1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah. Era Otonomi Daerah ditafsirkan sebagai penambahan. pelayanan prima kepada masyarakat.

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN DALAM MODEL PERBAIKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU (1) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

ANALISIS STRATEGI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI (KPE) BAGANSIAPIAPI DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: Perkembangan, kontribusi, perikanan, PDRB

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

RAPAT PERSIAPAN RAKORTEK KEGIATAN PENGEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN TAHUN ANGGARAN 2018

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Rokan Hilir

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

f f f i I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar masih

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penduduk Indonesia yang mempunyai mata pencaharian nelayan dan budidaya perikanan mencapai lebih 5,8 juta orang. Sebagian besar dari nelayan dan petani budidaya perikanan tersebut kini masih hidup di bawah garis kemiskinan. Banyaknya nelayan yang masih hidup dibawah garis kemiskinan ini tidak sejajar bila dilihat dari peningkatan kontribusi perikanan terhadap GDP nasional tahun 2009 sebesar 3,12%, dan hingga akhir 2010 mencapai 3,14% atau setara 148,16 triliun rupiah (diolah dari Perikanan dan Kelautan Dalam Angka Tahun 2009). Seperti dikemukakan Dahuri (2004), sumbangan subsektor kelautan dan perikanan secara keseluruhan sekitar 20,06% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 1998, sedangkan subsektor perikanan pada tahun 2004 menyumbang 15,0% terhadap PDB sektor pertanian berdasarkan harga konstan tahun 2000 (BPS, 2004). Pada saat yang sama China dan Korea yang potensi sumberdaya kelautan dan perikanannya lebih kecil, sektor perikanan menyumbang PDB masing-masing sebesar 48,4% dan 54,0%. Dengan kata lain, sumberdaya kelautan dan perikanan kita belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pembangunan ekonomi bangsa dan negara. Mencermati pembangunan ekonomi nasional Indonesia selama ini, secara empiris pembangunan sektor kelautan dan perikanan masih kurang mendapat perhatian dan masih diposisikan sebagai sektor pinggiran. Kondisi ini sangat ironis karena hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia atau The largest archipelago country in the world. (Bappenas: dalam Marginal Fishing Community Development Pilot/MFCDP 2004) Subsektor perikanan dengan potensi sumberdaya ikan yang begitu besar memiliki peran strategis dalam pembangunan perikanan Indonesia yang dapat memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan nasional, terutama dalam memacu pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan

kesejahteraan nelayan. Namun, sampai saat ini pembangunan perikanan tersebut belum secara signifikan memberikan kontribusi ekonomi yang berarti bagi pembangunan nasional tersebut (Setiawan, 2007). Data lain tentang kemiskinan nelayan dilaporkan Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) bahwa dari 8.090 desa pesisir di Indonesia sebanyak 3,91 juta KK (16,42 juta jiwa) penduduknya termasuk ke dalam peduduk miskin dengan Poverty Headcount Index (PHI) sebesar 0,32. Kemiskinan nelayan diduga sangat berkaitan dengan karakteristik sumberdaya ikan, kualitas sumberdaya manusia, sarana-prasarana, serta terbatasnya akses nelayan terhadap modal, teknologi dan pasar. Selain itu adalah struktur sosial masyarakat nelayan yang umumnya dicirikan dengan kentalnya hubungan patron-klien. Hubungan ini menimbulkan kesenjangan pendapatan yang sangat memprihatinkan diantara nelayan pemilik (patron) dan nelayan buruh/ pandega (client). Gambaran suram serupa terjadi pada kehidupan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Kabupaten Rokan Hilir yang berpenduduk 551.402 jiwa, mempunyai penduduk miskin 124.016 jiwa yang tergabung dalam 28.042 rumah tangga atau KK. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 48% atau 59.528 jiwa di antaranya adalah masyarakat nelayan yang berada di 4 (empat) kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Bangko, Kubu, Sinaboi dan Pasir Limau Kapas. Sebagian besar pendapatan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir berkisar antara Rp250.000 s/d Rp750.000. per bulan, berada dibawah UMR Provinsi Riau sebesar Rp 800.000. (Pergub Riau nomor 38 Tahyn 2007) Kondisi masyarakat ini sebenarnya sangat ironis, mengingat Kabupaten Rokan Hilir mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Selain secara geografis letaknya yang strategis di Selat Malaka, kabupaten ini menghasilkan ikan segar, udang maupun hasil olahan (seperti ikan kering/ asin, udang kering/ebi) yang dapat diekspor ke Malaysia dan Singapura setelah melalui proses pembekuan dan pengemasan yang baik. Permasalahan utama tidak berkembangnya usaha perikanan di Kabupaten Rokan Hilir adalah karena terbatasnya sarana dan prasarana perikanan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, lemahnya akses masyarakat terhadap modal dan 2

