BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengukuran risiko..., Yulianto Kartiko, FE UI, 2008

Sekilas Implementasi Basel II

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan (opportunity). Sedangkan ketidakpastian yang berdampak. merugikan dikenal dengan istilah resiko (risk).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. aspek-aspek yang relevan dengan fenomena dari dua perspektif, baik dari sisi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

Sekilas Implementasi Basel II

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

1. Dalam prinsip One Obligor, yang diperhitungkan untuk forex line adalah sebesar : Baki debet. Baki debet dan limit kredit.

RISK BASED CAPITAL : Dari Basel I menuju Basel II. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi atau volatilitas pasar yang semakin meningkat akan mempengaruhi

BAB 1. dengan sifat bank sebagai lembaga yang highly geared. berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnigs, Capital).

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pendekatan Perhitungan Risiko Operasional

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

7 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Perbankan adalah lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengaruh..., Nurani Agustina, FE UI, 2009 Universitas Indonesia


BAB V PENUTUP. Devisa periode dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara piha

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar berada pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. aset tidak berwujud (intangible asset). Intellectual capital merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KOMPONEN RISK BASED BANK RATING TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dari sebuah lembaga keuangan seperti peran perbankan sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK (PENDEKATAN RGEC) PADA BANK RAKYAT INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti menguraikan ulasan mengenai jenis penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

MANAJEMEN RISIKO TENTANG ANALISIS MANAJEMEN BANK CENTURY (PROFIL RISK, GCG, RENTABILITAS DAN CAPITAL)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Perbankan yang profitable akan menyokong perekonomian untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan usaha yang kegiatan utamanya mengandalkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROFIL RISIKO BANK DAN PERBEDAAN PROFIL RISIKO ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Risiko

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah dengan berpedoman pada Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. Faktor lingkungan berperan penting bagi perusahaan terutama. dalam pemilihan arah dan formulasi strategi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

AGUS KURNIAWAN( ) & SUSILOWATI DYAH KUSUMANINGTYAS SE. MM.

BAB III. Metode Penellitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK

BAB I PENDAHULUAN. Selain untuk mencari keuntungan, tujuan dari kegiatan bisnis juga untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Analisis Pembiayaan Proyek Hulu Migas dengan pendekatan Probabilistik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Maria Sibuea EB11 Pembimbing : Agustin Rusianasari, SE., MM

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diatas, berikut adalah tabel perhitungan RWA untuk masing-masing metode, yaitu: 1. Berdasarkan portfolio CRR (Customer Risk Rating) pada Grafik 5.8. Profil CRR pada asset class LC, NBFI, dan SME, dapat menggambarkan Probablility of Default masing-masing customer tersebut. Dapat terlihat bahwa portfolio terbesar CRR terdapat pada kelompok risk class 6, sebesar Rp. 45.71 T (dengan total jumlah customer sebanyak 75 customer). Kemudian Risk Class kedua terbesar adalah 13, dengan total outstanding sebanyak Rp. 36.47 T (dengan total customer sebanyak 142 customer). 2. Hal diatas menunjukkan bahwa secara outstanding, portfolio untuk jumlah outstanding terbesar berada pada risk class yang masih dalam kategori baik (yaitu risk class 6), namun apabila dilihat dari jumlah customer, maka portfolio jumlah perusahaan yang dirating, namun masih menggunakan laporan keuangan un-audited masih banyak, hal ini terlihat dari komposisi jumlah customer yang masuk ke dalam kategori risk class 13, sehingga kualitas rating yang dihasilkan menjadi tidak maksimal dibandingkan perusahaan yang telah dirating menggunakan laporan keuangan audited. 75

3. Dari hasil perhitungan RWA masing-masing Metoda Basel II (Standardized Approach, Foundation-IRB, dan Advance-IRB), maka dapat dilihat hasilnya pada tabel dibawah ini : Tabel.6.1. Hasil Perhitungan RWA dari masing-masing Metoda Basel II Metode Total RWA Selisih Nilai Standardized Approach 22,598,358,254,406 RWA F-IRB/A-IRB vs SA Foundation IRB 22,389,597,671,417 208,760,582,989 RWA A-IRB vs F-IRB Advanced IRB 17,797,555,708,385 4,800,802,546,021 4,592,041,963,032 4. Dengan menggunakan metoda Advance Internal Rating Based (IRB), maka Bank dapat menghasilkan nilai RWA yang semakin kecil, yaitu Rp.17,79 T. 5. Selisih nilai RWA antara perhitungan dengan menggunakan metoda Foundation IRB dan Standardized Approach adalah Rp. 0,21 T, dan apabila dibandingkan dengan menggunakan metoda Advance IRB dan Standardized Approach, maka selisih yang dihasilkan jauh lebih besar yaitu Rp. 4,8 T. 6. Sehingga selisih antara perhitungan dengan metoda Foundation IRB dan Advanced IRB adalah sebesar Rp. 4,59 T. 7. Maka apabila Bank mengimplementasikan metoda Foundation IRB, maka Bank dapat menghemat cukup RWA sebesar Rp. 0,21 T, hal ini merupakan langkah yang baik, karena CAR (Capital Adequacy Ratio) yang akan dihasilkan oleh Bank akan meningkat, dengan menggunakan nilai modal yang sama. 76

