BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas"

Transkripsi

1 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Februari sampai dengan April Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu gajah sebagai batang bawah, ubi karet sebagai batang atas yang diambil pada lokasi yang sama, air kelapa, ekstrak bawang merah, IAA sebagai bahan perlakuan, plastik bening sebagai pembalut sambungan, polybag ukuran 20 cm x 40 cm sebagai wadah media tanam, air steril sebagai campuran larutan perlakuan, top soil sebagai media tanam, sekam sebagai media tanam, pupuk kandang kambing sebagai media tanam, label sebagai penanda perlakuan pada media tanam serta bahan pendukung lainnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau untuk memotong bahan tanam dan mengambil entres pada batang atas, cangkul sebagai pengolah media tanam, timbangan untuk menimbang media tanam, penggaris untuk mengukur panjang bahan tanam dan mengukur panjang tunas, kalkulator membantu dalam analisis data, hand sprayer alat untuk mengaplikasikan perlakuan ZPT, beaker glass untuk mengukur konsentrasi ZPT sesuai perlakuan, timbangan analitik untuk menimbang bobot basah dan kering akar, oven untuk mengovenkan akar, kamera sebagai alat dokumentasi, alat tulis, meteran, plank penelitian dan alat pendukung lainnya.

2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama sumber zat pengatur tumbuh dengan 4 taraf perlakuan : P0 : Tanpa ZPT ( Kontrol ) P1 : Air kelapa konsentrasi 50 % P2 : Ekstrak bawang merah konsentrasi 100 % P3 : IAA 0,05 % (500 ppm) Faktor kedua komposisi media tanam dengan 3 taraf perlakuan : M 1 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 3:1:1 M 2 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 2:1:2 M 3 Pukan kambing : Top soil : Sekam : 1:1:1 Sehingga didapat 12 kombinasi P0M1 P1M1 P2M1 P3M1 P0M2 P1M2 P2M2 P3M2 P0M3 P1M3 P2M3 P3M3 Jumlah unit percobaan Jumlah tanamn per unit perlakuan Jumlah ulangan Jumlah Sampel Jumlah tanaman seluruhnya : 36 unit : 4 tanaman : 3 ulangan : 4 tanaman : 144 Tanaman Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut yy iiiiii = μμ + ρρ ii + αα jj + ββ kk + (αααα) jjjj + ɛ iiiiii ; i=1, 2, 3 j = 1, 2, 3,4 k =1,2,3

3 Dimana yy iiiiii = Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan ZPT pada taraf ke-j, dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k μμ ρρ ii αα jj ββ kk = Nilai tengah. = Pengaruh blok taraf ke-i = Pengaruh dari perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j. = Pengaruh dari perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh pada taraf ke-k. (αααα) jjjj = Pengaruh interkasi antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh pada taraf ke-j dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k ɛ iiiiii = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan zat pengatur tumbuh taraf ke-j dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan melakuakn uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 % (Bangun, 1991).

4 PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar serta bongkahan-bongkahan batu maupun kayu yang mengganggu. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua berumur 6-8 bulan. Bahan untuk bibit yang sudah dipersiapkan diletakkan di tempat teduh agar getahnya tidak mengering. Pembuatan Ekstrak Bawang Merah Disiapkan umbi bawang merah 250g yang dibeli di pasar sore padang bulan kemudian dihaluskan dengan juiser/blender dan disaring. Hasil dari saringan ini merupakan ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 100% yang merupakan salah satu taraf perlakuan. Persiapan Okulasi Langkah-langkah dalam pelaksanan okulasi yaitu sebagai berikut : Menyiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti yang dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong mata tunas dalam bentuk tameng yang diambil dari batang atas ubi karet. Irisan yang telah diambil dikelupas kulit kayunya secara hati-hati mengikuti arah batang. Penyayatan yang benar akan meninggalkan bintil di kulit kayu, Menempelkan mata tunas pada batang bawah yang telah dikelupas kulitnya sesuai ukuran mata

