BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan uraian Winarno (1993), bahwa makanan tradisional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mengemas nogosari, pepes, lemper, tempe dan arem-arem. Daun pisang

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan pangan. Pengemasan dapat menjaga kualitas produk makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kekurangan gizi yang sering terjadi di Indonesia salah satunya

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

BAB I PENDAHULUAN. karena potensi produksinya yang cukup besar. Pisang sejak lama telah dikenal

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil,

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat berpengaruh pada perkembangan

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Baik untuk memenuhi energi basal maupun energi untuk aktivitas sehari-hari

DAFTAR GAMBAR. Gambar Grafik Penurunan Kandungan Total Fenolik pada Buah Duwet. Gambar Grafik Penurunan Kadar Abu pada Buah duwet Menjadi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Orde Baru bersamaan dengan dibentuknya Bulog (Badan Urusan Logistik) pada

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE

QUIZ PENGENALAN MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Kadar Air pada Sawi Sendok dan Sawi Putih

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena saat ini menunjukkan bahwa penggunaan produk-produk alami

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. minuman saat ini mengutamakan tiga hal yaitu: manfaat untuk kesehatan, back to

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan serat-serat selulosa yang saling bertautan. Kertas, pada awalnya dibuat oleh

TEKNIK PENGEMASAN DAN LABELING PRODUK MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

I. PENDAHULUAN. populer di dunia, berasal dari Asia Tenggara, serta menjadi tanaman buah yang

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berbasis agroindustri semakin ketat. Selain itu, ketatnya

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

SENYAWA KIMIA PENYUSUN EKSTRAK ETHYL ASETAT DARI DAUN PISANG BATU DAN AMBON HASIL DISTILASI AIR

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi per Kapita per Tahun Buah-Buahan di Indonesia Tahun

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Abdimas Mahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam seiring dengan keragaman suku bangsa di Negara ini. Salah satu hasil budaya yang menarik adalah keragaman jenis makanan tradisionalnya. Makanan tradisional merupakan makanan yang dikonsumsi oleh suatu masyarakat pada suatu wilayah yang spesifik dan diolah berdasarkan resep secara turun temurun. Hal ini sesuai dengan uraian Winarno (1993), bahwa makanan tradisional adalah makanan yang erat dengan tradisi setempat. Pada umumnya keberadaan makanan tradisional tidak terlepas dari adat istiadat suatu masyarakat tertentu, sehingga makanan tradisional dapat menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Makanan tradisional di setiap daerah berbeda-beda jenisnya, dimana ada yang bersifat basah dan ada yang kering. Salah satu hal menarik yang dapat diperhatikan pada sebagian besar makanan tradisonal ini adalah pada bahan pengemas yang digunakan. Umumnya bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas makanan tradisonal adalah bahan pengemas alami dari daun-daunan lokal. Pengemas makanan tradisional dari daun-daunan ini merupakan salah satu kearifan lokal yang masih terjaga sampai saat ini di kalangan masyarakat. Adapun contoh kemasan tradisional yang sering digunakan adalah daun pisang, daun pepaya, daun jati, pelepah pisang, dan kelobot jagung.

Salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai bahan pengemas alami karena ketersediannya yang melimpah di Indonesia adalah daun pisang. Daun pisang digunakan sebagai pembungkus karena harganya murah dan mudah didapat (Munadjim, 1988). Daun pisang yang dipakai sebagai pembungkus hanya terbatas pada beberapa jenis pisang, misalnya pisang klutuk, pisang kepok dan pisang raja, sedangkan jenis pisang yang lain pada umumnya mudah robek (Rismunandar, 1989). Daun pisang kluthuk merupakan jenis daun yang lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengemas makanan dibandingkan dengan daun pisang lainnya. Hal ini dikarenakan keunggulan dari daun pisang kluthuk yaitu daunnya lebih tebal sehingga tidak mudah robek, lebih lentur, memberikan aroma khas yang harum bila digunakan membungkus, dan tidak menimbulkan perubahan warna pada makanan yang dibungkusnya. Makanan tradisional seperti nogosari, lontong, lemper, arem-arem dan lepet merupakan contoh makanan yang dibungkus dengan daun pisang kluthuk ini. Penggunaan daun pisang kluthuk sebagai pengemas, ada yang digunakan dalam bentuk daun segar tanpa ada perlakuan tambahan dan ada yang dikukus atau direbus secara bersamaan dengan makanan yang dikemasnya. Setelah dilakukan proses pengolahan seperti pengukusan dan perebusan, umumnya aroma dari makanan yang dibungkus dengan daun pisang kluthuk ini menjadi lebih kuat, harum, dan khas. Hal tersebut dimungkinkan karena terjadinya migrasi komponen-komponen kimia termasuk senyawa flavor dari daun pisang kluthuk ke dalam makanan yang dikemasnya tersebut.

Umumnya, penggunaan pengemas makanan seperti plastik, kaleng maupun daun adalah melekat atau kontak langsung dengan makanan yang dikemasnya. Hal tersebut mengakibatkan komponen-komponen senyawa kimia dalam bahan pengemas dapat bermigrasi ke produk pangan yang dikemasnya (Castle, 2000). Demikian juga pada pangan-pangan tradisional yang dikemas dengan daun pisang kluthuk, dimana komponen-komponen kimia dalam daun pisang tersebut juga dapat bermigrasi ke produk pangan yang dikemasnya. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian terhadap daun pisang kluthuk sebagai bahan pengemas pangan tradisional ini perlu untuk dilakukan. Daun pisang kluthuk dan pisang ambon sempat diteliti oleh Mastuti dan Ratna (2014), dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa pada daun pisang kluthuk dan pisang ambon memiliki senyawa kimia penghasil aroma yaitu terdapat tujuh senyawa utama yang berperan terhadap aroma. Kemudian, terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Sahaa et al (2013) mengenai medicinal activities dari daun pisang raja (Musa sapientum var. sylvesteris) dimana peneliti menjelaskan bahwa daun pisang raja ini berpotensi digunakan dalam bidang medis karena diketahui adanya aktivitas antioksidan dan antimikrobia. Namun, penelitian-penelitian tersebut masih sangat minim dalam mengeksplorasi sifat fisik dan kimia daun pisang kluthuk serta informasi senyawa bioaktif yang berperan terhadap aktivitas antioksidan ataupun antimikrobia yang terkandung dalam daun pisang kluthuk terebut. Perubahan karakter fisik dan kimia daun pisang kluthuk setelah proses

pengukusan yaitu salah satu proses pengolahan makanan yang sering dilakukan oleh masyarakat juga belum dieksplor lebih lanjut. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan dimana dalam penelitian ini akan dilakukan karakterisasi sifat fisik dari daun pisang kluthuk seperti ketebalan daun, warna daun, dan tensile strength dari daun segar maupun dari daun yang telah dikukus. Kemudian juga dilakukan karakterisasi sifat kimia seperti kadar air, kadar lemak, identifikasi senyawa volatil dan profil asam lemak pada daun pisang kluthuk ini sehingga diketahui senyawa-senyawa yang berperan terhadap munculnya aroma khas pada makanan yang dikemas dengan daun pisang ini. Kemudian juga dilakukan analisa aktivitas antioksidan, total fenolik, dan aktivitas antibakteri dari fraksi-fraksi ekstrak daun pisang kluthuk yang selanjutnya diidentifikasi senyawa bioaktif pada fraksi yang paling aktif dari ekstrak daun tersebut. 1.2. Rumusan Masalah a. Bagaimana karakteristik fisik daun pisang kluthuk sebagai bahan pengemas alami makanan tradisional dan perubahannya setelah proses pengukusan? b. Bagaimana karakteristik kimia daun pisang kluthuk seperti kadar air, kadar lemak, senyawa volatil, total fenolik, dan aktivitas antioksidan, serta bagaimana perubahannya setelah proses pengukusan? c. Asam-asam lemak apa saja yang terkandung dalam daun pisang kluthuk segar maupun daun pisang kluthuk yang telah dikukus?

d. Senyawa-senyawa bioaktif apa saja yang terdapat pada fraksi aktif dari daun pisang kluthuk segar maupun yang telah dikukus dan yang berperan terhadap aktivitas antioksidan ataupun antimikrobia? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sifat fisik dan kimia dari daun pisang kluthuk sebagai pengemas makanan tradisonal dan mengetahui perubahan sifat fisik dan kimianya setelah proses pengukusan. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui nilai tensile strength, tebal dan warna daun sebagai informasi sifat fisik daun pisang kluthuk segar dan perubahannya setelah mengalami proses pengukusan. b. Mengetahui nilai kadar air dan kadar lemak daun pisang kluthuk segar dan perubahannya setelah mengalami proses pengukusan. c. Mengetahui profil asam lemak pada daun pisang kluthuk dan perubahannya setelah dilakukan proses pengukusan daun. d. Mengetahui kandungan komponen senyawa-senyawa volatil daun pisang kluthuk dan perubahannya setelah dilakukan proses pengukusan daun. e. Mengetahui ni lai total fenolik dan potensi aktivitas antioksidan, serta antibakteri daun pisang kluthuk segar dan perubahannya setelah dilakukan proses pengukusan daun.

f. Mengetahui senyawa bioaktif yang terdapat pada fraksi aktif dari ekstrak daun pisang kluthuk segar maupun daun pisang yang telah dikukus. 1.4. Manfaat a. Memberikan informasi tentang sifat fisik dan kimia daun pisang kluthuk segar dan perubahannya setelah proses pengukusan. b. Memberikan informasi mengenai profil asam lemak yang terkandung dalam daun pisang kluthuk. c. Memberikan informasi mengenai senyawa-senyawa volatil pada daun pisang kluthuk segar dan kukus yang berperan terhadap pembentukan aroma khas pada makanan tradisonal yang dikemas dengan daun pisang kluthuk tersebut. d. Memberikan informasi mengenai potensi aktivitas antioksidan dan antibakteri daun pisang kluthuk serta kandungan total fenoliknya. e. Memberikan informasi mengenai senyawa-senyawa bioaktif pada daun pisang kluthuk yang berperan terhadap aktivitas antioksidan dan antibakteri dari daun pisang kluthuk. f. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan dari daun pisang klutuk sebagai bahan pengemas yang biodegradable dan ekstraknya sebagai agen antioksidan dan antimikrobia alami dalam sistem pengemasan aktif yang berbasis kearifan lokal.