8. Dengan nilai CAR yang lebih tinggi, artinya Bank masih mempunyai ruang untuk tumbuh mengembangkan bisnisnya, baik di aktivitas kredit, market, dan operasionalnya. Dalam meningkatkan aktivitas kredit, Bank mempunyai modal yang lebih untuk dapat memberikan atau menyalurkan kredit ke customernya, sehingga apabila Bank dapat menjaga kualitas kreditnya dengan baik, maka Bank akan mendapatkan laba yang lebih baik lagi. 9. Dampak implementasi Basel II terhadap modal Bank menjadi suatu yang penting, dan sebaiknya dianalisa sejak dini agar dapat melakukan penilaian serta meningkatkan efektifitas penerapan manajemen risiko secara optimal dengan memanfaatkan insentif yang ada. Dari hasil analisa, penurunan CAR bisa sampai terjadi bagi bank yang risikonya memang lebih besar, khususnya Bank yang mempunyai portfolio segment Wholesale, untuk itu perlu dilakukan kajian mendalam mengenai persiapan perhitungan modal Bank dengan menggunakan metode yang lebih tinggi, baik Foundation IRB dan Advance IRB 10. Rencana Implementasi Basel II di PT Bank UOB Indonesia, menuntut kesiapan internal Bank, baik secara sumber daya manusia, sistem, internal model credit risk dan framework yang baik, sehingga perlu dipersiapkan hal tersebut secara matang dan berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar apabila Bank telah siap untuk mengajukan implementasi IRB kepada Bank Indonesia, maka segala kemungkinan telah diperhitungkan secara matang. 11. Melalui implementasi Basel II, Bank pada dasarnya juga ingin meningkatkan aspek manajemen risiko dengan meningkatkan awareness dari aktivitas 77

kreditnya untuk meningkatkan nilai tambah bagi shareholder dan stakeholder. Implementasi Basel II juga memungkinkan adanya pengaturan yang disebut national descretion, yaitu suatu pertimbangan yang diputuskan oleh otoritas pengawas setempat yang mempertimbangkan kondisi dan kompleksitas dari produk perbankan Indonesia. 6.2. Saran Terdapat beberapa saran dapat disampaikan oleh penulis, antara lain: 1. Terdapat aspek prioritas sebelum mengadopsi Basel II dalam Perbankan, khususnya metode Internal Rating Based (IRB), yaitu kesiapan sumber daya manusia baik yang dapat mempersiapkan pembangunan dan pengembangan internal model, validator, serta expert rating yang cukup. Kesiapan kedua yang juga penting adalah framework dan infrastruktur. Dengan adanya timeline dan framework yang jelas, setiap individu yang berperan dalam implementasi Basel II ini mempunyai tujuan dan arah yang jelas. Infrastruktur berupa sistem yang siap juga diperlukan agar proses perhitungan yang akan dilakukan oleh Business unit dapat membawa perubahan dalam proses kredit dan perhitungan modal. 2. Dengan mempertimbangkan kondisi internal Bank sendiri, maka saran penulis, Bank harus menetapkan target yang realistis dengan meletakkan framework implementasi Basel II dan timeline yang dapat dijalankan. Untuk itu pendekatan yang sudah dilakukan saat ini yaitu pendekatan yang paling 78

sederhana, Standardized Approach, dapat terus dilakukan secara baik, sehingga perhitungan yang disampaikan kepada regulator dapat lebih tepat. 3. Dengan adanya persiapan perhitungan menggunakan Foundation IRB, dan telah dibuktikan dengan analisa diatas bahwa simulasi perhitungan Foundation IRB dan Advance IRB dapat menghasilkan nilai RWA Credit Risk yang lebih kecil, artinya Bank akan mempunyai ruang gerak aktivitas kredit lebih banyak dengan modal yang sama. Untuk itu aktivitas persiapan implementasi tersebut perlu dilanjutkan secara kompherensif. 4. Untuk analisa perhitungan rating untuk perusahaan yang masih menggunakan laporan keuangan un-audited, maka disarankan pihak terkait, terutama Business Unit untuk segera mengupdate rating atau melakukan rating ulang dengan menggunakan laporan keuangan audited yang telah disampaikan oleh customer, sehingga dapat mengurangi portfolio hasil CRR yang masuk kedalam risk class 12-16 (kurang baik), dan dapat menunjukkan hasil risk class customer yang sebenarnya. 5. Perlu dilakukam review rating (kalibrasi rating) secara komphrehensif minimal 1 (satu) tahun sekali agar hasil rating dengan hasil prediksi rating mempunyai slope yang masih dalam batas normal (tidak bertentangan). 6. Untuk penelitian selanjutnya, khususnya untuk perhitungan Foundation IRB, dapat dianalisa customer yang mempunyai cash collateral dan hasil perhitungan LGD setelah dikurangi oleh cash collateral tersebut, sehingga nilai LGD dapat lebih baik, yang akan mengakibatkan nilai RWA yang lebih kecil. 79