LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
Spektrofotometri Serapan Atom

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

Laporan Praktikum KI1212. Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

3 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

kimia TITRASI ASAM BASA

TITRASI POTENSIOMETRI

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

4 Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2016 (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub-bidang: Kimia Analitik Maret 2017 Waktu: 120 menit

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

Laporan Kimia Fisik KI-3141

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

Percobaan 6 Penentuan kadar Nikel (II) klorida dengan metoda gravimetri dan volumetri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Spektrofotometri uv & vis

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL KA.ANA.U.013.A PENGANTAR ANALISIS TITRIMETRI

3 Metodologi Penelitian

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

BAB III METODE PENELITIAN

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Transkripsi:

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Fatni Rifqiyati Tanggal Percobaan : 1 November 2013 Tanggal Pengumpulan : 8 November 2013 LABORATORIUM KIMIA ANALITIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

TITRASI SPEKTROFOTOMETRI I. Tujuan - Menentukan konsentrasi Bi 3+ dan Cu 2+ dalam suatu sampel campuran dengan metode titrasi spektrofotometri II. Teori Dasar Pada metode titrasi spektrofotometri ini, penentuan titik ekivalen dari titrasi berdasarkan pada perbedaan absorptivitas molar dari masing-masing spesi yang terlibat dalam proses titrasi. Adanya spesi yang mampu menyerap sinar dan mengasilkan absorbansi akan menghasilkan kelinieran antara konsentrasi dengan absorbansi sehingga akan dihasilkan titik ekivalen pada dua garis yang berpotongan. Pemilihan panjang gelombang menjadi sangat penting karena paling tidak akan ada tiga komponen yang kemungkinan dapat menyerap sinar : analit, titran dan produk. Maka dari itu dipilih panjang gelombang dimana hanya satu komponen yang akan menyerap sinar. Untuk mendapatkan hasil titrasi yang baik,maka harus digunakan spesi yang mengikuti hukum Lambert-Beer dan instrumentnya yang juga menjaga kelinieran hubungan antara absorbansi dan konsentrasi. Untuk menghindari efek pelarutan yan akan mempengaruhi absorbansi, maka dari itu biasanya digunakan titran yang 10kali lebih pekat atau konsentrasinya lebih besar 10 kali dari larutan yang dititrasi. III. Cara Kerja A. Menstandarkan larutan EDTA 20,00 ml Bi-nitrat - Dimasukkan ke gelas kimia 250 ml - Ditambah 2.0040 gram TCA - Ditambah 1 ml 0.2 M - Diencerkan hingga 100 ml - Diaduk dengan magnetic stirrer

- Dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kuvet Larutan dalam kuvet - Ditempatkan di dalam spektrofotometer - Diatur di panjang gelombang 745 nm - Absorbansi diukur - Larutan dituangkan kembali ke gelas semula Larutan dalam gelas kimia 250 ml - Ditambah 0.20 ml EDTA - Diaduk dengan magnetic stirrer - Dimasukkan ke kuvet; kuvet dibilas; bilasan dimasukkan kembali - Absorbansi diukur pada setiap penambahan 0.20 ml sampai diperoleh data yang stabil Kurva titrasi dibuat, titik akhir titrasi ditentukan, [EDTA dihitung] B. Penentuan konsentrasi Bi 3+ dan Cu 2+ dalam sampel 40,00 ml Bi-nitrat - Dimasukkan ke gelas kimia 250 ml - Ditambah 4.0363 gram TCA - Ditambah 2 ml 0.2 M - Diencerkan hingga 100 ml - Diaduk dengan magnetic stirrer - Dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kuvet Larutan dalam kuvet - Ditempatkan di dalam spektrofotometer - Diatur di panjang gelombang 745 nm - Absorbansi diukur - Larutan dituangkan kembali ke gelas semula Larutan dalam gelas kimia 250 ml - Ditambah 0.40 ml EDTA - Diaduk dengan magnetic stirrer - Dimasukkan ke kuvet; kuvet dibilas; bilasan dimasukkan kembali

