PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X"

Transkripsi

1 PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X Komarudin dan Rudi Saputra Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional ABSTRAK PT X adalah salah satu perusahaan yang memperroduksi pralatan medis di Indonesia khususnya dalam memproduksi incubator dengan kualitas yang maksimal dan menerapkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam membuat peralatan medis untuk meningkatkan efisiensi lini, meminimalkan waktu menagngggur dan meningkatkan produktifitas dalam produksi cabinet TSN 89 TR dengan menggunakan keseimbangan lintasan pada lini produksi. Keseimbangan lini produksi dari jalur cabinet TSN 89 TR dengan menggunakan metode peringkat bobot posisi dengan langkah pendahulunya tersebut, data uji keseragama, data uji kecukupan, waktu normal dan waktu standa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lini keseimbangan dengan menggunakan peringkat positional weight method hasil dalam efisiensi sejalan dengan peningkatan, meminimalkan waktu menganggur, mengurangi jumlah stasiun kerja dan peningkatan produktifitas. Dimana kondisi awal sebesar 9 stasiun kerja sementara perbaikan yang diusulkan untuk 6 stasiun kerja yang menghasilkan peningkatan efisiensi garis 5, 85 persen dengan mengurangi waktu idle 6081,74 detik dan meningkatkan produktifitas 0,016 lembar/pekerjaan jam. Kata kunci : Jalur Balancing, Produktifitas, Rangked Metode Bobot Posisi ABSTRACT PT. X is one of the companies that manufacture medical equipments in Indonesia, especially in producing an incubator with maimum quality and implement efficiency and effectiveness of work in making medical equipments to improve line efficiency, minimizing idle time and increase productivity in the production of Cabinet TSN 89 TR by using line balancing on the line production. Balance the production line of the track Cabinet TSN 89 TR by using Ranked Positional Weight Method with predecessor steps such, uniformity test data, adequacy test data, normal time and standard time. The results showed that the balance line by using Ranked Positional Weight Method results in improved line efficiency, minimizing idle time, reducing the number of work stations and increased productivity. Where the initial conditions amounted to 9 work stations while on the proposed improvements to 6 work stations that produce increased line efficiency of 5.85% with a reduction in idle time of seconds and increase the productivity of pieces / hour job. Keywords : Line Balancing, Productivity, Rangked Positional Weight Method 1. PENDAHULUAN Peranan industri dalam suatu negara sudah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan industri digunakan sebagai suatu sektor yang menyediakan barang kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. Di Indonesia sekarang ini, sudah semakin banyak perindustrian yang bergerak di berbagai bidang. Termasuk dalam bidang pembuatan alatalat kesehatan dengan berbagai merek dan jenis yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan alat-alat kesehatan tersebut. Dalam perkembang an dunia, perindustri an tingkat persaingan sangat tinggi sehingga sebuah perusahaan dituntut untuk lebih produktif. Hanya pada tingkat produktivitas yang memadai dari waktu ke waktu, sebuah perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan berkembang menjadi perusahaan yang besar. 1

2 PT. X merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi alat-alat kesehatan di Indonesia, dalam mempertahankan eksistensinya di dunia industri alat-alat kesehatan, khususnya dalam memproduksi inkubator dengan kualitas yang maksimal, memenuhi permintaan konsumen dalam berbagai jenis alat kesehatan dan menerapkan keefisienan dan keefektifan kerja dalam membuat alat-alat kesehatan sehingga lebih produktif.. TINJAUAN PUSTAKA.1 Sistem Produksi Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi dan sebagainya. Material Tenaga Kerja Dana Mesin Informasi Dana Masuk Teknologi Proses Transformasi Ekonomi Gambar 1. Input-Output Sistem Produksi Produk Limbah Informasi. Proses Produksi Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumberdaya produksinya (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada. Selain itu, dalam suatu proses produksi juga dapat berpatokan dengan waktu sehingga perlu adanya aliran atau keseimbangan pada lintasan produksi maupun perakitannya. Welding Welding Fleiglass Fleiglass Politik Painting Painting Ekonomi Sosial Budaya Assembly Assembly Dana Keluar Elektronic Elektronic.3 Metode Bobot Posisi (Rangked Positional Weight Method) Metode Bobot Posisi (Rangked Positional Weight Method) merupakan heuristik yang paling awal dikembangkan. Metode ini dikembangkan oleh W.B. Helgeson dan D.P. Birnie 1. Metode ini merupakan pendekatan untuk dapat memecahkan masalah pada keseimbangan lini perakitan dan menemukan solusi secara cepat. Pendekatan ini menugaskan operasi ke dalam stasiun-stasiun kerja dengan dasar panjang waktu operasi. Proses kerja diurutkan berdasarkan peringkat, mulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Nilai peringkat didapat dari jumlah waktu operasi mulai dari awal sampai akhir proses..4 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan di atas. Bila operator telah siap di depan mesin atau di tempat kerja lain yang waktu krjanya akan diukur, pengukur memilih posisi untuk tempat dia berdiri mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-gerakannya ataupun merasa canggung karena merasa terlampau diamati, misalnya jika pengukur berdiri dekat di depan operator. Posisi ini hendaknya memudahkan pengukur mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik saat-saat siklus atau elemen bermula dan berakhir. Umunya posisi agak menyamping di belakang operator sejauh sekitar 1,5 meter merupakan tempat terbaik. Berikut ini adalah halhal yang dikerjakan selama pengukuran berlangsung. Data waktu yang didapat dengan melakukan pengukuran dengan jam henti kemudian diolah untuk mengetahui: 1. Rata-rata dari harga rata-rata subgroup dengan: i k Dimana : i adalah harga rata-rata dari subgroup ke-i. k adalah harga banyaknya subgroup yang terbentuk Gambar. Proses Produksi Pada PT. X

