PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

PENDAHULUAN. pemerintah telah mencantumkan dalam jurnal kajian LEMHANNAS RI Tahun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Tipe perkecambahan epigeal

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Tata Cara penelitian

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

BAB IV. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

III. METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

G3K2 G1K1 G2K3 G2K2. 20cm. Ulangan 2 20cm G3K3 G3K1 G3K2. Ulangan 3 20cm. 20cm G1K1 G1K3 G1K2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III.METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Transkripsi:

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm. Persiapan Okulasi Langkah-langkah dalam pelaksanaan okulasi yaitu sebagai berikut : disiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti yang dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong batang atas yang memiliki satu mata tunas dalam bentuk tameng, ditempelkan batang atas pada batang bawah yang telah dikelupas kulitnya sesuai ukuran, pertautan batang atas dan batang bawah diikat rapat-rapat dengan plastik bening yang arah lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam sambungan yang dapat menyebabkan sambungan busuk. Aplikasi Perlakuan Setiap konsentrasi air kelapa dibuat sebanyak 1 liter. Caranya adalah dengan mencampurkan air kelapa dan aquadest sesuai konsentrasi yang akan dibuat. Kemudian disemprotkan ke bagian okulasi.

Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan adalah topsoil, kompos, pasir dan dengan perbandingan 2: 1: 1. Media tanam dihomogenkan dan di masukkan kedalam polibag. Penanaman Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam pada media tanam yang telah disiapkan. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Penyungkupan Penyungkupan dilakukan pada saat bibit ditanam dipolibag sampai dengan 2 MST dengan paranet agar menjaga sambungan tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering terpapar matahari. Penyiraman Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dijaga kondisi tanah pada media tidak terlalu basah. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan agar sistem perakaran tidak terganggu dan cangkul atau parang untuk di sekitar luar polibag.

Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian hama penyakit dilakukan secara mekanis jika tingkat serangan rendah dan penggunaan bahan kimia jika tinkat serangan tinggih. Pengamatan Peubah amatan Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Peubah amatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah: Kecepatan Bertunas (hari) Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya tunas. Diamati setiap hari setelah tanam. Perhitungan kecepatan bertunas menggunakan rumus sebagi berikut: Rata-Rata Hari NN1TT1+NN2TT2+ +NNNNNNNN JJJJJJJJJJ h TTTTTTTTTT BBBBBBBBBB BBBBBBBBBBBBBBBBBBBB h Ket: N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan Persentase Keberhasilan Okulasi (%) Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan. Perhitungan persentase bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100% Persentase bertunas = jumlah tanaman yang bertunas jumalah tanaman seluruhnya X 100 % Tinggi Tunas (cm) Tinggi tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau meteran. Pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST.

Diameter Tunas (mm) Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital, pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Daun (helai) Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Umbi (umbi) Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi yang telah terbentuk. Bobot Basah Akar (g) Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitic Bobot kering Akar (g) Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu 60-80 0 C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data rataan dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat (Lampiran 4-37) menunjukkan bahwa hasil penelitia pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas, bobot kering akar, dan bobot basah akar. Perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun, kecepatan bertunas, persentase bertunas, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Interaksi antara keduannya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Persentase Keberhasilan Okulasi (%) Data rataan dan hasil sidik ragam persentase keberhasilan okulasi umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi berbeda serta interaksinya berpengaruh tidak nyata. Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(%)... Kontrol (K0) 83 67 58 69b Air Kelapa 25% (K1) 83 58 67 69b Air Kelapa 50% (K2) 100 92 67 86a Air Kelapa 75% (K3) 75 67 67 69b Rataan 85a 71a 65b 74 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi ubi kayu tertinggid pada umur 6 MST terdapat pada konsentrasi air kelapa 50% (K2)

dengan rataan 86% berbeda nyata dengan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0), konsentrasi air kelapa 25% (K1), dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan masing-masing rataan yang sama 69%. Selain itu perlakuan penyimpanan bahan tanam batang bawah 1 (satu) minggu (P1) yang terbaik dengan rataan 85% dan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 71% berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan terendah 65%. Namun interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata. Kecepatan Bertunas (hari) Data rataan dan hasil sidik ragam kecepatan bertunas umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 6 dan 7) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda serta interaksinya berpengaruh tidak nyata. Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(hari)... Kontrol (K0) 11,94 14,67 18,72 15,11 Air Kelapa 25% (K1) 13,08 13,00 17,17 14,42 Air Kelapa 50% (K2) 11,83 13,31 18,22 14,45 Air Kelapa 75% (K3) 13,22 14,17 20,56 15,98 Rataan 12,52b 13,78b 18,67a 14,99 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang tercepat dengan rataan 12,52 hari diikuti oleh penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 13,78 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan lama penyimpanan