pasar, belum adanya kebijakan publik yang berpihak kepada nelayan terutama nelayan kecil, dan belum kondusifnya faktor-faktor pendukung industri perikanan yang berorientasi ekspor. Selain itu, alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan selama ini belum pernah dilakukan analisis secara finansial untuk mengetahui apakah alat-alat tersebut masih layak dioperasikan dalam menghasilkan benefit untuk memberi pendapatan kepada nelayan. Perbaikan kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir diperlukan suatu strategi yang cocok dengan karakteristik dan permasalahan di sana. Mengingat tingkat permasalahan yang sangat rumit, maka diperlukan pendekatan dan analisis yang bersifat holistik dan komprehensif dimulai dari pengukuran tingkat kesejahteraan nelayan menggunakan indikator yang sesuai, analisis dari sisi kelayakan finansial usaha penangkapan ikan yang digunakan nelayan serta menggunakan pemodelan terstruktur untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagan Siapiapi yang merupakan ibukota Kabupaten Rokan Hilir, pada masa lampau adalah penghasil ikan terbesar kedua di dunia (http://www.bagansiapiapi.net/id/sejarah.php), namun saat ini sekitar 48% dari 95.894 jiwa penduduk miskin di Kabupaten Rokan Hilir (46.029 jiwa) adalah masyarakat pesisir yang tinggal di sepanjang pantai. Tingkat kesejahteraan mereka ditengarai relatif lebih rendah dari masyarakat di sektor lainnya. Di samping ketertinggalan secara ekonomi, mereka juga tertinggal secara sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi serta lingkungan/kesehatan. Kondisi yang demikian menyebabkan potensi sumberdaya perikanan yang ada tidak bisa dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal, yang berdampak akhir kepada kemiskinan dan ketertinggalan yang berkesinambungan. Bahkan ada kecenderungan ketertinggalan tersebut membuat kondisi sumberdaya alam menjadi terancam kerusakan yang disebabkan oleh mendesaknya kebutuhan hidup dan ketidaktahuan cara pengelolaan serta pemanfaatannya. Pengelolaan 3

Perikanan memerlukan dasar informasi untuk membuat kebijakan yang diperlukan. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti kondisi terkini perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. 2) Telah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak terutama Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan, namun hasilnya belum dapat merubah kondisi yang dijelaskan dalam butir 1 diatas. 3) Untuk mengatasi masalah yang kronis tersebut diperlukan adanya upayaupaya strategis yang diawali dengan suatu kajian/identifikasi dan evaluasi tentang keragaan usaha perikanan di Kabupaten Rokan Hilir saat ini secara holistik dari hulu sampai ke hilir. Kajian tersebut diharapkan dapat memotret potensi dan permasalahan yang ada, upaya-upaya yang telah dilakukan, hasil dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Selanjutnya dari analisis ini diharapkan akan muncul rekomendasi dan model pengembangan yang kompatibel dengan potensi lokal, serta faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan merumuskan kebijakan pembangunan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dalam rangka perbaikan kesejahteraan nelayan dengan ; 1) Mengukur indikator kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir. 2) Menganalisis aspek finansial usaha penangkapan ikan. 3) Menganalisis interaksi faktor-faktor penentu yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir. Dari penelitian diharapkan akan diperoleh sejumlah manfaat, yaitu: 1) Manfaat bagi Pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan tentang peningkatan kesejahteraan nelayan 2) Manfaat bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini menjadi bahan studi lanjutan untuk mengkaji usaha peningkatan kesejahteraan nelayan. 4