3 . Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan: ( i ) N 1 Dimana: N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan. X i adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan. 3. Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroup dengan: Dimana: n adalah besarnya subgroup. 4. Tentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas control bawah (BKB): n BKA 3 BKB 3 Batas-batas kontrol inilah yang merupakan batas apakah suatu subgroup seragam atau tidak. Apabila nilai rata-rata yang diperoleh berada diantara masing-masing batas kontrol, maka data-data yang diperoleh tersebut telah seragam. 5. Apabila langkah tersebut telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan untuk kecukupan data dengan menggunakan persamaan : 40 N ' N i i i z Dimana N adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan. Rumus ini adalah untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%. Apabila jumlah pengukuran yang diperlukan ternyata masih lebih besar daripada jumlah pengukuran yang dilakukan atau N > N, maka harus dilakukan pengukuran kembali hingga jumlah pengukuran yang diperlukan lebih kecil daripada jumlah pengukuran yang dilakukan atau N < N..5 Menentukan Jumlah Stasiun Kerja Jumlah stasiun kerja yang akan terbentuk dapat diperkirakan dengan cara membagi jumlah total dari waktu pekerjaan setiap elemen dengan waktu siklusnya, seperti pada rumus berikut : Perkiraan Jumlah Stasiun total.. waktu.. pengerjaan waktu.. siklus.. yang.. diinginkan.6 Perhitungan Efisiensi Lini Efisiensi lini merupakan perbandingan dari total waktu per stasiun kerja terhadap keterkaitan waktu siklus terpanjang dengan jumlah stasiun kerja yang dinyatakan dalam presentase. Sebelum melakukan perhitungan efisiensi lini produksi, dibutuhkan data-data dari hasil perhitungan dari Waktu Siklus (Ws), Waktu Normal (Wn) dan Waktu Baku (Wb). Setelah mendapatkan perhitungan-perhitungan tersebut, maka selanjutnya dapat menghitung tingkat efisiensi lini produksi dengan menentukan Cycle Time (CT). Dimana tingkat efisiensi untuk tiap proses kerja diperoleh melalui rumus melalui rumus: ΣWb LE 100% (K)(CT) Dimana : LE = Line efficiency atau efisiensi lini Wb = Waktu sebenarnya pada setiap stasiun K = Jumlah total stasiun kerja CT = Cycle time atau waktu siklus terpanjang.7 Keseimbangan Waktu Menganggur Keseimbangan waktu menganggur atau balance delay sering juga disebut balancing loss, adalah ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu mengangur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Balance delay ini dinyatakan dalam prosentase. Balance delay dirumuskan sebagai berikut. (K.CT) Σ Wb BD 100% (K.CT) Dimana : BD = Keseimbangan waktu menganggur K = Jumlah stasiun kerja CT = Cycle time atau waktu siklus terpanjang Wb = Waktu sebenarnya pada setiap stasiun 3

