BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Gycine max (L) Merrill) merupakan komoditas pangan utama bagi masyarakat Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan harga yang relatif terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Selain sebagai bahan makanan pokok kedelai juga merupakan bahan utama industri pakan ternak. Oleh karena itu, kedelai mempunyai peran dan sumbangan yang besar bagi penyediaan bahan pangan bergizi (Adisarwanto, 2005). Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya konsumsi per kapita mengakibatkan sebagian besar kedelai harus diimpor karena produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan. dengan tingkat konsumsi 8,10 kg/kapita/tahun pada tahun 2005 dan produksi 808.353 ton (BPS 2006), diperlukan impor kedelai 62% atau sekitar 1,20 juta t/tahun (FAOSTAT 2005). Impor kedelai pada tahun 2007 bahkan mencapai 1,30 juta ton karena produksi kedelai dalam negeri menurun menjadi 608.262 ton ( Ginting dkk,. 2009). Konsumsi kedelai Nasional Pada tahun 2011 dapat mencapai 2,24 juta ton namun, kapasitas kedelai nasional tahun 2011 hanya bisa menghasilkan 851 ribu ton dari areal tanaman kedelai dengan luas tanah 622 ribu hektar. Sementara ditahun 2011, Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 2,09 juta. Permintaan kebutuhan kedelai semakin meningkat sehingga pemerintah Indonesia melakukan impor untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negri. Perbandingan luas panen, 1
produktivitas dan produksi kedelai 5 tahun terakhir di Indonesia dapat dilihat pada Tabel berikut ( Pusat Data dan Sistem Informasi, 2013). Tabel 1. Perbandingan Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Indonesia tahun 2010-2014 Tahun Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Luas lahan (ha) 660.283 622.254 567.624 550.793 615.019 Produktivitas (ton/ha) 1,373 1,368 1,485 1,416 1,551 Produksi (ton) 907.031 851.286 843.153 779.992 953.956 (Badan Pusat Statistik, 2015) Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2010 sampai 2014 produktivitas serta produksi kedelai di Indonesia mengalami peningkatan (Badan Pusat Statistik, 2015). Peningkatan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri sehingga produksi kedelai dapat dikatakan masih rendah. Rendahnya produksi kedelai diakibatkan oleh beberapa hal yaitu sebagian besar petani membiarkan tanaman kedelai tumbuh tanpa dirawat karena lebih memilih pekerjaan yang lainnya untuk menambah kebutuhan keluarga. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya volume impor kedelai di Indonesia, antara lain produksi kedelai dalam negeri dan harga kedelai dunia. Produksi kedelai dapat mempengaruhi volume impor di Indonesia karena semakin tinggi produksi kedelai dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, sehingga pemerintah hanya perlu mengimpor kedelai sesuai dengan kebutuhan kedelai yang belum tercukupi. Pada kenyataannya produksi kedelai 2
dalam negeri belum memenuhi kebutuhan konsumsi oleh sebab itu pemerintah melakukan impor untuk menutupi kebutuhan kedelai dalam negeri. (Destasari, 2015). Masalah lainnya yang bisa menyebabkan rendahnya produksi kedelai antara lain penggunaan varietas kedelai yang tidak unggul. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dengan menggunakan varietas kedelai yang unggul. Berbagai cara dapat dilakukan guna meningkatkan hasil kedelai yaitu meliputi perbaikan teknik budidaya, penanaman, jenis kedelai yang memiliki varietas unggul, pemeliharaan, hingga proses panen dan pasca panen. Salah satu pemeliharaan tanaman yang penting untuk dilakukan yaitu penyiangan gulma pada tanaman karena jika gulma dibiarkan dapat menurunkan produksi dari hasil tanaman yang telah dibudidayakan ( Moenandir, 1993). Gulma dapat menjadi kompetitor unsur hara, air, cahaya matahari, ruang tumbuh, oksigen dan karbondioksida bagi produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian akibat persaingan dengan gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma yang ada. Gulma yang sering dijumpai di pertanaman kedelai dan termasuk kategori gulma berbahaya dan sangat merugikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian gulma secara tepat (Hendrival dkk., 2013). Petani dalam mengatasi gulma biasanya menggunakan herbisida. Namun, herbisida tersebut dapat menimbulkan hal negatif terhadap makhluk hidup. Oleh karena itu perlu melakukan alternatif yang lainnya yang lebih baik untuk 3
menanggulangi gulma yaitu dengan melakukan penyiangan. Penyiangan menjelang dan selama periode kritis akan mencegah kerugian atau pengurangan hasil akibat kompetisi terhadap gulma (Budi dan Hajoeningtijas, 2013) Penggunaan varietas yang baik dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi kedelai. Terdapat beberapa varietas unggul yang ada di Indonesia antara lain yaitu varietas gema, varietas gepak kuning dan varietas grobagan. Varietas tersebut merupakan varietas berumur genjah atau memilki umur panen yang pendek yaitu dibawah 79 hari (Rahajeng & Adie, 2013). Menurut Wulandari (2013), kedelai tumbuh optimal pada ketinggian 0-900 m dpl. Kedelai mampu tumbuh dengan baik dalam keadaan curah hujan yang rendah dan suhu udara yang tinggi ( Mulyasari, 2011). Namun Informasi tentang varietas kedelai yang tahan terhadap kompetisi gulma di daerah dataran rendah masih sangat sedikit, oleh karena itu perlu diteliti tentang nilai kompetisi beberapa varietas kedelai berumur genjah yang mampu berkompetisi terhadap gulma dengan perlakuan frekuensi penyiangan gulma di dataran rendah. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kemampuan kompetisi tiga varietas kedelai terhadap perlakuan frekuensi penyiangan gula. b. Bagaimana pengaruh interaksi varietas kedelai yang diuji dan frekuensi penyiangan gulma terhadap pertumbuhan serta hasil kedelai 1.3. Tujuan Penelitian 4
Dengan adanya perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui kemampuan kompetisi tiga varietas kedelai terhadap perlakuan frekuensi penyiangan gulma. b. Mengetahui pengaruh interaksi varietas kedelai yang diuji dan frekuensi penyiangan gulma terhadap pertumbuhan serta hasil kedelai. 1.4. Hipotesis Penelitian a. Diduga ada varietas kedelai yang mempunyai kemampuan kompetisi yang lebih tinggi terhadap frekuensi penyiangan gulma. b. Ada pengaruh interaksi yang nyata antara varietas kedelai dan frekuensi penyiangan gulma tehadap pertumbuhan dan hasil kedelai. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu : a. Memberikan informasipada masyarakat khususnya petani tentang varietas kedelai yang mampu berkompetisi dengan frekuensi penyiangan gulma sehingga dapat menaikan hasil kedelai serta dapat meningkatkan pendapatan petani. b. Sebagai informasi awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 5