandingan antara masukan (input) dan keluaran (output). Produktivitas adalah suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. 2.2. Line Balancing 2.2.1. Pengertian Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station dan meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu. Dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang dispesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan. Menurut Purnomo (2004), line balancing merupakan sekelompok orang atau mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada masing-masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di setiap stasiun kerja. Line balancing adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi. Stasiun kerja tersebut memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dan stasiun kerja. Fungsi dari Line balancing adalah 8

membuat suatu lintasan yang seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi yang paling lambat (Baroto, 2002). Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah line balancing harus mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan personil yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan adalah informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan precedence relationship. Aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan,manajemen industri perlu menetapkan tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total, kemudian membaginya ke dalam waktu produktif yang tersedia per hari. Hasil ini adalah cycle time yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja (work station) (Baroto,2002). Hubungan atau saling keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya digambarkan dalam suatu diagram yang disebut precedence diagram atau diagram pendahuluan. Dalam suatu perusahaan yang memiliki tipe produksi massal,yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang peranan yang penting dalam membuat penjadwalan produksi (production schedule) terutama dalam masalah pengaturan operasi-operasi atau penugasan kerja yang harus dilakukan. Keseimbangan lini sangat penting karena akan menentukan aspek-aspek lain dalam sistem produksi dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa aspek yang terpengaruh antara lain biaya,keuntungan,tenaga kerja,peralatan,dan sebagainya. Keseimbangan lini ini digunakan untuk mendapatkan lintasan perakitan yang memenuhi tingkat produksi tertentu. Demikian penyeimbangan lini harus dilakukan dengan metode yang tepat sehingga menghasilkan keluaran berupa keseimbangan lini yang terbaik. Tujuan akhir pada line balancing adalah memaksimasi kecepatan di tiap stasiun kerja sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun (Kusuma, 1999). 9

2.2.2. Langkah Pemecahan Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), terdapat sejumlah langkah pemecahan masalah line balancing. Berikut ini merupakan langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan. 2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas itu. 3. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan dengan setiap tugas itu. 4. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan. 5. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output. 6. Menghitung cycle time yang dibutuhkan,misalnya: waktu diantara penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas toleransi dari waktu (batas waktu yang yang diijinkan). 7. Memberikan tugas-tugas kepada pekerja atau mesin. 8. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stasion) yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan. 9. Menilai efektifitas dan efisiensi dari solusi. 10. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaiki proses terus menerus (continous process improvement). Line balancing biasanya dilakukan untuk meminimumkan ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personel agar memenuhi output yang diinginkan dari assembly line itu. Menyelesaikan masalah line balancing, manajemen industri harus dapat mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan,mesin-mesin, dan personel yang digunakan dalam proses kerja. Selain itu, diperlukan informasi tentang 10

waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan precedence relationship diantara aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan (Gaspersz, 2004). 2.2.3. Istilah-istilah Line Balancing Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line balancing. Berikut adalah istilah-istilah yang dimaksud (Baroto,2002): 1. Precedence diagram Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian menggunakan metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya, adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah sebagai berikut: a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi. b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Hal ini operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah. c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap proses operasi. 2. Assemble Product Assemble Product adalah produk yang melewati urutan work station dimana, setiap work station memberkan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan akhir. 11

3. Waktu menunggu (Idle Time) Dimana operator atau pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja ataupun kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan antara Cycle time (CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi Stasiun Time (ST). Idle Time = n. Ws Wi n i 1 Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja. Ws = Waktu stasiun kerja terbesar. Wi = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja. i = 1,2,3,,n. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Balance delay dapat dirumuskan sebagai berikut: D = n. C t i n.t i x 100% Keterangan: D = Balance delay (%). C = Waktu siklus. N = Jumlah stasiun kerja. Σti = Jumlah semua waktu operasi. ti = Waktu operasi. 12

5. Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: Efisiensi stasiun kerja = Wi Ws x 100% 6. Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja. Line efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut: Line Efficiency = k i 1 STi (K).(CT) x 100% Keterangan: STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i. K = Jumlah stasiun kerja. CT = Waktu siklus. 7. Work Station merupakan tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus: K min = k i 1 ti C Keterangan: ti = Waktu operasi (elemen). C = Waktu siklus stasiun kerja. Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal. 13