4 .8 Produktivitas Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur kinerja dari manajemen operasi adalah produktivitas. Produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Secara umum produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara keluaran terhadap masukan atau rasio hasil yang diperoleh terhadap sumber daya yang dipakai. Maka rumus produktivitas secara umum adalah sebagai berikut. Produktivitas Keluaran Masukan hasil yang diperoleh sumber daya yang digunakan 3. Uji Keseragaman Data Setelah data waktu yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka dilakukan uji keseragaman data pada data-data tersebut. Banyaknya sampel waktu pengamatan yaitu sebanyak 30 kali waktu pengamatan untuk masing-masing proses kerja. Tabel 3. Pengelompokkan Data Waktu Pengukuran Plat Besi Rangka Fiber Part 1 () Harga rata-rata sub grup : Jika dalam rasio itu yang dihitung sebagai masukan hanya komponen tertentu saja maka disebut produktivitas parsial, misalnya produktivitas tenaga kerja dan dirumuskan sebagai berikut. Keluaran Produktivitas parsial Jam kerja - orang 3. PENGOLAHAN DATA 3.1 Data dan Spesifikasi Bentuk Produk Gambar 3. Data dan Spesifikasi Kabinet TSN 89 TR i 66,6 44,43 detik k 6 Standar deviasi dari waktu penyelesaian: z ( i ) 55,367 1,38 N Standar deviasi dari harga rata-rata subgroup: n 1,38 / 5 0,6 Batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) : BKA 3σ BKB 3σ 44,43 3(0,6) 46,9 detik 44,43 3(0,6) 4,58 detik Data dikatakan seragam karena semua Xi ratarata terdapat di dalam BKA dan BKB. 3.3 Uji Kecukupan Data Dari data sub gup yang telah di uji keseragaman datanya, maka dapat dilakukan uji kecukupan data untuk mengetahui banyaknya data pengukuran yang sudah diambil sudah mencukupi atau belum mencukupi. Pengujian kecukupan data ini menggunakan tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan sebesar 95%. Jadi, tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata hasil pengukuran menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dari kemungkinan mendapatkan ini yang sebesar 95%. Berikut adalah uji kecukupan data yang diambil dari data uji keseragaman data sebelumnya pada proses pengukuran pelat besi rangka fiber part 1 (). 4

5 40 N' N * i i i 0 30* = 1,496 Data waktu pengamatan telah mencukupi karena N < N 3.4 Waktu Siklus Berikut adalah contoh perhitungan waktu siklus untuk proses pengukuran pelat besi rangka fiber part 1 (). Ws Xi N 3.5 Waktu Normal Dalam pengambilan data waktu kerja yang diperoleh pada saat melakukan pengukuran pada umumnya tidak selalu normal, hal ini dikarenakan operator terkadang bekerja lebih cepat atau sebaliknya dapat menjadi lambat dari rata-rata. Untuk menentukan waktu normal, waktu siklus operator dikalikan dengan penyesuaian berdasarkan metode Shumard. 44,43 detik Dimana faktor kelonggaran atau l didapat dari: Faktor kelonggaran: 1. Tenaga yang dikeluarkan = 6%. Sikap kerja = 1% 3. Gerakan kerja = 0% 4. Kelelahan mata = 6% 5. Temperatur tempat kerja = 7% 6. Keadaan atmosfer = 0% 7. Keadaan lingkungan = % 8. Kelonggaran pribadi = % + Allowance = 4% Maka proses pengukuran pelat besi rangka fiber part 1 () dapat diperoleh waktu bakunya dengan perhitungan sebagai berikut: Wb = 48,13 (1 + 0,4) = 59,68 detik 3.7 Efisiensi, Balance Delay, dan Total Waktu Menganggur Kondisi Awal Pembebanan waktu operasi stasiun kerja dan efisiensi pada kondisi awal untuk setiap stasiun kerja dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Pembebanan Operasi dan Efisiensi Kondisi Awal Perhitungan penyesuaian berdasarkan metode Shumard dinilai Good - = 65 p = 65 / 60 = 1,083 Waktu normal = Waktu siklus penyesuaian = 44,43 1,083 = 48,13 detik 3.6 Waktu Baku Setelah melakukan perhitungan waktu normal dan telah mendapatkan hasilnya, maka selanjutnya dilakukan perhitungan waktu baku dimana waktu baku ini merupakan waktu yang dipergunakan untuk menentukan operasi dari masing-masing proses. Waktu baku diperoleh dari hasil perhitungan waktu normal yang dipengaruhi faktor kelonggaran. Wb = Wn (1 + l) Maka efisiensi lini, balance delay dan total waktu menganggur pada kondisi awal sebagai berikut: Efisiensi lini: ΣWb LE 100% (K) (CT) 51781,53 LE 100% 60,81% (9)(9461,14) 5

