PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 23 PADANG ARTIKEL ILMIAH AYU RISDA PUTRI NIM. 12010133 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SEMATERA BARAT PADANG 2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 23 PADANG Ayu Risda Putri, Mulyati, Elza Safitri Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumbar E-mail : ayurisdaputri@yahoo.co.id ABSTRACT This research is based on the low learning outcome of biology class of Junior High School 23 Padang VII Grade students. It is caused by the student is not well trained to think so that the students get difficult to analyze a problem. Moreover, the teacher only use Board as the media in teaching environmental pollution and destruction and the students just be passive listeners on the teaching process. In order to solve the problem, The Problem Based Learning Model and video media is used. This research aims to know the implementation of Problem Based Learning Model with Video Media towards the learning outcome of Biology class of Junior High School 23 Padang VII Grade students. Kind of this research is that experimental research with Randomized Control Group Only Design. The population in this research is all VII grade students of Junior High School 23 Padang on the second semester of 2015/2016 educational calendar which consists of 6 classes. The sample is taken by using purposive technique so that in result it was chosen VII 4 class andvii 3 as the controlling class. The data of the learning outcomes on cognitive area as analyzed by using t-test. The result of data analysis on trusted degree was 95% (α = 0,05) it was obtained by t hitung = 2,11 dan t tabel = 1,66, t hitung > t tabel therefore the learning outcome of biology class on experimental class was totally different from the controlling class it means that the hypothesis was accepted. The average score of experimental class students was 78,48, while the average score of controlling class students was 71,25. Affective scoring of experimental class was with B predicate (3,18) meanwhile in controlling class was with B predicate (2,98). The psychomotor scoring of experimental class was with B predicate (3,11), while in controlling class was with B+ predicate (3,27). It can be concluded that implementing Problem Based Learning Model with Video Media cognitive domain can increase students Biology learning outcome, on affective domain experimental class and controlling class were with B predicate, meanwhile on psychomotor domain, experimental class was lower than controlling class. Key word : Problem Based Learning, Video, and learning outcomes PENDAHULUAN Biologi merupakan salah satu mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Biologi memiliki peranan penting dalam sains dan teknologi. Guru adalah orang yang terlibat langsung dalam pembelajaran dapat mengupayakan berbagai hal untuk meningkatkan kemampuan belajar biologi siswa, diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan Praktek Lapangan (PL) di SMP Negeri 23 Padang serta wawancara penulis dengan guru biologi kelas VII pada bulan September 2015 dimana guru masih menggunakan model pembelajaran langsung dengan metode ceramah dan tanya jawab, akibatnya kegiatan pembelajaran, siswa kurang terlatih dalam berpikir, sehingga siswa sulit untuk menganalisis suatu permasalahan. Selain itu guru hanya menggunakan media papan tulis pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan, dan siswa hanya menjadi pendengar pasif saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada ulangan harian biologi pada materi Pencemaran dan kerusakan lingkungan masih rendah dan tidak mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum)
yang ditetapkan oleh sekolah untuk pelajaran biologi yaitu 75,00. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Menurut Duch dalam Shoimin 2014:130, Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan agar dapat melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh. Pada model pembelajaran ini, pengetahuan dicari dan dibentuk oleh siswa dalam upaya untuk memecahkan contohcontoh masalah dunia nyata yang dihadapkan pada mereka. Dalam model pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Untuk menunjang proses pembelajaran digunakanlah media video. Video sebagai media audio visual dan mempunyai unsur gerak akan mampu menarik perhatian dan motivasi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai media video terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Negeri 23 Padang. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 23 Padang semester II pada bulan April - Mei Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah Randomized Control- Group Posttest Only Design dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (Lufri 2005: 69-85). Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 23 Padang yang terdaftar pada tahun 2015/2016. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Mengumpulkan data nilai Ulangan Harian siswa materi Ekosistem, Menghitung nilai rata-rata ulangan biologi materi Ekosistem pada siswa kelas VII SMP Negeri 23 Padang. Kemudian dilihat dua kelas yang memiliki rata-rata relatif sama atau mendekati sama dijadikan kelas sampel yaitu kelas VII 3 dan VII 4. Selanjutnya dilakukan pengundian, maka kelas yang terambil pertama merupakan kelas eksperimen yaitu kelas VII.4 dan yang terambil kedua merupakan kelas kontrol yaitu kelas VII.3. Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran Problem based Learning disertai media video. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa dari kedua kelas sampel. Prosedur penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu tahap persiapan, pelaksanaan,dan tahap akhir. 1. Tahap persiapan, sebelum tahap pelaksanaan peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan surat izin penelitian, Menetapkan jadwal penelitian, Menyusun silabus dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Mempersiapkan media video yang akan diberikan pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Mempersiapkan kisi-kisi soal dan membuat soal untuk uji coba. Melakukan uji coba soal, Menganalisis hasil uji coba soal, dan Menentukan soal untuk tes akhir. 2. Tahap pelaksanaan, melaksanakan proses pembelajaran pada kedua kelas sampel. Sebelumnya dilakukan pra penelitian pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Pada kelas eksperimen : orientasi siswa kepada masalah, menggorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Pada kelas kontrol : Guru membagikan buku paket kepada siswa, siswa mendengarkan dan memperhatikan guru saat guru menjelaskan materi pembelajaran, guru memberi waktu kepada siswa untuk mencatat poin-poin penting tentang materi pembelajaran, guru bertanya kepada siswa tentang materi pembelajaran yang kurang dipahami, dan memberikan umpan balik positif berupa penguatan terhadap materi tersebut agar mudah dipahami oleh siswa. 3. Tahap akhir, yaitu memberikan tes akhir pada kedua kelas sampel. Tes akhir ini dilakukan dalam bentuk soal objektif setelah diuji cobakan sebelumnya. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini mencakup ketiga ranah yaitu ranah kognitif dalam bentuk tes akhir yang berupa soal pilihan ganda dengan empat options berjumlah 40 butir. Ranah afektif dan
psikomotor dalam bentuk lembar observasi yang dilakukan oleh observer dan guru. Untuk medapatkan soal tes akhir yang baik, maka dilakukan uji validitas tes, reliabilitas soal (Arikunto, 2010: 72-103), indeks kesukaran soal dan daya beda (sudijono, 2011: 373-389) dan mengetahui hipotesisnya diterima maka dilakukan uji-t pada ranah kognitif. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variens kedua kelas sampel (sudjana 2005:249). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil belajar yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor siswa seperti Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Rata-Rata Hasil Belajar Pada Kelas Sampel Kognitif Afektif Psikomotor No Kelas Capaian Nilai rata-rata Modus Predikat Optimum Predikat 1 Eksperimen 78,48 3,18 B 3,11 B 2 Kontrol 71,25 2,98 B 3,27 B+ Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran Problem Based Learning dapat melibatkan siswa untuk lebih aktif saat proses pembelajaran, pengetahuan dicari dan dibentuk oleh siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapkan pada mereka. Menurut Trianto (2009: 91) pembelajaran berdasarkan masalah menyajikan situasi masalah nyata dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri. Pada model pembelajaran ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan siswa belajar dalam tim dan berkolaborasi untuk mengembangkan pengetahuan yang berguna dalam memecahkan suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2010:34) bahwa keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Kondisi lain yang kemungkinan penyebab tingginya hasil belajar adalah pada tahap orientasi siswa pada masalah, dimana guru akan memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran serta mendorong siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Agar terciptanya suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa, maka guru menampilkan video untuk memperlihatkan fenomena yang berkaitan dengan masalah dari pembelajaran tersebut. Media video yang ditampilkan membuat siswa menjadi tertarik karena fenomena yang ditayangkan adalah fenomena nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Hal ini sejalan dengan Arsyad (2014: 19) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sedangkan menurut Lufri (2007: 112) tanpa media, penyajian materi pelajaran menjadi kurang menarik, bahkan materi menjadi sulit dipahami dan membosankan. Oleh karena itu kemampuan media ini dianggap baik dan lebih menarik. Hal ini terlihat pada saat siswa mengamati tayangan video, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu siswa terhadap pemecahan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang dibuat pada lembar pengamatan siswa. Disamping itu siswa membaca dan memperoleh informasi dari berbagai sumber untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Selain itu siswa diberi kuis diakhir pembelajaran. Dimana berguna untuk menentukan keberhasilan siswa yang mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran. ini terlihat pada persentase kelas eksperimen adalah 62,62 % dan kelas kontrol 40,62%. Ini sesuai dengan pendapat
Arikunto (2010: 11) bahwa tujuan dari penilaian hasil belajar adalah mengetahui sejauh mana suatu program pembelajaran berhasil diterapkan. Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol disebabkan karena salah satu kelemahan metode ceramah dan tanya jawab diantaranya pelajaran berlangsung membosankan, karena hanya berlangsung satu arah sehingga kurangnya interaksi antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa. Ini juga terlihat bahwa siswa hanya mendengarkan materi pembelajaran dari guru saja, kemudian mencatat poinpoin penting tentang materi pembelajaran, selanjutnya hanya didominasi oleh siswa yang aktif berbicara, materi dikuasai oleh siswa yang pintar. Ini sesuai dengan pendapat Lufri (2006: 33) pembelajaran tidak bisa berjalan dengan baik apabila anak didik tidak membaca terlebih dahulu. Berdasarkan nilai rata-rata pada penilaian kognitif, dapat disimpulkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penilaian ranah afektif pada kelas sampel diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Latisma (2011 : 192) hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran. Penilaian afektif kedua kelas sampel sama-sama mendapatkan predikat B. Berdasarkan nilai modus pada penilaian afektif secara keseluruhan, pembelajaran dengan model Problem based learning disertai media video belum dapat meningkatkan nilai sikap siswa pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan nilai afektif pada kelas eksperimen dan kontrol berada dalam taraf yang sama, sehingga sikap siswa dalam proses pembelajaran belum dapat berubah secara langsung dengan adanya penelitian ini. Sesuai dengan pendapat Anwar (2009: 112) ranah afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, dan minat. Sikap adalah kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, atau masalah tertentu. Perubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Setelah dilakukan penilaian kognitif dan afektif untuk menentukan berhasil atau tidaknya seseorang diperlukan juga menilai psikomotor siswa. Nilai psikomotor yang dilihat adalah kesesuaian ringkasan dengan tujuan pembelajaran, kelengkapan isi dan kebersihan penulisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wakhinuddin (2010: 89) mengatakan bahwa Memberi penilaian terhadap hasil belajar siswa merupakan kewajiban seorang guru dan mutlak dilakukan. Dilihat dari rata-rata nilai predikat yang didapatkan pada kelas eksperimen adalah B dan predikat pada kelas kontrol adalah predikat B+. Meningkatnya penilaian kompetensi psikomotor pada kelas kontrol disebabkan karena siswa sudah mampu membuat kesesuaian isi jawaban dengan baik. Selain itu, isi ringkasan yang telah dibuat sudah lengkap. Ini dikarenakan siswa mencatat point-point yang sudah diterangkan oleh guru sebelumnya di sekolah. Menurut Lufri (2 006: 37) pemberian tugas kepada anak didik dapat memantapkan, mendalami dan memperkaya materi yang sudah dipelajari dan sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan. Sedangkan rendahnya psikomotor kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol disebabkan di sekolah siswa mencari sendiri dan mengembangkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah dengan teman kelompoknya dengan membuat pertanyaan pada lembar pengamatan yang diberikan oleh guru dan mendiskusikannya. Pada pemberian tugas rumah dimungkinkan siswa yang baru menduduki bangku SMP kurang memahami dalam meringkas materi sehingga kesesuaian isi ateri tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu kemungkinan disebabkan dari sumber belajar contohnya dari bahasa buku pelajaran, kemungkinan bahasa dalam buku sulit dimengerti dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu penilaian psikomotor siswa masih rendah. Menurut Anwar (2009:87) penilaian psikomotor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif dan afektif.
Apabila suatu proses pembelajaran itu dimulai dengan sikap dan minat yang baik maka penilaian pengatahuannya juga meningkat dengan baik. Sesuai dengan pendapat Latisma (2011:192) bahwa orang yang tidak memiliki minat pada mata pelajaran tertentu, sulit diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar secara maksimal. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang memuaskan. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning disertai media video pada ranah kognitif dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa, pada ranah afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan predikat B, sedangkan pada ranah psikomotor kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan kesimpulan maka dikemukakan saran yaitu Guru biologi dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning disertai media video sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dan Penelitian selanjutnya dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning disertai media video pada materi pelajaran biologi lainnya DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard. I. 2013. Belajar Untuk Mengajar Learning To Teach. Jakarta: Salemba Humanika. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Lufri, Arlis, Yunus, & Sudirman. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press. Lufri. 2005.Metotologi Penelitian. Padang: UNP Press. 2006. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomoer 41 Tahun 2007. Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: arruzz media. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung: Tarsito Bandung. Sudjana, A. Rivai. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wakhinuddin. 2010. Merencanakan Pembelajaran Teknik Otomotif. Padang: UNP Press. Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Arsyad, Azhar. 2014.Media Pembelajaran. Depok: Raja grafindo Persada. Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press Padang.