5 tunas. Tahap ini harus dilakukan dengan hati-hati dan diusahakan tidak ada kotoran yang menempel dikambium, karena pokok keberhasilan dalam okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Pertautan mata tunas dan batang bawah tadi diikat rapat-rapat dengan plastik lilin yang arah lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam mata tunas yang dapat menyebabkan mata tunas busuk. Aplikasi Perlakuan Setelah batang bawah dan mata tunas disatukan dengan menggunakan plastik bening yang telah di bentuk menyerupai tali rafia, zat pengatur tumbuh disemprotkan pada bagian batang bawah dan bagaian mata tunas sesuai dengan konsentrasi perlakuan yang telah ditentukan. Persiapan Media Tanam Media tanam yang diguanakan yaitu sesuai perlakuan pupuk kandang kambing, topsoil dan sekam padi dengan 3 taraf perlakuan : 3:1:1 (M 1), 2:1:2 (M2), 1:1:3 (M3). Media yang telah disediakan diayak terlebih dahulu dan dilakuakn penghomogenan yaitu dengan cara mengaduk media tanam secara merata dengan menggunakan cangkul. Polybag yang digunakan ialah polybag dengan ukuran 20 cm x 40 cm, setelah pencampuran selesai maka media tanam dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan. Penanaman Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam pada media tanam yang telah disiapkan. Teknik penanaman yang dilakakan ialah dengan cara menancapkan batang bawah pada media tanam dengan kedalaman 5 cm dan diberi sungkup agar mejaga kelembaban udara didalam tanaman dan

6 mencegah proses transpirasi yang berlebihan. Proses penyungkupan dilakukan selama satu minggu setelah penanaman di media tanam. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore sesuai kondisi dilapangan, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diharapkan tanah pada media tidak terlalu basah. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah, tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi persaingan antar tanaman dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan agar sistem perakaran tidak terganggu. Pengamatan Parameter Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Para meter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah: Persentase Keberhasilan (%) Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan 6 MST. Perhitungan persentase bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100% Persentase bertunas = jumlah tanaman yang bertunas jumalah tanaman seluruhnya X 100 %

7 Kecepatan Bertunas (hari) Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya tunas. Perhitungan kecepatan bertunas menggunakan formulsi sutopo (2012) sebagi berikut : Rata-Rata Hari NN1TT1+NN2TT2+ +NNNNNNNN JJJJJJJJJJ h TTTTTTTTTT BBBBBBBB h BBBBBBBBBBBBBBBBBBBB h Ket: N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu Tinggi Tunas (cm) T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan Tinggi tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau meteran. Pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST. Diameter Tunas (mm) Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital, pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Daun (helai) Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST. Jumlah Umbi (umbi) Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi yang telah terbentuk.

8 Bobot Basah Akar (g) Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitic Bobot kering Akar (g) Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan. Volume Akar (ml) Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari polybag dengan cara merobek polybag dan membersihkan perakaran tanaman dari sisa-sisa media tanam secara perlahan dengan menggunakan air mengalir, lalu memotong bagian akar tanaman kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi air. Volume akar merupakan selisih volume air setelah akar dimasukkan dengan volume air sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian pada dua sampel destruktif disetiap perlakuan. Volume akar (ml) = Volume 2 (ml) Volume 1 (ml) dengan : volume 1 : volume sebelum akar dimasukkan kedalam air Volume 2 : volume setelah akar dimasukkan kedalam air.

9 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data pengamatan dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23) menunjukkan bahwa respon perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas. Pemberian komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas dan tinggi tunas. Interaksi antara perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun. Persentase Keberhasilan (%) Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 4.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata namun interaksi keduanya bepengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan. Persentaase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)...(%)... Kontrol (P0) 92 ab 58 b 100 a 83 Air Kelapa 50% (P1) 100 a 92 ab 100 a 97 Bawang Merah 100% (P2) 100 a 92 ab 83 ab 92 IAA 0,05% (P3) 92 ab 100 a 100 a 97 Rataan Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

10 Dari Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa persentase okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT perlakuan air kelapa 50% (P1) dan IAA 0,05% (P3) yang terbaik den gan rataan 97% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 83% dan ekstrak bawang merah (P2) rataan 92%. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 3:1:1 (M1) dan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 96% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan Kambing : Top Soil : Sekam 2:1:2 (M2) rataan 85%. Namun interaksi dari keduanya berpengaruh nyata. Kecepatan Bertunas (hari) Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 5.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas sedangkan interaksi keduanya berbeda tidak nyata terhadap kecepatan bertunas. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)... (hari)... Kontrol (P0) 12,83 9,25 14,50 12,19 a Air Kelapa 50% (P1) 9,17 8,75 11,08 9,67 b Bawang Merah 100% (P2) 12,92 10,50 10,83 11,42 ab IAA 0,05% (P3) 9,75 10,92 11,92 10,86 ab Rataan 11,17 ab 9,85 b 12,08 a 11,03 Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