6 Balance delay (Keseimbangan Waktu Menganggur): 3.9 Precedence Diagram (K.CT) Σ Wb BD 100% (K.CT) (9 9461,14) 51781,53 BD 100% 39,19% (9 9461,14) Total waktu menganggur (Idle Time): Total waktu menganggur = (K.CT) ƩWb Total waktu menganggur = 85150, ,53 = 33368,71 detik 3.8 Produktivitas Kondisi Awal Kondisi awal pada lintasan produksi Kabinet TSN 89 TR dengan 9 stasiun dan memerlukan 10 Operator. Pembagian kerja operator dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini. Tabel 5. Pembagian Kerja Operator Pada Kondisi Awal Maka produktivitas pada kondisi awal adalah sebagai berikut. Produktivitas 64 buah 10 operator 8 jam/hari hari 0,036 buah/jam kerja Gambar 4. Precedence Diagram Pembuatan Kabinet TSN 89 TR 3.10 Menentukan Bobot Posisi Langkah berikutnya adalah menhitung bobot posisi dari setiap operasi. Bobot posisi didapat dari menjumlah waktu baku dari operasioperasi pengikut dan ditambah dengan operasi itu sendiri. Untuk dapat mengetahui bobot posisi pada masing-masing operasi dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. 6

7 Tabel 6. Hasil Perhitungan Bobot Posisi Untuk Setiap Operasi Perbandingan antara jumlah stasiun kerja dan efisiensi lini kondisi awal dan usulan perbaikan dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Efisiensi Lini Pada Kondisi Awal dan Usulan Perbaikan 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Terhadap Jumlah Stasiun dan Efisiensi Lini Pembebanan operasi pada kondisi awal dan saat usulan perbaikan terdapat perbedaan yaitu terdapat penggabungan operasi stasiun 1 dan stasiun pada kondisi awal menjadi stasiun 1 pada usulan perbaikan, stasiun 3 pada kondisi awal menjadi stasiun pada usulan perbaikan, stasiun 4 dan stasiun 5 serta operasi 63 pada kondisi awal menjadi stasiun 3 pada usulan perbaikan, stasiun 6 pada kondisi awal menjadi stasiun 4 pada usulan perbaikan, stasiun 8, operasi 76 dan operasi 77 pada kondisi awal menjadi stasiun 5 pada usulan perbaikan, dan stasiun 9 pada kondisi awal menjadi stasiun 6 pada usulan perbaikan. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah stasiun pada kondisi awal adalah 9 stasiun dengan efisiensi 60,81%, sedangkan jumlah stasiun pada usulan perbaikan dengan metode bobot posisi adalah 6 stasiun dengan efisiensi meningkat menjadi 87,66%. Dengan perbaikan ini, maka kita dapat mengurangi jumlah stasiun yang diperlukan untuk pembuatan Kabinet TSN 89 TR serta dapat meningkatkan produktifitas kerja sebesar 5,85%. 4. Analisis Terhadap Balance Delay dan Idle Time Balance delay dan idle time pada kondisi awal dan usulan perbaikan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Balance Delay dan Idle Time Pada Kondisi Awal dan Usulan Perbaikan Pada kondisi awal sebelum adanya perbaikan stasiun kerja, banyak terjadi 7