8. Smoothes index (SI) adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu. SI = k i 1 (STi maks STi) 2 Keterangan: maks ST = Maksimum waktu di stasiun Sti = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i. 2.2.4. Metode Penyeimbang Lini Perakitan Menurut Purnomo (2004), metode penyeimbangan lini perakitan lintasan diuraikan menjadi beberapa metode. Berikut ini merupakan metode-metode yang digunakan dalam keseimbangan lintasan, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Metode kilbridge-wester Heuristic. 2. Metode Hegelson-Birnie 3. Metode Moodie Young 4. Metode Immediate Updater First-Fit Heuristic. 5. Metode Rank and Assign Heuristic. Metode-metode yang telah dikembangkan terbatas hanya pada penjelasan dari kedua metode akan menjadi bagian dalam memecahkan permasalahan untuk membuat lini keseimbangan yang baik. Kedua metode tersebut adalah metode Kilbridge-Wester dan Metode Hegelson-Birnie atau RPW (Ranked Positional Weight). Berikut ini merupakan penjelasan langkah-langkah dalam metode RPW (Ranked Positional Weight) (Baroto, 2002). 14

a. Buat precedence diagram untuk tiap proses. Dalam suatu proses produksi, tugas-tugas harus dilakukan dalam suatu aturan urutan pengerjaan atau batasan urutan (sequence restrictions). Batasan urutan tersebut menggambarkan tugas mana yang harus terlebih dahulu diselesaikan sebelum dapat menyelesaikan tugas berikutnya. Urutan tersebut harus dipenuhi karena aturan urutan tersebut menunjukkan cara terbaik dan satu-satunya cara untuk menyelesaikan sebuah produk. Contohnya yaitu pemasangan lampu depan pada sebuah mobil hanya dapat dilakukan apabila bohlam lampu depan tersebut telah terpasang. Penyajian data presedensi tugas ini biasanya tersaji bersama daftar tugas dengan keterangan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan setiap tugas. Selain itu, data presedensi juga dapat disajikan dalam bentuk diagram. Data-data mengenai tugas ini akan diperlukan dalam langkah penyeimbangan berikutnya. b. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen kerja yang berkaitan dengan waktu operasi untuk waktu pengerjaaan yang terpanjang dari mulai operasi permulaan hingga sisa operasi sesudahnya. c. Membuat rangking tiap elemen pekerjaan berdasarkan bobot posisi di langkah 2. Pengerjaan yang memilki bobot terbesar diletakkan pada rangking pertama. d. Tentukan waktu siklus. e. Pilih elemen operasi dengan bobot tertinggi, alokasikan ke stasiun kerja. Jika masih layak (waktu stasiun < CT), alokasikan operasi dengan bobot tertinggi berikutnya, namun alokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT. f. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa waktu ini (CT-ST) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot paling besar dan penambahannya tidak membuat ST > CT. g. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST > CT sudah tidak ada, maka kembali ke langkah ke-5. 15

Metode kilbridge-wester heuristic dikembangkan oleh sesuai dengan namanya, yaitu kilbridge dan wester. Adapun Langkahlangkah dalam pengerjaan metode kilbridge adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004): a. Buat precedence diagram dari precedence data yang ada,berilah tanda daerahdaerah yang memuat elemen-elemen kerja yang tidak saling bergantung. b. Tentukan waktu siklus dengan cara mencoba-coba (trial) factor dari total elemen kerja yang ada. c. Mendistribusikan elemen kerja pada setiap stasiun kerja dengan aturan bahwa total waktu elemen kerja yang terdistribusikan pada sebuah stasiun kerja tidak boleh melebihi waktu siklus yang ditetapkan. d. Keluarkan elemen kerja yang telah didistribusikan pada stasiun kerja dan mengulangi 3 langkah sampai semua elemen kerja yang ada terdistribusikan ke stasiun kerja. 16