11 Dari Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang tercepat dengan rataan 9,67 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 12,19 hari, ekstrak bawang merah (P2) rataan 11,42 hari dan IAA 0,05% (P3) dengan rataan 10,86 hari. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) yang tercepat dengan rataan 9,85 hari diikuti pemberian pukan kambing top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 11,17 hari dan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terlama dengan rataaan 12,08 hari. Namun interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata. Tinggi Tunas (cm) Data pengamatan dan hasil sidik ragam tinggi tunas pada 6 MST terlihat pada (Lampiran 10.) menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas namun pemberian ZPT serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) Rataan 3:1:1 2:1:2 1:1:1 (M1) (M2) (M3)...(cm)... Kontrol (P0) 51,25 30,92 48,33 43,50 Air Kelapa 50% (P1) 51,42 46,08 48,25 48,58 Bawang Merah 100% (P2) 54,17 37,17 39,08 43,47 IAA 0,05% (P3) 48,08 51,42 50,42 49,97 Rataan 51,23 a 41,40 b 46,52 ab 46,38

12 Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Dari Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian IAA 0,05% (P3) merupakan yang tertinggi dengan rataan 49,97 cm diikuti oleh pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan tinggi tunas 48,58 cm, tanpa ZPT (P0) dengan rataan 43,50 cm dan ekstrak bawang merah (P2) rataan 43,47 cm. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang tertinggi dengan rataan 51,23 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) rataan 46,52 cm dan komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 41,40 cm serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Diameter Tunas (mm) Data pengamatan dari hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 20.) Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

13 Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)...(mm)... Kontrol (P0) 8,95 a 5,87 b 8,74 a 7,85 Air Kelapa 50% (P1) 8,66 a 8,32 a 8,72 a 8,56 Bawang Merah 100% (P2) 9,50 a 9,48 a 7,61 ab 8,86 IAA 0,05% (P3) 7,40 ab 8,90 a 8,19 a 8,16 Rataan 8,63 8,14 8,32 8,36 Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Dari Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan ekstrak bawang merah 100% (P2) yang terbaik dengan rataan 8,86 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 7,85 mm, air kelapa 50% (P1) rataan 8,86 mm dan IAA 0,05% (P3) rataan 8,16 mm. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang terbaik dengan rataan 8,63 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 8,14 mm dan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) dengan rataan 8,32 mm, serta interaksi dari keduanya berpengaruh nyata. Jumlah Daun (helai) Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah daun pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 15.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun

14 interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST Komposisi Media Tanam (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) Zat Pengatur Tumbuh Rataan 3:1:1 2:1:2 1:1:1 (M1) (M2) (M3)...(helai)... Kontrol (P0) 12,83 a 7,75 b 11,67 a 10,75 Air Kelapa 50% (P1) 13,00 a 11,58 a 11,50 a 12,03 Bawang Merah 100% (P2) 13,33 a 10,83 ab 10,08 ab 11,42 IAA 0,05% (P3) 10,58 ab 13,08 a 11,50 a 11,72 Rataan 12,44 10,81 11,19 11,48 Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Dari Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik dengan rataan 12,03 helai yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) rataan 10,75 helai, ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan11,42 helai dan IAA 0,05% (P3) rataan 11,72 helai. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang terbaik dengan rataan 12,44 helai diikuti perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 11,19 helai dan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) rataan 10,81 helai. Serta interaksi dari keduanya berpengaruh nyata.

15 Jumlah Umbi (umbi) Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat. Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam serta interaksinya yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6.Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)...(umbi)... Kontrol (P0) 0,00 0,50 0,33 0,28 Air Kelapa 50% (P1) 0,67 0,67 0,67 0,67 Bawang Merah 100% (P2) 0,33 0,00 0,50 0,28 IAA 0,05% (P3) 0,17 0,33 0,17 0,41 Rataan 0,29 0,38 0,42 0,36 Dari Tabel 6. di atas menunjukkan bahwa jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik dengan rataan 0,67 umbi yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 0,28 umbi, ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan 0,28 umbi dan IAA 0,05% (P3) rataan 0,41 umbi. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 0,42 umbi diikuti perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) dengan rataan

