PEMAKAIAN DEIKSIS DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS PELAJARAN PERTAMA BAGI CALON POLITISI KARYA KUNTOWIJOYO: KAJIAN PRAGMATIK ARTIKEL ILMIAH ZUL ADRIAN AZIZAM NPM 11080128 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
Pemakaian Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo: Kajian Pragmatik Zul Adrian Azizam 1, Dra. Asmawati, M.Pd. 2, Asri Wahyuni Sari, M.Pd 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat, 2) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Abstrak Pemakaian deiksis tidak pernah terlepas dari penulis, seperti penulis profesional maupun pelajar dalam tulisannya. Deiksis memerlukan acuan yang jelas agar tidak terjadinya kesalahpahaman pada pesan yang disampaikan oleh penulis. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai jenis-jenis deiksis dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis deiksis; deiksis persona (orang), deiksis temporal (waktu), deiksis lokatif (tempat), deiksis wacana, dan deiksis sosial, dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat, dan dialog yang merujuk kepada deiksis. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Kompas Pendidikan Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo. Hasil penelitian ini adalah dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo terdapat kelima jenis deiksis yang diteliti yaitu, deiksis persona (orang), deiksis lokatif (tempat), deiksis temporal (waktu), deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis yang ditemukan sebanyak 224 data. Deiksis yang paling banyak ditemukan adalah deiksis persona (orang) dengan 126 data, kemudian deiksis temporal (waktu) dengan 31 data, deiksis lokatif (tempat) dengan 25 data, deiksis wacana dengan 30 data, dan yang paling sedikit ditemukan adalah deiksis sosial dengan 12 data. Ini membuktikan deiksis persona (orang) lebih sering dipergunakan karena banyaknya tokoh yang terlibat dalam kumpulan cerpen ini. Penelitian ini juga dapat diimplikasikan dalam pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi yang dapat dipergunakan oleh siswa maupun mahasiswa dan guru maupun dosen untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai deiksis. Khususnya dalam menulis atau memproduksi cerita pendek. Kata kunci: Deiksis, Cerpen
Pemakaian Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo: Kajian Pragmatik Zul Adrian Azizam 1, Dra. Asmawati, M.Pd. 2, Asri Wahyuni Sari, M.Pd 3 1) Student of STKIP PGRI Sumatera Barat, 2) dan 3) Lecturer Department of Language and Literature Indonesia Abstract The use of deixis is never apart from the author, such as professional writers and students in his writing. Deixis requires a clear reference to avoid any misunderstanding on the message conveyed by the author. To the researchers interested in conducting research on the types of deixis in a collection of short stories of Kompas "Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi" by Kuntowijoyo. This study aimed to describe the type of deixis; deixis persona (person), deixis temporal (time), locative deixis, the discourse deixis and social deixis, in the short story collection of Kompas "Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi" by Kuntowijoyo. The research is a qualitative study using descriptive methods. The data in this study in the form of words, sentences, and dialogues referring to deixis. Source of data in this study is a collection of short stories of Kompas "Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi" by Kuntowijoyo. Results of this research is in the short story collection of Kompas "Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi" by Kuntowijoyo there are five types of deixis studied were, deixis persona (person), deixis locative, deixis temporal (time), deixis discourse, and deixis social. Deixis found as many as 224 data. Deixis most commonly found are deixis persona (person) with 126 the data, then deixis temporal (time) with 31 data deixis locative with 25 data deixis discourse with 30 data, and the least discovered is deixis social with 12 data. This proves deixis persona (person) is more frequently used because of the many characters who are involved in this short story collection. This research may also be implicated in learning in school and in college that can be used by students as well as students and teachers and lecturers to increase knowledge and understanding of the deixis. Especially in writing or producing short stories. Keywords: deixis, Short Stories
