BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangungunan kesehatan ini

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari. pembangunan sumber daya manusia, yaitu mewujudkan bangsa yang maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengobat tradisional dukun atau tabib.masyarakat memiliki pandangan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

6 BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Besarnya potensi pengembangan rumah sakit ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin.

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. medis dokter dan tenaga medis lainnya. cara sendiri misalnya dengan membeli obat di toko-toko ataupun apotik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009). Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU Nomor 23 tahun1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Adnani, 2011). Kesehatan adalah suatu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Saat ini, perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan juga sangat pesat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Namun jangkauan pelayanan kesehatan ini masih terbatas sehingga hanya sebagian masyarakat yang dapat menggunakan jasa pelayanan kesehatan tersebut. 1

2 Apabila pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien sesuai dengan tingkat rata-rata penduduk yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan, maka dapat dinilai baik untuk mutu pelayanan kesehatan. Menurutnya, derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan, dan keturunan (Azwar, 1996). Menurut Wasisto dalam Sukamto (2008) mutu pelayanan kesehatan didukung oleh banyak faktor yang merupakan suatu sistem. Faktor-faktor tersebut adalah tenaga kesehatan, pembiayaan, sarana dan teknologi kesehatan yang digunakan, serta interaksi kegiatan yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan jasa atau pelayanan. Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau paling tidak akan mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan tradisional maupun pengobatan modern. Namun hubungan antara sehat dengan permintaan pelayanan kesehatan tidaklah sesederhana itu. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya jarak, tarif maupun pelayanan kesehatan yang memuaskan atau tidak, tapi juga dipengaruhi oleh faktor akan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2010). Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah selalu objektif, bahkan lebih banyak unsur subjektifitas dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Cara pandang masyarakat tentang sehat-sakit ini

3 sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya, petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan gejala (simpton) yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa mengidap penyakit atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada orang pandai yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 1997). Seorang pengobat tradisional mengatakan bahwa sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit dibadannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, badan lemah atau sakit. Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda dibadannya, tetapi bisa ketahuan dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan (Embong, 2010). Pengobatan tradisional erat kaitannya dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu wilayah geografis tertentu. Pengobatan tradisional ini juga lazim digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. Perbedaan mendasar antara pengobatan modern dengan pengobatan tradisional adalah bahwa pengobatan modern lebih

4 menganggap bahwa manusia lebih bersifat materialistik (darah, tulang, daging, dan mengabaikan aspek spiritual manusia) dan menggunakan obat-obat juga alatalat yang semakin canggih untuk mendiagnosa pasiennya (Wan. Sri, 2009). Secara umum, definisi sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Dengan demikian seseorang yang menderita suatu jenis penyakit berarti orang tersebut tidak dapat menjaga keseimbangan diri dengan lingkungannya atau organisme tubuh yang terdapat pada diri seseorang itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka orang tersebut dikatakan sakit (menderita satu jenis penyakit) yang memerlukan penyembuhan baik secara tradisional maupun modern (Lubis, dkk, 1995). Merupakan fakta bahwa sebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan masalah kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan (health seeking behaviour), yaitu sebagian besar masyarakat di Indonesia akan mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu jika mereka sakit dengan cara atau bahan tradisional sehari-hari yang dipergunakan di lingkungan keluarga atau meminta pertolongan kepada dukun. Kalau belum berhasil baru mereka akan pergi ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik daripada tidak mengobati (Azwar, 1996). Data berdasarkan hasil penelitian Tukiman dan Jumirah (2001) tentang Perilaku Masyarakat Terhadap Timbulnya Gejala Penyakit, diketahui bahwa ketika mengalami sakit ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa melakukan pengobatan, 5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati dengan jamu sebanyak 9%, memakai obat bebas sebanyak 63%, pergi ke

5 dokter/puskesmas sebanyak 18%. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Pola pengobatan yang dilakukan didasarkan kuat oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami oleh individu tersebut (Ariyanto, 2009). Menurut Depkes RI, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan pengobatan tradisional. Didapati sebanyak 62,65% penduduk yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya kepengobatan medis, pengobatan tradisional, dan tidak berobat. Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit menggunakan obat atau cara lain tanpa petunjuk dokter, pengobatan sendiri merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua orang yang memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Depkes RI, 2009). Berdasarkan data profil kabupaten/kota tahun 2013, jumlah rawat jalan dan rawat inap diseluruh puskesmas di Provinsi Riau adalah 2.280.003 kunjungan. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 2.528.160 kunjungan namun mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 1.927.837 kunjungan. Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap diseluruh RS di Provinsi Riau pada tahun 2013 adalah 1.377.948 kunjungan, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 769.910 kunjungan (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2013). Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya. Dengan menggunakan akal pikiran dan

6 berdasarkan pengalaman, mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk menjaga kesehatan. Pengobatan yang dilakukan baik secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobatan tradisional (dukun, datu, maupun tabib) maupun pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan peralatan kedokteran yang serba modern. Kedua jenis cara ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat, baik masyarakat di perkotaan maupun yang berada di pedesaan. Hal ini tergantung bagaimana pola pencarian yang dipahami oleh individu tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitarnya (Sirait, 2015). Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa meskipun perkembangan obat modern sudah sangat maju pesat, namun pengobatan tradisional tetap menjadi salah satu pilihan pengobatan bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini karena pengobatan tradisional telah dikenal dan diakui sejak lama sebagai sarana penyembuhan penyakit oleh masyarakat. Begitu juga halnya dengan Desa Menaming yang terletak di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Pengobatan tradisional masih berkembang dengan baik di daerah tersebut. Meskipun terdapat pengobatan medis modern, masyarakat lebih cenderung memilih pengobatan tradisional. Bahkan ada yang menggabungkan kedua jenis pengobatan tersebut secara bersamaan. Desa Menaming memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.427 jiwa dengan jumlah KK(Kepala Keluarga) sebanyak 448 KK serta dengan tingkat kepadatan

7 penduduk 147 jiwa/km². Hampir seluruh penduduk di desa ini adalah suku Mandailing. Data yang bersumber dari Puskesmas Kecamatan Rambah menyebutkan dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan masyarakat, di Desa Menaming terdapat 1 unit puskesmas pembantu. Tenaga kesehatan yang tersedia terdiri dari 1 orang perawat dan 1 orang bidan. Hasil pengamatan sementara peneliti pada bulan September tahun 2015 diperoleh bahwa ketika mengalami sakit, masyarakat Desa Menaming menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di daerah tersebut, baik secara medis maupun non-medis. Fasilitas atau tempat pengobatan yang biasa digunakan masyarakat meliputi pengobatan modern seperti ke puskesmas pembantu (pustu) maupun tenaga paramedis dan pengobatan tradisional dengan ramuan obat dan juga pengobatan tradisional spiritual/kebatinan seperti paranormal (dukun/datu). Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Menaming diperoleh informasi bahwa ada tujuh orang yang dianggap sebagai orang pintar yang keseluruhannya bersuku Mandailing. Mereka selalu bersedia untuk membantu dalam proses pengobatan terhadap penyakit yang dikeluhkan masyarakat seperti demam, batuk, maag, migrain yang pada umumnya akan didiagnosa sebagai keteguran, disenggol makhluk halus, dsb. Berdasarkan yang peneliti lihat di lapangan, terdapat beberapa pola pengobatan yang berkembang pada masyarakat di desa Menaming yaitu, melakukan pengobatan sendiri terhadap penyakit yang diderita, menggunakan pengobatan tradisional, menggunakan pengobatan medis, menggunakan

8 pengobatan non-medis, dan menggabungkan jenis pengobatan modern, tradisional dan non-medis. Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) Menaming menyebutkan bahwa masyarakat yang menggunakan pustu sebagai tempat berobat setiap bulannya rata-rata 35 orang. Dari 35 orang tersebut pada umumnya telah melakukan pengobatan tradisional terlebih dahulu sebelum berobat ke puskesmas. Dengan alasan karena mereka tidak kunjung sehat saat melakukan pengobatan pada pengobatan tradisional. Bisa disimpulkan bahwa saat datang ke pengobatan modern, penyakit yang mereka derita bisa saja sudah menjadi semakin parah. Berdasarkan pertimbangang di atas, penulis tertarik dan perlu mengetahui dan meneliti pola pencarian pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan ini adalah bagaimana pola pencarian pengobatan pada masyarakat Suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pencarian pengobatan pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016.

9 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pola pencarian pengobatan pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dinas kesehatan daerah tingkat I kabupaten Rokan Hulu, dalam penyusunan rencana program promosi kesehatan masyarakat. 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat dan peneliti, yang berkaitan dengan penelitian ini.