16 0,38 umbi dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan 0,29 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Bobot Basah Akar (g) Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot basah akar pad 6 MST dapat dilihat pada (lampiran 21.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat. Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)...(g)... Kontrol (P0) 15,81 16,56 18,48 16,95 Air Kelapa 50% (P1) 14,25 16,64 25,03 18,64 Bawang Merah 100% (P2) 15,14 17,24 20,01 17,46 IAA 0,05% (P3) 18,97 21,58 15,63 18,73 Rataan 16,04 18,00 19,79 17,94 Dari Tabel 7.di atas menunjukkan bahwa bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan IAA 0,05% (P3) rataan 18,73 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0) rataan 16,95 g, diikuti pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan 18,64 g ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan 17,46 g. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 19,79 g yang berbeda tidak nyata dengan

17 perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 16,04 g dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 18,00 g, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Bobot Kering Akar (g) Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST dapat dilihat pada (Lampiran 22.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat. Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)...(g)... Kontrol (P0) 2,10 2,14 2,63 2,29 Air Kelapa 50% (P1) 1,78 2,21 4,10 2,70 Bawang Merah 100% (P2) 2,24 2,39 2,56 2,40 IAA 0,05% (P3) 2,15 2,19 2,06 2,14 Rataan 2,07 2,23 2,84 2,38 Dari Tabel 8. di atas menunjukkan bahwa Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik dengan rataan 2,70 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 2,29 g, ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan 2,40 g dan IAA 0,05% (P3) rataan 2,14 g. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil :

18 sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 2,84 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 2,07 g dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) dengan rataan 2,84 g, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Volume Akar (ml) Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akardapat dilihat pada (Lampiran 23), yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat. Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST Komposisi Media Tanam Zat Pengatur Tumbuh (Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) 3:1:1 2:1:2 1:1:1 Rataan (M1) (M2) (M3)...(ml)... Kontrol (P0) 17,33 18,67 19,33 18,44 Air Kelapa 50% (P1) 16,33 19,67 27,00 21,00 Bawang Merah 100% (P2) 14,33 23,00 20,67 19,33 IAA 0,05% (P3) 18,33 20,33 16,67 18,44 Rataan 16,58 20,42 20,92 19,31 Dari Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik dengan rataan 21,00 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 18,44 ml, ekstrak bawng merah 100% (P2) rataan 19,33 ml dan IAA 0,05% (P3) rataan 18,44 ml. Sedangkan

19 pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 20,92 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 16,58 ml dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 20,92 ml, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata. Pembahasan Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pada okulasi bibit ubi kayu mukibat dengan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas. Perlakuan zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas. Dari analisis data yang diperoleh diketahui bahwa pemberian air kelapa 50% (P1) merupakan hari bertunas yang tercepat dengan rata-rata hari bertunas 9,67 hari diikuti pemberian IAA 0,05% (P3) dengan rata-rata 10,86 hari, ekstrak bawang merah 100% (P2) rata-rata 11,42 hari dan yang terlama tanpa pemebrian ZPT atau kontrol (P0) hari bertunasnya rata-rata 12,19 hari. Hal ini dikarenakan pada air kelapa mengandung hormon sitokinin sebesar 5,8 mg/l lebih tinggi dibanding auksin sebesar 0,07 mg/l (Yong J,W,H et al., 2009 ). Sitokinin dapat berperan dalam hal diferensiasi sel sehingga dapat mempercepat waktu munculnya tunas, hal ini didukung oleh pernyataan Maryani & Zamroni (2005) yang menyatakan bahwa hormon seperti sitokinin yang ada dalam air kelapa berperan dalam memacu tunas dan telah terbukti pada berbagai jenis tanaman, sitokinin dapat memacu pembelahan sel dan morfogenesis. Morfogenesis merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan tunas.

20 Pada parameter persentase keberhasilan perlakuan air kelapa 50% (P1) merupakan yang terbaik dengan tingkat keberhasilan 97% dan yang terendah tanpa pemberian ZPT (P0) tingkat keberhasilannya 83%, sedangkan ekstrak bawang merah 100% (P2) tingkat keberhasilannya 92% dan IAA 0,05 % (P3) tingkat keberhasilannya 91%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang atas dan batang bawah. Hal ini didukung pernyataan Dewi (2008) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Dan juga pemberian zat pengatur tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin maupun asam traumalin yang terkandung didalam ZPT yang diberikan maupun yang terdapat pada tanaman itu sendiri, hal ini juga didukung pernyataan Pratama (2004) yang menjelaskan bahwa sitokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman seperti pada air kelapa. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel, pembentukan organ dan mendorong pembelahan (sitokinesis). Dari hasil analisi statistik pemberian zat pegatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas, jumlah daun, tinggi tunas, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot

21 kering akar. Hal ini dikarenakan pada zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi air kelapa 50%, ekstrak bawang merah 100% dan IAA 0,05% berpengaruh tidak nyata, hal ini menunjukkan bahwa auksin tidak berpengaruh atau bahakan menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hartmann et al.,(1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa auksin bisa tidak berpengaruh bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi, hal ini didukung hasil penelitian Rahmat dan Wahap (1993) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT antara lain adalah : Jenis ZPT, dosis/ konsentrasi yang digunakan, waktu pemberian, kondisi lingkungan, obyek sasaran ZPT, cara pemberian, jenis ZPT serta bahan tanaman. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas dan tinggi tunas.

22 Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas. Dari hasil pengamatan kecepatan bertunas diperoleh rataan kecepatan bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 2:1:2 (M2) yaitu sebesar 9,85 hari dan yang terlama pada taraf perlakuan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 11,92 hari. Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas, hal ini disebabkan karena komposisi media tanam yang porous (gembur) dan subur (kaya unsur hara) berperan dalam hal perkembangan akar, akar akan cepat berkembang dan mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam komposisi media tanam sehingga membantu dalam kecepatan waktu bertunas bibit ubi kayu mukibat. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa at al., (1986) yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara, penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik, drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada okulasi bibit ubi kayu mukibat. Pemberian media tanam pukan kambing : top soil : sekam : 3:1:1 (M1) merupakan yang tertinggi dengan rata-rata 51,23 cm diikuti perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 46,52 cm dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam: 2:1:2 (M2) yang terendah yaitu 41,40 cm. Pemberian komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) merupakan media tanam yang terbaik. Pada media tanam (M1) pukan kambing yang mendominasi dari komposisi media tanam yang diberikan. Media

23 tanam pukan kambing dan sekam merupakan bahan organik, dimana bahan ini sering digunakan sebagai media pembibitan karena mempunyai kriteria sebagai media pembibitan. Pukan kambing dan sekam padi merupakan bahan organik yang dapat digunakan sebagai media pembibitan, karena bahan-bahan tersebut mudah didapatkan dan murah. Seperti pendapat Prastowo dan Roshetko (2006) yang menyatakan bahwa syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, porus (gembur), dan subur (kaya unsur hara). Pukan kambing mengandung unsur hara N yang tinggi yaitu sebesar 2,43%, P 0,73% dan K 1,35% sehingga kandunagn unsur hara N, P dan K terdapat didalam pukan kambing mampu memacu pertumbuhan tanaman pada masa vegetatif tanaman seperti tinggi tunas. Unsur hara N, P dan K merupakan sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan dapat diserap oleh tanaman dengan cepat serta unsur hara tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Novizan (2002) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan integral dari klorofil, yang merupakan penyerap utama cahaya matahari untuk fotosintesis. Suplai N yang cukup berhubungan dengan fotositesis yang tinggi, tanaman yang berwarna hijau gelap, pertumbuhan vegetatif yang aktif seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Dan juga pernyataan Prihmantoro (1997) yang menyatakan bahwa pupuk NPK diperlukan pada masa vegetatif dimana tanaman sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyakbanyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, sepeti juga

24 pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Dari hasil analisi statistik pemberian komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media dengan taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) merupakan yang terbaik dari semua parameter yang diamati, sedangkan taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) merupakan yang terburuk. Buruknya taraf perlakuan (M1) 3:1:1 dikarenakan tingginya kandungan pupuk kandang yang dapat menyebabkan daya menyerap airnya lebih tinggi dan media tanam kurang porous atau gembur sehingga peroses perkembangan akar bibit ubi kayu mukibat dapat terhambat dan terganggu hal ini akan mengakibatkan persentase keberhasilan, diameter tunas, jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar juga akan terganggu. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa et al., (1986) yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara, penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik, drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara. Pada parameter jumlah umbi 6 MST taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 0,42 umbi dan yang terendah taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan 0,29 umbi. Hal ini diduga karena komposisi media tanam berperan dalam proses source and sink dimana source potential dari batang atas mampu memasok sink capacity