- Absorbansi diukur pada setiap penambahan 0.40 ml sampai diperoleh data yang stabil Kurva titrasi dibuat, titik akhir titrasi ditentukan, konsentrasi Bi 3+ dan Cu 2+ dalam sampel ditentukan IV. Data Pengamatan A. Pembakuan larutan EDTA V titran A A terkoreksi (ml) 0 0.075 0.075 0.2 0.075 0.07515 0.4 0.076 0.076304 0.6 0.076 0.076456 1.0 0.082 0.08282 1.2 0.096 0.097152 1.4 0.107 0.108498 1.6 0.122 0.123952 1.8 0.137 0.139466 2.0 0.152 0.15504 2.2 0.162 0.165564 2.4 0.176 0.180224 2.6 0.189 0.193914 2.8 0.200 0.2056 3 0.215 0.22145 3.2 0.225 0.2322 3.4 0.238 0.246092 3.6 0.249 0.257964 3.8 0.262 0.271956 4 0.272 0.28288 4.2 0.282 0.293844 4.4 0.292 0.304848 4.6 0.299 0.312754 4.8 0.307 0.321736 5 0.314 0.3297 5.2 0.319 0.335588 5.4 0.322 0.339388 5.6 0.325 0.3432 5.8 0.326 0.344908 6 0.327 0.34662 6.2 0.327 0.347274 B. Penentuan konsentrasi Bi 3+ dan Cu 2+ dalam sampel Vtitran (ml) A A terkoreksi 0 0.221 0.221 0.4 0.221 0.221884 0.8 0.220 0.22176 1.2 0.220 0.22264 1.6 0.219 0.222504 2 0.220 0.2244 2.5 0.248 0.2542 2.9 0.278 0.286062 3.3 0.311 0.321263 3.7 0.337 0.349469 4.1 0.362 0.376842 4.5 0.386 0.40337 4.9 0.409 0.429041 5.3 0.435 0.458055 5.7 0.458 0.484106 6.1 0.484 0.513524 6.5 0.504 0.53676 6.9 0.525 0.561225 7.3 0.549 0.589077 7.7 0.569 0.612813 8.1 0.590 0.63779 8.5 0.608 0.65968 8.9 0.628 0.683892 9.3 0.645 0.704985 9.7 0.661 0.725117

A terkoreksi 10.1 0.675 0.743175 10.5 0.688 0.76024 10.9 0.701 0.777409 11.3 0.710 0.79023 11.7 0.722 0.806474 12.1 0.727 0.814967 12.5 0.734 0.82575 12.9 0.742 0.837718 13.3 0.742 0.840686 V. Pengolahan Data A. Pembakuan EDTA Dari data absorbansi terkoreksi yang didapat, maka didapatkan kurva titrasi sebagai berikut : 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 Kurva Titrasi Pembakuan EDTA y = 0.0596x + 0.0221 R² = 0.9889 0.05 y = 0.0076x + 0.0738 0 R² = 0.8238 0 1 2 3 4 5 6 7 V titran (ml) Dari kurva titrasi, didapatkan 3 gradien yang berbeda dan 3 persamaan yang berbeda, namun hanya diperlukan 2 persamaan saja untuk menentukan volume EDTA. Persamaan ke-1 : Persamaan ke-2 : Nilai titik ekivalen (x) dapat ditentukan dari perpotongan kedua persamaan di sumbu x :

A terkoreksi Konsentrasi EDTA dapat ditentukan dari persamaan reaksi pembentuka kompleks Bi-EDTA : [ ] [ ] [ ] B. Penentuan konsentrasi Bi 3+ dan Cu 2+ dalam sampel Dari data absorbansi yang terukur pada setiap penambahan EDTA sebanyak 0.4 ml, didapatkan kurva titrasi sebagai berikut : Kurva Titrasi Spektrofotometri Sampel 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 y = 0.0014x + 0.221 R² = 0.8312 y = 0.0583x + 0.1435 R² = 0.9878 0 5 10 15 V titran (ml) y = 0.0187x + 0.5939 R² = 0.892 EDTA Pemebentukan kompleks Bi-EDTA Pembentukan kompleks Cu-EDTA Dari kurva di atas, didapatkan 3 persamaan garis yaitu : Penentuan konsentrasi Bi3+ dapat ditentukan dengan mengetahui berapa volume EDTA yang dibutuhkan untuk pembenukan kompleks Bi-EDTA dengan cara

menetukan titik potong di sumbu x untuk persamaan ke-1 dengan persamaan ke-2, sehingga : Volume EDTA pada titik ekivalen adalah 1.368 ml Selanjutnya adalah penentuan konsentrasi Bi3+ dari persamaan reaksi : [ ] [ ] [ ] Penentuan konsentrasi Cu 2+ dapatdilakukan dengan mencari titik ekivalen (V EDTA)kompleks Cu-EDTA dengan cara penentuan titik potong di sumbu x persamaan ke-2 dan ke-3 sehingga : Volume EDTA yang diperlukan untuk pembentukan kompleks Cu-EDTA adalah 11.25 ml [ ] [ ] [ ]

VI. Pembahasan Pada percobaan kali ini, penentuan konsentrasi analit dalam sampel dilakukan dengan titrasi spektrofotometri. Seperti halnya titrasi pada umumnya, selalu ada hubungan yang linier konsentrasi dengan data yang didapatkan selama proses titrasi. Pada titrasi konvensional, titik akhir titrasi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena hanya dilihat perubahan warna dari indicator saja. Sehingga penentuan titik ekivalen pun menjadi lebih sukar. Sedangkan pada titrasi spektrofotometri, adanya spesi-spesi yang menyerap sinar pada panjang gelombang tertentu mengakibatkan adanya hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Penentuan titik ekivalen dan titik akhir titrasi pun menjadi lebih mudah karena tidak diperlukan indikator sama sekali. Titik ekivalen langsung bisa dilihat dari plot absorbansi larutan terhadap volume titran yang ditambahkan. Absrobansi yang terukur perlu dilakukan koreksi terhadap volume karena selama proses pengukuran, volume larutan selalu berubah-ubah sesuai dengan penambahan titran. Pada titrasi kali ini, absorbansi diukur pada panjang gelombang 745nm. Digunakan pengukuran pada panjang gelombang tersebut dikarenakan pada panjang gelombang itu hanya kompleks Cu-EDTA yang dapat menyerap sinar. Sisanya, Bi 3+, Cu 2+, EDTA serta kompleks Bi-EDTA tidak dapat menyerap pada panjang gelombang tersebut. Karena pengukuran konsentrasi analit (ion Bi 3+ dan Cu 2+ ) dilakukan secara bersamaan pada satu kali proses titrasi, maka dari itu perlu ada parameter lain sehingga salah satu reaksi berlangsung lebih dulu dibandingkan reaksi yang lain. EDTA beraksi membentuk kompleks dengan berbagai logam. Namun, masingmasing reaksi pembentukan kompleks nya memiliki nilai kestabilan tertentu sehingga apabila di dalam suatu larutan yang terdiri dari berbagai ion logam, akan ada reaksi pembentukan kompleks antara salah satu logam terlebih dahulu yang memiliki konstanta kestabilan paling tinggi dari yang lain. Setelah habis bereaksi, baru diikuit pembentukan kompleks EDTA dengan logam lain. Hal yang sama juga diterapkan pada titrasi kali ini. Di dalam larutan sampel, terdapat campuran ion Bi 3+ dan Cu 2+

yang masing-masingnya dapat membentuk kompleks dengan EDTA. Kestabilan kompleks Bi-EDTA 1022.8 sedangkan Cu-EDTA 1018.8. Oleh karena itu, EDTA akan cenderung bereaksi terlebih dahulu dengan Bi dibandingkan dengan Cu. Jika dilihat dari kurva titrasi yang diperoleh, mula-mula saat larutan dititrasi, EDTA akan langsung bereaksi dengan Bi 3+ membentuk kompleks Bi-EDTA yang tidak menyerap sinar pada panjang gelombang 745 sehingga relative tidak ada perubahan absorbansi di dalam larutan. Setelah Bi 3+ habis bereaksi dengan EDTA, maka EDTA akan bereaksi dengan Cu 2+ membentuk kompleks Cu-EDTA yang menyerap sinar pada panjang gelombang 745 nm sehingga teramati adanya kenaikan absrobansi larutan. Setelah seluruh Cu 2+ habis bereaksi, penambahan EDTA secara terus menerus tidak akan mengubah nilai absorbansi larutan karena EDTA sendiri tidak menyerap sinar pada panjang gelombang tersebut. Titran yang digunakan adalah EDTA, asam etilen diamin tetraasetat. Struktur molekul EDTA sendiri adalah sebagai berikut : EDTA merupakan asam polikarboksilat yang merupakan ligan heksadentat. Artinya dapat berkordinasi dengan suatu ion logam dari kedua nitrogen dan keempat gugus karboksilatnya.sebelum dilakukan titrasi dengan EDTA sebagai titrannya, perlu dilakukan pembakuan terlebih dahulu terhadap EDTA yang akan digunakan karena EDTA bukan merupakan larutan standar primer. Penambahan TCA (trikloro asetat) berfungsi sebagai buffer untuk menjaga ph larutan tetap 2. Karena pada ph 2 reaksi pembentukan kompleks akan terjadi dan apabila ph<2 titik ekivalen akan sulit teramati, sedangkan apabila ph > 2.5 ada kemungkinan Bi 3+ akan terbentuk endapan hidroksidanya atau sebagai basanya. Jika dilihat dari hasil penentuan konsentrasi yang didapat, nilai konsentrasi analit cukup berbeda jauh dengan nilai sebenarnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan pembacaan titran, karena titik yang berimpit sangat sukar diamati. Selain itu mungkin juga diakibatkan oleh adanya penambahan yang tidak konstan (volume

penambahan titran berubah). Atau bisa juga diakibatkan volume masing-masing larutan yang dimasukkan tidak presisi. VII. Kesimpulan - Konsentrasi Bi3+ di dalam sampel adalah - Konsentrasi Cu2+ di dalam sampel adalah 1.147 M VIII. Daftar Pustaka http://www.chembio.niu.edu/electrochem/lab2.htm diakses tanggal 7 November 2013 Harvey, David. Modern Analitycal Chemistry. The McGraw-Hills Companies. 2000. Page 369-275