A. Pendahuluan Bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya komunikasi secara langsung, melainkan juga secara tidak langsung. Ketika berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa yang tidak pernah terlepas dari konteks karena konteks yang membuat bahasa itu menjadi bermakna. Apabila ada sesuatu yang didengar oleh orang yang tidak berada dalam konteks yang sama, maka pesan atau komunikasi yang dimaksud tidak akan sampai. Peristiwa ini erat kaitannya dengan kajian pragmatik. Pragmatik merupakan bidang studi yang mengkaji kemampuan pemakai bahasa untuk menghubungkan dan menyerasikan pemaknaan kalimat maupun ujaran sesuai konteks komunikasi, termasuk di dalamnya deiksis. Pemakaian deiksis menjadikan suatu karya menjadi memiliki estetika dan tidak monoton. Karya yang monoton menjadikan karya tidak menarik untuk dibaca. Karena itu deiksis begitu penting pada suatu karya terrmasuk cerita pendek. Perujukan akan selalu berpindah-pindah sesuai dengan pembicara. Kumpulan cerpen juga memiliki deiksis dan konteks, apabila pembaca tidak berada dalam konteks yang sama dengan yang disampaikan pengarang, maka akan sulit untuk menerima makna pengarang, seperti dalam kumpulan cerpen Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo. Ini menjadikan deiksis sebagai komponen wajib dalam suatu karya sehingga pantas untuk diteliti. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2009: 53), metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini, peneliti menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang pemakaian deiksis dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian dan dan pembahasan yang mengkaji jenis-jenis deiksis yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo adalah: 1. Deiksis Persona (Orang) Menurut Agustina (1995: 43), deiksis persona adalah pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa berbahasa. Deiksis persona dengan jelas menerapkan tiga pembagian dasar yang dicontohkan dengan kata ganti orang pertama ( saya ), orang kedua ( kamu ), dan orang ketiga ( dia lakilaki, dia perempuan, atau dia barang/sesuatu ). Deiksis persona (orang) yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo yaitu (a) deiksis persona pertama tunggal; kata saya, (b) deiksis persona pertama jamak; kata kita dan kami, (c) deiksis persona kedua tunggal; kata kau, kamu, dan engkau, (d) deiksis persona ketiga tunggal; kata ia dan dia, dan (e) deiksis persona ketiga jamak; kata mereka dan dua orang itu.. (1) Jangan takut, kaki. Saya ingin tahu kenapa setiap malam kau di sini. (A18) Kalimat (1) merupakan deiksis persona (orang) dengan kata ganti orang pertama tunggal yaitu saya. Dikatakan deiksis persona (orang) dengan kata ganti orang pertama tunggal dikarenakan merujuk kepada orang yang ingin tahu keberadaan tokoh Kaki yang setiap malam di tengah sawah. 2. Deiksis Temporal (Waktu) Menurut Agustina (1995: 46), deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Deiksis waktu mengacu ke waktu berlangsungnya kejadian, baik masa lampau, sekarang, maupun akan datang. Deiksis temporal (waktu) yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo yaitu kata sejak pagi, untuk sementara, waktu itulah, sebelumnya, sejak itu, nanti, terulang untuk ketiga kalinya, baru beberapa hari kemudian, tiba-tiba, hampir tiap malam, besok, dulu, pagi, seminggu kemudian, selama ini, sepanjang malam, hari mulai gelap, selama ini, sekarang, beberapa minggu kemudian, keesokan harinya, matahari terbenam, sekian tahun yang lalu, pada mulanya, tiap malam, dan tiap larut malam. (2) Perempuan yang dikawininya rasa-rasanya ia pernah ketemu sebelumnya, tetapi ia lupa di mana. (A21)
