1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penduduk Indonesia yang mempunyai mata pencaharian nelayan dan budidaya perikanan mencapai lebih 5,8 juta orang. Sebagian besar dari nelayan dan petani budidaya perikanan tersebut kini masih hidup di bawah garis kemiskinan. Banyaknya nelayan yang masih hidup dibawah garis kemiskinan ini tidak sejajar bila dilihat dari peningkatan kontribusi perikanan terhadap GDP nasional tahun 2009 sebesar 3,12%, dan hingga akhir 2010 mencapai 3,14% atau setara 148,16 triliun rupiah (diolah dari Perikanan dan Kelautan Dalam Angka Tahun 2009). Seperti dikemukakan Dahuri (2004), sumbangan subsektor kelautan dan perikanan secara keseluruhan sekitar 20,06% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 1998, sedangkan subsektor perikanan pada tahun 2004 menyumbang 15,0% terhadap PDB sektor pertanian berdasarkan harga konstan tahun 2000 (BPS, 2004). Pada saat yang sama China dan Korea yang potensi sumberdaya kelautan dan perikanannya lebih kecil, sektor perikanan menyumbang PDB masing-masing sebesar 48,4% dan 54,0%. Dengan kata lain, sumberdaya kelautan dan perikanan kita belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pembangunan ekonomi bangsa dan negara. Mencermati pembangunan ekonomi nasional Indonesia selama ini, secara empiris pembangunan sektor kelautan dan perikanan masih kurang mendapat perhatian dan masih diposisikan sebagai sektor pinggiran. Kondisi ini sangat ironis karena hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia atau The largest archipelago country in the world. (Bappenas: dalam Marginal Fishing Community Development Pilot/MFCDP 2004) Subsektor perikanan dengan potensi sumberdaya ikan yang begitu besar memiliki peran strategis dalam pembangunan perikanan Indonesia yang dapat memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan nasional, terutama dalam memacu pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kesejahteraan nelayan. Namun, sampai saat ini pembangunan perikanan tersebut belum secara signifikan memberikan kontribusi ekonomi yang berarti bagi pembangunan nasional tersebut (Setiawan, 2007). Data lain tentang kemiskinan nelayan dilaporkan Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) bahwa dari 8.090 desa pesisir di Indonesia sebanyak 3,91 juta KK (16,42 juta jiwa) penduduknya termasuk ke dalam peduduk miskin dengan Poverty Headcount Index (PHI) sebesar 0,32. Kemiskinan nelayan diduga sangat berkaitan dengan karakteristik sumberdaya ikan, kualitas sumberdaya manusia, sarana-prasarana, serta terbatasnya akses nelayan terhadap modal, teknologi dan pasar. Selain itu adalah struktur sosial masyarakat nelayan yang umumnya dicirikan dengan kentalnya hubungan patron-klien. Hubungan ini menimbulkan kesenjangan pendapatan yang sangat memprihatinkan diantara nelayan pemilik (patron) dan nelayan buruh/ pandega (client). Gambaran suram serupa terjadi pada kehidupan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Kabupaten Rokan Hilir yang berpenduduk 551.402 jiwa, mempunyai penduduk miskin 124.016 jiwa yang tergabung dalam 28.042 rumah tangga atau KK. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 48% atau 59.528 jiwa di antaranya adalah masyarakat nelayan yang berada di 4 (empat) kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Bangko, Kubu, Sinaboi dan Pasir Limau Kapas. Sebagian besar pendapatan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir berkisar antara Rp250.000 s/d Rp750.000. per bulan, berada dibawah UMR Provinsi Riau sebesar Rp 800.000. (Pergub Riau nomor 38 Tahyn 2007) Kondisi masyarakat ini sebenarnya sangat ironis, mengingat Kabupaten Rokan Hilir mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Selain secara geografis letaknya yang strategis di Selat Malaka, kabupaten ini menghasilkan ikan segar, udang maupun hasil olahan (seperti ikan kering/ asin, udang kering/ebi) yang dapat diekspor ke Malaysia dan Singapura setelah melalui proses pembekuan dan pengemasan yang baik. Permasalahan utama tidak berkembangnya usaha perikanan di Kabupaten Rokan Hilir adalah karena terbatasnya sarana dan prasarana perikanan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, lemahnya akses masyarakat terhadap modal dan 2