3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 18,67 hari. Namun perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tercepat dengan rataan 14,42 hari dan yang terlama perlakuan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari serta interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas. Panjang Tunas (cm) Data rataan dan hasil sidik ragam panjang tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 30 dan 31) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah serta interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas. Namun dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tertinggi dengan rataan 41,41cm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 31,22 cm. Sedangkan lama penyimpanan batang bawah perlakuan 1 (satu) minggu (P1) merupakan perlakuan tertinggi dengan rataan 39,78 cm, dan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 34,69 cm, serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat. Tabel 3. Panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(cm)... Kontrol (K0) 42,25 38,10 27,73 36,03 Air Kelapa 25% (K1) 40,52 35,87 47,83 41,41 Air Kelapa 50% (K2) 41,52 36,72 35,62 37,95 Air Kelapa 75% (K3) 34,85 31,22 27,58 31,22 Rataan 39,78 35,48 34,69 36,65

Diameter Tunas (mm) Data rataan dan hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 14 dan 15). Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata. Namun dapat dilihat bahwa konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang terbesar dengan rataan 9,46 mm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang terkecil dengan rataan 9,16 mm. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terbesar dengan rataan 9,91 mm dan terendah dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 9,29 mm, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah yang berbeda umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(mm)... Kontrol (K0) 10,05 9,87 8,45 9,46 Air Kelapa 25% (K1) 9,63 9,47 10,65 9,92 Air Kelapa 50% (K2) 10,40 9,88 9,45 9,91 Air Kelapa 75% (K3) 9,57 9,28 8,62 9,16 Rataan 9,91 9,63 9,29 9,61 Jumlah Daun (helai) Data rataan dan hasil sidik ragam jumlah daun pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 22 dan 23) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat.

Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu penyimpanan batang bawah terhadap jumlah daun dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(helai)... Kontrol (K0) 14,83ab 15,00ab 11,17e 13,67 Air Kelapa 25% (K1) 13,50bcd 13,33bcd 13,83abcd 13,56 Air Kelapa 50% (K2) 15,33a 14,83abc 13,00cde 14,39 Air Kelapa 75% (K3) 14,17abcd 13,50bcd 12,33de 13,33 Rataan 14,46 14,17 12,58 13,74 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terbanyak dengan rataan 14,39 helai yang berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan lainnya, perlakuan jumlah daun dengan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang sedikit dengan rataan 13,33 helai. Sedangkan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terbanyak dengan rataan 14,38 helai berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai. Serta interaksi dari keduannya berbeda nyata terhadap jumlah daun dengan interak terbanyak konsentrasi air kelapa 50% dan 1 (satu) minggu penyimpanan (K2P1). Jumlah Umbi (umbi) Data rataan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 32 dan33) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam batang bawah serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Namun dapat dilihat

bahwa konsentrasi air kelapa 50% (K2) adalah perlakuan terbanyak dengan rataan 0,67 umbi dan kontrol (K0) merupakan perlakuan yang paling sedikit dengan rataan 0,33 umbi. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) adalah perlakuan terbanyak dengan rataan 0,71 umbi dan yang sedikit dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 0,25 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Tabel 6. Jumlah umbi okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(umbi)..... Kontrol (K0) 0,83 0,00 0,17 0,33 Air Kelapa 25% (K1) 0,50 0,33 0,17 0,33 Air Kelapa 50% (K2) 1,33 0,50 0,17 0,67 Air Kelapa 75% (K3) 0,17 0,50 0,50 0,39 Rataan 0,71 0,33 0,25 0,43 Bobot Basah Akar (g) Data rataan dan hasil sidik ragam bobot basa akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 34 dan 35) yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot basa akar namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat. Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu penyimpanan bahan tanam terhadap bobot basa akar umur 6 MST dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Bobot basah akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(g)... Kontrol (K0) 26,92 19,70 13,00 19,87b Air Kelapa 25% (K1) 22,25 19,83 18,58 20,22b Air Kelapa 50% (K2) 32,55 23,72 18,63 24,97a Air Kelapa 75% (K3) 23,57 21,35 15,62 20,18b Rataan 26,32a 21,15b 16,46b 21,31 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 24,97 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 20,22 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 20,17 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0) dengan rataan 19,87 g Sedangkan perlakuan lama penyimpanan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 26,32 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 21,15g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 19,87 g, serta interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot basa akar. Bobot Kering Akar (g) Data rataan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 36 dan 37) yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar namun perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta

interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat. Tabel 8. Bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST Lama Penyimpanan Zat Pengatur Tumbuh 1 minggu (P1) 2 minggu (P2) 3 minggu (P3) Rataan...(g)... Kontrol (K0) 6,93 4,87 2,80 4,87b Air Kelapa 25% (K1) 6,04 4,96 4,86 5,29b Air Kelapa 50% (K2) 9,25 6,06 4,55 6,62a Air Kelapa 75% (K3) 6,60 5,15 3,99 5,25b Rataan 7,21a 5,26b 4,05b 5,50 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 6,62g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 7,21 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 5,26 g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 4,05 g, serta interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot kering akar. Pembahasan Pengaruh Pemberian Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Analisis statistik menunjukkan bahwa pada okulasi bibit ubi kayu mukibat dengan pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase bertunas, bobot basa akar, dan bobot kering akar.

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian air kelapa 50% (K2) merupakan persentase bertunas tertinggi dengan rataan 86% sedangkan perlakuan tanpa air kelapa (K0), air kelapa 25% (K1), dan air kelapa 75% (K3) masingmasing dengan rataan 69%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang atas dan batang bawah konsentrasi air kelapa yang tepat adalah pemberian air kelapa 50%. Hal ini didukung oleh pernyataan Satyavathi et al., (2004) bahwa aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fisiologi tanaman. Untuk mendapatkan persentase yang baik penggunaan ZPT air kelapa sangat baik untuk okulasi ubi kayu mukibat dikarenakan air kelapa mengandung hormon-hormon yang baik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Young et al., (2009) yang menyatakan bahwa di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin sebesar 5,8 ml/l lebih tinggi dibanding auksin sebesar 0,07 mg/l. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis). Dan juga pemberian zat pengatur tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin dan zat pengetur tumbuh lainnya Persentase keberhasilan yang tinggi juga diperoleh dari munculnya tunas okulasi, semangkin banyak tunas yang muncul maka semangkin tinggi persentase

keberhasilannya untuk itu diperlukan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk mempercepat tumbuhnya tunas. hal ini sejalan dengan penelitian Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa pemberian sumber zat pengatur tumbuh dapat mempercepat waktu bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik yang digunakan ialah air kelapa 50% dibandingkan dengan pemberian IAA 0,05% dan ekstrak bawang merah 100% Analisis statistik menunjukkan bobot basah akar konsentrasi air kelapa konsentrasi 50% (K2) merupakan perlakuan terberat dengan rataan 24,97 g berbeda nyata dengan perlakuan lainnya air kelapa konsentrasi 25 % (K1) dengan rataan 20,22 g, air kelapa konsentrasi 75% (K3) dengan rataan 20,31 g, dan perlakuan teringan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 19,87g. Pada bobot kering akar pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan 6,62 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g, hal ini dikarenakan pada batang bawah ubi kayu yang dipotong akan aktif meristematis dan membentuk perakaran, pemberian air kelapa yang tepat akan membantu memacu pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman ubi kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marpaung dan Hutabarat (2015) bahwa air kelapa juga dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman. Selain itu air kelapa mengandung sitokini yang sangat mendukung untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Young et al., (2009) bahwa sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel

dan pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel (sitokinesis), membantu dalam aktivitas meristem akar, membantu dalam proses fotosintesis, pertumbuhan daun, mobilitas nutrisi, pertumbuhan akar dan membantu merespon pada saat tanaman mengalami stres. Pada peubah amatan kecepatan bertunas perlakuan pemberian air kelapa 25% (K1) merupakan perlakuan tercepat dengan rataan 14,42 hari dan hanya selisih sedikit dengan perlakuan pemberian air kelapa 50% (K2) dengan rataan 14,45 hari, sedangkan kecepatan bertunas terlama dengan pemberian air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari. Hal ini dikarenakan ZPT air kelapa mampu memicu fitohormon (hormon tanaman) untuk bertunas. Sesuai dengan pernyataan Adi et al., (2015) yang menyatakan bahwa hormon memiliki peranan dalam merangsang, membangkitkan atau mendorong aktivitas biokimia. ZPT yang aktif dalam jaringan tanaman akan ditransformasikan ke dalam seluruh bagian tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis tanaman. Pemberian air kelapa yang semangkin tinggi justru memperlama kecepatan bertunas dan bahkan menghambat bertunas okulasi ubi kayu mukibat. Hal ini dikarenakan kandungan air kelapa bukan hanya auksin dan sitokinin. Selain itu air kelapa juga mengandung senyawa fenolik berupa asam benzoic yang dapat menghambat pertumbuhan (Ramadhan, 2015). Analisis statistik menunjukkan pemberian air kelapa pada perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0), dengan konsentrasi air kelapa 25% (K1), konsentrasi air kelapa 50% (K2) dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas, diameter tunas, jumlah daun, tinggi tunas, dan jumlah umbi, hal ini menunjukkan bahwa air kelapa tidak berpengaruh atau

bahkan menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hartman et al., (1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa auksin bisa berpengaruh tidak nyata bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi air kelapa yang bersifat organik masih berbeda-beda konsentrasi yang baik dari setiap tanaman terutama untuk ubi kayu mukibat. Sesuai dengan penyataan Lubis et al., (2016) bahwa Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi. Pengaruh Lama Penyimpanan Batang Bawah Terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan bahan tanam batang bawah berpengaruh nyata terhadap peubah amatan kecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Analisis statistik menunjukkan kecepatan bertunas diperoleh rataan kecepatan bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yaitu tercepat dengan rataan 12,52 hari dan yang terlama pada

perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu dengan rataan 18,67 hari. Dari hasil pengamatan persentase bertunas diperoleh rataan persentase bertunas bibit okulasi tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan keberhasilan 85% dan terendah pada taraf perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan keberhasilan 65%. Dan dari hasil pengamatan jumlah daun diperoleh rataan jumlah daun bibit okulasi terbanyak pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan 14,38 helai dan perlakuan terendah pada taraf penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai. Analisis statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan berbeda nyata terhadap ecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar, dan bobot kering akar, hal ini dikarenakan lamanya bahan stek disimpan maka akan semangkin menurunkan kualitas dari stek tersebut, akan terjadi transpirasi sehingga batang stek akan mengering dan menurunkan daya tumbuh okulasi ubi mukibat. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa lamanya penyimpanan bahan tanam akan memperlama munculnya tunas bahkan sampai 4 MST masih ada bibit okulasi yang belum tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinartani (2011) yang menyatakan bahwa penundaan waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat stek dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit menjadi rendah karena adanya gangguan dari mikroba dan kadar air dalam stek sudah sangat rendah sehingga mengganggu daya tumbuh maupun vigor tanaman. Hal ini juga diduga hormon yang ada pada tanaman tidak berfungsi dengan baik dikarenakan lamanya penyimpanan yang membuat sistem jaringan tanaman menjadi tidak normal akibat respirasi sehingga vigor tanaman menurun, hal ini sesuai dengan pernyataan Ashari (2006) yang menyatakan sitokinin pada konsentrasi rendah akan

mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas. Lama penyimpanan bahan tanam okulasi ubi kayu mukibat juga akan memberikan dampak pada proses pertautan antara batang atas dan batang bawah, lamanya penyimpanan batang bawah membuat kecepatan bertunas bibit okulasi menjadi semangkin lama, hal ini dikarenakan selama masa penyimpanan bibit dapat mengalami penurunan viabilitas dan vigor, karena selama penyimpanan atau setelah pemanenan, organ tanaman masih melakukan transpirasi (Santoso, 2011) dan respirasi sebagai perombakan senyawa kimia seperti mengubah heksosa menjadi bahan-bahan struktural, cadangan makanan, dan metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gardner et al., 1991). Analisis statistik menunjukkan bahwa bobot basah akar perlakuan lama penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 26,32 g berbeda nyata dengan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P2) yang teringan dengan rataan 16,46 g, dan bobot kering akar penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 7,21 g berbeda nyata dengan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P2) yang teringan dengan rataan 4,05 g, hal ini dikarenakan perakaran tanaman akan berkembang dengan baik apa bila media tanam baik dan jumlah daun untuk fotosintesis optimal sehingga pertumbuhan akar akan dapat terpacu pertumbuhannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Glodsworthy dan Fisher (1992) yang menyatakan bahwa ubi kayu secara bersama-sama mengembangkan luas daun dan akar yang secara ekonomi berguna sehingga persediaan fotosintat/asimilat yang ada dibagi antara pertumbuhan daun dan akar. Hal ini

berarti ada indeks luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa meningkatkan keseimbangan antara sink dan source dengan menggunakan teknik mukibat diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman. Analisis statistik menunjukkan perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tunas, panjang tunas, dan jumlah umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan batang bawah dengan 1 (satu) minggu penyimpanan (P1) merupakan perlakuan penyimpanan tertinggi dari tiap-tiap peubah amatan, diikuti dengan perlakuan lama penyimpanan batang bawah 2 (dua) minggu (P2), dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan yang terendah, hal ini dikarenakan semangkin lama penyimpanan bahan stek maka akan semangkin menurun kualitas dan kuantitas dari bahan tanam tersebut. Dari hasil pengamatan penyimpanan batang bawah selama tiga minggu membuat batang bawah menjadi sedikit mengering sehingga proses pemulihan luka pada sambungan lama terjadi dan bahkan tidak terjadi tautan antara batang bawah dan batang atas ubi kayu mukibat, hal ini dikarenakan berkurangnya kambium akibat proses penguapan yang lebih lama sehingga kambium tidak dapat bersatu dan membentuk jaringan baru sebagai transfortasi makanan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Napitupulu (2013) bahwa jaringan kambium sangat penting pada tanaman, pada masa pertumbuhan kambium akan membentuk zona kambium dan akan berkembang membentuk phloem dan xylem. Pembelahan xylem umumnya adalah periclinal dan membentuk xylem sekunder ke arah luar dan ploem sekunder kearah dalam. Jika telah terjadi proses penautan maka akan tampak

pembengkakan pada bagian sambungan dan pada munculnya mata tunas ubi kayu mukibat. Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi Air Kelapa dan lama penyimpanan batang bawah Terhadap Persentase Keberhasilan dan pertumbuhan Okulasi Ubi Kayu Mukibat Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas, persentase bertunas, diameter tunas, panjang tunas, bobot segar akar, bobot basah akar dan jumlah umbi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1) dengan rataan 15,33 helai, dan perlakuan tanpa air kelapa (kontrol) dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (K0P3) merupakan perlakuan terendah dengan rataan 11,17 helai. Hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh berperan dalam hal penyatuan kambium sehingga tanaman dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempercepat dalam hal penutupan luka pada tanaman sehingga tunas okulasi cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan perlakuan penyimpanan sejalan dengan keberhasilan okulasi ubikayu mukibat, semangkin lama penyimpanan maka proses keberhasilan okulasi semangkin rendah dan menghambat perkembangan dan pertumbuhan dibandingkan dengan penyimpanan yang tidak terlalu lama, hal ini memberikan pengaruh yang baik apabila dilakukan pemberian zat pengatur tumbuh dengan dosis yang tepat dan didukung oleh bahan tanam yang masih dalam keadaan segar. Hal ini sejalan dengan penelitian

Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa sumber pengatur tumbuh yang baik digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi 50% dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh ektrak bawang merah dan IAA. Pemberian air kelapa dan lama penyimpanan memberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan okulasi ubi kayu mukibat. Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama mengenai pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman (Dewi, 2008). Pada saat penyimpanan akan terjadi inisiasi akar. Inisiasi terjadi sesudah bagian batang atau cabang dipotongan, di daerah bekas potongan tersebut menjadi luka, yang mana akar adventif selalu terjadi pada bagian tanaman yang bersifat meristematik. Pada luka ini terjadi diferensiasi sel kembali (Ashari, 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian air kelapa dapat mempercepat waktu bertunas dan meningkatkan persentase keberhasilan okulasi dan bobot basah akar ubi kayu mukibat. Konsentrasi air kelapa yang terbaik adalah konsentrasi 50% (K2). 2. Lama penyimpanan bahan tanam batang bawah yang semakin singkat meningkatkan waktu bertunas, persentase bertunas jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Lama penyimpanan terbaik ialah 1 (satu) minggu penyimpanan (P1). 3. Interaksi pemberian konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah dapat meningkatkan jumlah daun. Interaksi terbaik adalah konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1). Saran Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan konsentrasi air kelapa dengan konsentrasi 50% dan bahan tanam batang bawah yang disimpan kurang dari 2 minggu.