Kalimat (2) menggunakan deiksis temporal (waktu) yaitu sebelumnya. Dikatakan deiksis temporal (waktu) karena merujuk kepada waktu masa lampau (distal) yang dulunya dirasa pernah bertemu dengan yang sekarang jadi isterinya. 3. Deiksis Lokatif (Tempat) Menurut Agustina (1995: 45), deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa. Deiksis lokatif digunakan untuk mengacu tempat berlangsungnya kejadian, baik dekat (proksimal), agak jauh (semi-proksimal), maupun jauh (distal). Sifatnya bisa statis maupun dinamis. Konsep tentang jarak berhubungan erat dengan deiksis tempat, yaitu tempat hubungan antara orang dan bendanya ditunjukan. Deiksis Lokatif (Tempat) yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo yaitu di kamar itu, ke sana, warung itu, itu, di sini, kantor itu, di tempat yang sudah kusiapkan, ruangan sempit itu, di situ, tempat ia jaga, danau itu, tempat itu, ruangan itu, di tempatnya sekarang bekerja, kampung itu, jalan itu, dan rumah itu. (3) Diam-diam Kromo membangun gubug baru di pinggir desa dan pindah ke sana. (A13) Kalimat (3) menggunakan deiksis lokatif (tempat) yaitu ke sana. Dikatakan deiksis lokatif (orang) karena merujuk kepada gubug baru Kromo Busuk di pinggir desa. 4. Deiksis Wacana Menurut Sudaryat (2009: 129) deiksis wacana adalah deiksis yang mengacu pada acuan yang ada dalam wacana dan bersifat intratekstual. Sesuatu yang diacu oleh deiksis itu disebut anteseden. Berdasarkan posisi antesedennya, deiksis endoforis mencakup deiksis anafora dan katafora. Anafora adalah perujukan kepada yang sudah disebutkan. Katafora adalah perujukan kepada yang akan atau belum disebutkan. Deiksis wacana yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo yaitu Kromo busuk... ia, mertuanya laki-laki... laki-laki itu, Kromo... dia, dua orang berpakaian seperti tengkorak... mereka, orang desa... mereka, berpendapat itu urusan pribadi... orang-orang ini, cangkul... ia, aparat keamanan... mereka, lurah... dia, orang itu, Ramon... dia, anjinganjing... mereka, Ustaz Yulianto Ismail... dia, mayat perempuan dan mayat laki-laki... mereka, Sangadi... dia, dua sosok... mereka, perempuan muda... ia, Kim... dia, Pasangan Said... mereka, tombak itu, barang itu, benda itu, barang-barang itu, barang ini, George Hatings... dia, bunga-bunga itu. (4) Namanya Kromo Busuk. Disebut busuk karena baunya. Entah karena... Kabarnya ia pernah kawin dan punya anak di desa lain. (A02) Kalimat (4) menggunakan deiksis wacana anafora yaitu Kromo Busuk... ia. Dikatakan deiksis wacana anafora karena perujukannya (ia) kepada yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu Kromo Busuk. 5. Deiksis Sosial Menurut Agustina (1995: 50) deiksis sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial yang dimiliki oleh pemeran serta berbahasa, terutama aspek sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksudkan dalam pembicaraan itu. Deiksis sosial yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo yaitu sekdes, lurah, orang brewok, Sri Sultan, bangsawan, let., pembantu, orang pintar, ketua RT, camat, dan pensiunan kapten. (5) Dia segera memanggil sekdes dan tanpa diundang para tetangga datang. (B06) Kalimat (5) menggunakan deiksis sosial yang tergolong pada jabatan yaitu sekdes. Dikatakan deiksis sosial karena mengacu kepada seseorang yang memiliki jabatan sebagai sekdes yang dipanggil oleh Pak Pei. D. Kesimpulan pemakaian deiksis dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo dapat disimpulkan bahwa deiksis yang ditemukan sebanyak 224 data. Deiksis yang paling banyak ditemukan adalah deiksis persona (orang) dengan 126 yaitu kata ia, kau, mereka, saya, kita, dia, kamu, engkau, dua orang itu, dan kami.