pasar, belum adanya kebijakan publik yang berpihak kepada nelayan terutama nelayan kecil, dan belum kondusifnya faktor-faktor pendukung industri perikanan yang berorientasi ekspor. Selain itu, alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan selama ini belum pernah dilakukan analisis secara finansial untuk mengetahui apakah alat-alat tersebut masih layak dioperasikan dalam menghasilkan benefit untuk memberi pendapatan kepada nelayan. Perbaikan kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir diperlukan suatu strategi yang cocok dengan karakteristik dan permasalahan di sana. Mengingat tingkat permasalahan yang sangat rumit, maka diperlukan pendekatan dan analisis yang bersifat holistik dan komprehensif dimulai dari pengukuran tingkat kesejahteraan nelayan menggunakan indikator yang sesuai, analisis dari sisi kelayakan finansial usaha penangkapan ikan yang digunakan nelayan serta menggunakan pemodelan terstruktur untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagan Siapiapi yang merupakan ibukota Kabupaten Rokan Hilir, pada masa lampau adalah penghasil ikan terbesar kedua di dunia (http://www.bagansiapiapi.net/id/sejarah.php), namun saat ini sekitar 48% dari 95.894 jiwa penduduk miskin di Kabupaten Rokan Hilir (46.029 jiwa) adalah masyarakat pesisir yang tinggal di sepanjang pantai. Tingkat kesejahteraan mereka ditengarai relatif lebih rendah dari masyarakat di sektor lainnya. Di samping ketertinggalan secara ekonomi, mereka juga tertinggal secara sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi serta lingkungan/kesehatan. Kondisi yang demikian menyebabkan potensi sumberdaya perikanan yang ada tidak bisa dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal, yang berdampak akhir kepada kemiskinan dan ketertinggalan yang berkesinambungan. Bahkan ada kecenderungan ketertinggalan tersebut membuat kondisi sumberdaya alam menjadi terancam kerusakan yang disebabkan oleh mendesaknya kebutuhan hidup dan ketidaktahuan cara pengelolaan serta pemanfaatannya. Pengelolaan 3
Perikanan memerlukan dasar informasi untuk membuat kebijakan yang diperlukan. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti kondisi terkini perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. 2) Telah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak terutama Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan, namun hasilnya belum dapat merubah kondisi yang dijelaskan dalam butir 1 diatas. 3) Untuk mengatasi masalah yang kronis tersebut diperlukan adanya upayaupaya strategis yang diawali dengan suatu kajian/identifikasi dan evaluasi tentang keragaan usaha perikanan di Kabupaten Rokan Hilir saat ini secara holistik dari hulu sampai ke hilir. Kajian tersebut diharapkan dapat memotret potensi dan permasalahan yang ada, upaya-upaya yang telah dilakukan, hasil dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Selanjutnya dari analisis ini diharapkan akan muncul rekomendasi dan model pengembangan yang kompatibel dengan potensi lokal, serta faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan merumuskan kebijakan pembangunan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dalam rangka perbaikan kesejahteraan nelayan dengan ; 1) Mengukur indikator kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir. 2) Menganalisis aspek finansial usaha penangkapan ikan. 3) Menganalisis interaksi faktor-faktor penentu yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir. Dari penelitian diharapkan akan diperoleh sejumlah manfaat, yaitu: 1) Manfaat bagi Pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan tentang peningkatan kesejahteraan nelayan 2) Manfaat bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini menjadi bahan studi lanjutan untuk mengkaji usaha peningkatan kesejahteraan nelayan. 4
3) Manfaat bagi masyarakat pesisir (nelayan), hasil penelitian ini sebagai informasi tentang upaya peningkatan kesejahteraan nelayan yang sesuai untuk pemberdayaan nelayan. 1.4 Hipotesis Hipotesis adalah sesuatu yg dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. (http://kamusbahasaindonesia.org). Pengertian lain menyebutkan : a supposition or proposed explanation made on the basis of limited evidence as a starting point for further investigation (http://oxforddictionaries.com). Hipotesis adalah penjelasan dugaan atau usulan penjelasan yang dibuat berdasarkan bukti terbatas sebagai titik awal untuk melakukan investigasi lebih lanjut. Hipotesis disusun untuk memberikan jawaban atau penjelasan terhadap tujuan dalam suatu penelitian, berdasarkan pengertian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Tingkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir Rendah, diukur dari indikator pendapatan rumah tangga nelayan, tingkat kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, konsumsi rumah tangga, keadaan tempat tinggal, kehidupan beragama, rasa aman dari gangguan kejahatan, dan kemudahan berolah raga. 2) Kelayakan finansial usaha penangkapan ikan menentukan tingkat kesejahteraan nelayan. 