8 kemacetan pada lintasan produksi sehingga mengakibatkan waktu menunggu di stasiun lain. Balance delay pada kondisi awal sebesar 39,19%, sedangkan setelah usulan perbaikan turun menjadi 1,34% sehingga lebih mendekati 0%. Sedangkan waktu menganggur (idle time) yang dapat menghambat laju produksi mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 6081,74 detik. Pada kondisi awal sebesar 33368,71 detik dan pada usulan perbaikan 786,97 detik. Sehingga laju produksi semakin efisien dan efektif. 4.3 Analisis Terhadap Produktivitas Dengan adanya pengurangan stasiun kerja dari 9 stasiun menjadi 6 stasiun kerja tentu juga mengakibatkan pengurangan jumlah operator, maka jumlah operator pada kondisi awal adalah 10 operator dan pada usulan perbaikan adalah 7 operator. Maka produktivitas pada kondisi awal dan usulan perbaikan adalah sebagai berikut. Produktivitas pada kondisi awal: Produktivitas 64 buah 10 operator 8 jam/hari hari Produktivitas pada usulan perbaikan: Produktivitas 0,036 buah/jam kerja 64 buah 0,05 buah/jamkerja 7 operator 8 jam/hari hari Produktivitas pada kondisi awal sebesar 0,036 buah/jam kerja sedangkan produktivitas pada usulan perbaikan sebesar 0,05 buah/jam kerja. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan produktivitas sebesar 0,016 buah/jam kerja. 5. KESIMPULAN 1. Efisiensi lini pembuatan Kabinet TSN 89 TR di PT. X pada kondisi awal diperoleh sebesar 60,81% dan perancangan lintasan baru (usulan perbaikan) berdasarkan metode bobot posisi menghasilkan efisiensi sebesar 87,66% sehingga efisiensi lintasan meningkat sebesar 5,85%.. Jumlah waktu menganggur pada kondisi awal adalah 33368,71 detik dan setelah usulan perbaikan menjadi 786,97 detik. Sehingga waktu menganggur dapat dikurangi dari 33368,71 detik menjadi 786,97 detik atau berkurang sebesar 6081,74 detik. 3. Jumlah stasiun kerja berkurang dari 9 stasiun kerja pada kondisi awal menjadi 6 stasiun kerja setelah usulan perbaikan, yang berarti ada penghematan lokasi produksi (stasiun kerja). 4. Produktivitas pada kondisi awal sebesar 0,036 buah/jam kerja dan setelah usulan perbaikan menjadi 0,05 buah/jam kerja, yang berarti ada peningkatan produktivitas sebesar 0,016 buah/jam kerja. 5. Terjadi penurunan jumlah operator, yaitu pada kondisi awal jumlah operator berjumlah 10 operator dan setelah usulan perbaikan menjadi 7 operator yang akan meningkatkan produktivitas operator. DAFTAR PUSTAKA 1. Baroto, Teguh. 00. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.. Buffa, Elwood S., dan Sarin Rakesh K Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi 8, Jilid, Jakarta: Binarupa Aksara. 3. Herjanto, Eddy Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi II, Jakarta: PT Grasindo. 4. Idris S., Taufiq Usulan Perencanaan Tata Letak Lantai Produksi Untuk Peningkatan Kapasitas Produksi Pada Divisi Welding PT. Tesena Inovindo. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti, Jakarta. 5. Ma arif, Syamsul., dan Tanjung, Hendri Manajemen Operasi. Jakarta: PT Grasindo. 6. Nasution, Arman H., dan Prasetyawan, Yudha Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi I, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. 7. Sutalaksana,Anggawisastra, Tjakraatmadja Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB. 8. Zulkarnaen, Achmad Tugas Akhir : Analisa Keseimbangan Lini Pada Proses Produksi Industri Garmen Guna Mencapai Target Produksi Di PT. X. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta. 8

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT (RPW) PADA PRODUK K25-6101 DI PT. BANSHU ELECTIC INDONESIA Edi Susanto 1, Asep Hermawan 1, Andriana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Wiwik Sudarwati 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Tenda Trijaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan tenda yang terpercaya kualitasnya. Perusahaan ini menjadi pemasok ke departemen sosial, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, bahkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk.

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. CILEGON, BANTEN) Herlina Putri W, Ahmad Sidiq, dan Reza Maulana Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA KAREL L. MANDAGIE DAN IWAN Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Ardityo Irawan 1 Abstract: PT XYZ is one of the company that produce heat exchanger in Indonesia. The Company developing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery

Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery Merry Siska 1), Ruby Suryanata 2) Jurusan Teknik Industri,Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau merrysiska@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional semakain meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. internasional semakain meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan antara perusahaanperusahaan industri manufaktur baik di pasar nasional maupun di pasar internasional semakain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ ISSN 2088 5369 WORKERS PRODUCTIVIRY IMPROVEMENT AT PIA XYZ CAKE HOME INDUSTRY Lala Intan Gemala Sari, Kurnia Herlina Dewi dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ Margono Sugeng 1) dan Ari Setyawan 2) Program Studi Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 205 212. METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Maria Pitriani Miki, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Lintasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya tahapan-tahapan yang jelas agar penelitian yang dilakukan terarah, tahapan ini disusun ringkas dalam sebuah metodologi penelitian.