Deiksis temporal (waktu) ditemukan sebanyak 31 data yaitu kata sejak pagi, untuk sementara, waktu itulah, sebelumnya, sejak itu, nanti, terulang untuk ketiga kalinya, baru beberapa hari kemudian, tiba-tiba, hampir tiap malam, besok, dulu, pagi, seminggu kemudian, selama ini, sepanjang malam, hari mulai gelap, selama ini, sekarang, beberapa minggu kemudian, keesokan harinya, matahari terbenam, sekian tahun yang lalu, pada mulanya, tiap malam, dan tiap larut malam. Deiksis lokatif (tempat) ditemukan sebanyak 25 data yaitu di kamar itu, ke sana, warung itu, itu, di sini, kantor itu, di tempat yang sudah kusiapkan, ruangan sempit itu, di situ, tempat ia jaga, danau itu, tempat itu, ruangan itu, di tempatnya sekarang bekerja, kampung itu, jalan itu, dan rumah itu. Begitu pula deiksis wacana juga ditemukan sebanyak 30 data yaitu Kromo busuk... ia, mertuanya laki-laki... laki-laki itu, Kromo... dia, dua orang berpakaian seperti tengkorak... mereka, orang desa... mereka, berpendapat itu urusan pribadi... orang-orang ini, cangkul... ia, aparat keamanan... mereka, lurah... dia, orang itu, Ramon... dia, anjing-anjing... mereka, Ustaz Yulianto Ismail... dia, mayat perempuan dan mayat laki-laki... mereka, Sangadi... dia, dua sosok... mereka, perempuan muda... ia, Kim... dia, Pasangan Said... mereka, tombak itu, barang itu, benda itu, barang-barang itu, barang ini, George Hatings... dia, bunga-bunga itu. Sedangkan yang paling sedikit dipergunakan adalah deiksis sosial yang hanya dipergunakan dalam kumpuan cerpen ini sebanyak 12 data yaitu sekdes, lurah, orang brewok, Sri Sultan, bangsawan, let., pembantu, orang pintar, ketua RT, camat, dan pensiunan kapten. Ini membuktikan deiksis persona (orang) lebih sering dipergunakan karena banyaknya tokoh yang terlibat dalam kumpulan cerpen ini. Dalam kumpulan cerpen Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo ini, makna deiksis yang dipergunakan merupakan makna yang referen/acuannya dapat berpinah-pindah atau berubah. Ini tergantung pada konteksnya, siapa dan kepada siapa tuturan itu dilakukan. Karena itulah pemaknaan deiksis tidak pernah terlepas dari konteks. E. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama kepada guru untuk membantu proses belajar dan mengajar dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pemakaian deiksis dalam wacana. Seperti pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester 2, tepatnya dalam kurikulum KTSP pada SK 16 mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen dan KD 16.1 menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) maupun dalam KD 16.2 menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar). Kedua, pemakaian deiksis dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi mencakup jenis-jenis deiksis yang digunakan oleh penulis cerpen yang merupakan aplikasi dari ilmu kebahasaan. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman siswa dan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu kebahasaan tersebut dalam menulis. Ketiga, temuan dan hasil penelitian terhadap pemakaian deiksis dalam kumpulan cerpen Kompas Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi karya Kuntowijoyo dapat menjadi pedoman bagi pengarang agar lebih kreatif dalam menggunakan deiksis sehingga cerpen yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan tidak monoton. F. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas terhadap pemakaian deiksis, maka penulis menyarankan sebagai berikut; pertama, bagi pengarang agar selektif dan tepat dalam pemakaian deiksis dalam menulis sebuah wacana agar pesan yang ingin disampaikan dapat sesuai diterima oleh pembaca. Kedua, bagi guru dan dosen yang mengajarkan materi tentang menulis perlu meningkatkan pemahaman kritis terhadap wacana terutama dalam menulis cerpen. Peningkatan pemahaman ini dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan menulis. G. Kepustakaan Agustina. 1995. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Buku ajar. Padang. FBSS IKIP Padang. Kuntowijoyo. 2013. Kumpulan Cerpen Kompas Kuntowijoyo: Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi. Jakarta: KOMPAS.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya. Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.