3) Beberapa faktor Interaksi dan secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan nelayan. 1.5 Kerangka Pemikiran Campbell (2000) menyatakan bahwa untuk pembangunan usaha perikanan yang berkelanjutan perlu memperhatikan aset-aset yang dimiliki masyarakat pesisir (nelayan) itu sendiri, di antaranya adalah : 1) human assets, meliputi pengetahuan, kecakapan dan kemampuan; 2) natural assets, yaitu aset sumberdaya yang ada di sekitarnya; 3) social assets, dukungan yang didapat dari masyarakat sekitar dan keluarga; 4) physical assets, infrastruktur yang dapat 5
dimanfaatkan, serta 5) financial assests, modal yang dapat diperoleh untuk aktivitas usaha yang dijalankan. Human assets tersebut adalah kompetensi yang dimiliki nelayan, melekat pada dirinya sebagai kemampuan individual. Natural assets adalah sumberdaya ikan dan hal-hal lain yang tersedia dilingkungannya seperti ekosistem, kondisi biofisik dan sebagainya. Social assets mencakup tatanilai dan kultur yang diterapkan oleh masyarakat pesisir. Sedangkan physical assets adalah unit-unit produksi yang dimiliki beserta teknologi dan sarana, prasarana yang mendukung kegiatan produktif nelayan, financial assets adalah modal kerja keuangan yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha nelayan. Berdasarkan Campbell (2000) di atas, maka sebuah sistem perikanan dapat dimodelkan dengan aset-aset tersebut. Salah satu tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan di Kabupaten Rokan Hilir, yaitu menganalisis hubungan dan interaksi antar faktor yang diasumsikan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja usaha perkanan. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah : 1) faktor lingkungan internal usaha perikanan, 2) faktor lingkungan eksternal, 3) industri perikanan, 4) kebijakan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun kebijakan Pemerintah Daerah (otonomi) yang dalam penelitian ini disebut faktor penentu kesejahteraan nelayan. Interaksi faktor penentu akan dievaluasi dan dianalisis untuk dijadikan dasar pertimbangan menyusun strategi dan rekomendasi kebijakan perbaikan kesejahteraan nelayan. Kerangka pikir penelitian ini digambarkan seperti Gambar 1. 6
Berkaitan dengan pengembangan usaha perikanan terhadap kesejahteraan nelayan, maka pengelolaan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dapat diarahkan kepada berbagai upaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Namun sejumlah upaya yang strategis saja hendaknya yang dipilih, yaitu upaya yang secara signifikan berdampak pada kesejahteraan nelayan. Upaya yang signifikan ini memperlakukan faktor-faktor tertentu. Adapun indikator kesejahteraan ini dapat dilihat dari faktor pendapatan (income) nelayan, pendidikan, kesehatan, dan ketersediaan kesempatan kerja terutama terkait dengan bidang perikanan. Semua indikator ini akan menjadi pertimbangan berarti dalam perancangan path diagram rinci (Bab 3) yang dipakai dalam analisis SEM. Penggunaan metode analisis SEM dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha perikanan dan lainnya, serta tingkat pengaruhnya baik secara langsung (direct effect) maupun tidak langsung (indirect effect). Interaksi yang terjadi dan tingkat pengaruhnya akan memberi arahan upaya perbaikan yang harus dilakukan yang dapat memperbaiki kesejahtreraan nelayan di Rokan Hilir. 7
Untuk mempertajam analisis yang dilakukan, dalam penelitian ini diterapkan dua analisis yang mendukung pengembangan analisis utama (SEM) Analisis pendukung yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1) Analisis indikator kesejahteraan nelayan dengan fokus utama identifikasi kualitatif tingkat kesejahteraan nelayan ; 2) Analisis kelayakan finansial usaha nelayan sebagai bentuk identifikasi kuantitatif tingkat kesejahteraan nelayan. Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak AMOS 7.0. Rekomendasi kebijakan perikanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan disusun berdasarkan simulasi SEM. 8