1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BINA MARGA PT T B

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

Agus Surandono, Putri Maha Suci

ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM KM PROVINSI JAWA TIMUR

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993 Studi Kasus: Ruas Ciasem-Pamanukan (Pantura)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PELAKSANAAN UNTUK JALAN PENGHUBUNG DI KAWASAN SURABAYA TIMUR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

STUDI PENGARUH BEBAN BELEBIH (OVERLOAD) TERHADAP PENGURANGAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN (MDP) 2013

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konsep penelitian ini adalah untuk mendapatkan tebal lapis perkerasan dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DAN AASHTO 1993 RUAS JALAN BY PASS KOTA PADANG STA s/d

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu :

Wita Meutia Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau Tel , Pekanbaru Riau,

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR ABSTRAK

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

TUGAS AKHIR - RC

Evaluasi Struktural Perkerasan Kaku Menggunakan Metoda AASHTO 1993 dan Metoda AUSTROADS 2011 Studi Kasus : Jalan Cakung-Cilincing

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN RUAS JALAN DI STA S/D PADA AREAL PERKEBUNAN SAWIT PT. JABONTARA EKA KARSA

ALTERNATIF LAIN ANALISIS STRUKTUR JALAN PERKERASAN LENTUR PADA PEMBANGUNANJALAN LINGKAR SELATAN KOTA PASURUAN

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

ANALISIS TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO Sri Nuryati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

Bab III Metodologi Penelitian

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

A N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015

Optimalisasi Tebal Perkerasan Pada Pekerjaan Pelebaran Jalan dengan Metode MDPJ 02/M/BM/2013 dan Pt T B

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

Fitria Yuliati

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang diproses, dimana

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

Muhammad Nauval Araka Aris, Gerson Simbolan, Bagus Hario Setiadji *), Supriyono *)

EVALUASI PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN TRANS KAPUAK KE RIAN KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

Transkripsi:

ANALISIS PERENCANAAN PELAPISAN TAMBAH PADA PERKERASAN LENTUR BERDASARKAN METODE SNI 1732-1989-F DAN AASHTO 1993 STUDI KASUS : RUAS CIASEM- PAMANUKAN (PANTURA) 1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA 1 Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H Syahdan 9, Kemanggisan, Jakarta Barat E-mail: andri.ferry@gmail.com 2 Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H Syahdan 9, Kemanggisan, Jakarta Barat E-mail: eduardi@gmail.com ABSTRAK Jalan raya Pantai Utara (Pantura) merupakan ruas jalan yang memiliki peranan penting dalam lalu lintas pengangkutan barang di pulau jawa dan lalu lintas mudik lebaran. Akibat dari banyaknya beban lalu lintas pada jalan raya Pantura mengakibatkan struktur perkerasan jalan sering mengalami kerusakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tebal lapis tambah yang diperlukan jalan Pantura ruas Ciasem-Pamanukan menggunakan Metode SNI 1732-1989- F dan Metode AASHTO 1993, pengaruh volume lalu lintas terhadap tebal lapis tambah, dan harga pekerjaan tebal lapis tambah. Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data yang diperlukan, dan mengidentifikasi masalah-masalah. Tebal lapis tambah hasil analisis metode AASHTO 1993 menghasilkan kebutuhan lapis tambah yang lebih besar dari metode SNI 1732-1989-F, yaitu sebesar ± 18 cm. Pada analisis volume lalu lintas terhadap tebal lapis tambah, bertambahnya volume lalu lintas sebesar 1% tebal lapis tambah yang dibutuhkan bertambah sebesar ± 0,12%. Analisis dari segi biaya, harga pekerjaan lapis tambah menggunakan metode AASHTO 1993 lebih mahal sebesar ± 6 miliar rupiah. Kata Kunci : Metode SNI 1732-1989-F, Metode AASHTO 1993, Tebal Lapis Tambah. 1. PEDAHULUAN Struktur perkerasan jalan mengalami penurunan kinerja akibat berbagai sebab antara lain repetisi beban lalu lintas, air yang berasal dari air hujan, sistem drainase yang kurang baik, perubahan suhu dan intensitas curah hujan, kondisi lingkungan, kondisi tanah dasar yang kurang stabil, dan proses pelaksanaan yang kurang baik. Selama masa pelayanan struktur perkerasan mengalami penurunan kinerja dari kinerja awal yang diharapkan (IPo) sampai dengan kinerja akhir umur rencana (IPt). Waktu penurunan kinerja dari IPo sampai dengan IPt diharapkan sama dengan umur rencana. Namun, mutu struktur perkerasan, repetisi dan beban lalu lintas yang terjadi, kondisi lapis permukaan, dan drainase jalan dapat mempercepat terjadinya penurunan kinerja struktur perkerasan. Untuk mengembalikan kinerja struktur perkerasan agar mampu melayani lalu lintas selama umur rencana dilakukan dengan memberikan lapis tambah. Tujuannya untuk merencanakan tebal lapis tambah dengan menggunakan Metode Analisa Komponen SNI 1732-1989-F dan AASHTO 1993, menganalisis pengaruh lalu lintas terhadap tebal lapis tambah, dan menghitung biaya pekerjaan lapis tambah yang didapatkan dari kedua metode tersebut.

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data yang diperlukan, dan mengidentifikasi masalahmasalah yang berhubungan dengan topik ini. Setelah itu dilakukan studi literatur yang dilanjutkan dengan menganalisis data teknis studi kasus yang berupa data-data yang diperlukan untuk meneliti kebutuhan lapis tambah, pengaruh penambahan volume lalu lintas terhadap tebal lapis tambah, dan biaya pekerjaan lapis tambah pada ruas Ciasem-Pamanukan. Pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan dengan cara memperoleh data-data dari studi literatur dengan berbagai buku referensi, jurnal, dan Kementerian Pekerjaan Umum. Data-data dari Kementerian Pekerjaan Umum yaitu volume Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan 4 tahun terakhir dari tahun 2008 s/d 2011, International Rouhgness Index (IRI), beban sumbu kendaraan, dan tebal lapis perkerasan. 3. HASIL DAN BAHASAN 3.1 Analisa tebal lapis tambah dengan metode SNI 1732-1989-F Indeks Tebal Perkerasan yang dianalisis terdiri dari ITP R dan ITP sisa. 1. ITP R adalah indeks tebal perkerasan pada akhir umur rencana yaitu pada tahun 2012 s/d 2016, untuk perhitungan ITP R berdasarkan volume lalu lintas pada akhir umur rencana yaitu pada tahun 2012 s/d 2016. Perhitungan ITP R dapat diketahui sebagai berikut: PSI log10 ITP 4,2 1,5 1 log 9,36log ( 1) 0,20 10 LER = 10 + + + log10 + 0,372 DDT 2,54 FR 1094 0,40 + ITP 5,19 1 + 2,54 Dimana : LER = Lintas Ekivalen Rencana ITP = Indeks Tebal Perkerasan DDT = Daya Dukung Tanah Dasar PSI = Perbedaan Serviceability Index di awal dan akhir umur rencana FR = Faktor Regional ( 3,0) 2. ITP sisa adalah Indeks tebal perkerasan berdasarkan pada perkerasan yang terpasang pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Untuk perhitungan ITP sisa dilakukan dengan mengalikan kondisi lapisan terhadap nilai koefisien kekuatan relatif bahan yang terpasang dan tebal lapis yang terpasang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Untuk nilai kekuatan relatif bahan untuk lapis permukaan (AC) Laston pada tahun 2011 dan lapis pondasi bawah (Sirtu) Existing diambil sebesar 0,40 dan 0,13 sedangkan nilai kekuatan relatif bahan untuk lapis permukaan (ATB) Existing diambil sebesar 0,17 untuk ruas Pamanukan dan 0,19 untuk ruas Ciasem. ( K a D ) ITP (2) sisa = i i i Dimana: K = kondisi Lapisan a = koefisien kekuatan relatif D = tebal lapisan i = nomor yang menunjukkan lapisan Kebutuhan tebal lapis tambah atau overlay (D ol ) dihitung berdasarkan nilai ITP R dan ITP sisa. Untuk koefisien kekuatan relatif bahan overlay (AC) a ol yang digunakan adalah 0,40 (Laston). Setelah mengetahui kebutuhan overlay sesuai dengan perhitungan SNI 1732-1989-F perlu direkomendasikan tebal overlay dilapangan yang terkait dengan kemudahan dalam mengaplikasikannya. (1)

Tabel 1 Tebal Lapis Tambah Pada Ruas Ciasem-Pamanukan Dengan Metode SNI 1732-1989-F Umur ITP Ruas sisa ITP ITP R - D Rencana 2011 R a ol D ol Rekomendasi ITP ol sisa (cm) (cm) Pamanukan 11,77 12,95 1,18 0,4 2,96 3 1 Tahun Ciasem 13,49 13,70 0,21 0,4 0,52 1 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun Pamanukan 11,77 13,35 1,58 0,4 4,21 5 Ciasem 13,49 13,80 0,31 0,4 0,77 1 Pamanukan 11,77 13,95 2,18 0,4 5,46 6 Ciasem 13,49 13,93 0,44 0,4 1,09 2 Pamanukan 11,77 14,45 2,68 0,4 6,71 7 Ciasem 13,49 14,05 0,56 0,4 1,39 2 Pamanukan 11,77 15 3,23 0,4 8,08 9 Ciasem 13,49 14,20 0,71 0,4 1,77 2 3.2 Analisa Tebal Lapis Tambah Dengan Metode AASHTO 1993 Kapasitas struktural perkerasan yang dianalisis terdiri dari SN o, SN eff, dan SN f. 1. SN o adalah kapasitas struktural perkerasan berdasarkan pada perkerasan yang terpasang pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Untuk perhitungan SN o dilakukan dengan mengalikan nilai koefisien kekuatan relatif bahan yang terpasang dengan tebal lapis yang terpasang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Untuk nilai kekuatan relatif bahan untuk lapis permukaan (AC) Laston pada tahun 2011 dan lapis pondasi bawah (Sirtu) Existing diambil sebesar 0,40 dan 0,13 sedangkan untuk lapis permukaan (ATB) Existing diambil sebesar 0,17 untuk ruas Pamanukan dan 0,19 untuk ruas Ciasem. Perhitungan SN o dapat diketahui sebagai berikut: SN = a D + a D + a (3) 1 1 2 2 3D3 Dimana : SN = nilai kapasitas struktur a 1, a 2, a 3 = koefisien relatif masing-masing lapisan D 1, D 2, D 3 = tebal masing-masing lapisan perkerasan 2. SN eff adalah kapasitas struktural perkerasan pada saat perkerasan dianalisis yaitu pada tahun 2011. Nilai SN eff dihitung berdasarkan nilai SN o dan faktor kondisi (CF) dimana nilai CF ini bergantung pada nilai umur sisa dan nilai kumulatif ESAL aktual untuk kondisi aktual (W A ) dan kondisi terminate (W T ). Nilai umur sisa perkerasan pada tahun 2008 s/d 2011 dan SN eff dapat diketahui sebagai berikut: W RL = 1 W T A 100 (4) SN eff = CF SN o (5) Dimana : RL = umur sisa (%) W A W T SN eff = nilai kumulatif ESAL aktual kondisi aktual = nilai kumulatif ESAL aktual kondisi akhir = kapasitas struktur efektif CF = faktor kondisi (CF min = 0,5) 3. SN f adalah kapasitas struktural perkerasan berdasarkan lalu lintas rencana yaitu pada tahun 2012 s/d 2016. Nilai SN f dihitung dengan besaran yang ditetapkan yaitu:

- Reliability (R) untuk jalan antar kota sebesar 95% - Z R sebesar -1,645 - S o sebesar 0,45 (untuk perkerasan lentur 0,4-0,5) - Po sebesar 4,2 dan Pt sebesar 2,5 untuk kondisi kritis pada jalan arteri - M R korelasi dengan nilai CBR tanah dasar - SN o dari tahun 2008 s/d 2011 - Nilai kumulatif ESAL rencana periode 2012 s/d 2016 Perhitungan SN f dapat diketahui sebagai berikut: PSI log10 4,2 1,5 log10 18 9,36log10 ( 1) 0,20 W = Z RSo + SN + + + 2,32log10 Mr 8,07 1094 0,40 + 5,19 SN + 1 Dimana : W 18 = kumulatif beban gandar standar Z R = simpangan baku nornal So = deviasi standar keseluruhan, bernilai antara 0,4 0,5 SN = Structural Number, inci PSI = perbedaan Serviceability Index di awal dan akhir umur rencana Mr = modulus resilien tanah dasar (psi) Kebutuhan tebal lapis tambah atau overlay (D ol ) dihitung berdasarkan nilai SN eff, dan SN f. Untuk koefisien kekuatan relatif bahan overlay (AC) a ol yang digunakan adalah 0,40 (Laston). Setelah mengetahui kebutuhan overlay sesuai dengan perhitungan AASHTO 1993 perlu direkomendasikan tebal overlay dilapangan yang terkait dengan kemudahan dalam mengaplikasikannya. Tabel 2 Tebal Lapis Tambah Pada Ruas Ciasem-Pamanukan Dengan Metode AASHTO 1993 Umur SN Ruas eff SN SN f - D Rencana 2011 f a ol D ol Rekomendasi SN ol eff (cm) (cm) Pamanukan 7,16 13,21 6,04 0,4 15,11 16 1 Tahun Ciasem 7,75 14,99 7,24 0,4 18,10 19 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun Pamanukan 7,16 13,72 6,55 0,4 16,38 17 Ciasem 7,75 15,11 7,37 0,4 18,42 19 Pamanukan 7,16 14,22 7,06 0,4 17,65 18 Ciasem 7,75 15,24 7,49 0,4 18,73 19 Pamanukan 7,16 14,76 7,59 0,4 18,98 19 Ciasem 7,75 15,39 7,64 0,4 19,11 20 Pamanukan 7,16 15,29 8,13 0,4 20,32 21 Ciasem 7,75 15,57 7,82 0,4 19,56 20 3.3 Studi Parameter Studi parameter yang dilakukan adalah parameter lalu lintas terhadap tebal lapis tambah, dari parameter tersebut akan dianalisis pengaruh penambahan lalu lintas terhadap tebal lapis tambah. Berikut adalah data yang digunakan untuk analisis studi parameter : PSI : 1,7 CBR : 9,9 % FR : 1,5 Tebal Lapis Tambah : 13,95 Lalu Lintas : 79.678.510 Penambahan lalu lintas dinaikan sebesar dari 1% s/d 10% (6)

Tabel 2 Penambahan Lalu Lintas Penambahan Lalu Lintas 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% Lalu Lintas 10 6 80 80,5 81 82 83 84.5 84 85 86 87 88,6 Pada tabel dengan menggunakan persamaan (1) dan persamaan (6) dapat diketahui pengaruh penambahan lalu lintas terhadap tebal lapis tambah. Tabel 3 Hasil Tebal Lapis Tambah Penambahan Lalu Lintas (%) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tebal Lapis Tambah (%) SNI AASHTO 0 0,12 0,24 0,36 0,47 0,59 0,7 0,81 0,93 1,04 1,15 0 0,14 0,27 0,41 0,54 0,67 0,8 0,93 1,05 1,18 1,31 Gambar 1 Hubungan Penambahan Lalu Lintas Dengan Tebal Lapis Tambah Penambahan lalu lintas memberikan pengaruh terhadap nilai tebal lapis tambah. Semakin besar lalu lintas maka akan semakin besar tebal lapis tambah yang dibutuhkan, dapat dilihat pada gambar 4.3 penambahan setiap 1% lalu lintas maka tebal lapis tambah menggunakan metoda SNI 1732-1989-F yang dibutuhkan akan meningkat sebesar ±0.12%, sedangkan tebal lapis tambah menggunakan metoda AASHTO 1993 meningkat sebesar ±0.13%

3.4 Analisa Biaya Pekerjaan Lapis Tambah Tabel 4 Daftar Analisis Harga Indeks MOBILISASI Pekerjaan Harga Upah Pekerja Harga Alat/Bahan Jumlah 1 unit Asphalt finisher 600.000,00 600.000,00 1 unit Asphalt sprayer 600.000,00 600.000,00 1 unit Compressor 500.000,00 500.000,00 1 unit Generator 600.000,00 600.000,00 1 unit Dump truck 300.000,00 300.000,00 1 unit Wheel loader 1.000.000,00 1.000.000,00 1 unit tandem roller 1.000.000,00 1.000.000,00 1 unit tire roller 1.000.000,00 1.000.000,00 1 LS Demobilisasi 15.000.000,00 15.000.000,00 PERKERASAN ASPAL Lapis Resap Pengikat/Prime Coat(liter) 20.600.000,00 0,0003 jam Mandor 9.762,50 2,93 2,93 0,0029 jam Pekerja 6.462,50 18,74 18,74 0,6592 kg Aspal 7.854,00 5.177,36 5.177,36 0,3708 liter Minyak tanah 10.395,00 3.854,47 3.854,47 0,00029 jam Asphalt sprayer 144.375,00 41,87 41,87 0,00029 jam Dump truck 221.500,00 64,24 64,24 0,00029 jam Compressor 145.530,00 42,20 42,20 Lapis Perekat/Tack Coat(liter) 21,67 9.180,13 9.201,80 0,0003 jam Mandor 9.762,50 2,93 2,93 0,0029 jam Pekerja 6.462,50 18,74 18,74 0,8240 kg Aspal 7.854,00 6.471,70 6.471,70 0,2060 liter Minyak tanah 10.395,00 2.141,37 2.141,37 0,00029 jam Asphalt sprayer 144.375,00 41,87 41,87 0,00029 jam Dump truck 221.500,00 64,24 64,24 0,00029 jam Compressor 145.530,00 42,20 42,20 21,67 8.761,37 8.783,04

Indeks Pekerjaan Harga Upah Pekerja Harga Alat/Bahan Jumlah Laston (AC) per ton 0,4016 jam Mandor 9.762,50 3.920,62 3.920,62 0,0402 jam Pekerja 6,.462,50 259,79 259,79 0,7767 m 3 Agr 5-10 & 10-20 202.125,00 156.990,49 156.990,49 0,7544 m 3 Agr 0-5 248.325,00 187.336,38 187.336,38 44,415 kg Semen 1.224,30 54.377,28 54.377,28 56,65 kg Aspal 7.854,00 444.929,10 444.929,10 0,0236 jam Wheel loader 180.180,00 4.252,25 4.252,25 0,0402 jam AMP 3.612.750,00 145.232,55 145.232,55 0,0402 jam Generator 180.000,00 7.236,00 7.236,00 0,3036 jam Dump truck 221.500,00 67.247,40 67.247,40 0,00225 jam Asphalt finisher 398.475,00 896,57 896,57 0,0016 jam Tandem roller 431.970,00 691,15 691,15 0,00068 jam Tyre roller 408.870,00 278,03 278,03 4.180,41 1.069.467,20 1.073.647,61 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR Marka Jalan Termo Plastis per m 2 0,0750 jam Mandor 9.762,50 732,19 732,19 0,6000 jam Pekerja 6.462,0 3.877,50 3.877,50 0,2250 jam Tukang 7.287,50 1.639,69 1.639,69 1,9500 kg Cat marka 75.000,00 146.250,00 146.250,00 1,0500 liter Thinner 12.000,00 12.600,00 12.600,00 0,4500 kg Glassbit 5.500,00 2.475,00 2.475,00 0,0750 jam Compressor 145.530,00 10.914,75 10.914,75 0,0750 jam Dump truck 221.500,00 16.612,50 16.612,50 6.249,38 188.852,25 195.101,63

Tabel 5 Estimasi Harga Pekerjaan Lapis Tambah Dengan Metode SNI 1732-1989-F Ruas Ciasem Pada Umur Rencana 3 Tahun Perkiraan Kuantitas Harga Harga Pekerjaan MOBILISASI Mobilisasi LS 1 20.600.000,00 20.600.000,00 PEKERJAAN ASPAL Lapis resap pengikat/prime coat liter 54.600,00 9.201,80 502.418.293,65 Lapis perekat/tack coat liter 14.700,00 8.783,04 129.110.738,72 Laston (AC) m 2 840,00 1.073.647,61 901.863.996,47 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR Marka jalan termoplastis m 2 3.780,00 195.101,63 737.484.142,50 2.291.477.171,34 Jasa Kontraktor 10% = 229.147.717,13 Jumlah = 2.520.624.888,47 PPN 10% = 252.062.488,84 TOTAL = 2.772.687.377,32 Dibulatkan = 2.772.687.300,00 Tabel 6 Estimasi Harga Pekerjaan Lapis Tambah Dengan Metode SNI 1732-1989-F Ruas Pamanukan Pada Umur Rencana 3 Tahun Perkiraan Kuantitas Harga Harga Pekerjaan MOBILISASI Mobilisasi LS 1 20.600.000,00 20.600.000,00 PEKERJAAN ASPAL Lapis resap pengikat/prime coat liter 54.600,00 9.201,80 502.418.293,65 Lapis perekat/tack coat liter 14.700,00 8.783,04 129.110.738,72 Laston (AC) m 2 2.520,00 1.073.647,61 2.705.591.989,42 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR Marka jalan termoplastis m 2 3.780,00 195.101,63 737.484.142,50 4.095.205.164,29 Jasa Kontraktor 10% = 409.520.516,42 Jumlah = 4.504.725.680,72 PPN 10% = 540.472.568,07 TOTAL = 4.955.198.248,79 Dibulatkan = 4.955.198.200,00 Tabel 7 Estimasi Harga Pekerjaan Lapis Tambah Dengan Metode AASHTO 1993 Ruas Ciasem Pada Umur Rencana 3 Tahun Perkiraan Kuantitas Harga Harga Pekerjaan MOBILISASI Mobilisasi LS 1 20.600.000,00 20.600.000,00 PEKERJAAN ASPAL Lapis resap pengikat/prime coat liter 54.600,00 9.201,80 502.418.293,65 Lapis perekat/tack coat liter 14.700,00 8.783,04 129.110.738,72 Laston (AC) m 2 7.980,00 1.073.647,61 8.567.707.966,50 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR Marka jalan termoplastis m 2 3.780,00 195.101,63 737.484.142,50 9.957.321.141,37 Kontraktor 10% = 995.732.114,13 Jumlah = 10.953.053.255,50 PPN 10% = 1.095.305.325,55 TOTAL = 12.048.358.581,05 Dibulatkan = 12,048,358,500,00

Tabel 8 Estimasi Harga Pekerjaan Lapis Tambah Dengan Metode AASHTO 1993 Ruas Pamanukan Pada Umur Rencana 3 Tahun Perkiraan Kuantitas Harga Harga Pekerjaan MOBILISASI Mobilisasi LS 1 20.600.000,00 20.600.000,00 PEKERJAAN ASPAL Lapis resap pengikat/prime coat Liter 54.600,00 9.201,80 502.418.293,65 Lapis perekat/tack coat Liter 14.700,00 8.783,04 129.110.738,72 Laston (AC) m 2 7.560,00 1.073.647,61 8.116.775.968,00 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR Marka jalan termoplastis m 2 3.780,00 195.101,63 737.484.142,50 9.506.389.143,13 Jasa Kontraktor 10% = 950.638.914,31 Jumlah = 10.457.028.057,44 PPN 10% = 1.045.702.805,74 TOTAL = 11.502.730.863,19 Dibulatkan = 11.502.730.800,00 Tabel 9 Estimasi Harga Pekerjaan dan Tebal Lapis Tambah Ruas Ciasem-Pamanukan Pada Umur Rencana 1 Tahun, 2 Tahun, 3 Tahun, 4 Tahun, dan 5 Tahun Umur Rencana 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun Ruas Tebal Lapis Tambah (Cm) SNI 1732-1989-F AASHTO 1993 Harga Pekerjaan Tebal Lapis Tambah (Cm) Harga Pekerjaan Pamanukan 3 3.318.315.000,00 16 10.411.475.400,00 Ciasem 1 2.227.059.600,00 19 12.048.358.500,00 Pamanukan 5 4.409.570.500,00 17 10.957.103.100,00 Ciasem 1 2.227.059.600,00 19 12.048.358.500,00 Pamanukan 6 4.955.198.200,00 18 11.502.730.800,00 Ciasem 2 2.772.687.300,00 19 12.048.358.500,00 Pamanukan 7 5.500.825.900,00 19 12.048.358.500,00 Ciasem 2 2.772.687.300,00 20 12.593.986.200,00 Pamanukan 9 6.592.081.400,00 21 13.139.614.000,00 Ciasem 2 2.772.687.300,00 20 12.593.986.200,00 4. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dan perhitungan pelapisan tambah perkerasan lentur pada ruas Ciasem- Pamanukan (PANTURA), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kedua metoda tersebut didapatkan tebal lapis tambah dengan menggunakan metoda SNI 1732-1989-F pada ruas Ciasem sebesar 1 cm untuk umur rencana 1 tahun dan 2 tahun, dan 2 cm untuk umur rencana 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun, dan pada ruas Pamanukan sebesar 3 cm, 5 cm, 6 cm, 7 cm, dan 9 cm masing-masing untuk umur rencana 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun, sedangkan tebal lapis tambah dengan menggunakan metoda AASHTO 1993 pada ruas Ciasem untuk umur rencana 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun sebesar 19 cm, dan untuk umur rencana 4, dan 5 tahun sebesar 20 cm, dan pada ruas Pamanukan sebesar 16 cm, 17 cm, 18 cm, 19 cm, dan 21 cm masing-masing untuk umur rencana 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.

b. Dari hasil point 1, diperoleh hasil AASHTO 1993 lebih besar karena pada metoda AASHTO 1993 memperhitungkan tebal lapis effektif berdasarkan repetisi beban pada awal dan akhir tahun 2011. c. Penambahan lalu lintas memberikan pengaruh terhadap nilai tebal lapis tambah. Semakin besar lalu lintas maka akan semakin besar tebal lapis tambah yang dibutuhkan, hal ini dapat dilihat dari setiap penambahan 1% lalu lintas maka tebal lapis tambah yang dibutuhkan sebesar ±0.12% dengan metode SNI 1732-1989-F, sedangkan dengan metode AASHTO 1993 tebal lapis tambah dibutuhkan sebesar ±0.13%. d. Biaya pekerjaan lapis tambah pada ruas Ciasem-Pamanukan dengan menggunakan metoda SNI 1732-1989-F didapatkan sebesar Rp. 132.032,00/m 2 untuk umur rencana 1 tahun, Rp. 158.015,00/m 2 untuk umur rencana 2 tahun, Rp. 183.997,00/m 2 untuk umur rencana 3 tahun, Rp. 196.988,00/m 2 untuk umur rencana 4 tahun, dan Rp. 222.970,00/m 2 untuk umur rencana 5 tahun, sedangkan dengan menggunakan metoda AASHTO 1993 didapatkan biaya pekerjaan lapis tambah pada ruas Ciasem-Pamanukan sebesar Rp. 534,757.00/m 2 untuk umur rencana 1 tahun, Rp. 547.749,00/m 2 untuk umur rencana 2 tahun, Rp. 560.740,00/m 2 untuk umur rencana 3 tahun, Rp. 586.722,00/m 2 untuk umur rencana 4 tahun, dan Rp. 612.704,00/m 2 untuk umur rencana 5 tahun. 5. REFERENSI AASHTO guide for design of pavement structures. 1993. The American Association Of State Highway Transportation Officials.Washington DC. Balitbang. P.U. 2012. Analisis Harga Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum. Bandung. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1983. Manual Pemeliharaan Jalan No.03/MN/B/1983z. Jakarta. Direktorat. P.U. Jenderal Bina Marga, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. Elianora. 1999. Penggunaan Metode Asphalt Institute dan Metode Analisa Komponen Untuk Perbandingan Suatu Nilai Rancang Tebal Lapisan Perkerasan Lentur Jalan Raya. Riau. Elianora. 1999. Penggunaan Metode Bina Marga dan Metode AASHTO Untuk Perbandingan Suatu Nilai Rancang Tebal Perkerasan Kaku Jalan. Riau. Jurnal Harga Bahan Bangunan, Konstruksi & Interior. 2013. Edisi XXXII Tahun XIX. Jawa Barat. Ridwan, Frisky A, M, C. 2012. Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993 Studi Kasus : Ruas Ciasem-Pamanukan (Pantura). Jurnal Teknik Sipil. Bandung. Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung. Sukirman, Silvia. 2010. Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur. Nova. Bandung. 6. RIWAYAT PENULIS Ferry Andri lahir di kota Jakarta pada 20 September 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada 2013.