Lebih terperinci

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Ghany Sayyida Nur Arifiana *1), I Wayan Suletra 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat kerja,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus)

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus) Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus) Priscilla Gandasutisna 1, Tanti Octavia 2 Abstract: PT. X is a job-order plastic packaging industry using line

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA Sutarjo, ST. Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta Email : Sutarjo06@gmail.com Risris Nurjaman, MT. Dosen Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Performa (2012) Vol. 11, No. 2: 75-84 Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Burhan,1), Imron Rosyadi NR 2) dan Rakhmawati 1) 1) Program

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT Disusun oleh: Nama : Rizki Ari Sandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can Billy Sutjiono 1 dan I Nyoman Sutapa 2 Abstract: PT Sinar Djaja Can is a manufacturing company which produces cans with 2 categories,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini engolahan data Gambar 4.1 Skema Metodologi Penelitian 79 A Perancangan Keseimbangan Lini Metode

Lebih terperinci

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X Didit Damur Rochman, Wiring Respati Caparina. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SKRIPSI. PERBAIKAN LINI PROSES PEMOTONGAN NATA DE COCO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN KONSEP PENYEIMBANGAN LINI (Studi kasus : PT XYZ)

SKRIPSI. PERBAIKAN LINI PROSES PEMOTONGAN NATA DE COCO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN KONSEP PENYEIMBANGAN LINI (Studi kasus : PT XYZ) SKRIPSI PERBAIKAN LINI PROSES PEMOTONGAN NATA DE COCO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN KONSEP PENYEIMBANGAN LINI (Studi kasus : PT XYZ) Disusun Oleh : BAYU YUDO PURNOMO (2011.10.215.059) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Line Balancing 2.1.1 Pengertian Line Balancing Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing) menurut beberapa para ahli : Menurut Gasperz (2004)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi massal, peranan perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam penugasan kerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu (Barnes h. 257) Studi gerak dan waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT INKABA adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi produk berbahan dasar karet. Perusahaan menerapkan sistem produksi mass production dan job order. Engine mounting adalah salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di era globalisasi ini, fashion merupakan tuntutan dari gaya hidup berbagai kalangan di masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri pakaian berlomba untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia

Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia Stephani Diesya Floratiara 1), Ilham Priadythama 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS DAN EFISIENSI LINI TRIMMING DENGAN METODE MOODIE YOUNG DAN SIMULASI PROMODEL PADA PERAKITAN MOBIL BMW DI PT.

PENINGKATAN KAPASITAS DAN EFISIENSI LINI TRIMMING DENGAN METODE MOODIE YOUNG DAN SIMULASI PROMODEL PADA PERAKITAN MOBIL BMW DI PT. PENINGKATAN KAPASITAS DAN EFISIENSI LINI TRIMMING DENGAN METODE MOODIE YOUNG DAN SIMULASI PROMODEL PADA PERAKITAN MOBIL BMW DI PT. GAYA MOTOR Iveline Anne Marie 1, Lamto Widodo 2 dan Michelle Melsha Sugiarto

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X Constance Dorthea Renata, Sevenpri Candra, Rida Zuraida Binus University, Jl. K.H. Syahdan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Produksi 3.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses adalah cara, metoda dan teknik bagaimana sumber yang tersedia (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan sarana pendukung) yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PRODUKSI PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PRODUKSI PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PRODUKSI PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN Harawan Ahyadi, Rudi Saputra,Eko Suhartanto Mahasiswa Program Studi Teknik Industri, FTI-ISTN Jl. Moh Kahfi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN LINTASAN PERAKITAN UPPER SEPATU NIKE SHOCK TYPE NZ DENGAN PENDEKATAN LINE BALANCING DI LINE 14 FACTORY 3 DI PT.

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN LINTASAN PERAKITAN UPPER SEPATU NIKE SHOCK TYPE NZ DENGAN PENDEKATAN LINE BALANCING DI LINE 14 FACTORY 3 DI PT. LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN LINTASAN PERAKITAN UPPER SEPATU NIKE SHOCK TYPE NZ DENGAN PENDEKATAN LINE BALANCING DI LINE 14 FACTORY 3 DI PT.X Di Susun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Untuk mengukur kebaikan suatu sistem kerja diperlukan prinsip-prinsip pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu psikologis

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Carvil Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sepatu dan sandal yang mulai berdiri pada bulan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISA PENEMPATAN TENAGA KERJA PRODUK INFANT INCUBATOR TSN 910 SC-1 BERDASARKAN KESEIMBANGAN LINI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN METODE LINE BALANCING PADA PT. XYZ

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN METODE LINE BALANCING PADA PT. XYZ MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN METODE LINE BALANCING PADA PT. XYZ SUSAN Program Studi Teknik Industri,Fakultas Teknik,Universitas Tanjungpura susanindustri11@yahoo.com Abstract- PT. XYZ

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini terutama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kerja Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu kerja (time study) yaitu suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci