BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diatas, berikut adalah tabel perhitungan RWA untuk masing-masing metode, yaitu: 1. Berdasarkan portfolio CRR (Customer Risk Rating) pada Grafik 5.8. Profil CRR pada asset class LC, NBFI, dan SME, dapat menggambarkan Probablility of Default masing-masing customer tersebut. Dapat terlihat bahwa portfolio terbesar CRR terdapat pada kelompok risk class 6, sebesar Rp. 45.71 T (dengan total jumlah customer sebanyak 75 customer). Kemudian Risk Class kedua terbesar adalah 13, dengan total outstanding sebanyak Rp. 36.47 T (dengan total customer sebanyak 142 customer). 2. Hal diatas menunjukkan bahwa secara outstanding, portfolio untuk jumlah outstanding terbesar berada pada risk class yang masih dalam kategori baik (yaitu risk class 6), namun apabila dilihat dari jumlah customer, maka portfolio jumlah perusahaan yang dirating, namun masih menggunakan laporan keuangan un-audited masih banyak, hal ini terlihat dari komposisi jumlah customer yang masuk ke dalam kategori risk class 13, sehingga kualitas rating yang dihasilkan menjadi tidak maksimal dibandingkan perusahaan yang telah dirating menggunakan laporan keuangan audited. 75
3. Dari hasil perhitungan RWA masing-masing Metoda Basel II (Standardized Approach, Foundation-IRB, dan Advance-IRB), maka dapat dilihat hasilnya pada tabel dibawah ini : Tabel.6.1. Hasil Perhitungan RWA dari masing-masing Metoda Basel II Metode Total RWA Selisih Nilai Standardized Approach 22,598,358,254,406 RWA F-IRB/A-IRB vs SA Foundation IRB 22,389,597,671,417 208,760,582,989 RWA A-IRB vs F-IRB Advanced IRB 17,797,555,708,385 4,800,802,546,021 4,592,041,963,032 4. Dengan menggunakan metoda Advance Internal Rating Based (IRB), maka Bank dapat menghasilkan nilai RWA yang semakin kecil, yaitu Rp.17,79 T. 5. Selisih nilai RWA antara perhitungan dengan menggunakan metoda Foundation IRB dan Standardized Approach adalah Rp. 0,21 T, dan apabila dibandingkan dengan menggunakan metoda Advance IRB dan Standardized Approach, maka selisih yang dihasilkan jauh lebih besar yaitu Rp. 4,8 T. 6. Sehingga selisih antara perhitungan dengan metoda Foundation IRB dan Advanced IRB adalah sebesar Rp. 4,59 T. 7. Maka apabila Bank mengimplementasikan metoda Foundation IRB, maka Bank dapat menghemat cukup RWA sebesar Rp. 0,21 T, hal ini merupakan langkah yang baik, karena CAR (Capital Adequacy Ratio) yang akan dihasilkan oleh Bank akan meningkat, dengan menggunakan nilai modal yang sama. 76
8. Dengan nilai CAR yang lebih tinggi, artinya Bank masih mempunyai ruang untuk tumbuh mengembangkan bisnisnya, baik di aktivitas kredit, market, dan operasionalnya. Dalam meningkatkan aktivitas kredit, Bank mempunyai modal yang lebih untuk dapat memberikan atau menyalurkan kredit ke customernya, sehingga apabila Bank dapat menjaga kualitas kreditnya dengan baik, maka Bank akan mendapatkan laba yang lebih baik lagi. 9. Dampak implementasi Basel II terhadap modal Bank menjadi suatu yang penting, dan sebaiknya dianalisa sejak dini agar dapat melakukan penilaian serta meningkatkan efektifitas penerapan manajemen risiko secara optimal dengan memanfaatkan insentif yang ada. Dari hasil analisa, penurunan CAR bisa sampai terjadi bagi bank yang risikonya memang lebih besar, khususnya Bank yang mempunyai portfolio segment Wholesale, untuk itu perlu dilakukan kajian mendalam mengenai persiapan perhitungan modal Bank dengan menggunakan metode yang lebih tinggi, baik Foundation IRB dan Advance IRB 10. Rencana Implementasi Basel II di PT Bank UOB Indonesia, menuntut kesiapan internal Bank, baik secara sumber daya manusia, sistem, internal model credit risk dan framework yang baik, sehingga perlu dipersiapkan hal tersebut secara matang dan berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar apabila Bank telah siap untuk mengajukan implementasi IRB kepada Bank Indonesia, maka segala kemungkinan telah diperhitungkan secara matang. 11. Melalui implementasi Basel II, Bank pada dasarnya juga ingin meningkatkan aspek manajemen risiko dengan meningkatkan awareness dari aktivitas 77
kreditnya untuk meningkatkan nilai tambah bagi shareholder dan stakeholder. Implementasi Basel II juga memungkinkan adanya pengaturan yang disebut national descretion, yaitu suatu pertimbangan yang diputuskan oleh otoritas pengawas setempat yang mempertimbangkan kondisi dan kompleksitas dari produk perbankan Indonesia. 6.2. Saran Terdapat beberapa saran dapat disampaikan oleh penulis, antara lain: 1. Terdapat aspek prioritas sebelum mengadopsi Basel II dalam Perbankan, khususnya metode Internal Rating Based (IRB), yaitu kesiapan sumber daya manusia baik yang dapat mempersiapkan pembangunan dan pengembangan internal model, validator, serta expert rating yang cukup. Kesiapan kedua yang juga penting adalah framework dan infrastruktur. Dengan adanya timeline dan framework yang jelas, setiap individu yang berperan dalam implementasi Basel II ini mempunyai tujuan dan arah yang jelas. Infrastruktur berupa sistem yang siap juga diperlukan agar proses perhitungan yang akan dilakukan oleh Business unit dapat membawa perubahan dalam proses kredit dan perhitungan modal. 2. Dengan mempertimbangkan kondisi internal Bank sendiri, maka saran penulis, Bank harus menetapkan target yang realistis dengan meletakkan framework implementasi Basel II dan timeline yang dapat dijalankan. Untuk itu pendekatan yang sudah dilakukan saat ini yaitu pendekatan yang paling 78
sederhana, Standardized Approach, dapat terus dilakukan secara baik, sehingga perhitungan yang disampaikan kepada regulator dapat lebih tepat. 3. Dengan adanya persiapan perhitungan menggunakan Foundation IRB, dan telah dibuktikan dengan analisa diatas bahwa simulasi perhitungan Foundation IRB dan Advance IRB dapat menghasilkan nilai RWA Credit Risk yang lebih kecil, artinya Bank akan mempunyai ruang gerak aktivitas kredit lebih banyak dengan modal yang sama. Untuk itu aktivitas persiapan implementasi tersebut perlu dilanjutkan secara kompherensif. 4. Untuk analisa perhitungan rating untuk perusahaan yang masih menggunakan laporan keuangan un-audited, maka disarankan pihak terkait, terutama Business Unit untuk segera mengupdate rating atau melakukan rating ulang dengan menggunakan laporan keuangan audited yang telah disampaikan oleh customer, sehingga dapat mengurangi portfolio hasil CRR yang masuk kedalam risk class 12-16 (kurang baik), dan dapat menunjukkan hasil risk class customer yang sebenarnya. 5. Perlu dilakukam review rating (kalibrasi rating) secara komphrehensif minimal 1 (satu) tahun sekali agar hasil rating dengan hasil prediksi rating mempunyai slope yang masih dalam batas normal (tidak bertentangan). 6. Untuk penelitian selanjutnya, khususnya untuk perhitungan Foundation IRB, dapat dianalisa customer yang mempunyai cash collateral dan hasil perhitungan LGD setelah dikurangi oleh cash collateral tersebut, sehingga nilai LGD dapat lebih baik, yang akan mengakibatkan nilai RWA yang lebih kecil. 79