25 ke batang bawah, sehingga waktu keluarnya umbi lebih cepat. Hal ini didukung oleh pernyataan Taiz dan Zeiger (2003) yang menyatakan bahwa organ atau jaringan tanaman seperti daun menjadi tempat akumulasi sementara bahan kering untuk kemudian melepaskannya kebagian yang memanfaatkan source. Bahan kering hasil fotosintesis kemudian ditranslokasikan melalui floem kebagian tanaman yang membutuhkannya (sink), sink dapat berupa jaringan meristematis, jaringan yang sedang mengalami pemanjangan (respiratory sink) dan jaringan penyimpanan (storage sink) seperti umbi. Dengan komposisi media yang berperan dalam hal penyedia unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat. Hal ini ditunjukkan pada parameter jumlah umbi yang diamati selama 6 MST. Umbi sudah keluar pada umur 6 MST yang diduga waktu keluarnya umbi lebih cepat, hal ini didukung oleh pernyataan De Silvia (2007) yang menyatakan bahwa pada umur 2-4 bulan tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan umbi, sehingga memerlukan tekstur tanah yang gembur untuk perkembangan umbinya. Pengaruh Interaksi Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan persentase keberhasilan tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P0M3, P1M1, P1M3, P2M1, P3M2 dan P3M3 dengan rataan persentase keberhasilan 100%. Hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh berperan dalam hal penyatuan kambium sehingga tanaman dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempercepat dalam

26 hal penutupan luka pada tanaman sehingga persentase keberhasilan pada okulasi bibit ubi kayu mukibat lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam dapat meningkatkan diameter tunas dan jumlah daun yang dikarenakan pada komposisi media tanam pukan kambing telah terkandung unsur hara N, P dan K yang dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif. Pukan kambing juga berperan dalam ketersediaan bahan organik pada media tanam sehingga tanah menjadi remah sedangkan sekam padi yang diberikan berperan dalam hal porositas tanah pernyataaan ini didukung oleh penelitian Pujiharti (1998) yang menunjukkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan bibit lada adalah media yang cukup porus sehingga akar mudah menembusnya dan berkembang dengan baik. Media tanam porus juga berperanan dalam pengaturan air yang berlebih (drainase) dan memungkinkan berlangsungnya pertukaran udara di dalam media. Perkembangan akar yang baik akan dapat membantu dalam penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman dapat berkembang dengan baik pula. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan diameter tunas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak bawang merah 100% (P2) dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan diameter batang 9,50 mm. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak bawang merah 100% (P2) dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan jumlah daun 13,33 9,50 mm.

27 Pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam memeberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit okulasi ubi kayu mukibat. Zat pengatur tumbuh memiliki peran sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1 μm) dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis, seperti pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Sedangkan media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan serta sebagai ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu menyediakan unsur hara (Prastowo dan Roshetko, 2006). Zat pengatur tumbuh dan Komposisi media tanam masing-masing perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya dimana perlakuan saling melengkapi satu sama lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

28 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian sumber zat pengatur tumbuh dapat mempercepat waktu bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi (50%). 2. Komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tunas. Komposisi media tanam yang terbaik digunakan ialah pukan kambing : top soil : sekam (M1) dengan perbandingan 3:1:1. 3. Interaksi pemberian sumber zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun. Saran Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sumber zat pengatur tumbuh air kelapa 50% dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam (M1) dengan perbandingan 3:1:1. Dan juga menyarankan perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan dengan taraf konsentrasi yang berbeda.

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm. PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (25):

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (25): Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan Terhadap Pertumbuhan Okulasi Ubi Kayu Effect of Plant Growth Regulator and Media Composition on Growth Budding Planting Cassava Sutan Tarmizi Lubis, Nini Rahmawati*, T.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian Universitas Riau, Kampus BinaWidya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2007 di UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Jl. Bina Widya Km.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak pada ketinggian 550

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang.

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016. Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. 3.2

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN 20 III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 di lahan percobaan di desa Giriharjo, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jalan H.R.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas KM 15

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan dari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H.R. Soebrantas KM. 15

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal kebun percobaan kampus STIPAP Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan Selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan

Lebih terperinci

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. I.MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari 2014. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY Aang Kuvaini Abstrak Kualitas media tanam akan memberikan pengaruh terhadap kualitas pertumbuhan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM. 15 Panam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan Juni 2014. (Gambar 7). Gambar 7. Rumah Kaca Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITAN Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai dengan September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek, Kel. Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut: m. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina widya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Subrantas KM15 Panam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret di daerah Jumantono, Karanganyar, dengan jangka waktu penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Screen House B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci