I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu organisme sehingga menyebabkan kelemahan fungsi serta menurunnya kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan-tekanan disekitarnya atau merupakan perubahan progresif irreversible dalam sel, organ atau organisme secara keseluruhan sejalan dengan berlalunya waktu. Salah satu perubahan fungsional yang terjadi pada proses penuaan ialah hilangnya gigi-geligi. Trauma, karies, penyakit periodontal merupakan beberapa faktor penyebab hilangnya gigi dan apabila tidak segera diatasi akan berakibat terganggunya fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan lingir alveolar (Jubhari, 2007). Gigi tiruan lengkap merupakan protesa gigi lepasan yang berfungsi untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan ke basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya (Anusavice, 2004). Gigi tiruan lengkap merupakan salah satu cara untuk memperbaiki keadaan edentulous sehingga dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetik dan psikis pasien. Basis gigi tiruan dapat dibuat dari bahan logam atau non logam, namun saat ini kebanyakan basis gigi tiruan terbuat dari bahan non-logam terutama 1
2 polimer karena polimer tersebut mudah didapat, memiliki kestabilan dimensi, mudah dimanipulasi, warnanya stabil dan biokompatibel. Bahan basis polimer yang paling umum dipakai untuk membuat basis gigi tiruan adalah resin akrilik (Anusavice, 2004). Penggunaan resin akrilik sebagai basis gigi tiruan dapat menyebabkan terjadinya halitosis pada pasien karena gigi tiruan resin akrilik mempunyai sifat menyerap cairan yang berasal dari bahan makanan dan minuman yang melekat dan masuk ke plat gigi tiruan sehingga meninggalkan bau yang kurang sedap (Soeprapto, 1995). Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menerangkan adanya bau atau odor yang tidak disukai sewaktu terhembus udara, substansi bau tersebut dapat berasal dari rongga mulut maupun non-rongga mulut (Herawati, 2003). Halitosis berhubungan erat dengan adanya gigi tiruan yang digunakan oleh pasien. Partikel makanan sering tertinggal dan terselip pada pemakai gigi tiruan, pembentukan plak, inflamasi dari jaringan periodontal di sekitar gigi tiruan juga menjadi faktor penyebab halitosis. Gigi tiruan baik lepasan maupun cekat menyebabkan efek yang sama dalam pembentukan halitosis (Marxkors, 2002). (8) Manson dan Elley (1993) mengatakan bahwa Volatile Sulfur Compounds (VSC) merupakan penyebab utama halitosis dan telah banyak menarik kalangan peneliti untuk melakukan studi mengenai hal ini. VSC merupakan hasil produksi dari aktivitas bakteri-bakteri anaerob dan bereaksi dengan protein-protein yang ada di dalam mulut. Protein tersebut dapat berasal dari makanan, sel-sel darah dan bakteri yang telah mati, atau sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. VSC merupakan senyawa sulfur yang mudah
3 menguap, terbentuk oleh reaksi bakteri (terutama bakteri anaerob) dengan protein yang akan dipecah menjadi asam amino. Terdapat tiga asam amino yang menghasilkan VSC yaitu Cysteine menghasilkan Hidrogen sulfida (H 2 S), Methionine menghasilkan Methil mercaptan (CH 3 SH), dan Cystine menghasilkan Dimetil Sulfida (CH 3 SCH 3 ). Halitosis juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme di dalam mulut. Bakteri gram negatif contohnya Prevotella melanogenica, Fusobacterium nucleatum, Velonella alcalescence, Klepsiella pneumoniae dan Porphyromonas gingivalis tersembunyi di dalam jaringan periodontal dan menghasilkan gas yang bau (Ravel, 2006). Golongan bakteri gram positif contohnya Streptcoccus sanguinis, Streptococcus salivarius, Streptococcus mutans, Lactobacillus naeslundii, Lactobacillus acidophilus, dan Streptococcus aureus. Candida albicans juga termasuk jamur penyebab halitosis (Mustaqimah, 2003). Tanaman obat tradisional telah dikenal sebagai pengobatan alternatif selama ratusan abad. Tanaman obat tradisional memiliki berbagai manfaat seperti kandungan sifat antibakteri, antijamur tanpa efek samping yang merugikan. Salah satu contoh tanaman obat tradisional yang sering dimanfaatkan ialah jahe (Zingiber officinale Rosc.) dengan berbagai Salah satu manfaat jahe ialah dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (Akoachere, 2002). Jahe memiliki zak aktif berupa minyak atsiri dan gingerol yang memiliki aksi fisiologis serta menghambat perkembangan mikroorganisme berupa bakteri dan
4 jamur. Minyak atsiri sejumlah 0,6%-3% mempunyai efek antiseptik dan antioksidan. Zat aktif yang paling penting pada jahe adalah gingerol. Jahe memiliki kandungan gingerol sebesar 20%-30% berat jahe. Gingerol adalah golongan fenol yang paling berpengaruh sebagai antibakteri dan antijamur (Ramadhan, 2009). Menurut penelitian Giriraju dkk., (2012) konsentrasi ekstrak jahe sebesar 10 % memberikan efek antijamur dan antibakteri yang efektif terhadap Candida albicans, Streptococcus mutants, dan Enterococcus faecalis. B. Permasalahan Permasalahan yang dapat disusun yaitu apakah ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc.) berpengaruh terhadap kadar halitosis pengguna gigi tiruan lengkap resin akrilik? C. Keaslian Penelitian Pada penelitian Giriraju dkk., (2012) terbukti bahwa ekstrak jahe dengan konsentrasi 10 % efektif sebagai antijamur dan antibakteri pada studi in-vitro. Perbedaan pada penelitian ini adalah dilakukan perendaman gigi tiruan lengkap resin akrilik dalam ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc.) konsentrasi 10% untuk mengetahui kadar halitosis pengguna gigi tiruan lengkap resin akrilik. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc.) terhadap kadar halitosis pengguna gigi tiruan lengkap resin akrilik.
5 E. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharap mampu memberikan informasi tentang pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc.) terhadap kadar halitosis pengguna gigi tiruan lengkap resin akrilik. 2. Perendaman gigi tiruan lengkap resin akrilik dalam ekstrak jahe konsentrasi 10% dapat dijadikan alternatif larutan pembersih karena jahe (Zingiber officinale Rosc.) memiliki senyawa antimikroba dan antijamur yang efektif dalam menghilangkan bakteri dan jamur penyebab halitosis.