STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

dokumen-dokumen yang mirip
SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

Minuman sari buah SNI

DTT. IB. 5Nl. Standar Nasional lndonesia. snl tcs. Tepung singkong. Dewan Standardisasi Nasional - DSN

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS

Jahe untuk bahan baku obat

Pupuk dolomit SNI

Pupuk SP-36 SNI

Pupuk kalium sulfat SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Minyak goreng. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Pupuk amonium klorida

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

Air demineral SNI 6241:2015

Pupuk super fosfat tunggal

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Air mineral SNI 3553:2015

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

Lampiran 1. Uji Post Hoc One Way Anova Rendemen Kelolosan Tepung Bengkuang "Lokal 1" dan "Lokal 2 dengan Berbagai Perlakuan Pretreatment

Pupuk amonium sulfat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

Sosis ikan SNI 7755:2013

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM

Lampiran 1 Standard Mutu Bahan Baku dan Bahan pembantu

Air mineral alami SNI 6242:2015

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

snl MINUMAN TEH DALAM KEMASAN udc s STANDAR NASIONAL INOONESIA snl ' 1992 OEWAN STANOARDISASI NASIONAL - DSN

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Siomay ikan SNI 7756:2013

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI =========================================== RAGI ROTI KERING

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Tabel Syarat Mutu Kecap Ikan

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. SNI Selai Buah Syarat Mutu Selai Buah

Minyak terpentin SNI 7633:2011

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

Botol plastik untuk air minum dalam kemasan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Pakan buatan untuk ikan patin (Pangasius sp.)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

Susu segar-bagian 1: Sapi

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

Standart Mutu Mie Kering Menurut SNI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Air minum dalam kemasan

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

BAB III METODE PENELITIAN

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning. Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning. Kandungan Gizi. 0,08 mg.

Desikator Neraca analitik 4 desimal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

Terasi udang SNI 2716:2016

Lampiran 2. Pembuatan Larutan a. Air Kansui 51,8 g natrium klorida, 2,6 g natrium karbonat, 2,6 g kalium karbonat, dan 3,9 g natrium tripolifosfat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

Bab IV Hasil dan Pembahasan

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

METODE. Materi. Rancangan

3. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 01-2600 - 1992 SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

=========================================== DEWAN STANDARDISASI NASIONAL PENDAHULUAN Standar ini merupakan Revisi SII.1851-86, Sauerkraut Dalam Kemasan. Revisi diutamakan pada pesyaratan mutu dengan alasan sebagai berikut : - Menunjang intstruksi menteri perindustrian No.04/M/Ins/10/1989. - Melindungi konsumen - Mendukung perkembangan industri agro base. - Menunjang ekspor non - migas Standar ini disusun merupakan hasil pembahasan rapat - rapat Teknis, Prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam Rapat Konsensus Nasional pada 20 maret 1990. Hadir dalam rapat - rapat tersebut wakil - wakil dari produsen, konsumen dan instansi yang terkait. Sebagai acuan diambil dari : - Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Men.Kes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. - Standar dan peraturan Codex Alimentarius Comission. - Pearson's Chemical Analysis of Food 8 th, 1986 untuk pengujian asam - asam.

SAUERKRAUT DALAM KEMASAN 1. RUANG LINGKUP Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan sauerkraut dalam kemasan. 2. DEFINISI Sauerkraut dalam kemasan adalah suatu produk makanan hasil fermentasi irisan atau cincangan kubis (Brassica oleracea) segar yang diawetkan didalam kemasan larutan garam atau cairan hasil fermentasi juice Kraut dengan atau tanpa pemanasan. 3. SYARAT MUTU Syarat mutu sauerkraut dalam kemasan sesuai Tabel dibawah ini.

Tabel Sauerkraut DalamKemasan No Kriteria uji Satuan Persyaratan 1. 2. 3. 4. 5. Keadaan kemasan sebelum dan sesudah pengeraman Keadaan : 2.1. Bau 2.2. Rasa 2.3. Warna 2.4. Tekstur Bahan - bahan asing (pasir, tangkai dan bongkol ati yang tidak terpotong, serangga) Bobot tuntas, %, b/b Jumlah asam dan asam yang normal normal dan khas sauerkraut normal dan khas sauerkraut normal dan khas sauerkraut normal tidak boleh ada 4

6. 7. 8. 9. mudah menguap : 5.1. Asam total (dihitung sebagai asam laktat), %, b/b 5.2. Asam yang mudah menguap (dihitung sebagai asam asetat), %, b/b N a Cl, %, b/b Cemaran logam : 7.1. Timbal (Pb), mg/kg 7.2. Tembaga (Cu), mg/kg 7.3. Seng (Zn), mg/kg 7.4. Timah (Sn), mg/kg Arsen (As), mg/kg Cemaran mikroba, mg/kg Angka lempeng total koloni/g min. 60 1-2 maks. 0,3 maks. 2,5 maks. 10,0 maks. 30.0 maks. 40.0 maks. 40,0/250*) maks. 2,0 maks. 2,0 maks. 1,0 x 10 2 *) untuk dikemas dalam kaleng. 4. CARA PENGAMBILAN CONTOH Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI.0428-89-A/SII.0426-90, Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan. 5. CARA UJI 5.1. Persiapan Contoh untuk Uji Kimia Setelah pemeriksaan keadaan isi dan bobot tuntas, campurkan kembali bagian contoh padatan dan cairan ke dalam blender dan homogenkan sampai serba sama, lalu semua masukkan kedalam botol gelas bertutup dan selanjutnya lakukan pengujian. 5.2. Keadaan Pengemasan Cara uji keadaan pengemasan sesuai dengan SII.2453-90, Cara Uji Makanan dan minuman, butir 1.1. 5.3. Keadaan Isi Cara uji keadaan isi sesuai dengan SII.2453-90, butir 1.2. 5.4. Bahan - bahan Asing Cara uji bahan - bahan asing sesuai SII.2453-90, butir 1.3. 5

5.5. Bobot Tuntas Cara uji bobot tuntas sesuai dengan SII.2453-90, butir 2. 5.6. Jumlah Asam dan Asam yang mudah menguap 5.6.1 Jumlah asam (dihitung sebagai asam laktat) 5.6.1.1. Peralatan a. Neraca analitik b. Labu erlenmeyer 250-300 ml c. Buret 50 ml 5.6.1.2. Pereaksi a. Larutan NaOH 0,1 N b. Larutan indikator phenolphtalein (PP) 5.6.1.3. Cara Kerja a. Timbang seksama 3 sampai 5 g cuplikan dalam labu erlenmeyer 250-300 ml, tambahkan 50 ml air suling. b. Titar dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator PP sampai terbentuk warna merah jambu muda. Perhitungan : Jumlah asam (dihitung sebagai asam laktat) = V x N x 90 ---------------- x 100 % W dimana : W = bobot contoh, gram V = Volume larutan NaOH, ml N = normalitas larutan NaOH 5.6.2. Asam asam yang mudah menguap (dihitung sebagai asam asetat) 5.6.2.1. Peralatan a. Neraca analitik b. Lanu erlenmeyer 250-300 ml c. Buret 50 ml d. Pinggan penguap 5.6.2.2. Pereaksi a. Larutan natrium hidroksida, NaOH 0,1 N b. Indikator phenolphtalein, PP 5.6.2.3. Cara kerja a. Timbang seksama lebih kurang 10 gram cuplikan ke dalam pinggan 6

penguap, tambahkan air dan uapkan diatas penangas air sampai hampir kering. b. Angkat pinggan penguap; tambahkan air sambil diaduk dan kan kembali. c. Pindahkan sisa penguapan ke dalam erlenmeyer dan bilasi pinggan penguap beberapa kali dengan air suling. d. Titar dengan larutan NaOH 0,1 dengan indikator PP sampai terbentuk warna jambu muda. Perhitungan V x N x 90 Ficed acid dihitung sebagai asam laktat = ----------------- x 100 % W dimana : W = bobot contoh, mg V = volume larutan NaOH, ml N = normalitas larutan NaOH Asam yang mudah menguap (dihitung sebagai asam asetat) 60 = ------- x (Jumlah asam Ficed acid) 90 5.7. NaCL Cara uji N a CL sesuai SII.2453-90, butir 1.5. 5.8. Cemaran Logam Cara uji logam sesuai SII.2460-90, Cara uji Cemaran Logam. 5.9. Arsen Cara uji cemaran logam SII.2460-90. 5.1.0. Cemaran Mikroba Cara uji cemaran mikroba sesuai SII.2461-90, Cara Uji Cemaran Mikroba. 6. SYARAT PENANDAAN Sesuai dengan peraturan Dep.Kes.R.I. yang berlaku tentang label dan periklanan makanan. 7. CARA PENGEMASAN Sauerkraut dikemas dalam wadah tertutup rapat, tidak mempengaruhi atau dipengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. 7

8