3) Manfaat bagi masyarakat pesisir (nelayan), hasil penelitian ini sebagai informasi tentang upaya peningkatan kesejahteraan nelayan yang sesuai untuk pemberdayaan nelayan. 1.4 Hipotesis Hipotesis adalah sesuatu yg dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. (http://kamusbahasaindonesia.org). Pengertian lain menyebutkan : a supposition or proposed explanation made on the basis of limited evidence as a starting point for further investigation (http://oxforddictionaries.com). Hipotesis adalah penjelasan dugaan atau usulan penjelasan yang dibuat berdasarkan bukti terbatas sebagai titik awal untuk melakukan investigasi lebih lanjut. Hipotesis disusun untuk memberikan jawaban atau penjelasan terhadap tujuan dalam suatu penelitian, berdasarkan pengertian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Tingkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir Rendah, diukur dari indikator pendapatan rumah tangga nelayan, tingkat kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, konsumsi rumah tangga, keadaan tempat tinggal, kehidupan beragama, rasa aman dari gangguan kejahatan, dan kemudahan berolah raga. 2) Kelayakan finansial usaha penangkapan ikan menentukan tingkat kesejahteraan nelayan. 3) Beberapa faktor Interaksi dan secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan nelayan. 1.5 Kerangka Pemikiran Campbell (2000) menyatakan bahwa untuk pembangunan usaha perikanan yang berkelanjutan perlu memperhatikan aset-aset yang dimiliki masyarakat pesisir (nelayan) itu sendiri, di antaranya adalah : 1) human assets, meliputi pengetahuan, kecakapan dan kemampuan; 2) natural assets, yaitu aset sumberdaya yang ada di sekitarnya; 3) social assets, dukungan yang didapat dari masyarakat sekitar dan keluarga; 4) physical assets, infrastruktur yang dapat 5

dimanfaatkan, serta 5) financial assests, modal yang dapat diperoleh untuk aktivitas usaha yang dijalankan. Human assets tersebut adalah kompetensi yang dimiliki nelayan, melekat pada dirinya sebagai kemampuan individual. Natural assets adalah sumberdaya ikan dan hal-hal lain yang tersedia dilingkungannya seperti ekosistem, kondisi biofisik dan sebagainya. Social assets mencakup tatanilai dan kultur yang diterapkan oleh masyarakat pesisir. Sedangkan physical assets adalah unit-unit produksi yang dimiliki beserta teknologi dan sarana, prasarana yang mendukung kegiatan produktif nelayan, financial assets adalah modal kerja keuangan yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha nelayan. Berdasarkan Campbell (2000) di atas, maka sebuah sistem perikanan dapat dimodelkan dengan aset-aset tersebut. Salah satu tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, yaitu menganalisis hubungan dan interaksi antar faktor yang diasumsikan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja usaha perkanan. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah : 1) faktor lingkungan internal usaha perikanan, 2) faktor lingkungan eksternal, 3) industri perikanan, 4) kebijakan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun kebijakan Pemerintah Daerah (otonomi) yang dalam penelitian ini disebut faktor penentu kesejahteraan nelayan. Interaksi faktor penentu akan dievaluasi dan dianalisis untuk dijadikan dasar pertimbangan menyusun strategi dan rekomendasi kebijakan perbaikan kesejahteraan nelayan. Kerangka pikir penelitian ini digambarkan seperti Gambar 1. 6

Berkaitan dengan pengembangan usaha perikanan terhadap kesejahteraan nelayan, maka pengelolaan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dapat diarahkan kepada berbagai upaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Namun sejumlah upaya yang strategis saja hendaknya yang dipilih, yaitu upaya yang secara signifikan berdampak pada kesejahteraan nelayan. Upaya yang signifikan ini memperlakukan faktor-faktor tertentu. Adapun indikator kesejahteraan ini dapat dilihat dari faktor pendapatan (income) nelayan, pendidikan, kesehatan, dan ketersediaan kesempatan kerja terutama terkait dengan bidang perikanan. Semua indikator ini akan menjadi pertimbangan berarti dalam perancangan path diagram rinci (Bab 3) yang dipakai dalam analisis SEM. Penggunaan metode analisis SEM dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha perikanan dan lainnya, serta tingkat pengaruhnya baik secara langsung (direct effect) maupun tidak langsung (indirect effect). Interaksi yang terjadi dan tingkat pengaruhnya akan memberi arahan upaya perbaikan yang harus dilakukan yang dapat memperbaiki kesejahtreraan nelayan di Rokan Hilir. 7

Untuk mempertajam analisis yang dilakukan, dalam penelitian ini diterapkan dua analisis yang mendukung pengembangan analisis utama (SEM) Analisis pendukung yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1) Analisis indikator kesejahteraan nelayan dengan fokus utama identifikasi kualitatif tingkat kesejahteraan nelayan ; 2) Analisis kelayakan finansial usaha nelayan sebagai bentuk identifikasi kuantitatif tingkat kesejahteraan nelayan. Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak AMOS 7.0. Rekomendasi kebijakan perikanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan disusun berdasarkan simulasi SEM. 8